Anda di halaman 1dari 19

I.

KONSEP MEDIK
A. DEFINISI
Anemia berarti kekurangan sel darah merah dapat disebabkan oleh
hilangnya darah terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel
darah merah (Guyton, 1997:538)
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi
yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges,
1999:569).
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia
menunjukkan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh.
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai
penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah
normal (Handayani.,Haribowo. 2008).
Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan
kriteria WHO pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut
(Handayani & Andi, 2008):
1. Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
2. Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
3. Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
4. Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
5. Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl
B. ETIOLOGI
Penyebab dari anemia antara lain :
1. Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi karena;
Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia
a. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient
b. Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu
c. Inflitrasi sum-sum tulang
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan
b. Kronis karena perdarahan
c. Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi
karena;
a. Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD
b. Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit
4. Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada
Ini merupakan penyebab tersering dari anemia dimana terjadi
kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain
besi, vitamin B12 dan asam folat.
Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya:
1. Anemia Pasca Pendarahan Terjadi sebagai akibat perdarahan yang
massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan
atau yang menahun seperti pada penyakit cacingan.
2. Anemia Defisiensi Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel
darah.
3. Anemia Hemolitik Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang
berlebihan karena:
a. Factor Intrasel Misalnya talasemia, hemoglobinopati (talasemia
HbE, sickle cell anemia), sferositas, defisiensi enzim eritrosit
b. Factor Ekstrasel Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis
(inkompatibilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada transfuse
darah)
4. Anemia Aplastik Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah sum
sum tulang (kerusakan sumsum tulang).
C. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)
pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah
merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau
akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi
sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem
fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah
mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin
akan berdifusi dalam glomerulus ginjal kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan menganai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang
tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar hitung retikulosit
dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam
sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam
biopsy, dan ada tidaknya hiperbilirubinemia.
D. PENYIMPANGAN KDM

Absorbsi Fe, B12 dan asam folat berkurang,


Gangguan produksi sel darah merah, Kehilangan darah
Gangguan sumsum tulang belakang

Gangguan pembentukan eritrosit

Hemoglobin berkurang

Anemia

Transport Oksigen PERFUSI PERIFER


menurun TIDAK EFEKTIF

Kebutuhan Oksigen
tidak terpenuhi

Penurunan kerja Hipoksia Metabolisme anerob


GI
Penumpukan asam laktat
POLA NAPAS pada jaringan
Kerja lambung TIDAK EFEKTIF
menurun Kelelahan

INTOLERANSI AKTIVITAS
Asam lambung meningkat

anoreksia Mual, Muntah DEFISIT NUTRISI

BB menurun
E. TANDA DAN GEJALA
Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu,
lelah, lunglai. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada
bagian kelopak mata bawah).
Karena system organ dapat terkena, maka pada anemia dapat
menimbulkan manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan
timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi, tingakat aktivitasnya,
keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia. Secara umum
gejala anemia adalah :
1. Gejala anemia yang umum
a. Rasa lelah
b. Kurang bertenaga
c. Kulit yang pucat
d. Pusing dan sakit kepala
2. Gejala enamia yang parah
a. Kedinginan
b. Mati rasa pada tangan dan kaki
c. Sesak napas
d. Denyut jantung yang cepat atau tidak teratur
e. Nyeri dada
F. KOMPLIKASI
Jika dibiarkan tanpa penanganan, anemia berisiko menyebabkan
komplikasi serius, seperti:
1. Kesulitan melakukan aktivitas akibat kelelahan
2. Masalah pada jantung, seperti gangguan irama jantung (aritmia) dan
gagal jantung
3. Gangguan pada paru-paru, seperti hipertensi pulmonal
4. Komplikasi kehamilan, antara lain kelahiran prematur atau bayi
terlahir dengan berat badan rendah
5. Gangguan proses tumbuh kembang jika anemia terjadi pada anak-
anak atau bayi
6. Rentan terkena infeksi
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges,
1999:572)
1. Tes darah lengkap
Anemia biasanya dideteksi dari tes darah rutin. Tes ini disebut tes
darah lengkap dan akan menghitung jumlah serta proporsi sel darah
dalam pembuluh darah.
Pada penderita anemia, beberapa komponen tes darah lengkap akan
menunjukkan hasil tidak normal. Komponen ini meliputi:
1. Kadar sel darah merah yang rendah
2. Kadar hemoglobin yang rendah
3. Kadar hematokrit yang rendah
4. Indeks sel darah merah yang tidak norma
Indeks sel darah merah terdiri atas mean corpuscular volume
(MCV), mean corpuscular hemoglobin (MCH), dan mean corpuscular
hemoglobin concentration (MCHC)
Indeks sel darah merah dapat memberi gambaran terkait ukuran sel
darah merah dan kadar hemoglobin dalam sel darah merah.
Karakteristik ini akan membantu dokter untuk menentukan jenis
anemia.
2. Apus darah tepi dan hitung jenis
Ketika hasil tes darah lengkap menunjukkan adanya anemia, dokter
akan melakukan pemeriksaan lanjutan berupa apus darah tepi dan hitung
jenis sel darah putih.
Lewat kedua pemeriksaan tersebut, dokter dapat melihat bentuk
sel darah merah sekaligus ada tidaknya sel abnormal dalam darah.
3. Hitung kadar retikulosit
Retikulosit adalah sel darah merah yang masih muda. Pemeriksaan
ini juga bertujuan menentukan penyebab dan jenis anemia. Misalnya,
pasien dengan kadar retikulosit rendah bisa menandakan gangguan
produksi sel darah merah di sumsum tulang belakang.
4. Tes zat besi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis anemia defisiensi
besi. Secara umum, tiga jenis tes zat besi berikut yang bisa dijalani oleh
pasien:
a. Tes besi serum untuk mengukur jumlah zat besi dalam darah.
b. Tes feritin serum untuk mengukur jumlah protein yang membantu
dalam menyimpan zat besi dalam tubuh.
c. Tes transferin untuk memeriksa seberapa baik zat besi diangkut
dalam darah. Tes ini juga dikenal dengan nama total iron-binding
capacity test (TIBC).
5. Hitung kadar vitamin B12 dan asam folat
Vitamin B12 dan B9 (folat) diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah. Jika kadar kedua vitamin ini menunjukan angka di bawah
normal, dokter bisa mendiagnosis pasien dengan anemia defisiensi B12
dan folat.
6. Elektroforesis hemoglobin
Tes elektroforesis hemoglobin dilakukan untuk mengevaluasi
bentuk hemoglobin yang tidak normal. Hal ini ditemukan pada
penderita talasemia dan anemia sel sabit.
Bila hasil pemeriksaan anemia menandakan adanya kelainan, dokter
mungkin bisa menganjurkan pemeriksaan penunjang lain untuk
memastikan penyebab anemia.
Sebagai contoh, bila perdarahan diyakini sebagai penyebab anemia,
dokter akan melakukan prosedur endoskopi untuk memeriksa tanda-
tanda pendarahan di saluran pencernaan atas.
Kolonoskopi juga mungkin dilakukan guna mencari tanda
perdarahan atau kelainan lain dalam usus besar. Sampel sel dan sumsum
tulang pun dapat diambil untuk memeriksa produksi sel darah.

Tak hanya itu, dokter bisa melakukan pemeriksaan pencitraan


untuk mengevaluasi penyebab anemia lebih lanjut. Pemeriksaan ini
umumnya meliputi rontgen dada, ultrasonografi, CT scan, maupun MRI.
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari terapi anemia adalah untuk identifikasi dan
perawatan karena penyebab kehilangan darah,dekstruksi sel darah atau
penurunan produksi sel darah merah.pada pasien yang hipovelemik:
1. pemberian tambahan oksigen, pemberian cairan intravena,
2. resusitasi pemberian cairan kristaloid dengan normal salin.
3. tranfusi kompenen darah sesuai indikasi
Pengobatan berfokus pada penyebab yang mendasari terjadinya
anemia. Masalah kesehatan ini sering kali terjadi karena tidak
tercukupinya jumlah zat besi, vitamin B12, dan folat. Jadi, sebagian besar
cara penangannya berfokus pada konsumsi suplemen. Meski begitu, pada
beberapa kondisi, pengidap mungkin membutuhkan injeksi B12 karena
tidak mampu diserap dengan baik dari saluran pencernaan.
Sementara itu, beberapa pilihan pengobatan lainnya adalah:
1. Transfusi darah.
2. Pemberian obat yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh.
3. Pemberian obat dengan tujuan untuk memperbanyak sel darah
dalam tubuh, seperti suntikan eritropoietin.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses
keperawatan, pengkajian keperawatan ini bertujuan untuk menggali atau
mendapatkan data utama tentang kesehatan pasien baik itu fisik,
psikologis, maupun emosional. (Debora, 2013)
Menurut Ardiyansyah, (2012) yang harus dikaji pada klien yang
mengalami penyakit anemia adalah:
1. Identitas
Anamnesis terdiri dari identitas pasien meliputi nama, usia, jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, no.
register, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan
pasien kasus anemia adalah lemah dan pucat pada daerah wajah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keletihan, kelemahan, malaise umum, kebutuhan untuk tidur
dan istirahat, depresi, sakit kepala, kesulitan menelan, penurunan
penglihatan dan kemampuan untuk beraktivitas menurun.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Kecendrungan keluarga untuk anemia, keluarga adaah
vegetarian berat social ekonomi yang rendah.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik menurut Ardiyansyah, (2012) adalah:
a. Kesadaran: pada awalnya compos mentis, adalah perasaan tidak
berdaya.
b. Respirasi: tidak mengalami gangguan.
c. Kardiovaskuler: hipotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat,
sianosis, dan kulit/ membrane mukosa berkeringat (status shock,
nyeri akut).
d. Persarafan: pucat dan tampak lemah sakit kepala, kelemahan,
tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi/bingung
4. Pola-pola fungsi
Pengkajian pasien dengan anemia (Marrelli. 2008) meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala: keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi
terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda: takikardia/ takipnae; dispnea pada waktu bekerja atau
istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik
pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bah menurun, postur lunglai, berjalan
lambat.
b. Sirkulasi
Gejala: riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI
kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
Tanda: TD: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan
tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmi: abnormalitas
EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang
T; takikardia. Bunyi jantung: murmur sistolik (DB). Ekstremitas
(warna): pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).
Sklera: biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku: mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB). Rambut: kering, mudah putus, menipis, tumbuh
uban secara premature (AP).
c. Integritas ego
Gejala: keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
d. Eleminasi
Gejala: riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom
malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala: penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat,
tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam
folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor
kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB).
Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir: selitis, misalnya
inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
f. Neurosensori
Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
h. Pernapasan
Gejala: riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
j. Keamanan
Gejala: riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat
terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.
Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan
panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda: demam rendah, menggigil, berkeringat malam,
limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
k. Seksualitas
Gejala: perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau
amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda: serviks dan dinding vagina pucat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia
meliputi:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan dipsneu, takikardia
2. Perfusi periver tidak efektif berhubungan dengan penurunan O2 ke
otak ditandai dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan
dispnea, takikardia
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 1x8 jam, diharapkan pola
nafas membaik
Dengan kriteria hasil :
a. Dipsnea menurun
b. Frekuensi napa membaik
c. Tekanan ekspirasi meningkat
d. Tekanan inspirasi meningkat
Intervensi :
MANAJEMEN JALAN NAPAS
1) Observasi
a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
b) Monitor bunyi napas tambahan (mis. gungling, mengi,
wheezing, ronkhi kering)
2) Terapeutik
a) Posiskan semi Fowler atau Fowler
b) Berikan minum hangat
c) Berikan oksigen
3) Edukasi
a) Ajarkan teknik batuk efektif
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan O2
ke otak ditandai dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 1 x 8 jam diharapkan terjadi
peningkatan perfusi jaringan
Dengan kriteria hasil:
a. Denyut nadi perifer meningkat
b. Warna kulit pucat menurun
c. Kelemahan otot menurun
d. Pengisian kapiler membaik
e. Tekanan darah sistolik membaik
f. Tekanan darah diastolik membaik
Intervensi:
PERAWATAN SIRKULASI
1) Observasi
a) Periksa sirkulasi perifer ( mis.nadi , perifer, edema, pengisian
kapiler , warna, suhu, anklebrachial index)
b) Identifikasih faktor gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, rokok,
orang tua, hipertensi ,dan kadar kolestrol tinggi)
c) Monitor panas , kemerahan , nyeri , atau bengkak pada esternitas
2) Terapeutik
a) Hindari pemasangan infus atau pemgambilan darah di area
keterbatasan perfusi
b) Hindari pengukuran tekana darah pada esternitas dengan
keterbatasan perfusi
c) Hindari penekanan dan pemasangan turnequet pada area yang
cedera
d) Lakukan pencegahan infeksi
e) Lakukan perawatan kaki dan kuku
f) Lakukan hidrasi
3) Edukasi
a) Anjurkan berhenti merokok
b) Anjurkan berolaraga rutin
c) Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
d) Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah
antikoagulan dan penurun kolestrol jika perlu
e) Anjurkan mnum obat pengontrol tekanan darah secarah teratur
f) Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
g) Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis.
Melembabkan kulit kering pada kaki)
h) Anjurkan program rehabilitas vascular
i) Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
j) Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus di laporkan
(mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilang rasa)
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keletihan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan waktu yang telah
ditentukan, maka toleransi aktivitas meningkat.
Dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi nadi meningkat
b. Saturasi oksigen meningkat
c. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
d. Kecepatan berjalan meningkat
e. Jarak berjalan meningkat
f. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
g. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
h. Toleransi dalam menaiki tangga meningkat
i. Keluhan lelah menurun
j. Dyspnea saat aktivitas menurun
k. Perasaan lemah menurun
l. Aritmia saat aktivitas menurun
m. Aritmia setelah aktivitas menurun
n. Sianosis menurun
o. Warna kulit membaik
p. Tekanan darah membaik
q. Frekuensinapas membaik
r. EKG Iskemia membaik
Intervensi:
MANAJEMEN ENERGI
1) Observasi
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
b) Monitor kelelahan fisik dan emosional
c) Monitor pola dan jam tidur
d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
2) Teraupeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(mis.cahaya,suara,kunjungan)
b) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c) Berikan aktivitas distraksi menenangkan
d) Fasilitasi duduk di tempat tidur,jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
3) Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kesalahan
tidak berkurang
d) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses
keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan di mana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi adalah melakukan
atau menyelesaikan suatu tindakan yang sudah ditetapkansebelumnya.
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan
keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari Diagnosa keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasi. Untuk memudahkan perawat
mengevaluasi atau memantau perkembangan klien, digunakan
SOAP/SOAPIER.Penggunaan tersebut tergantung dari kebijakan setempat.
Pengertian SOAPIER sebagai berikut (Setiadi, 2012).
Evaluasi Formatif
S : Data Subjektif Adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada
apa yang didasarkan, dikeluhkan, dikemukakan klien.
O : Data Objektif Perkembangan yang bisa diamati yang dilakukan oleh
perawat atau tim kesehatan lainnya.
A :Analisis Penelitian dari dua jenis data (baik subjektif maupun
objektif) apakah perkembangan kearah perbaikan atau kemunduran.
P :Planning Rencana penanganan klien yang didasarkan oleh hasil
analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya
apabila keadaan atau masalah belum teratasi.
Evaluasi Sumatif
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara
tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya,
mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali,
agar di dapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.
S : Data Subjektif Adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada
apa yang didasarkan, dikeluhkan, dikemukakan klien.
O : Data Objektif Perkembangan yang bisa diamati yang dilakukan oleh
perawat atau tim kesehatan lainnya.
A :Analisis Penelitian dari dua jenis data (baik subjektif maupun
objektif) apakah perkembangan kearah perbaikan atau kemunduran.
P :Planning Rencana penanganan klien yang didasarkan oleh hasil
analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya
apabila keadaan atau masalah belum teratasi.
I : Implementasi Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana
E :Evaluasi Yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dari
evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh masalah klien teratasi.
R :Reassessment Bila hasil evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi,
pengkajian ulang perlu dilakukan kembali melalui proses pengumpulan
data subjektif dan proses analisanya.
DAFTAR PUSTAKA

Andra Saferi, Yessi Mariza Putri. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Medical Book
Andrea Saferi Wijaya, dkk. 2013. KMB 2. Yogyakarta : Nuha Medika Nurarif
Amin Huda & Kusuma Hardhi.(2016). Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Bakta, I Made.2003.Hematologi Klinik Dasar.Jakarta:EGC
Caroline Bunker Rosdahl & Mary T. Kowalski. (2017). Buku Ajar Keperawatan
Dasar Edisi 10 : Jakarta: EGC
PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia
Edisi 1: Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1: Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1: Jakarta: DPP PPNI
Profil RM RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo, 2019. Profil Kesehatan. Lampung:
ProvinsiLampung.
Soebroto, Ikhsan. 2010. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta:
Bangkit
Smeltzer, 2013.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Dan Bedah II cetakan 5.
Jakarta.EGC
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Tarwoto, dkk, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta: Trans Info Mediaq
Tjokroprawiro, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Suarabaya: Airlangga
Universitas Press.
Kahsasi,Daniel.2009.AnemiaAcute.http://emedicine.medscape.com/article/
159803-media, emergency_medicine. Diakses pada tanggal 10 Oktober
2011

Anda mungkin juga menyukai