ANEMIA
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di
bawah normal (Smeltzer, 2017 : 935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2018 : 256). Dengan demikian anemia
bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh dan perubahanpatotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik
dan informasi laboratorium.
1.1.2 Etiologi
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut
secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2018),
beberapa penyebab anemia secara umum antara lain:
a) Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
b) Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
c) Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
d) Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, penyakit kronis dan kekurangan zat besi.
Penyebab dari anemia antara lain :
a. Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi karena:
Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia
Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient
Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu
Inflitrasi sum-sum tulang
b. Kehilangan darah
Akut karena perdarahan
Kronis karena perdarahan
Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)
c. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi karena
Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD
Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit
d. Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada
Ini merupakan penyebab tersering dari anemia dimana terjadi kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit,
antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat.
1.1.3 Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama
dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar
diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi
sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi;
dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
payah jantung
WOC
PERFUSI JARINGAN
RESIKO TDAK EFEKTIF
INFEKSI
INTOLERANSI
AKTIVITAS
RESIKO
DEFISIT
JATUH/ PERAWATAN
Sumber : Patrick Davey, 2002
Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem
dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada
anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan,gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara
mudah mengenal anemia dengan 5L,yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang
terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).Anemia bisa
menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
3.Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan
4.Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
6.Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar
folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
1.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1.Anemia aplastik:
a.Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b.Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3.Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5.Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Hematologi Anemia
1.2.1 Pengkajian
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh pusing, lemah, gemetaran, pucat, akral dingin
Keletihan, kelemahan, pusing, gemetaran, kemampuan beraktivitas menurun, nyeri pada luka
Pengkajian riwayat kesehatan dahulu yang mendukung dengan melakukan serangkaian pertanyan, meliputi :
c) Apakah pernah mengalami keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukemia, dan multiple myeloma.
Kesadaran : composmentis
GCS : 15 ( E : 4 V: 5 M: 6 )
N : Biasanya meningkat
RR : biasanya cepat
S : biasanya meningkat
Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Bagaimana lesimetrisan, warna rambut, kebersihan kepala, rambut kering, mudah pupus, menitip, sakit kepala,
pusing.
b) Mata
d) Hidung Kesimetrisan, fungsi penciuman, kebersihan, adanya perdarahan pada hidung atau tidak.
f) Leher Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid/tidak, adanya pembesaran kelenjar getah bening.
g) Thorax
Paru –paru :
I : Pergerakan dinding dada, takipnea, orthopnea, dispnea ( kesulitan bernafas ), nafas pendek, cepat lelah ketika
P : sonor
Jantung
I : jantung berdebar – debar, Takhikardi dan bising jantung yang menggambarkan suatu beban pada jantung dan
P : pekak
h) Abdomen
i) Genetalia Normal/abnormal
k) Ekstremitas Kelemahan dalam beraktivitas, terdapat pucat pada membrane mukosa dan 17 dasar kuku, kuku mudah
pata
5. Pemeriksaan Penunjang
d. Pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan ukuran dan bentuk sel darah merah.
g. melakukan pengujian pada sampel tulang sumsum untuk mendeteksi anemia (DeLoughery, 2014).
a. Antibiotik pada pasien ini dengan jumlah sel neutrofil yang rendah ( neutropenia ), maka akan sering mengalami infeksi.
Untuk itu diperlukan antibiotik dibutuhkan untuk melawan untuk melawan infeksi tersebut.
b. Transfusi darah Dilakukan pada penderita anemia yang mengalami pendarahan dan infeksi
c. Imunoterapi Anemia dapat disebabkan oleh gangguan autoimun, maka diberikan obat untuk menekan sistem imun.
d. Transplantasi sum sum tulang Transplantasi ini dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang telah rusak.
Transplantasi juga metode pengobatan yang dapat bersifat menyembuhkan. (Neli Agustin & Maani, 2019).
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
https://www.google.com/search?client=firefox-
https://id.scribd.com/document/554272656/LP-Anemia
http://registrasi.rscahyakawaluyan.com/bankdata/pdf/226959604-Standar-Asuhan-Keperawatan.pdf
https://www.academia.edu/36788773/LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA