Oleh
ELLY IRMAYANTI
891221018
Pemangkat, …………………………2022
Mengetahui
Pembimbing Akademik Mahasiswa
B. ETIOLOGI
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara
signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Beberapa
penyebab anemia secara umum antara lain :
1. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
2. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah yang
berlebihan.
3. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
4. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, penyakit
kronis dan kekurangan zat besi.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem
dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini,
bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat
pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang
tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke
atau serangan jantung.
D. KLASIFIKASI
Anemia Aplastik
1. Penyebab
Obat-obatan (chloramphenicol, insektisida, anti kejang)
Penyinaran yang berlebihan
Sumsum tulang yang tidak mampu memproduksi sel darah merah
2. Gejala Klinis
Pucat
Cepat lelah
Lemah
Gejala icokopenia / trombositopeni
3. Pemeriksaan penunjang
Terdapat pensitopenia sumsum tulang kosong diganti lemak, neotrofil kurang dari 300 ml,
trombosit kurang dari 20.000/ml, retikulosit kurang dari 1% dan kepadatan seluler sumsum
tulang kurang dari 20%.
4. Pengobatan
Berikan transfusi darah “Packed cell”, bila diberikan trombosit berikan darah segar/
platelet concentrate
Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik, hygiene yang baik perlu untuk mencegah
timbulnya infeksi
Untuk anemia yang disebabkan logam berat dapat diberikan BAC (Britis Antilewisite
Dimercaprol)
Transplantasi sumsum tulang
Prednison dan testoteron (Prednison dosis 2-5 mg/kg BB/hari per oral, Testoteron dosis
1-2 mg/kg BB/hari secara parenteral, Hemopocitik sebagai ganti testoteron dosis 1-2
mg/kg BB/hari per oral)
E. PATOFISIOLOGI
Sel darah merah (eritrosit) tidak memiliki inti sel, mitokondria, atau ribosom. Sel darah
merah tidak dapat bereproduksi atau melakukan fosforilasi oksidatif sel atau sintesis protein.
Sel darah merah mengandung protein hemoglobin, yang mengangkut sebagian besar oksigen
dari paru ke sel-sel diseluruh tubuh. Hemoglobin menempati sebagian besar ruang intrasel
eritrosit. Sel darah merah diproduksi di dalam sumsum tulang yang berespon terhadap faktor
pertumbuhan hemopoietik, terutama eritropoietin, dan memerlukan zat besi, asam folat serta
vitamin B12 untuk melakukan sintesis. Pada saat sel darah merah hampir matang, sel akan
dilepas keluar dari sumsung tulang, dan mencapai fase matang di dalam aliran darah, dengan
masa hidup sekitar 120 hari. Selanjutnya, sel ini akan mengalami disintegrasi dan mati. Sel-
sel darah merah yang mati diganti sel-sel yang baru yang dihasilkan dari sumsum tulang. Jika
sel darah merah yang mati dalam jumlah berlebih, sel darah merah yang belum matang akan
dilepas dalam jumlah yang lebih banyak dari normal, akibatnya meningkatkan kadar
retikulosit yang bersirkulasi yang dikenali sebagai salah satu jenis anemia. Anemia akibat
gangguan pembentukan sel darah merah terjadi jika jumlah besi tidak adekuat atau tidak dapat
diakses, atau kekurangan asam folat, vitamin B12, atau globulin. Produksi sel darah merah
juga dapat tidak mencukupi jika mengalami penyakit sumsum tulang lainya. Defisiensi
eritropoetin, yang dapat terjadi pada gagal ginjal, juga dapat menyebabkan penurunan
produksi sel darah merah. Anemia akibat gangguan pembentukan sel darah merah berukuran
terlalu kecil (mikrositik) atau terlalu besar (makrositik), dan kandungan hemoglobin yang
secara abnormal rendah (hipokromik).
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misal berkurangnya eritropoesis) dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa
faktor di luar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah
merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial,
terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin yang terbentuk
dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direflesikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang, kadar di atas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera). Apabila sel
darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai
kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul pada plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (misal apabila jumlahnya lebih dari sekitar
100mg/dl), hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urine
(hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat
memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien
dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik
tersebut. Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi, biasanya
dapat diperoleh dengan dasar hitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel
darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematanganya, seperti terlihat pada biopsi,
dan ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia yang terkait dengan kehilangan darah dapat menjadi akut dan kronis, anemia
akut adalah mempunyai peredaran RBC dalam jumlah besar. Pada orang dewasa dapat
kehilangan darah sebanyak 500 ml (di luar jumlah yang 6000 ml) tanpa berakibat yang seluas,
tetapi bila kehilangan sebanyak 1000 ml atau lebih maka dapat menyebabkan konsentrasi
akut. Macam gejalanya tergantung pada hilangnya darah dan pada tingkat akibat hypoxianya
(kurangnya oksigen pada jaringan), bila jumlah RBC-nya menurun maka sedikit oksigen yang
bisa dikirim ke jaringan. Kehilangan volume darah sebanyak 30% atau lebih akan
menimbulkan gejala seperti diaphoresis, gelisah, takikardia, tersengal-sengal dan syok.
Respon kompensasi tubuh terhadap hypoxia antara lain :
1. Tingkat out cardial dan pernafasan akan memperbanyak jumlah oksigen yang dikirim ke
jaringan
2. Tingkatkan pelepasan oksigen oleh hemaglobin
3. Tambahkan volum plasma dengan cara pengeluarkan cairan dari jaringan
4. Distribusi ulang darah ke organ-organ vital
Vasokontriksi pengganti darah pada organ-organ vital adalah bergantung yang
bertanggung jawab terhadap beberapa tanda gejala anemia, misalnya kepulatan / kedinginan,
atau lembab berlebihan. Cerebral hypoxia menimbulkan gejala gangguan mental mengantuk,
sakit kepala, pusing, dan finitus (telinga berdengung). Penyebab paling umum anemia
kekurangan zat besi terhadap kehilangan darah adalah merupakan anemia kronis ke dua,
tubuh memiliki daya adaptasi yang luar biasa dan dapat mengatur dengan sangat baik
terhadap pengurangan RBC dan Hb, dengan membentuk kondisi secara perlahan. Seseorang
bisa saja tidak menampakan gejala walaupun jumlah total RBC-nya telah turun. Hampir
separuh dari tingkat normal atau tingkat Hb-nya di bawah 7 gram/ml, bila jumlah
kehilangannya darah berlanjut secara perlahan maka sumsum kurang tidak dapat
mengimbangi dengan cara meningkatkan produksi RBC-nya. Bila penyebab kehilangan darah
kronis tidak diketahui dan tidak segera ditanggulangi, maka lambat laun sumsum tulang tidak
dapat mengimbangi kehilangan tersebut, dan gejala anemia pun akan segera muncul, akibat
dari hypoksia kronis dapat juga terjadi gejala gastrointestinal (anorexia, nausea, kontipasi,
atau diarrhea, dan stomatitis).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doengoes pemeriksaan diagnostik untuk diagnosa anemia antara lain :
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : Hemoglobin dan hematokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : Menurun (A / aplastik), menurun berat MCV (Mean Corpuskuler
Volume) dan MCH (Mean Corpuskuler Hemoglobin) menurun dan mikrositik dengan
eritrosit hipokromik (DB / defisiensi besi), peningkatan (AP) pansitopenia (aplastik)
3. Jumlah retikulosit : Bervariasi misal menurun (AP) meningkat (respon sumsum tulang
terkadang kehilangan darah (hemolisis)
4. Pewarnaan SDM : Mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengidentifikasi tipe khusus anemia)
5. LED : Peningkatan kerusakan SDM atau penyakit malignasi
6. Masa hidup SDM : Berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek
7. Tes perapuhan eritrosit : Menurun (DB)
8. SDP : Jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik)
atau menurun (aplastik)
9. Jumlah trombosit : Menurun (aplastik), meningkat (DB) normal atau tinggi (hemolitik)
10. Hemoglobin elektroforesis : Mengidentifikasi tipe struktur Hb
11. Bilirubin serum (tak terkonjugasi) : Meningkat (AP Hemolitik)
12. Folat serum dan vitamin B12 : Membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
diferensi masukan / absorbsi
13. Besi serum : Tak ada (DB), tinggi (hemolitik)
14. TIBC serum : Meningkat (DB)
15. Feritin serum : Menurun (DB)
16. Masa perdarahan : Memanjang (aplastik)
17. LDH serum : Mungkin meningkat (AP)
18. Tes schilling : Penurunan ekskresi vitamin B12 urine (AP)
19. Gualak : Mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukan
perdarahan akut / kronis (DB)
20. Analisa gaster : Penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP)
21. Aspirasi sumsum tulang / pemeriksaan biopsi : Sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah ukuran dan bentuk membentuk membedakan tipe anemia, misalnya : peningkatan
megaloblas (AP) lemak sumsum dengan penurunan sel darah (Aplastik)
22. Pemeriksaan endoskopik dan radiografik : Memeriksa sisi perdarahan (perdarahan GI)
G. PENATALAKSANAAN
1. Anemia Mikrositik Hipokrom
a. Anemia Defisiensi Besi
Mengatasi penyebab pendarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan
antelmintik yang sesuai.
Pemberian preparat Fe :
1) Fero sulfat 3 x 3,25 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat dimulai
dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap pada pasien yang tidak kuat dapat
diberikan bersama makanan.
2) Fero Glukonat 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat intoleransi
terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak dapat
diberikan oral, dapat diberikan secara parenteral dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg
BB). Untuk tiap gram % penurun kadar Hb di bawah normal.
3) Iron Dextran mengandung Fe 50 mg/l, diberikan secara intra muskular mula-mula 50
mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan dapat
pula diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5
menit menimbulkan reaksi boleh diberikan 250-500 mg.
b. Anemia Penyakit Kronik
Terapi terutama ditunjukkan pada penyakit dasarnya. Pada anemia yang
mengancam nyawa, dapat diberikan transfusi darah merah seperlunya. Pengobatan
dengan suplementasi besi tidak diindikasikan kecuali untuk mengatasi anemia pada
artritis rheumatoid. Pemberian kobalt dan eritropoetin dikatakan dapat memperbaiki
anemia pada penyakit kronik.
2. Anemia Makrositik
a. Defisiensi Vitamin B12 / Pernisiosa
Pemberian Vitamin B12 1000 mg/hari IM selama 5-7 hari 1 x/bulan
b. Defisiensi asam folat
Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula dengan pemberian
/ suplementasi asam folat oral 1 mg/hari
4. Anemia Hemolitik
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya. Bila karena
reaksi toksik imunologik yang dapat diberikan adalah kortikosteroid (prednison,
prednisolon), kalau perlu dilakukan splenektomi apabila keduanya tidak berhasil dapat
diberikan obat-obat glostatik, seperti klorobusil dan siklophosfamit.
5. Anemia Aplastik
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan etiologi dari
anemianya.
Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukanm seperti :
a. Transfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell. Bila diperlukan trombosit, berikan
darah segar / platelet concencrate
b. Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik, dan hygiene yang baik perlu untuk
mencegah timbulnya infeksi
c. Kortikosteroid dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan akibat
trombositopenia berat
d. Androgen, seperti pluokrimesteron, testosteron, metandrostenolon dan nondrolon. Efek
samping yang mungkin terjadi virilisasi, retensi air dan garam, perubahan hati dan
amenore
e. Imunosupresif, seperti siklosporin, globulin antitimosit. Champlin dkk menyarankan
penggunaannya pada pasien lebih dari 40 tahun yang tidak dapat menjalani transplantasi
sumsum tulang dan pada pasien yang telah mendapat transfusi berulang
f. Transplantasi sumsum tulang
H. PATHWAY
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif (data
yang didapatkan dari pasien / keluarga) melalui metode anamnesa dan data objektif (data hasil
pengukuran atau observasi). Menurut Biasanya data fokus yang didapatkan dari pasien
penderita anemia / keluarga seperti pasien mengatakan lemah, letih dan lesu, pasien
mengatakan nafsu makan menurun, mual dan sering haus. Sementara data objektif akan
ditemukan pasien tampak lemah, berat badan menurun, pasien tidak mau makan / tidak dapat
menghabiskan porsi makan, pasien tampak mual dan muntah, bibir tampak kering dan pucat,
konjungtiva anemis serta anak rewel.
Menurut Muscari dan Wijaya penting untuk mengkaji riwayat kesehatan pasien yang
meliputi :
a. Keluhan utama / alasan yang menyebabkan pasien pergi mencari pertolongan profesional
kesehatan. Biasanya pada pasien anemia, pasien akan mengeluh lemah, pusing, adanya
pendarahan, kadang-kadang sesak nafas dan penglihatan kabur
b. Kaji apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien atau
di dalam keluarga ada yang menderita penyakit hematologis
c. Anemia juga bisa disebabkan karena adanya penggunaan sinar-X yang berlebihan,
penggunaan obat-obatan maupun pendarahan. Untuk itu penting dilakukan anamnesa
mengenai riwayat penyakit terdahulu.
Untuk mendapatkan data lanjutan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan juga
pemeriksaan penunjang pada anak dengan anemia agar dapat mendukung data subjektif yang
diberikan dari pasien maupun keluarga. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4 cara yaitu
inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara head to toe sehingga dalam pemeriksaan
kepala pada anak dengan anemia didapatkan hasil rambut tampak kering, tipis, mudah putus,
wajah tampak pucat, bibir tampak pucat, konjungtiva anemis, biasanya juga terjadi
perdarahan pada gusi dan telinga terasa berdengung. Pada pemeriksaan leher dan dada
ditemukan jugular venous pressure akan melemah, pasien tampak sesak nafas ditandai
dengan respiration rate pada kanak-kanak (5-11 tahun) berkisar antara 20-30 x/menit. Untuk
pemeriksaan abdomen akan ditemukan perdarahan saluran cerna, hepatomegali dan kadang-
kadang splenomegali. Namun untuk menegakkan diagnosa medis anemia, perlunya dilakukan
pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan fungsi sumsum
tulang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi hemoglobin dalam
darah
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3. Intervensi
Dx 1 : Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Ekspektasi : Perfusi jaringan perifer adekuat
Kriteria hasil :
a. Pengisian kapiler ekstremitas
b. Muka tidak pucat
c. Capilary Refill Time <2 detik
Intervensi :
a. Monitor status homeodinamik meliputi nadi dan tekanan darah
b. Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi
c. Monitor asupan dan pengeluaran
d. Monitor adanya hipotensi ortostatis dan pusing saat berdiri
e. Monitor adanya sumber-sumber kehilangan cairan (perdarahan, muntah, diare, keringat
yang berlebihan, dan takipnea)
f. Monitor adanya data laboratorium terkait dengan kehilangan darah (misalnya hemoglobin,
hematokrit)
g. Monitor area IV terkait dengan tanda dan gejala dari adanya infiltrasi, phlebitis dan infeksi
lokal
h. Monitor adanya reaksi transfusi
i. Monitor dan atur jumlah aliran selama transfusi
j. Beri saline ketika transfusi selesai
k. Dokumentasikan waktu transfusi
l. Dokumentasikan volume infus
Dx 3 : Intoleransi aktivitas
Ekspektasi : Toleransi dengan aktivitas
Kriteria hasil :
a. Saturasi oksigen saat beraktivitas normal
b. Frekuensi nadi saat beraktivitas normal
c. Warna kulit tidak pucat
d. Melakukan aktivitas secara mandiri
Intervensi :
a. Kaji status fisiologi pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan konteks usia dan
perkembangan
b. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang
dialami
c. Perbaiki defisit status fisiologi sebagai prioritas utama
d. Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga ketahanan
e. Monitor asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
f. Catat waktu dan lama istirahat / tidur pasien
g. Monitor sumber dan ketidaknyamanan / nyeri yang dialami pasien selama aktivitas
4. Implementasi
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih
sesuai dan dibutuhkan klien, dengan prinsip ketidaktahuan, ketidakmauan dan
ketidakmampuan sesuai kondisi saat ini.
5. Evaluasi
Kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan
anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan
patofisiologi dan strategi evaluasi. Menilai bahwa untuk mengetahui perkembangan penyakit
anemia diperlukan ke telatenan merawat, kesabaran dan dukungan, yang menggambarkan
perkembangan atau penurunan efektifitas dari intervensi yang dilakukan. Apabila terdapat
keadaan seseorang yang sakit kemudian mendapatkan perawatan dan selanjutnya dikatakan
sembuh, karena seseorang tersebut memiliki faktor pendukung yang meliputi keinginan,
harapan, kepatuhan dan dukungan.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN ANEMIA
DI RUANG ANAK
RSUD PEMANGKAT
Oleh
ELLY IRMAYANTI
891221018
I. IDENTITAS KLIEN
1. PERNAFASAN
Makan 3 x/hari
Pagi jam 06.00 Siang jam 12.00 Malam jam 19.00
Diet : Bubur lunak
Minum : 1500 cc/hari
Menggunakan [ ] Dot [X] Gelas [ ] Lain-lain ……………………………………
Makanan dan minuman yang tidak disukai minuman yang rasanya pahit
Nafsu makan [ ] Baik [X] Sedang [ ] Buruk
BB sebelum sakit : 20 kg, BB sekarang : 18 kg
[X] BB turun [ ] BB tetap [ ] BB naik
Keadaan saat ini :
[ ] Sulit mengunyah [ ] Stomatitis
[ ] Sakit menelan [ ] kebersihan mulut kurang
[X] Mual [ ] Muntah [ ] Nyeri ulu hati
Gigi bersih
Lidah : [ ] Basah [X] Kering [ ] Berselaput
[ ] Lain-lain misalnya ……………………………………………………
Selaput lendir : [ ] Basah [X] Kering [ ] Berselaput
[ ] Lain-lain misalnya …………………………………………
Abdomen : [ ] Supel [ ] kembung [X] Tegang
Hasil laboratorium :
[ ] Hipoproteimenia [ ] Hipoalbuminemia
[ ] Hipokalemia [ ] Hipokalsemia
[ ] Hiponatremia
Dextrostik : [X } Normal [ } Rendah [ ] Tinggi
Keterangan : …………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
4. ELIMINASI
Tingkat Kesadaran
[X] Compos mentis [ ] Apatis [ ] Somnolent
[ ] Sopor coma [ ] Coma
Orientasi
[ ] Waktu [ ] Tempat [ ] Orang [X] Bingung
Sifat Anak
[ ] Tenang [ ] Sedih [X] Cemas [ ] Lain-lain ………………………………
Berbicara
[ ] Sesuai/teratur [ ] Tak sesuai [ ] Menghina
[ ] Aphasia [X] Kacau
Kontak mata : [ ] Ya [X] Tidak
Pupil mata : [X] Isokor [ ] An isokor [ ] Dilatasi
[X] Bereaksi [ ] Tidak Bereaksi
Keterangan : ……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
6. KEAMANAN / MOBILISASI
6.a. Persepsi/koordinasi
Penglihatan
[X] Baik [ ] Kabar [ ] Ganda [ ] Buta warna
Pendengaran :
[X] Baik [ ] Tuli [ ] Nyeri
Sensori :
[ ] Baik [X] Pusing [ ] Pingsan [ ] Nyeri
[ ] Sakit Kepala [ ] Mati rasa
Keterangan : ………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
6.b. Mobilisasi
Aktifitas sehari-hari yang bisa dilakukan berjalan-jalan kesana kemari seperti ke toilet dll
[ ] Dapat menolong diri sendiri
[X] Ditolong dengan bantuan
Keadaan saat ini :
[X] Sulit berjalan [X] Kelelahan [ ] Nyeri
[ ] Gerakan yang terbatas [ ] kejang
[ ] Parasitis [X] Otot lemah [ ] Riwayat jatuh
[ ] Koordinasi yang rusak [X] Cemas
[ ] Pernafasan terganggu
[X] Pengetahuan kurang
[ ] Penglihatan kurang
[X] Gangguan Muskuloskeletal
[ ] Penurunan daya tahan tubuh
Keterangan : ……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
Persepsi klien/keluarga tentang status kesehatan sekarang pasrah akan keadaan karena
sudah takdir dari sang pencipta
Siapa yang merawat : [X] Ibu [ ] Bapak [ ] Saudara
[ ] Lain-lain …………………………………………………………
Hubungan dalam keluarga :
[X] Harmonis [ ] Tidak harmonis
Hubungan dengan teman :
[ ] Ramah [X] Kerja sama [ ] Nakal [ ] Egois
[ ] Lain-lain …………………………………………………………………………………
Sifat anak : [ ] Pemarah [X] Pemalu [ ] Pendiam
[ ] Manja [ ] Sabar [ ] Pemberani
[ ] Lain-lain ………………………………………………………………….
Prestasi belajar :
[ ] Baik [X] Sedang [ ] Kurang
Harapan klien/keluarga tentang pengobatan
Penyakitnya : semoga secepatnya bisa sembuh penyakitnya
Keterangan : ……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………….
6. SOSIAL EKONOMI
B. Tanda Vital :
C. Pemeriksaan Umum
1. Kulit :
a. Warna Pucat kebersihan sedang
b. Lesi tidak ada
c. Keadaan kering
d. Temperatur normal
e. Turgor kering oedema tidak ada
2. Kuku :
a. Keadaan panjang
b. Warna garis melintang berwarna
c. Bentuk kuku cembung
3. Rambut :
Warna : hitam Distribusi : lebat
Bentuk/Sifat rambut lurus mudah rontok tidak
4. Kepala :
Bentuk oval kesemetrisan rata
5. Wajah :
Bentuk standar warna sawo matang
6. Mata :
a. Bentuk dan gerak mata simetris
b. Warna konjungtiva : pucat
c. Sclera putih
d. Iris : hitam
e. Cornea : normal
f. Pupil refleks
g. Lensa jernih
h. Kelopak mata pitosis
i. Ketajaman penglihatan normal
7. Hidung
a. Mukosa hidung normal
b. Bulu hidung ada
c. Adakah akumulasi tidak sekret/darah tidak ada
d. Septum ada sedikit
8. Mulut
a. Bibir pucat, rata, kering
b. Mukosa pucat, kering
c. Lidah ada sedikit lapis putih
d. Uvula noormal
e. Gigi bersih
f. Pharing sedikit pucat
g. Tonsil sedikit pucat
h. Kebersihan mulut bersih
9. Telinga
a. Bentuk dan besarnya standar, normal
b. Letak rata
c. Benjolan tidak ada
d. Keadaan membran telinga normal
e. Adakah rasa nyeri, sekret, warna sekret, bau tidak ada nyeri, sekret ada
sedikit, kuning gelap, bau ada
10. Leher
a. Gerakan leher normal
b. Pembesaran getah bening tidak ada
c. Bendungan vena jugularis tidak tampak
d. Adakah tumor, oedema, lesi tidak ada
11. Dada :
a. Lingkar dada : tidak diukur
b. Gerakan dada : normal
c. Bentuk dada : standar
12. Paru-paru :
a. Gerakan pernafasan : normal
b. Pola pernafasan : normal
c. Frekuensi : 24 x/mnt
d. Suara pernafasan : vesikuler
13. Abdomen :
a. Menonjol dan gerakan tidak ada dan normal
b. Lembut, tegang, ada masa, cairan abnormal tegang, tidak ada, tidak ada
c. Perkusi sonor
d. Bising usus normal
e. Umbilikus normal
14. Hepar :
a. Adakah pembesaran : tidak ada
b. Teraba tidak
c. Sewaktu bernafas atau bergerak -
15. Kelenjar limpa :
a. Pembesaran tidak ada
b. Konsistensi -
c. Arah pembesaran -
d. Nyeri tekan : tidak ada
16. Ginjal :
a. Dapat diraba/tidak tidak
b. Pembesaran unilateral/bilateral -
17. Punggung
a. Bentuk normal
b. Lessi, tumor -
18. Ekstremitas atas dan bawah
a. Kekuatan otot lemah
b. Adakah atropi otot ada
c. Adakah fraktur tidak ada
d. Adakah kelumpuhan idak ada jenis -
e. Oedema/lessi tidak ada
f. Nyeri otot tidak ada
g. Refleks lutut/siku ada
19. Genitalia
a. Adakah pembesaran penis -
b. Lessi mukosa labia, clitoris tidak ada
c. Deformitas tidak ada
20. Anus
a. Perdarahan : -
b. Hemoroid : -
c. Atresia ani -
d. Massa, tumor : -
3. PEMERIKSAAN REFLEKS
A. Berkedip : ada
B. Moro : ada
(Normal : dijumpai sampai umur 4 bulan)
C. Rooting/mencari : ada
(Normal : dijumpai sampai umur 4 bulan)
D. Sucking/menghisap : ada
(Refleks menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa
stimulasi)
E. Swallowing/menelan : ada
F. Merangkak : ada
(Normal : bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki)
G. Palmar Grasp/menggenggam : ada
(Normal :dijumpai sampai umur 8 bulan)
H. Tanda Balbinski : ada
(Normal : dijumpai sampai umur < 1 tahun)
1. Urine : -
2. Feces : -
3. Kimia darah : -
C. Pengobatan
1. Simtomatik : -
2. Kausal/antibiotika : -
4. Terapi oksigen/karbondioksida : -
D. Radiologi
2. USG : -
3. Lumbal fungsi : -
ANALISIS DATA
No Symptom Etiology Problem
1. DS : Hb turun Perfusi perifer
- Pasien mengatakan lemah tidak efektif
↓
- Pasien mengatakan mata berkunang-kunang
Perfusi perifer
DO : turun
- Pasien tampak lemah
- Nadi : 120 x/mnt
- Suhu : 36,5oC
- Hb : 6,6
2. DS : Hb turun Intoleransi
- Pasien mengatakan tidak bisa bergerak aktivitas
↓
bebas karena otot kaki masih lemah
Imobilisasi
DO : ekstremitas
- Pasien tampak lemah
- Hanya berbaring di tempat tidur ↓
Intoleransi
aktivitas
3. DS : Kurang informasi Defisit
- Pasien mengatakan kurang mengetahui betul pengetahuan
↓
tentang penyakit yang di idapnya sekarang
Kurang
DO : pengetahuan
- Pasien tampak bingung
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Defisit pengetahuan b.d kurang informasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Edukasi
- Menjelaskan metode aktivitas
fisik sehari-hari, jika perlu
- Mengajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
- Menganjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial, spiritual,
dan kognitif, dalam menjaga
fungsi dan kesehatan
- Menganjurkan keluarga untuk
memberi penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapi
okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
Defisit pengetahuan b.d Tujuan : Terapeutik
3.
kurang informasi - Sediakan materi dan media
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan pendidikan kesehatan
Kriteria hasil :
Edukasi
- Minat klien dalam
belajar meningkat - Menjelaskan kepada klien
IMPLEMENTASI
No. Tanda
Waktu Implementasi Keperawatan
Diagnosa Tangan
- Periksa sirkulasi perifer seperti nadi perifer, pengisian
1. 14-11-2022
kalpiler, warna, dan suhu
EVALUASI
No Tanggal Tanda
SOAP
Diagnosa dan Jam Tangan
1 14-11-2022 S :
O:
- Suhu : 36,7oC
- Hb : 7,8
P : Lanjutkan intervensi
2 14-11-2022 S :
O:
P : Lanjutkan intervensi
3 14-11-2022 S :
O:
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
1 15-11-2022 S :
O:
- Suhu : 36,8oC
- Hb : 8,8
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2. 15-11-2022 S :
O:
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
1. 16-11-2022 S :
O:
- Suhu : 36,9oC
- Hb : 10,5
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, T. P. (2017). Standar diagnosa keperawatan indonesia definisi dan indikator diagnostik.
Jakarta Selatan : Dewan pengurus pusat PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia definisi dan kriteria hasil
keperawatan. Jakarta Selatan : Dewan pengurus pusat PPNI.
LAMPIRAN DOKUMENTASI