Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR RASA AMAN DAN NYAMAN

HALUSINASI PENDENGARAN

PENDAHULUAN

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk di
Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan
berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus
gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang.

Data Riskesdas (2013), memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan
gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6%
dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia
mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Prevalensi gangguan jiwa
tertinggi di indonesia terdapat di daerah khusus Pasien dengan halusinasi jika tidak segera ditangani
akan memberikan dampak yang buruk bagi penderita, orang lain, ataupun lingkungan disekitarnya,
karena pasien dengan halusinasi akan kehilangan kontrol dirinya. Pasien akan mengalami panik dan
perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya, pada situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri
(suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan. Untuk meminimalkan dampak
yang ditimbulkan dibutuhkan peran perawat yang optimal dan cermat untuk melakukan pendekatan

PENGOLAHAN KASUS

1.1 Konsep Dasar Aman Nyaman

2.1.1 Defenisi Aman Nyaman

Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologi (Potter & Perry, 2006). Perawat harus
mengkaji bahaya yang mengacam keamanan klien dan lingkungan, dan selanjut nya melakukan
intervensi yang diperlukan. Dengan melakukan hal ini, maka perawat adalah orang yang perperan aktif
dalam usaha pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan peningkatan kesehatan. Ketika
kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul.
Keaadaan aman, stabilitas, proteksi dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak
terpenuhi ,maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutahan
lainnya.

Kenyaman di pandang secara holistik, yaitu :

1. Fisik berhubungan dengan sensasi tubuh.


2. Sosial berhubungan dengan hubungan interpersonal keluarga dan sosial
3. Psikospritual berhungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi harga
diri, seksualitas, dan makna
4. Lingkungan berhungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti cahaya,
buyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainya. Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman
diartikan perawat telah memberikan kekuatan harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan
bantuan. Secara umum dalam aplikasinya.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aman dan Nyaman

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan, antara lain: (Yusuf, 2015)

1. Emosi kecemasan, depresi, dan marah yang tidak terkendali akan mudah terjadi dan
mempengaruhi keamanan dan kenyaman Kecemasan adalah emosi perasaan yang timbul
sebagai respon awal terhadap stress psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti bagi
individu (Imam Zainuri, 2016)
2. Status mobilisasi keterbatasan aktivitas, paralisis,kelemahan otot, dan kesadaran menurut
memudahkan terjadinya resiko injury menyebabkan klen selalu merasa tidak aman dalam
beraktivitas dan tidak nyaman dengan keterbatasan fisik yang dialaminya
3. Gangguan persepsi sensori mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya
seperti gangguan penciuman, pendengaran dan penglihatan yang lebih sering tidak nyata
menimbulkan rasa tidak nyaman saat gangguan datang.
4. Keadaan imunitas gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit
5. Tingkat kesadaran pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsanganya paralisis,
disorientasi dan kurang tidur
6. Informasi atau komunikasi gangguan kominikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca
dapat menimbulkan kecelakaan
7. Gangguan tingkat pengetahuan kesadaraan akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan
dapat diprediksi sebelumnya
8. Pengguanaan antibiotik yang tidak rasioanal, antibiotik dapat menimbulkan resistensi dan
anafilaktik syok.
9. Status nutrisi keadaan nutrisi yang kurang menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan
penyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi berisiko terhadap penyakit tertentu
10. Usia perbedaan usia membedakan akibat yang terjadi dari apa yang dilakukan
11. Jenis kelamin secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berspon
terhadap tingkat kenyamanannya
12. Kebudayaan keyakianan dan nilai-nilai kebudayan mempengaruhi cara individu meningkatkan
dan mengatasi kenyamanan dala hidupnya

2.1.3 Defenisi Halusinasi Pendengaran

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
mengetripestasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar (Stuart, 2007).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran)
dan rangsanga eksternal (dunia luar) .

2.1.4 Jenis Halusinasi

a. Halusinasi Pendengaran
Bicara atau Tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menyedangkan telinga ke arah
tertentu, menutup telinga. Mendengar suara-suara atau kegadungan, mendengar suara-
suara yang mengajak bercakap cakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya
b. Halusinasi Penglihatan
Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas Melihat
bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat hantu atau monster
c. Halusinasi penghidungan
Menghidung seperti sedang membau-baui, bau-bauan tertentu, menutup hidung Membaui
bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang- kadang bau itu menyenangkan
d. Halusinasi pengecapan
Sering meludah, muntah Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
e. Halusinasi perabaaan
Mengaruk-ngaruk permukaan kulit Mengatakan ada serangga di permukaaan kulit, merasa
seperti tersengat listrik

2.1.5 Penyebab Halusinasi

1. Faktor predisposisi Menurut Yosep (2009),

faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi adalah:

a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga
menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan
lebih rentan terhadap stress
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian,
dan tidak percaya pada lingkunganya.
c. Faktor Biokimia
Mempuyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya steres yang berlebihan dialami
seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivitasnya neutrotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan
zat adiktif. hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang
tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung
mengalami skizofrenia. Hasil studi menjunjukan bahwa fakor keluarga menunjukkan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi Menurut Stuart (2007)

faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :

a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatakan ketidakmampuan
untu secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan
b. Stress lingkungan
Ambang tolenrasi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadi gangguan perilku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

2.1.6 Tanda dan Gejala Halusinasi

prilaku pasein yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut:

1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri


2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,dan respon verbal yang lambat
3. Menarik diri dari orang lain dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyaya dan keadaan yang tidak nyata
5. Terjadi peningkatan denyut jantu
6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan berkonsentrasi
dengan pengalaman sensorinya
7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), dan takut
8. Sulit berhubungan dengan orang lain
9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
11. Tampak tremor dan berkeringat, prilaku panik, agitasi dan katatong, pernapasan dan tekanan
darah.

2.1.7 Faktor-Faktor Halusinasi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya halusinasi, yaitu:

1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber dan dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Diperoleh dari klien maupun keluarganya.
Faktor predisposisi dapat mengikuti faktor perkembangan, sosiokultural biokimia, psikologis dan
genetik.
faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi adalah:
A. Faktor Perkembangan Tugas
perkembangan pasein terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga
menyebabkan pasein tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah prustasi, hilang percaya diri
dan lebih rentan terhadap stress.
B. Faktor sosiokoltural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan,
kesepian dsn tidsk percaya pada lingkungannya.
C. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan
dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
D. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adektif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan pasein dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasein lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
E. Faktor Genetik
Penelitian menunjukkan bawah anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bawah faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman,
atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari
lingkungan,seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi,
objek yang ada dilingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencitus
terjadinya halusinasi.
faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak,yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidak
mampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterprestasikan.
b. Stress
Lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap sestresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. Sumber Koping
Sumber Koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi stress
2.1.9 Penatalaksanaan
ada 2 (dua) jenis penatalaksanaan yaitu sebagai berikut:

1. Terapi Farmakologi

A.Haloperidol (HLP)
1) Klasifikasi
Sebagai antipsikotik, neuroleptik, butirofenon
2) Indikasi
Penatalaksanaan psikosis kronik dan akut, pengendalian hiperaktivitas dan masalah prilaku
berat pada anak-anak.
3) Mekanisme kerja
Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipahami sepenuhnya, tampak menekan SSP
pada tingkat subkortikal formasi reticular otak, mesenfalon dan batang otak.
4) Kontra indikasi
Hipersensitifitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan sumsum tulang, kerusakan otak
subkortikal, penyakit Parkinson dan anak dibawah usia 3 tahun.
5) Efek samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, mulut kering dan anoreksia.

B. Chlorpromazin
1) Klasifikasi
sebagai antipsikotik, antiemetik.
2) Indikasi
Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania pada gangguan bipolar, gangguan
skizoaktif, ansietas dan agitasi, anak hiperaktif yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan.
3) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja antipsiotik yang tepat belum dipahami sepenuhnya, namun mungkin
berhubungan dengan efek antidopaminergik. Antipsikotik dapat menyekat reseptor dopamine
postsinaps pada ganglia basal, hipotalamus, system limbik, batang otak dan medula.
4) Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sumsum tulang, penyakit
Parkinson, insufiensi hati, ginjal dan jantung, anak usia dibawah 6 bulan dan wanita selama
kehamilan dan laktasi.
5) Efek Samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipotensi, ortostatik, hipertensi, mulut kering,
mual dan muntah.

C. Trihexypenidil (THP)
1. Klasifikasi
Sebagai antiparkinson
2. Indikasi
Segala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal berkaitan dengan obat antiparkinson
3. Mekanisme kerja
Mengoreksi ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan kelebihan asetilkolin dalam korpus
striatum, asetilkolin disekat oleh sinaps untuk mengurangi efek kolinergik berlebihan.
4. Kontra indikasi
Hipersensitifitas terhadap obat ini, glaucoma sudut tertutup, hipertropi prostat pada anak
dibawah usia 3 tahun.
5. Efek samping
Mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut kering, mual dan muntah.

2. Terapi non Farmakologi

a) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Terapi aktivitas kelompok yang sesuai dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi adalah TAK
Stimulasi Persepsi.
b) Elektro Convulsif Therapy (ECT)
Merupakan pengobatan secara fisik menggunakan arus listrik dengan kekuatan 75-100 volt, cara
kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan bahwa terapi ini dapat
memperpendek lamanya serangan Skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan orang
lain
c) Pengekangan atau pengikatan
Pengembangan fisik menggunakan pengekangannya mekanik seperti manset untuk pergelangan
tangan dan pergelangan kaki sprei pengekangan dimana klien dapat dimobilisasi dengan
membalutnya,cara ini dilakukan pada klien halusinasi yang mulai menunjukan perilaku
kekerasan diantaranya : marah-marah/mengamuk.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian Halusinasi

adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghidungan. Pasien
merasakan stimulus yang tidak sebenarnya tidak ada (Keliat, 2010)

1. Faktor presipitasi

a) Sosial budaya
Teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat meyebabkan terjadi respon neurobiologis
yang maladaptif, misalnya lingkungan yang penuh dengan kritik (bermusuhan), kehilangan
kemandirian dalam kehidupan, kehilangan harga diri, kerusakan dalam hubungan interpersonal
dan gangguan dalam gangguan interpersonal, kesepian, tekanan dalam pekerjaan dan
kemiskinan. Teori ini mengatakan bahwa stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap
terjadi gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan
b) Biokimia
Dopamine, norepineprin, zat halusinagen dapat menimbulkan persepsi yang dingin oleh klien
sehingga klien cenderung membenarkan apa yang dikhayal

2. Predisposisi

a) Faktor Biologi
Adanya hambatan dalam perkembangan otak khusus konteks lobus provital, temporal dan
limbik yang disebabkan gangguan perkembangan dan fungsi susunan saraf pusat. Sehingga
menyebabkan hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan mun kin prilaku menarik diri
dapat menyebabkan orang tidak mau bersosialisasi sehingga kemampuan dalam menilai dan
berespon dengan realita dapat hilang dan sulit memberikan rangsang internal dan eksternal.
b) Faktor psikologis
Halusinasi dapat terjadi pada orang yang mempunyai keluarga overprotektif, sangat cemas
hubungan dalam keluarga yang dingin dan tidak harmonis, perhatian dengan orang lain yang
sangat berlebih ataupun yang sangat kurang sehingga menyebabkan koping individu dalam
menghadapi stress tidak adaptif
c) Faktor sosial Budaya
Kemiskinan dapat sebagai faktor terjadi halusinasi bila individu mempunyai koping yang tidak
efektif maka ia akan suka berkhayal menjadi orang hanya dan lama

3. Perilaku

a. Fungsi kognitif

Pada fungsi kognitif terjadi perubahan daya ingat, klien mengalami kesukaran dalam menilai dan
menggunakan memorinya atau klien mengalami daya ingat jangka panjang/pendek klin menjadi pelupa
dan tidak berminat.

1. Cara berpikir magis dan primitif :


klien menaggap bahasa diri dapat melakukan sesuatu yang mustahil bagi orang lain, misalnya
dapat berubah menjadi spiderman. Cara berpikir klien seperti anak pada tingkat perkembangan
anak pra sekolah
2. Perhatian :
klien tidak mampu mempertahankan perhatianya atau mudah teralih, serta konsentrasi buruk,
akibatbya mengalami kesulitan dan berkonsentrasi terhadap tugas
3. Isi pikir :
klien tidak mampu memproses stimulus interna dan eksterna dengan baik sehingga terjadi
curiga, siar pikir, sisip pikir, somatic.
4. Bentuk dan perorganisasi bicara :
klien tidak mampu mengorganisasian peikiran dan menyususn pembicaraan yang logis derta
kohern. Gejala yang sering ditimbulkan adalah kehilangan asosiasi, kongensial, inkoheren/
neologisme, sirkumfansial, tidak masuk akal. Hal ini dapat diidentifikasi dari pembicaraan klien
yang tidak relevan, tidak logis bicara yang berbelit.

b. Fungsi Emosi

Emosi digambarkan dengan istilah mood adalah situasi emosi sedangkan efek adalah mengacu kepada
ekspresi yang dapat diamati dalam ekspresi wajah .Gerakan tangan, tubuh dan nada suara ketika
individu menceritakan perasaannya pada proses neurologis yang maladaptive

terjadi gangguan emosi yang dapat dikaji melelui perubahan efek :

1. Afek Tumpul :
kurangnya respon emosional terhadap pikiran, orang lain atau pengalaman klien tampak apatis.
2. Afek Datar :
tidak tampak ekspresi aktif, suara menahan dan wajah datar, tidak ada keterlibatan perasaan.
3. Afek tidak sesuai :
afek tidak sesuai dengan isis pembicaraan
4. Reaksi Berlebihan :
reaksi emosi yang berlebihan terhadap suatu kejadiaan
5. Ambivalen :
timbulnya dua perasaan yang bertentangan pada saat yang bersamaan.

C, Fungsi Motorik

Respon Neurologis Maladaptive menimbulkan prilaku yang aneh, membinggungkan dan kadang nampak
ridak kenal dengan orang lain. perubahan tersebut adalah:

a) Impulsif : cenderung melakukan gerakan yang tiba-tiba dan spontan


b) Manerisme : dilihat melalui gerakan dan ucapan seperti grimasentik
c) Streobipik : gerakan yang di ulang tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulus yang jelas
d) Katatonia : kekacauan psikomotor pada skizofrenia tipe katatonik (eq : catatonic excitement,
stupor, catalepsy, flexibilitascerea imobilitas karena faktor psikologis, kadang kala ditandai oleh
periode agitasi atau gembira, klien tampak tidak bergerak seolaholah dalam keadaan setengah
sadar

d. Fungsi sosial

Perilaku yang terkait dengan hubungan sosial sebagai akibat orang lain respon neurobiologis yang
maladaptive adalah sebagai berikut:

1) Kesepiaan
Perasaan terisolasi dan terasing, perasaan kosong dan merasa putus asa sehngga klien
dengan orang lain.
2) Isolasi sosial
Terjadi ketika klien menarik diri secara fisik dan emosional dan lingkungan. Isolasi diri klien
tergantung pada tingkat kesedihan dan kecemasan yang berkaitan dalam berhubungan
dengan orang lain.
3) Harga diri rendah Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan setiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain
yang digunakan untuk melindungi diri.
 Mekanisme koping sebagai berikut
a. Regresi :
menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
b. Proyeksi :
menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihka tanggung jawab
kepada orang lain
c. Menarik diri :
sulit mempercyai orang lain dan asyik dengan stimulus internal

2.2.2 Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehata klien, kemapuan klien unuk
menegelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan
lainya.

Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan
masalah kesehatanya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter &
Perry, 2005).

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk
menetukan masalah-masalah, serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya.

Tujuan pengumpulan data studi kasus dalam Penulisan Tulisan Ilmiah ini antra lain sebagai berikut :

a. Memperoleh informasi tentang kesehatan klien


b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
c. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya Data
yang perlu dikaji ada dua tipe sebagai berikut :
1) Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian.
Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide pasien
tentang status kesehatannya. Misalnya : tentang nyeri, perasaan lemah ketakuta, kecemasan,
frustasi, mual, peasaan malu (Potter & Perry, 2005)
2) Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan pabca indera (lihat,
dengar, cium dan raba) selama pemeriksaa fisik. Misalnya : Frekuensi nadi, pernafasan, tekanan
darah, berat badan tingkat kesadaraan (Potter & Perry, 2005).
3) Sedangkan data yang diperoleh pada pengkajian yang dilakukan Tn. A sebagai berikut :
a. Data subjektif :
klien sering mendengar : “kamu gak bisa membeli narkoba, kamu miskin dan gara-gara
kamu hancur” dan klien sering berbicara dan tertawa sendiri klien sering mengurung di
kamar.
b. Data objektif :
bicara atau tertawa sendiri, klien kurang bergairah, geliseh, lesu sering menyendiri
dikamar dan sering melamun dikamar pandangan mata tidak terarah.

2.2.3 Rumusan Masalah

Masalah yang mungkin muncul pada pasien Tn .A adalah sebagai berikut :

1. Halusinasi pendengaran
2. Isolasi sosial

2.2.4 Perencanaan

Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanan dimana perawat akan menyusun
rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi masalahnya, perencanaan di susun
berdasarkan diagnosa keperawatan (Yosep,2009).

1. Tindakan keperawatan untuk klien halusinasi pendengaran yaitu :

a. Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:

1. Klien mengenali halusinasi yang di alaminya


2. Klien dapat mengontrol halusinasinya
3. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal

b. Tindakan keperawatan

a) Membantu klien mengenali halusinasi


Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, kita dapat melakukan cara berdiskusi dengan
pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar dan dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat
halusinasi muncul.
b) Melatih pasien mengontrol halusiinasi
untuk membantu pasien agar mampu mengontor halusinasi kita dapat melatih pasien empat
cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut adalah :
a) Menghardik halusinasi
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
c) Melakukan aktifitas terjadwal
d) Menggunakan obat secara terarut

2. Tindakan keperawata pada pasien Isolasi sosial adalah :

a. Tujuan tindakan untuk pasien

1) Membina hubungan saling percaya


2) Menyadari penyebab Isolasi sosial
3) Mengetahui keuntugan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
4) Melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap
B

b. Tindakan keperawat

1) Membina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien


b) Berkenalan dengan klien. Perkenalan nama panggilan yang saudara sukai, tanyakan
nama dan nama panggilan klien
c) Menyakan perasaan dan keluhan klien saat ini
d) Buat kontrak asuhan keperawatan, mencakup hal-hal apa yang saudara akan lakukan
bersama klien, berapa lama akan dikerjakan dan dimana tempatnya
e) Jelaskan bahwa saudara akan merahasikan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
f) Tunjukan sikap empati terhadap klien setiaap saat
g) Penuhi kebutuhan dasar klien bila memungkinkan

2) Meyadari penyebab isolasi sosial

a) Tanyakan siapa saja orang yang satu rumah dengan klien


b) Tanyakan siapa orang yang dekat dengan klien dan apa sebabnya
c) Tanyakan setiap orang yanggtidak dekat dengan klien dan apa sebabnya

3) Mengetahui keuntungan dan kerugiaan berinteraksi dengan orang lain

a) Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain


b) Tanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
c) Diskusikan pada klien keuntungan bila klien memilki banyyak teman dan tidak bergaul
akrab dengan mereka
d) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien.

2.3 Asuhan Keperawatan Kasus

2.3.1 Pengkajian

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 31 tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : STM
Pekerjaaan : Wiraswasta
Alamat : Sari Rejo Medan Polonia
Tanggal Pengkajian : 13 Juni 2017
Diagnosa Medis : Halusinasi Pendengaran
II. Keluhan Utama

Keluarga Tn. A mengatakan pasien sering ngomong-ngomong sendiri, klien juga sering mengatakan gara-
gara aku hancur dan kamu tidak mampu untuk membeli narkoba, kamu miskin.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang

A. Propocative / Palliative

1. Apa penyebabnya :

klien sering mendengar suara-suara yang mengatakan kamu tidak mampu membeli narkoba, dan kamu
Universitas Sumatera Utara 35 miskin, klien sering mengatakan gara-gara kamu aku hancur, klien sering
berbicara sendiri di kamar pasien, dan tertawa sendiri

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :

ketika orang tua (ibu) klien menegurnya klien langsung sadar, tetapi hanya beberapa menit saja, setelah
itu klien langsung kembali seperti berbicara sendiri dan tertawa sendiri.

B. Quantity / Quality

1. Bagaimana dirasakan :

Apakah pasien merasa nyaman dengan situasi tersebut

2. Bagaimana dilihat:

klien tampak lebih gelisah dan klien arah pandangan mata tidak terarah,klien lebih sering melamun di
kamarnya sendiri

C. Severity

Keluarga klien mengatakan suara-suara tersebut merasa tempat menganggu Tn . A dengan kondisi nya
sekarang.

D. Time

Keluarga klien mengatakan Tn. A suara itu muncul pada saat klien sendiri dikamar dan melamun pada
malam hari

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah mengalami gangguan
jiwa, klien seperti ini karna menggunakan narkoba dari SMP, maka klien mengalami gangguan jiwa

B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan Kelurga klien pernah melakukan pengobatan ke RS PRINGADI
ke bagian saraf dengan Dokter Mawar Keluarga mengatakan di berinya obat saraf dan penenang klien
C. Pernah dirawat / dioperasi Keluarga mengatakan Tn.A pernah dirawat di RS. Pringadi

D. Lama dirawat 1 minggu klien dirawat di RS. Pringadi E. Alergi Klien tidak mengalami riwayat alergi

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang Tua Orang tua klien tidak memiliki riwayat gangguan jiwa seperti klien

B. Saudara kandung Tidak memiliki riwayat gangguan jiwa

C. Penyakit keturunan yang ada Tidak ada memeliki riwayat gangguan jiwa

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Tidak ada memilki riwayat gangguan jiwa

E. Anggota keluarga yang meninggal Ayah klien meninggal dunia saat klien STM (Kelas 1)

F. Penyebab Meninggal Ayah klien meninggal karna ayahnya memiliki riwayat DM

G. Genogram Klien anak 3 dari 3 bersaudara

IV. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A.Persepsi klien tentang penyakitnya :

Klien mengetahui bawa dirinya menggalami gangguan jiwa.

B. Konsep Diri

 Gambaran diri : Klien menyukai anggota tubuh nya

 Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh dan melakukan aktivitas seperti biasa (membantu orang tuanya)
dan dapat berkerja

 Harga diri : Klien mengatakan dirinya tidak berarti

 Peran diri : Klien sebagai anak dalam keluarganya

 Identitas : Klien berpendidikan STM, dan belum menikah

C. Keadaan Emosi Pasien dapat menggontrol emosinya

D. Hubungan Sosial

 Orang yang berarti: Bagi klien orang yang berarti adalah orang tuanya (ibu)

 Hubungan dengan keluarga : Klien mengatakan hubungan dengan kelurganya baik

 Hubungan dengan orang lain : Klien mengatakan hubungan dengan tetangganya baik dan hubungan
dengan masyarakat nya baik.

 Hambatan dalam hubungan dengan orang lain : Tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain.

VII. STATUS MENTAL


 Penampilan : Klien berpakaian rapi yang sesuai, kuku tangan pendek karena orang tua klien selalu
memotang nya kuku klien saat panjang

 Pembicaraan : Selama wawancara dengan klien mudah diajak biscara tetapi terkadang ngahur saat
diajak bicara, dan kontak mata klien tidak terarah

 Interaksi selama wawancara : Selama wawancara dengan perawat, klien tampak kooperatif dan
kontak mata mudah beralih kearah yang tak menentu dan sulit konsentrasi

 Alam perasaan : Klien tampak tidak semangat dan tidak bergairah, lesu

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan klien sadar, dengan tanda-tanda vital. Tekanan darah : 120 / 90 mmHg , Nadi : 80x/i ,
Pernapasan : 18x/i dan suhu tubuh 36.5̊ C. Bentuk kepala bulat, simetris, kulit kepala bersih dan
penyebaran rambut merata, wajah klien oval. klien memiliki dua mata dengan simetris, dua telingga
dengan simetris dan tidak ada kelainan pendengaran, posisi hidung simetris dan terdapat dua lubang
hidung, keadaan bibir simetris dan lembab klien juga dapat Universitas Sumatera Utara 39 membedakan
rasa asam, manis, pahit, dan asin, keadaan leher simetris tidak kelainan pada leher klien, kulit klien
bersih tidak kelainan kulit.

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Pola makan dan minum

 Frekuensi makan /hari : 3 kali sehari

 Nafsu / selera makan : klien tidak nafsu makan

 Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati

 Alergi : klien tidak memilki alergi

 Mual dan muntah :tidak ada mual dan muntah

 Tampak makan memisahkan diri : klien tidak ada memisahkan diri saat makan , klien makan dengan
keluarga nya

 Waktu pemberian makan : pagi, siang, dan malam

 Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, jeni nasi + lauk pauk dan sayur dan klien apa yang dimasak
keluarganya dimakan

 Waktu pemberian cairan : tidak ditentukan

 Masalah makan dan minum : klien tidak mengalami kesulitan makan dan menelan 2. Perawatan diri /
personal hygiene

 Kebersihan tubuh : terlihat bersih

 Kebersihan gigi dan mulut : terlihat bersih


 Kebersihan kuku dan kaki : bersih dan pendek 3. Pola kegiatan / aktivitas

 Kegiatan aktivitas klien : mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan mandiri Universitas
Sumatera Utara 40

 Kegiatan ibadah klien : klien terkadang sholat, dan sering orang tua klien membaca kan Alqura pada
klien

X. POLA ELIMINASI

1. BAB

 Pola BAB : 2x/ sehari

 Karakter feses : lembek

 Riwayat pendarahan : klien tidak memiliki riwayat pendrahan

 BAB Terakhir : malam hari

 Diare : klien tidak mengalami diare

 Penggunaan laksatif : klien tidak menggunakan laksatif

2. BAK

 Pola BAK : 5-6 x/sehari

 Kateter urine : klien tidak menggunakan kateter urine

 Nyeri / kesulitan BAK : tidak ada rasa nyeri atau kesulitan BAK XI. MAKANISME KOPING Saat ada
masalah klien sering bercerita pada ibunya.

2.3.3 Rumusan Masalah

1. Halusinasi pendengaran

2. Isolasi social

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pengakajian yang dilakukan kepada Tn. A mendengar suarasuara yang mengatakan kamu tidak
mampu untuk membeli narkoba, kamu miskin,gara-gara kamu aku hancur, tertawa sendiri dan
bercakap-cakap sendiri. Suarasuara itu muncul saat Tn. A melamun di siang hari, Tn. A nampak tidak
bersemangat dan kurang kosentrasi, tampak lesu. Klien juga mengatakan dia tidak nyaman di kamar nya
karena orang yang disekitar nya memukul dan menyekitin Tn. A. Dari data diatas Tn. A mengalami
halusinasi pendengaran dan gangguan rasa nyaman.
3.2 Saran

Diharapkan harus melakukan pendek atan yang kooperatif kepada klien dengan dan mengenal asuhan
keperawatan pada pasien halusinasi pendengaran .

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan harus melakukan pendek atan yang kooperatif kepada klien dengan dan mengenal asuhan
keperawatan pada pasien halusinasi pendengaran dan evalusi perkembangan klien.

2. Bagi Kepala Desa

Diharapkan harus melakukan data kesehatan untuk mengetahui warga ada yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa dan mengatasi masalah kesehatan jiwa warga dan segera membawa ke puskemas
terdekat.

DAFTAR PUSTAKA

Akemat, dkk. (2010). Model Pratik Keperawatan Prefesional Jiwa , Jakarta :Penerbit Buku Kedoktera EGC

Dalami. E. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta:Trans Info Media

Deden, dkk. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep Dan Kerangka Kerja I Asuhan Keperawatan Jiwa .
Yogyakarta : Gosyen Publishing

Direja. A. H. S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Nuha Medika

Fitria. N. (2012). Prinsip Dasar aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Jakarta : Salemba Medika

Keliat, B. A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC

Potter dan Perry. (2006) Buku Ajar Fundamental keperawatan : Konsep Dasar dan Pratik .Edisi ke – 4 .
Alih Bahasa Renata Komalsari dkk . Penerbit

Buku Kedokteran , Jakarta : EGC

Prabowo. E, (2014) . Konsep &Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Nuha Medika

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
RI. Diakses 28 Juni 2017, dari

www.depkes.go.id<download>general Stuart, G. W dan Sunden, S. J. (2007). Buku Saku Keperawatan


Kesehatan Jiwa ,Jakarta : EGC

WHO. (2016). Kesehatan Jiwa. www.depkes.go.id.

Zainuri. I, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa . Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai