Anda di halaman 1dari 16

ANEMIA

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,

elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah,

yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar

hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin

dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan

merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan

patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik

dan informasi laboratorium.

B. Etiologi

Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis

eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam

kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.

Penyebab umum dari anemia:

1. Perdarahan hebat

2. Akut (mendadak)

3. Kecelakaan

4. Pembedahan
5. Persalinan

6. Pecah pembuluh darah

7. Penyakit Kronik (menahun)

8. Perdarahan hidung

9. Wasir (hemoroid)

10. Ulkus peptikum

11. Kanker atau polip di saluran pencernaan

12. Tumor ginjal atau kandung kemih

13. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

14. Berkurangnya pembentukan sel darah merah

15. Kekurangan zat besi

16. Kekurangan vitamin B12

17. Kekurangan asam folat

18. Kekurangan vitamin C

19. Penyakit kronik

20. Meningkatnya penghancuran sel darah merah

21. Pembesaran limpa

22. Kerusakan mekanik pada sel darah merah

23. Reaksi autoimun terhadap sel darah merah

24. Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

25. Sferositosis herediter

26. Elliptositosis herediter

27. Kekurangan G6PD


28. Penyakit sel sabit

29. Penyakit hemoglobin C

30. Penyakit hemoglobin S-C

31. Penyakit hemoglobin E

32. Thalasemia (Burton, 1990).

C. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel

darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan

nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel

darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut

terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah

merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel

darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system

retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang

sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah

merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi

normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin

(Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke

seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya

dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,

Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

D. Manifestasi klinis

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam

tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan

dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif

yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel,

dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah,

letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala

lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).

Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa

melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan

jantung(Sjaifoellah, 1998).

E. Komplikasi

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan

mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran

napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus

ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian,

dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu

perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

F. Pemeriksaan penunjang
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.

2. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat

mengindikasikan tipe khusus anemia).

3. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan

sel darah merah : atau penyakit malignasi.

4. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada

tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.

Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).

5. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat

(hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat

(DB); normal atau tinggi (hemolitik)

6. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.

7. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).

8. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan

defisiensi masukan/absorpsi

9. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)

10. TBC serum : meningkat (DB)

11. Feritin serum : meningkat (DB)

12. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

13. LDH serum : menurun (DB)

14. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)

15. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan

perdarahan akut / kronis (DB).


16. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam

hidroklorik bebas (AP).

17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,

ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas

(AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).

18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI

(Doenges, 1999).

G. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang

hilang.

1. Transpalasi sel darah merah.

2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen

5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1. Anemia defisiensi besi. Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang

diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe, Perrosulfat 3x

200mg/hari/per oral sehabis makan, Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral


4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan

transfusi darah.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara

menyeluru(Boedihartono, 1994).

Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :

1) Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat

untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,

apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.

Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain

yang menunujukkan keletihan.

2) Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB),

angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi

(takikardia kompensasi).

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi

postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada

kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada

pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik,

AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler

melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,

berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban

secara premature (AP).

3) Integritas ego

Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan

transfusi darah.

Tanda : depresi.

4) Eleminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,

feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

5) Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal

tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,

dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka

terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane

mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis
dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.

(DB).

6) Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.

Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,

kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons,

lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-

lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg

positif, paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8) Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9) Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik

terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap

dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,

sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis

(aplastik).

10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria

dan wanita). Imppoten.

Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :

1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder

(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna

atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan

sel darah merah.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)

dan kebutuhan.

4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan

untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan

neurologist.

6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses

pencernaan; efek samping terapi obat.

C. Intervensi/Implementasi keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah

disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).


DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi terhadap Tujuan : Infeksi tidak terjadi. 1. Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh 1. mencega
infeksi berhubungan Kriteria hasil : pemberi perawatan dan pasien bacterial
dengan tidak adekuatnya- mengidentifikasi perilaku 2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada berat/apl
pertahanan sekunder untuk mencegah/menurunkan prosedur/perawatan luka. normal k
(penurunan hemoglobin risiko infeksi. 3. Berikan perawatan kulit, perianal dan 2. menurun
leucopenia, atau - meningkatkan penyembuhan oral dengan cermat. 3. menurun
penurunan granulosit luka, bebas drainase purulen 4. Motivasi perubahan posisi/ambulasi dan infek
(respons inflamasi atau eritema, dan demam. yang sering, latihan batuk dan napas 4. meningk
tertekan dalam. dan mem
5. Tingkatkan masukkan cairan mencega
adekuatPantau/batasi pengunjung. 5. memban
6. Berikan isolasi bila memungkinkan. pernapas
7. Pantau suhu tubuh. Catat adanya dan men
menggigil dan takikardia dengan atau pernapas
tanpa demam. 6. memba
8. Amati eritema/cairan luka. Perlindu
9. Ambil specimen untuk aplastik,
kultur/sensitivitas sesuai 7.
indikasi adanya
(kolaborasi) membutu
10. Berikan antiseptic topical ; antibiotic 8. indikato
sistemik (kolaborasi) pembent
granulos
9. membe
mengide
mempen
10. mungki
menurun
pengoba
2. Perubahan nutrisi kurang Tujuan : kebutuhan nutrisi 1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan 1. mengid
dari kebutuhan tubuh terpenuhi yang disukai. intervens
berhubungan dengan Kriteria hasil : - menunujukkan2. Observasi dan catat masukkan makanan mengaw
2.
kegagalan untuk peningkatan/mempertahankan pasien. Timbang berat badan setiap hari. kekurang
mencerna atau ketidak berat badan dengan nilai 3. Berikan makan sedikit dengan frekuensi3. meng
mampuan mencerna laboratorium normal. sering dan atau makan diantara waktu efektivit
makanan /absorpsi - tidak mengalami tanda mal makan. 4. menu
nutrient yang diperlukan nutrisi. 4. Observasi dan catat kejadian pemasuk
untuk pembentukan sel - Menununjukkan perilaku, 5. gejala
mual/muntah, flatus dan dan gejala lain
darah merah. perubahan pola hidup untuk yang berhubungan. (hipoksia
meningkatkan dan atau
5. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang 6. mening
mempertahankan berat badan baik ; sebelum dan sesudah makan, oral. M
yang sesuai. gunakan sikat gigi halus untuk meminim
penyikatan yang lembut. perawata
6. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila jarin
bila mukosa oral luka. berat.
7. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana 7. mem
diet. memenu
8. Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan 8. me
laboraturium. pengoba
9. Kolaborasi ; berikan obat sesuai dibutuhk
indikasi. 9. kebutuh
anemia d
buruk da
3. Intoleransi aktivitas Tujuan : dapat
1. Kaji kemampuan ADL pasien. 1. mempe
berhubungan dengan mempertahankan/meningkatkan 2. Kaji kehilangan atau gangguan 2. menun
ketidakseimbangan ambulasi/aktivitas. keseimbangan, gaya jalan dan defisiens
antara suplai oksigen Kriteria hasil : kelemahan otot. keamana
(pengiriman) dan - melaporkan peningkatan
3. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan 3. mani
kebutuhan. toleransi aktivitas (termasuk sesudah aktivitas. jantung
aktivitas sehari-hari) 4. Berikan lingkungan tenang, batasi oksigen
- menunjukkan penurunan tanda pengunjung, dan kurangi suara bising, 4. menin
intolerasi fisiologis, misalnya pertahankan tirah baring bila di kebutuha
nadi, pernapasan, dan tekanan indikasikan. regangan
darah masih dalam rentang 5. Gunakan teknik menghemat energi, 5. menin
normal. anjurkan pasien istirahat bila terjadi sampai
kelelahan dan kelemahan, anjurkan otot/stam
pasien melakukan aktivitas harga dir
semampunya (tanpa memaksakan diri).
4. Perubahan perfusi Tujuan : peningkatan perfusi 1. Awasi tanda vital kaji pengisian 1. m
jaringan berhubungan jaringan kapiler, warna kulit/membrane mukosa, derajat/k
dengan penurunan Kriteria hasil : dasar kuku. memban
komponen seluler yang - menunjukkan perfusi adekuat, 2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai 2. me
diperlukan untuk misalnya tanda vital stabil. toleransi. memaks
pengiriman 3. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi seluler.
oksigen/nutrient ke sel. bunyi napas perhatikan bunyi hipotens
adventisius. 3. dis
4. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi. ganggua
5. Hindari penggunaan botol penghangat lama/pen
atau botol air panas. Ukur suhu air 4. iskem
mandi dengan thermometer. miokard
6. Kolaborasi pengawasan 5.
hasil termo
pemeriksaan laboraturium karena g
7. Berikan sel darah merah6. mengi
lengkap/packed produk darah sesuai pengoba
indikasi. 7. mem
jaringan.
Risiko tinggi terhadap Tujuan : dapat mempertahankan 1. Kaji integritas kulit, catat perubahan 1. kondi
kerusakan integritas kulit integritas kulit. pada turgor, gangguan warna, hangat nutrisi da
berhubungan dengan Kriteria hasil : local, eritema, ekskoriasi. rapuh da
perubahan sirkulasi dan - mengidentifikasi factor
neurologist. risiko/perilaku individu untuk
mencegah cedera dermal. 2. Reposisi secara periodic dan pijat 2. meni
permukaan tulang apabila pasien tidak membata
bergerak atau ditempat tidur. hipoksia
3. Anjurkan pemukaan kulit kering dan 3. area l
bersih. Batasi penggunaan sabun. media y
4. Bantu untuk latihan rentang gerak. organism
5. Gunakan alat pelindung, misalnya kulit mengerin
domba, keranjang, kasur tekanan 4. mening
udara/air. Pelindung tumit/siku dan stasis
bantal sesuai indikasi. (kolaborasi) 5. men
mencega
permuka
6 Konstipasi atau Diare Tujuan : membuat/kembali pola1. Observasi warna feses, konsistensi, 1. memba
berhubungan dengan normal dari fungsi usus. frekuensi dan jumlah. pembera
penurunan masukan diet; Kriteria hasil : 2. Auskultasi bunyi usus. 2. bunyi
perubahan proses - menunjukkan perubahan
3. Awasi intake dan output (makanan dan diare dan
pencernaan; efek perilaku/pola hidup, yang cairan). 3. dapat m
samping terapi obat. diperlukan sebagai penyebab, 4. Dorong masukkan cairan 2500-3000 berlebiha
factor pemberat. ml/hari dalam toleransi jantung. defisiens
5. Hindari makanan yang membentuk gas4. memba
6. Kaji kondisi kulit perianal dengan feses b
sering, catat perubahan kondisi kulit mempert
atau mulai kerusakan. 5. menur
7. Lakukan perawatan perianal setiap abdomen
defekasi bila terjadi diare. 6. menceg
8. Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang7. serat
dengan tinggi serat dan bulk. mengabs
9. Berikan pelembek feses, stimulant traktus
ringan, laksatif pembentuk bulk atau menghas
enema sesuai indikasi. Pantau perangsa
keefektifan. (kolaborasi) 8. mem
10. Berikan obat antidiare, misalnya terjadi.
Defenoxilat Hidroklorida dengan
9. menuru
atropine (Lomotil) dan obat
mengabsorpsi air, misalnya Metamucil.
(kolaborasi).
D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan
rencana pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.

Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta

Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi


keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC :
Jakarta

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta

Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta

http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia

http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm

Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai