Laporan Pendahuluan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan
Jiwa yang Dibimbing
Oleh:
Disusun Oleh :
1814401057
TINGKAT 2 REGULER 2
A. KASUS : HALUSINASI
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien merasakan suatu stimulus
yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus internal atau eksternal yang mengancam kalian antara
lain dikarenakan adanya ketegangan peran, konflik peran peran yang tidak Jelaskan peran
berlebihan perkembangan transisi situasi transisi dan transisi peran sehat sakit.
a. Psikologis
Faktor presipitasi psikologis klien isolasi sosial berasal dari internal dan eksternal. Isolasi sosial
disebabkan karena adanya faktor presipitasi yang berasal dari dalam diri sendiri ataupun dari
luar.
1. Internal
Stressor internal terdiri dari pengalaman yang tidak menyenangkan, perasaan ditolak dan
kehilangan orang yang berarti. Stressor yang berasal dari dalam adalah kegagalan dan
perasaan bersalah yang dialami klien.
2. Eksternal
Stressor eksternal adalah kurangnya dukungan dari lingkungan serta penolakan dari
lingkungan atau keluarga. Stressor dari luar kelebihan tersebut dapat berupa ketegangan peran
konflik peran, peran yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi
peran dan fungsi peran sehat sakit.
b. Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan ancaman terhadap sistem diri. Ancaman terhadap sistem diri
merupakan ancaman terhadap identitas diri harga diri dan fungsi integritas sosial. Ancaman
terhadap sistem diri berasal dari dua sumber yaitu eksternal dan internal. Sumber eksternal dapat
disebabkan karena kehilangan orang yang sangat dicintai karena kematian perceraian, Perubahan
status pekerjaan,.; ataupun tekanan sosial dan budaya. Sedangkan sumber internal disebabkan
karena kesulitan Membangun hubungan interpersonal di lingkungan sekitar seperti di lingkungan
rumah atau di tempat kerja, dan ketidakmampuan menjalankan peran baru sebagai orang tua,
pelajar atau pekerja. Penelitian tentang faktor lingkungan sebagai salah satu penyebab isolasi
sosial menyimpulkan bahwa lingkungan memiliki andil yang cukup besar terhadap timbulnya
harga diri rendah pada kalian seperti lingkungan yang tidak kondusif dan selalu memojokan
klien yang pada akhirnya akan mempengaruhi aktifitas klient termasuk hubungan dengan orang
lain.
3. Penilaian stressor
Penilaian travel seseorang terhadap Respon yang ditimbulkan akibat mengalami harga
diri rendah salah satunya adalah isolasi sosial. Penilaian terhadap stressor berada dalam suatu
rentang dari adat Islam pai Mall ada titik-titik pada klien dengan skizofrenia penilaian stres yang
adaptif merupakan faktor yang harus selalu diperkuat di dalam pemberian asuhan keperawatan
sehingga kemampuan tersebut membudaya dalam diri klien. Bila penilaian stressor kalian maka
penilaian tersebut akan menjadi dasar penggunaan terapi keperawatan dalam melatih disfungsi
keterampilan yang dialami klien. Wilayah terhadap stressor yang dialami klien dengan isolasi
sosial meliputi kognitif afektif, fisiologis, perilaku dan sosial.
a. Kognitif
Faktor kognitif bertugas mencatat kejadian stres dan reaksi yang ditimbulkan secara emosional,
fisiologis, serta perilaku dan reaksi sosial seseorang yang ditampilkan akibat kejadian stres
dalam kehidupan selain memilih pola koping yang digunakan titik berdasarkan penilaian tersebut
kalian dapat menilai adanya suatu masalah sebagai ancaman atau potensi. Kemampuan kalian
melakukan penilaian kognitif ini dipengaruhi oleh persepsi klien, sikap terbuka individu terhadap
adanya perubahan, dan kemampuan untuk melakukan kontrol diri terhadap pengaruh lingkungan
serta kemampuan menilai suatu masalah titik pada klien dengan isolasi sosial kemampuan
kognitif kalian sangat terbatas kalian lebih berfokus pada masalah bukan Bagaimana cara
mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.
b. Afektif
Respon afektif yang ditampilkan dipengaruhi oleh ketidakmampuan jangka panjang terhadap
situasi yang membahayakan sehingga mempengaruhi kecenderungan respon terhadap ancaman
terhadap harga diri kalian. Respon afektif pada klien isolasi sosial adalah adanya perasaan putus
asa, sedih, kecewa, merasa tidak berharga dan merasa tidak diperhatikan perasaan yang
dirasakan klien tersebut dapat mengakibatkan sikap menarik diri dari lingkungan sekitar.
c. Fisiologis
Respon fisiologis terkait dengan Bagaimana sistem fisiologis tubuh merespon terhadap stressor,
yang mengakibatkan perubahan terhadap sistem endokrin dan hormonal. Fisiologis merupakan
respon neurobiologis yang bertujuan untuk menyiapkan kalian dalam mengatasi bahaya titik
perubahan yang dialami oleh kalian akan mempengaruhi neurobiologis untuk mencegah stimulus
yang mengancam. Setiap kali ada yang dilahirkan Miki sistem saraf pusat yang sensitif terhadap
stimulus yang membahayakan titik respon perilaku dan sosial yang ditampilkan kalian
merupakan hasil belajar dari pengalaman sosial pada masa anak-anak dan dewasa khususnya
dalam menghadapi berbagai stressor yang mengancam harga diri klien.
d. Perilaku
Adalah hasil dari respon emosional dan fisiologis. Respon perilaku isolasi sosial teridentifikasi
tiga perilaku yang meneladani yaitu sering melamun, tidak mau bergaul dengan klien lain tidak
mau mengemukakan pendapat, mudah menyerah dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan
atau dalam melakukan tindakan.
e. Sosial
Merupakan hasil perpaduan dari respon kognitif afektif, fisiologis dan perilaku yang akan
mempengaruhi hubungan atau interaksi dengan orang lain. Respon perilaku dan sosial
memperlihatkan bahwa kalian dengan isolasi sosial lebih banyak memberikan respon menghina
terhadap stressor yang dialaminya. Respon negatif yang ditampilkan merupakan akibat
keterbatasan kemampuan kalian dalam menyelesaikan masalah dan keterbatasan klien dalam
saya lakukan penilaian terhadap stressor, sehingga kalian memilih untuk menghindari stres
bukan sesuatu yang harus dihadapi atau diselesaikan.
4. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah pertahanan kopi dalam jangka panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego. Pertahanan jangka pendek yang biasa dilakukan
kalian isolasi sosial adalah lari sementara dari krisis, misalnya dengan bekerja keras Nonton
televisi secara terus-menerus melakukan kegiatan untuk mengganti identitas sementara misalnya
ikut kelompok sosial keagamaan dan politik, kegiatan yang memberi dukungan sementara,
seperti mengikuti suatu kompetisi atau konteks popularitas kegiatan mencoba menghilangkan
anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan. Mekanisme koping jangka pendek
tidak memberikan hasil yang diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme jangka
panjang antara lain menutupi identitas Di mana kalian terlalu cepat pengadopsi identitas yang
disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri
sendiri titik mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah proyeksi merendahkan
orang lain, menghindar dari interaksi sosial dan reaksi formasi.
5. Sumber koping
Sumber koping merupakan pilihan atau strategi bantuan untuk memutuskan mengenai
apa yang dapat dilakukan dalam menghadapi suatu masalah. Dalam menghadapi stressor klien
dapat menggunakan berbagai sumber koping yang dimilikinya baik internal atau eksternal.
a. Kemampuan personal
Pada klien dengan isolasi sosial kemampuan personal yang harus dimiliki meliputi kemampuan
secara fisik dan mental. Kemampuan secara fisik teridentifikasi dari kondisi fisik yang sehat.
Kemampuan mental meliputi kemampuan kognitif afektif dan perilaku sosial. Kemampuan
kognitif meliputi kemampuan yang sudah ataupun yang belum dimiliki klien di dalam
mengidentifikasi masalah, menilai dan menyelesaikan masalah titik sedangkan kemampuan
afektif meliputi kemampuan untuk meningkatkan konsep diri klien dan kemampuan perilaku
terkait dengan kemampuan melakukan tindakan yang adekuat dalam menyelesaikan stressor
yang dialami titik kurangnya dukungan penghargaan dan kesempatan untuk melatih kemampuan
yang dimiliki klien dari lingkungan sekitar kalian akan mengakibatkan rendahnya motivasi
kalian untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, timbulnya rasa rendah diri yang pada
akhirnya akan mengakibatkan gangguan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
b. Dukungan sosial
Dukungan sosial akan membantu klien untuk meningkatkan pemahaman terhadap stressor dalam
mencapai keterampilan koping yang efektif. Pendapat lain yang mendukung pernyataan di atas
mengenai pentingnya dukungan sosial di dalam proses penyembuhan. Dengan adanya dukungan
sosial seorang klien akan merasakan adanya cinta, penghargaan, membantu mencapai
keterampilan sosial dan koping adaptif serta yang terpenting adalah membantu proses
penyembuhan.
c. Aset material
Aset material yang dapat diperoleh meliputi dukungan finansial, sistem pembiayaan layanan
kesehatan seperti asuransi kesehatan ataupun program layanan kesehatan bagi masyarakat
miskin, kebutuhan mendapatkan fasilitas dan layanan kesehatan serta keterjangkauan
pembiayaan pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana transportasi untuk mencapai layanan
kesehatan selama di rumah sakit maupun setelah pulang. Material ASEAN meliputi ketersediaan
dana ketidakmampuan kalian dalam memenuhi aset material akan berpotensi menimbulkan
masalah akibat tidak optimalnya sumber koping yang dimiliki.
d. Keyakinan positif
Keyakinan positif adalah keyakinan diri yang menimbulkan motivasi dalam menyelesaikan
segala stressor yang dihadapi titik keyakinan positif diperoleh dari keyakinan terhadap
kemampuan diri dalam mengatasi ketidakmampuan kalian dalam berinteraksi dengan lingkungan
sekitar titik adanya keyakinan positif yang dimiliki kalian akan memotivasi dan membantu klien
untuk menggunakan mekanisme koping adaptif kegiatan spiritual mengikuti kegiatan keagamaan
yang ada merupakan salah satu mekanisme koping adaptif yang dilakukan oleh klien dalam
menilai stressor yang dialami.
Data Objektif :
Mata
merah, wajah agak merah.
Nada suara
tinggi dan keras, bicara menguasai:
berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
Ekspresi
marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam.
Merusak
dan melempar barang-barang.
Data Objektif :
mendengar/melihat sesuatu
kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
3. Data Subyektif : Isolasi sosial :
Klien mengatakan saya tidak menarik diri
mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri,
bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin
mencederai diri/ingin mengakhiri
hidup, Apatis, Ekspresi sedih,
Komunikasi verbal kurang,
Aktivitas menurun, Posisi janin
pada saat tidur, Menolak
berhubungan, Kurang
memperhatikan kebersihan
D. POHON MASALAH
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
3. Isolasi sosial : menarik diri
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan(Tuk/Tu Kriteria Intervensi Rasional
m) Evaluasi
Gangguan TUM: 1. Ekspresi 1.1 Bina Hubungan saling
perubahan Klien tidak wajah hubungan saling percaya
sensori mencederai bersahabat, percaya dengan merupakan dasar
persepsi: diri sendiri, menunjukkan mengemukakan untuk
halusinasi orang lain, dan rasa senang, prinsip memperlancar
dengar lingkungan. ada kontak komunikasi Interaksi yang
(auditori) mata, mau terapetik: selanjutnya akan
TUK 1: berjabat a. Sapa klien dilakukan.
Klien dapat tangan, mau dengan ramah
membina menyebutkan baik verbal
hubungan nama, mau ataupun
saling percaya. menjawab nonverbal
salam, klien b. Perkenalkan
mau duduk diri dengan sopan
berdampinga c. Tanyakan nama
n dengan lengkap klien dan
perawat, mau nama panggilan
mengutaraka yang disukai klien
n masalah d. Jelaskan tujuan
yang pertemuan
dihadapinya. e. Tunjukkan
sikap empati dan
menerima klien
apa adanya
f. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatian
kebutuhan dasar
klien.
2.2 Diskusikan
dengan klien
tentang apa yang
dirasakannya jika
terjadi halusinasi
(marah, takut,
sedih dan
senang), beri
kesempatan pada
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya.