Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

Laporan Pendahuluan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan
Jiwa yang Dibimbing

Oleh:

Ns. Sulastri, M.Kep.,Sp. Jiwa

Disusun Oleh :

MENTARI ANGGERAINI USMAN

1814401057

TINGKAT 2 REGULER 2

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

A. KASUS : HALUSINASI
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien merasakan suatu stimulus
yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


Masalah keperawatan dimulai dengan menganalisa faktor presdiposis, presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping dan mekanisme koping yang digunkan oleh seorang
klien sehingga menghasilkan respon baikbyang bersifat konstruktif maupun destruktif dalam
rentang adapatifsamapai maladaptif. Masalah isolasi sosial dapat dijelaskan dengan
menggunakan psikodinamika masalah keperawtan jiwa seperti skema di bawah ini :
1. Faktor Predisposisi
Faktor presdiposisi adalah faktor resiko timbulnya stress yang akan mempengaruhi tipe
dan sumber-sumber yang dimiliki klien untuk mengahadapi stress. Faktor presdiposisidalam tiga
domian yaitu biologis, psikososial dan sosial kultural.
a. Biologis
Faktor biologis berhubungan dengan kondidi fisiologis yang mempengaruhi timbulnya gangguan
jiwa. Beberapa teori mengkaitkan faktor presdiposisi biologis dengan teori genetik dan teori
biologi terhadap timbulnya skizofrenia. Isolasi sosial merupakan gejala negatif dari skizofrenia
menurut berbagai penelitian kejadian skizofrenia disebabbkan beberapa faktor seperti kerusakan
pada area otak, peningkatan aktivitas neurotransmitter serta faktor genetik.
1. Kerusakan pada area otak
Kejadian skizofrenia sering dihubungkan dengan adanya kerusakan pada bagian otak
tertentu, Namun hingga kini belum diketahui dengan pasti area yang dapat mengakibatkan
skies of Rania. Menurut penelitian beberapa area dalam otak yang berperan dalam timbulnya
kejadian skies of Rania antara lain sistem limbik korteks prefrontal cerebellum dan Gang
Nila basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan sehingga difusi pada satu area akan
mengakibatkan gangguan pada area yang lain.
2. Peningkatan aktivitas neurotransmitter
Selain kerusakan anatomis pada area di otak, juga disebabkan karena peningkatan aktivitas
neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini disebabkan karena beberapa faktor
diantaranya adalah peningkatan pelepasan dopamin, terlalu banyaknya reseptor dopamin
turunnya nilai ambang, hipersensitivitas reseptor dopamin atau kombinasi dari faktor-faktor
tersebut.
Mengatakan bahwa ada keterikatan antara Neo anatomi dengan neurokimia otak pada klien
skizofrenia ditemukan adanya struktur abnormal pada otak seperti atrofi otak perubahan
ukuran serta bentuk sel pada sistemik dan daerah frontal Selain itu adanya faktor
imunoserologi dan respon tubuh terhadap paparan virus.
3. Faktor genetika
Penelitian tentang faktor genetik telah membuktikan bahwa skiofrenia diturunkan secara
genetika. Prevalensi seseorang menderita skizofrenia bila salah satu saudara kandung
menderita skizofrenia sebesar 8%, sedangkan bila salah satu orang tua menderita skizofrenia
sebesar 12% dan bila kedua orang tua menderita skizofrenia sebesar 47%. Penelitian
terhadap anak kembar menunjukkan bahwa prevalensi kejadian skizofrenia pada kembar
monozigot sebesar 47% sedangkan pada kembar dizigot sebesar 12%.
b. Psikologis
Teori psikoanalitik, perilaku dan interpersonal menjadi dasar pola pikir predisposisi
psikologis.
1. Teori psikoanalitik
Sigmund Freud melalui teori psiko analisa menjelaskan bahwa skizofrenia merupakan hasil
dari ketidakmampuan menyelesaikan masalah dan konflik yang tidak disadari antara impuls
agresif atau kepuasan libido serta pengakuan terhadap egotistic sebagai contoh konflik yang
tidak disadari pada saat masa kanak-kanak, Seperti takut kehilangan cinta atau perhatian
orang tua, menimbulkan perasaan tidak nyaman pada masa anak-anak remaja dan dewasa
awal.
2. Teori perilaku
Selain teori psikoanalisa, teori perilaku juga mendasari faktor predisposisi psikologis. Teori
perilaku berasumsi bahwa perilaku merupakan hasil pengalaman yang dipelajari oleh clean
sepanjang daur kehidupannya, dimana setiap pengalaman yang dialami akan mempengaruhi
perilaku kalian baik yang bersifat adaptif maupun maladaptif.
3. Teori interpersonal
Teori interpersonal berasumsi bahwa skies of Rania terjadi karena klien mengalami
ketakutan akan penolakan interpersonal atau trauma dan kegagalan perkembangan yang
dialami pada masa pertumbuhan seperti kehilangan perpisahan yang mengakibatkan
seseorang menjadi tidak berdaya, tidak percaya diri tidak mampu membina hubungan saling
percaya pada orang lain timbulnya sikap ragu ragu dan takut salah. Selain itu kelihan akan
menampilkan perilaku mudah putus asa terhadap hubungan dengan orang lain serta
menghindar dari orang lain.
c. Sosial Budaya
Faktor sosial budaya menyakini bahwa penyebab skizofrenia adalah pengalaman
seseorang yang mengalami kesulitan beradaptasi terhadap tuntutan sosial budaya karena
memiliki harga diri rendah dan mekanisme koping maladaptif. Ini merupakan salah satu
ancaman yang dapat mempengaruhi berkembangnya gangguan dalam interaksi sosial terutama
dalam menjalin hubungan interpersonal. hubungan interpersonal berkembang sepanjang
hubungan interpersonal berkembang sepanjang siklus hidup dan manusia titik perkembangan
hubungan interpersonal untuknya konsep diri dimulai sejak masa bayi dimana pada masa ini
tugas perkembangan yang harus dicapai seorang bayi adalah menetapkan hubungan saling
percaya dan terus berkembang hingga tetap berkembang dewasa akhir.
gangguan dalam membina hubungan interpersonal biasanya mudah dikenali pada saat masa
remaja atau pada masa yang lebih awal dan berlanjut sepanjang tahap perkembangan masa
dewasa yang ditandai dengan adanya respon maladaptif yaitu ketidakmampuan kalian untuk
beradaptasi dengan lingkungan sekitar serta ketidakmampuan membina hubungan interpersonal
atau penyimpangan perilaku lain. Penelitian yang dilakukan di Amerika menyebabkan sekitar
10% sampai 18% penduduknya mengalami gangguan kepribadian.
Gangguan dalam membina hubungan interpersonal yang muncul pada saat remaja disebabkan
karena pada masa ini remaja Mengalami berbagai perubahan fisik dan psikososial serta tuntutan
masyarakat yang mengharuskan remaja mampu membuat keputusan menyangkut dirinya ini
mengakibatkan remaja harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut,
ketidakmampuan remaja mengatasi perubahan yang terjadi akan mengakibatkan gangguan
kepribadian yang dapat mengakibatkan gangguan dalam hubungan sosial. Agar masalah tersebut
tidak terjadi dibutuhkan dukungan dari orang tua dan lingkungan seperti batu remaja memenuhi
tuntutan yang harus dipenuhi beradaptasi dengan perubahan dalam posisi peran remaja meraih
sukses serta membantu remaja untuk meningkatkan kemampuan berpartisipasi atau penerimaan
di lingkungan masyarakat

2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus internal atau eksternal yang mengancam kalian antara
lain dikarenakan adanya ketegangan peran, konflik peran peran yang tidak Jelaskan peran
berlebihan perkembangan transisi situasi transisi dan transisi peran sehat sakit.
a. Psikologis
Faktor presipitasi psikologis klien isolasi sosial berasal dari internal dan eksternal. Isolasi sosial
disebabkan karena adanya faktor presipitasi yang berasal dari dalam diri sendiri ataupun dari
luar.
1. Internal
Stressor internal terdiri dari pengalaman yang tidak menyenangkan, perasaan ditolak dan
kehilangan orang yang berarti. Stressor yang berasal dari dalam adalah kegagalan dan
perasaan bersalah yang dialami klien.
2. Eksternal
Stressor eksternal adalah kurangnya dukungan dari lingkungan serta penolakan dari
lingkungan atau keluarga. Stressor dari luar kelebihan tersebut dapat berupa ketegangan peran
konflik peran, peran yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi
peran dan fungsi peran sehat sakit.
b. Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan ancaman terhadap sistem diri. Ancaman terhadap sistem diri
merupakan ancaman terhadap identitas diri harga diri dan fungsi integritas sosial. Ancaman
terhadap sistem diri berasal dari dua sumber yaitu eksternal dan internal. Sumber eksternal dapat
disebabkan karena kehilangan orang yang sangat dicintai karena kematian perceraian, Perubahan
status pekerjaan,.; ataupun tekanan sosial dan budaya. Sedangkan sumber internal disebabkan
karena kesulitan Membangun hubungan interpersonal di lingkungan sekitar seperti di lingkungan
rumah atau di tempat kerja, dan ketidakmampuan menjalankan peran baru sebagai orang tua,
pelajar atau pekerja. Penelitian tentang faktor lingkungan sebagai salah satu penyebab isolasi
sosial menyimpulkan bahwa lingkungan memiliki andil yang cukup besar terhadap timbulnya
harga diri rendah pada kalian seperti lingkungan yang tidak kondusif dan selalu memojokan
klien yang pada akhirnya akan mempengaruhi aktifitas klient termasuk hubungan dengan orang
lain.

3. Penilaian stressor
Penilaian travel seseorang terhadap Respon yang ditimbulkan akibat mengalami harga
diri rendah salah satunya adalah isolasi sosial. Penilaian terhadap stressor berada dalam suatu
rentang dari adat Islam pai Mall ada titik-titik pada klien dengan skizofrenia penilaian stres yang
adaptif merupakan faktor yang harus selalu diperkuat di dalam pemberian asuhan keperawatan
sehingga kemampuan tersebut membudaya dalam diri klien. Bila penilaian stressor kalian maka
penilaian tersebut akan menjadi dasar penggunaan terapi keperawatan dalam melatih disfungsi
keterampilan yang dialami klien. Wilayah terhadap stressor yang dialami klien dengan isolasi
sosial meliputi kognitif afektif, fisiologis, perilaku dan sosial.
a. Kognitif
Faktor kognitif bertugas mencatat kejadian stres dan reaksi yang ditimbulkan secara emosional,
fisiologis, serta perilaku dan reaksi sosial seseorang yang ditampilkan akibat kejadian stres
dalam kehidupan selain memilih pola koping yang digunakan titik berdasarkan penilaian tersebut
kalian dapat menilai adanya suatu masalah sebagai ancaman atau potensi. Kemampuan kalian
melakukan penilaian kognitif ini dipengaruhi oleh persepsi klien, sikap terbuka individu terhadap
adanya perubahan, dan kemampuan untuk melakukan kontrol diri terhadap pengaruh lingkungan
serta kemampuan menilai suatu masalah titik pada klien dengan isolasi sosial kemampuan
kognitif kalian sangat terbatas kalian lebih berfokus pada masalah bukan Bagaimana cara
mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.
b. Afektif
Respon afektif yang ditampilkan dipengaruhi oleh ketidakmampuan jangka panjang terhadap
situasi yang membahayakan sehingga mempengaruhi kecenderungan respon terhadap ancaman
terhadap harga diri kalian. Respon afektif pada klien isolasi sosial adalah adanya perasaan putus
asa, sedih, kecewa, merasa tidak berharga dan merasa tidak diperhatikan perasaan yang
dirasakan klien tersebut dapat mengakibatkan sikap menarik diri dari lingkungan sekitar.
c. Fisiologis
Respon fisiologis terkait dengan Bagaimana sistem fisiologis tubuh merespon terhadap stressor,
yang mengakibatkan perubahan terhadap sistem endokrin dan hormonal. Fisiologis merupakan
respon neurobiologis yang bertujuan untuk menyiapkan kalian dalam mengatasi bahaya titik
perubahan yang dialami oleh kalian akan mempengaruhi neurobiologis untuk mencegah stimulus
yang mengancam. Setiap kali ada yang dilahirkan Miki sistem saraf pusat yang sensitif terhadap
stimulus yang membahayakan titik respon perilaku dan sosial yang ditampilkan kalian
merupakan hasil belajar dari pengalaman sosial pada masa anak-anak dan dewasa khususnya
dalam menghadapi berbagai stressor yang mengancam harga diri klien.
d. Perilaku
Adalah hasil dari respon emosional dan fisiologis. Respon perilaku isolasi sosial teridentifikasi
tiga perilaku yang meneladani yaitu sering melamun, tidak mau bergaul dengan klien lain tidak
mau mengemukakan pendapat, mudah menyerah dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan
atau dalam melakukan tindakan.
e. Sosial
Merupakan hasil perpaduan dari respon kognitif afektif, fisiologis dan perilaku yang akan
mempengaruhi hubungan atau interaksi dengan orang lain. Respon perilaku dan sosial
memperlihatkan bahwa kalian dengan isolasi sosial lebih banyak memberikan respon menghina
terhadap stressor yang dialaminya. Respon negatif yang ditampilkan merupakan akibat
keterbatasan kemampuan kalian dalam menyelesaikan masalah dan keterbatasan klien dalam
saya lakukan penilaian terhadap stressor, sehingga kalian memilih untuk menghindari stres
bukan sesuatu yang harus dihadapi atau diselesaikan.

4. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah pertahanan kopi dalam jangka panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego. Pertahanan jangka pendek yang biasa dilakukan
kalian isolasi sosial adalah lari sementara dari krisis, misalnya dengan bekerja keras Nonton
televisi secara terus-menerus melakukan kegiatan untuk mengganti identitas sementara misalnya
ikut kelompok sosial keagamaan dan politik, kegiatan yang memberi dukungan sementara,
seperti mengikuti suatu kompetisi atau konteks popularitas kegiatan mencoba menghilangkan
anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan. Mekanisme koping jangka pendek
tidak memberikan hasil yang diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme jangka
panjang antara lain menutupi identitas Di mana kalian terlalu cepat pengadopsi identitas yang
disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri
sendiri titik mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah proyeksi merendahkan
orang lain, menghindar dari interaksi sosial dan reaksi formasi.

5. Sumber koping
Sumber koping merupakan pilihan atau strategi bantuan untuk memutuskan mengenai
apa yang dapat dilakukan dalam menghadapi suatu masalah. Dalam menghadapi stressor klien
dapat menggunakan berbagai sumber koping yang dimilikinya baik internal atau eksternal.
a. Kemampuan personal
Pada klien dengan isolasi sosial kemampuan personal yang harus dimiliki meliputi kemampuan
secara fisik dan mental. Kemampuan secara fisik teridentifikasi dari kondisi fisik yang sehat.
Kemampuan mental meliputi kemampuan kognitif afektif dan perilaku sosial. Kemampuan
kognitif meliputi kemampuan yang sudah ataupun yang belum dimiliki klien di dalam
mengidentifikasi masalah, menilai dan menyelesaikan masalah titik sedangkan kemampuan
afektif meliputi kemampuan untuk meningkatkan konsep diri klien dan kemampuan perilaku
terkait dengan kemampuan melakukan tindakan yang adekuat dalam menyelesaikan stressor
yang dialami titik kurangnya dukungan penghargaan dan kesempatan untuk melatih kemampuan
yang dimiliki klien dari lingkungan sekitar kalian akan mengakibatkan rendahnya motivasi
kalian untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, timbulnya rasa rendah diri yang pada
akhirnya akan mengakibatkan gangguan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
b. Dukungan sosial
Dukungan sosial akan membantu klien untuk meningkatkan pemahaman terhadap stressor dalam
mencapai keterampilan koping yang efektif. Pendapat lain yang mendukung pernyataan di atas
mengenai pentingnya dukungan sosial di dalam proses penyembuhan. Dengan adanya dukungan
sosial seorang klien akan merasakan adanya cinta, penghargaan, membantu mencapai
keterampilan sosial dan koping adaptif serta yang terpenting adalah membantu proses
penyembuhan.
c. Aset material
Aset material yang dapat diperoleh meliputi dukungan finansial, sistem pembiayaan layanan
kesehatan seperti asuransi kesehatan ataupun program layanan kesehatan bagi masyarakat
miskin, kebutuhan mendapatkan fasilitas dan layanan kesehatan serta keterjangkauan
pembiayaan pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana transportasi untuk mencapai layanan
kesehatan selama di rumah sakit maupun setelah pulang. Material ASEAN meliputi ketersediaan
dana ketidakmampuan kalian dalam memenuhi aset material akan berpotensi menimbulkan
masalah akibat tidak optimalnya sumber koping yang dimiliki.

d. Keyakinan positif
Keyakinan positif adalah keyakinan diri yang menimbulkan motivasi dalam menyelesaikan
segala stressor yang dihadapi titik keyakinan positif diperoleh dari keyakinan terhadap
kemampuan diri dalam mengatasi ketidakmampuan kalian dalam berinteraksi dengan lingkungan
sekitar titik adanya keyakinan positif yang dimiliki kalian akan memotivasi dan membantu klien
untuk menggunakan mekanisme koping adaptif kegiatan spiritual mengikuti kegiatan keagamaan
yang ada merupakan salah satu mekanisme koping adaptif yang dilakukan oleh klien dalam
menilai stressor yang dialami.

C. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA PENDUKUNG


No Data Masalah
.
1. Data Subyektif : Risiko mencederai
 Klien diri, orang lain dan
mengatakan benci atau kesal pada lingkungan
seseorang.
 Klien suka
membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
 Riwayat
perilaku kekerasan atau gangguan
jiwa lainnya.

Data Objektif :
 Mata
merah, wajah agak merah.
 Nada suara
tinggi dan keras, bicara menguasai:
berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
 Ekspresi
marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam.
 Merusak
dan melempar barang-barang.

2. Data Subjektif : Perubahan sensori


 perseptual :
bunyi yang tidak berhubungan halusinasi
dengan stimulus nyata.

gambaran tanpa ada stimulus yang
nyata

tanpa stimulus


kulitnya

suara/bunyi/gambar yang dilihat
dan didengar

barang-barang

Data Objektif :


mendengar/melihat sesuatu

kalimat untuk mendengarkan
sesuatu

3. Data Subyektif : Isolasi sosial :
 Klien mengatakan saya tidak menarik diri
mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.

Data Obyektif :
 Klien terlihat lebih suka sendiri,
bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin
mencederai diri/ingin mengakhiri
hidup, Apatis, Ekspresi sedih,
Komunikasi verbal kurang,
Aktivitas menurun, Posisi janin
pada saat tidur, Menolak
berhubungan, Kurang
memperhatikan kebersihan

D. POHON MASALAH

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
3. Isolasi sosial : menarik diri
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan(Tuk/Tu Kriteria Intervensi Rasional
m) Evaluasi
Gangguan TUM: 1. Ekspresi 1.1 Bina Hubungan saling
perubahan Klien tidak wajah hubungan saling percaya
sensori mencederai bersahabat, percaya dengan merupakan dasar
persepsi: diri sendiri, menunjukkan mengemukakan untuk
halusinasi orang lain, dan rasa senang, prinsip memperlancar
dengar lingkungan. ada kontak komunikasi Interaksi yang
(auditori) mata, mau terapetik: selanjutnya akan
TUK 1: berjabat a. Sapa klien dilakukan.
Klien dapat tangan, mau dengan ramah
membina menyebutkan baik verbal
hubungan nama, mau ataupun
saling percaya. menjawab nonverbal
salam, klien b. Perkenalkan
mau duduk diri dengan sopan
berdampinga c. Tanyakan nama
n dengan lengkap klien dan
perawat, mau nama panggilan
mengutaraka yang disukai klien
n masalah d. Jelaskan tujuan
yang pertemuan
dihadapinya. e. Tunjukkan
sikap empati dan
menerima klien
apa adanya
f. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatian
kebutuhan dasar
klien.

TUK 2: 1. Klien 1.1 Adakah Selain untuk


Klien dapat dapat kontak sering dan membina
mengenal menyebutkan singkat secara hubungan saling
halusinasinya. waktu, isi, bertahap. percaya, kontak
dan frekuensi 1.2 observasi sering dan singkat
timbulnya tingkah laku klien akan memutuskan
halusinasi. yang terkait halusinasi.
dengan
halusinasinya: Mengenal
bicara dan tertawa perilaku kalian
tanpa stimulus pada saat
dan memandang halusinasi terjadi
ke dapat
kiri/kanan/kedepa memudahkan
n seolah-olah ada perawat dalam
teman bicara. melakukan
1.3 Bantu klien intervensi.
mengenal
halusinasinya Mengenal
dengan cara: halusinasi
a. Jika memungkinkan
menemukan kalian
Kalian sedang menghindari
berhalusinasi : faktor timbulnya
tanyakan apakah halusinasi.
ada suara yang
didengarnya.
b. Jika kalian
menjawab ada,
lanjutkan: apa
yang dikatakan
suara itu. Katakan
bahwa perawat
percaya kalian
mendengar suara
itu, namun
perawat sendiri
tidak
mendengarnya( d Pengetahuan
engan nada tentang waktu, isi,
bersahabat tanpa dan frekuensi
menuduh/mengha munculnya
kimi). halusinasi dapat
c. Katakan bahwa mempermudah
klien lain juga ada perawat.
2. Klien yang seperti klien.
dapat d. Katakan bahwa
mengungkap perawat akan
kan membantu klien.
bagaimana 2.1 Diskusikan
perasaannya dengan klien:
terhadap a. Situasi yang
halusianasi menimbulkan
tersebut. atau tidak
menimbulkan Mengidentifikasi
halusinasi ( jika pengaruh
sendiri, jengkel, halusinasi pada
atau sedih) klien.
b. Waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi ( Pagi,
siang, sore, dan
malam: terus-
menerus atau
sewaktu-waktu.

2.2 Diskusikan
dengan klien
tentang apa yang
dirasakannya jika
terjadi halusinasi
(marah, takut,
sedih dan
senang), beri
kesempatan pada
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya.

TUK 3: 1. Klien 1.1 Bersama Usaha untuk


Klien dapat dapat kalian, memutus
mengontrol menyebutkan identifikasi halusinasi,
halusinasinya. tindakan tindakan yang sehingga
yang dilakukan jika halusinasi tidak
biasanya terjadi halusinasi muncul kembali.
dilakukan (tidur, marah,
untuk menyibukkan diri,
mengendalik dll). Penguatan
an 1.2 Diskusikan (reinforcement)
halusinasinya manfaat dan cara dapat
. yang digunakan meningkatkan
kalian. Jika harga diri keliling
bermanfaat beri
pujian kepada
klien. Memberikan
alternatif pilihan
2.1 Diskusikan untuk mengontrol
dengan klien halusinasi.
tentang cara
mengontrol
2. Klien halusinasinya:
dapat a.Menghardik/me
menyebutkan ngusir/tidak
cara baru memedulikan
mengontrol halusinasinya
halusinasi. b. Bercakap-
cakap dengan
orang lain jika
halusinasinya
muncul Meningkatkan
c. Melakukan pengetahuan klien
kegiatan sehari- dalam
hari memutuskan
halusinasi.
3.1 Berikan
contoh cara
menghargai
3. Klien halusinasi:
dapat "Pergi! Saya tidak Harga diri klien
mendemonstr mau mendengar meningkat.
asikan cara kamu, Saya mau Memberikan klien
menghardik/ mencuci kesempatan untuk
mengusir/ piring/bercakap- mencoba cara
tidak cakap dengan yang telah dipilih.
memedulikan suster". Memudahkan
halusinasinya 3.2 Beri pujian kalian dalam
. atas keberhasilan mengendalikan
klien. halusinasi.
3.3 Minta klien
mengikuti contoh
yang diberikan
dan minta klien Stimulasi persepsi
mengulanginya. dapat mengurangi
perubahan
3.4 Susun jadwal interpretasi
latihan klien dan realitas akibat
minta klien untuk adanya halusinasi.
mengisi jadwal
kegiatan (self- Dengan
evaluation). mengetahui
prinsip
4.1 Anjurkan penggunaan obat,
klien untuk maka
mengikuti terapi kemandirian klien
4. Klien aktivitas dalam hal
dapat kelompok, pengobatan dapat
mengikuti orientasi realita, ditingkatkan.
aktivitas stimulasi
kelompok. persepsi. Dengan
menyebutkan
dosis, frekuensi,
dan caranya, klien
5.1 Klien dapat melaksanakan
menyebutkan program
5. Klien jenis, dosis, dan pengobatan.
dapat waktu minum
mendemonstr obat, serta
asikan manfaat obat Menilai
kepatuhan tersebut (prinsip 5 kemampuan klien
minum obat benar benar: dalam pengobatan
untuk benar orang, nya sendiri.
mencegah benar obat, benar
halusinasi. dosis, benar
waktu, dan benar
cara pemberian).
5.2 diskusikan
dengan klien
tentang jenis obat
yang diminum
(nama, warna,
dan besarnya): Dengan
waktu minum mengetahui efek
obat (jika 3x: samping, klien
pukul akan tahu apa
07.00,13.00, dan yang harus
19.00)dosis,cara. dilakukan setelah
5.3 Diskusikan minum obat.
proses minum
obat:
a. Klien meminta
obat kepada
perawat (jika di
rumah sakit),
kepada keluarga
(jika di rumah).
b. Klien
memeriksa obat
sesuai dosis nya.
c. Klien
meminum obat
pada waktu yang
tepat.
5.4 Anjurkan
klien untuk bicara
dengan dokter
mengenai manfaat
dan efek samping
obat yang
dirasakan.
TUK 4: 1. Keluarga 1.1 Diskusikan Untuk
Keluarga dapat dapat dengan keluarga meningkatkan
merawat klien menyebutkan (pada saat pengetahuan
di rumah dan pengertian,da berkunjung/pada seputar halusinasi
menjadi sistem n tindakan saat kunjungan dan perawatannya
pendukung untuk rumah): pada pihak
yang efektif mengendalik a. Gejala keluarga.
untuk klien. an halusinasi. halusinasi yang
2. Keluarga dialami klien
dapat b. Cara yang
menyebutkan dapat dilakukan
jenis, dosis, klien dan
waktu keluarga untuk
pemberian, memutuskan
manfaat, halusinasi
serta efek c. Cara merawat
samping anggota keluarga
obat. dengan gangguan
halusinasi di
rumah : beri
kegiatan, jangan
biarkan sendiri,
makan bersama,
berpergian
bersama, jika
kalian sedang
sendiri di rumah,
lakukan kontak
dengan dalam
telepon.
d. Beri informasi
tentang tindak
lanjut (follow up)
atau Kapan perlu
mendapatkan
bantuan:
halusinasi tidak
terkontrol dan Dengan
resiko mencederai menyebutkan
orang lain. dosis, frekuensi,
dan caranya,
2.1 Diskusikan keluarga
dengan keluarga melaksanakan
tentang jenis, program
dosis, waktu pengobatan.
pemberian,
manfaat, dan efek Dengan
samping obat. mengetahui efek
samping, keluarga
akan tahu apa
yang harus
2.2 Anjurkan dilakukan setelah
kepada keluarga minum obat.s
untuk berdiskusi
dengan dokter
tentang manfaat
dan efek samping
obat.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


A. Individu
Sp 1. Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik halusinasi.
Sp 2. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan bercakpa-cakap bersama
orang lain.
Sp 3. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakn aktivitas
terjadwal.
Sp 4. Melatih pasien minum obat secara teratur.
A. Keluarga
Sp 1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, dan cara-cara
merawat pasien halusinasi.
Sp 2. Melatih keluarga praktik merawat pasien langsung di hadapn pasien.
Memberi kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi di hadapan pasien.
Sp3. Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
B. Terapi Aktfitas Kelompok
a. TAK orientasi realistis
1. Sesi 1 : Pengenalan orang
2. Sesi 2 : Pengenalan tempat
3. Sesi 3 : Pengenalan waktu
b. TAK stimulasi persepsi
1. Sesi 1 : Mengenal halusinasi
2. Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik
3. Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
4. Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
5. Sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
DAFTAR PUSTAKA
Sutejo.2019.Keperawatan Jiwa.Yogyakarta :PT.Pustaka Baru.
Keliat, Budi Ana dan Akemat.2010.Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa.Jakarta :EGC.
Keliat, Budi Ana dan Akemat.2016.Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok.Jakarata:EGC.
Satrio, Rika damayanti dan Ardinati.2015.Buku Ajar Keperawtan Jiwa. Lampung :
LP2M IAIN Raden Intan Lampung.
https://www.academia.edu/28333404/LAPORAN_PENDAHULUAN_HALUSINASI

Anda mungkin juga menyukai