Anda di halaman 1dari 60

ANEMIA

KONSEP DASAR
A. Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges,
1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan
fisik dan informasi laboratorium.
B. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat
dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat,
dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
1. Perdarahan hebat
2. Akut (mendadak)
3. Kecelakaan
4. Pembedahan
5. Persalinan
6. Pecah pembuluh darah
7. Penyakit Kronik (menahun)
8. Perdarahan hidung
9. Wasir (hemoroid)
10. Ulkus peptikum
11. Kanker atau polip di saluran pencernaan
12. Tumor ginjal atau kandung kemih
13. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
14. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
15. Kekurangan zat besi
16. Kekurangan vitamin B12
17. Kekurangan asam folat
18. Kekurangan vitamin C
19. Penyakit kronik
20. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
21. Pembesaran limpa
22. Kerusakan mekanik pada sel darah merah
23. Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
24. Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
25. Sferositosis herediter
26. Elliptositosis herediter
27. Kekurangan G6PD
28. Penyakit sel sabit
29. Penyakit hemoglobin C
30. Penyakit hemoglobin S-C
31. Penyakit hemoglobin E
32. Thalasemia (Burton, 1990).

C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)
pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini
bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan
dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan
kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak
terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti
komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa
diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
D. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam
tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini,
bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat
pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan
jantung(Sjaifoellah, 1998).

E. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena
infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah
lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan
rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak
(Sjaifoellah, 1998).

F. Pemeriksaan penunjang
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
2. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
3. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
4. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal :
pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
5. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat
(DB); normal atau tinggi (hemolitik)
6. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
7. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
8. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
9. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
10. TBC serum : meningkat (DB)
11. Feritin serum : meningkat (DB)
12. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
13. LDH serum : menurun (DB)
14. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
15. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut / kronis (DB).
16. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan
megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
(Doenges, 1999).

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi. Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan
yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe, Perrosulfat 3x
200mg/hari/per oral sehabis makan, Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda
lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat
(DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin,
pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara
(DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut :
kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran
urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk
sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya
(DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan
buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran
terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999)
meliputi :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dan neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
C. Intervensi/Implementasi keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
DIAGNOSA
NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi terhadap Tujuan : Infeksi tidak terjadi. 1. Tingkatkan cuci tangan
infeksi berhubungan Kriteria hasil : baik ; oleh pemberi peraw
dengan tidak adekuatnya- mengidentifikasi perilaku untuk dan pasien
pertahanan sekunder mencegah/menurunkan risiko 2. Pertahankan teknik as
(penurunan hemoglobin infeksi. ketat pada prosedur/peraw
leucopenia, atau - meningkatkan penyembuhan luka, luka.
penurunan granulosit bebas drainase purulen atau 3. Berikan perawatan k
(respons inflamasi eritema, dan demam. perianal dan oral de
tertekan cermat.
4. Motivasi perub
posisi/ambulasi yang se
latihan batuk dan napas da
5. Tingkatkan masukkan c
adekuatPantau/batasi
pengunjung.
6. Berikan isolasi
memungkinkan.
7. Pantau suhu tubuh. C
adanya menggigil
takikardia dengan atau t
demam.
8. Amati eritema/cairan luka
9. Ambil specimen u
kultur/sensitivitas se
indikasi (kolaborasi)
10. Berikan antiseptic topical
antibiotic
sistemik (kolaborasi)

2. Perubahan nutrisi kurang Tujuan : kebutuhan nutrisi


1. Kaji riwayat nutrisi, term
dari kebutuhan tubuh terpenuhi makan yang disukai.
berhubungan dengan Kriteria hasil : - menunujukkan 2. Observasi dan catat masu
kegagalan untuk peningkatan/mempertahankan berat makanan pasien. Tim
mencerna atau ketidak badan dengan nilai laboratorium berat badan setiap hari.
mampuan mencerna normal. 3. Berikan makan sedikit de
makanan /absorpsi - tidak mengalami tanda mal nutrisi. frekuensi sering dan
nutrient yang diperlukan- Menununjukkan perilaku, makan diantara waktu mak
untuk pembentukan sel perubahan pola hidup untuk 4. Observasi dan catat keja
darah merah. meningkatkan dan atau mual/muntah, flatus dan
mempertahankan berat badan yang gejala lain yang berhubung
sesuai. 5. Berikan dan Bantu hyg
mulut yang baik ; sebelum
sesudah makan, gunakan
gigi halus untuk penyik
yang lembut.
6. Berikan pencuci mulut
di encerkan bila mukosa
luka.
7. Kolaborasi pada ahli
untuk rencana diet.
8. Kolaborasi ; pantau
pemeriksaan laboraturium
9. Kolaborasi ; berikan
sesuai indikasi.

3. Intoleransi aktivitas Tujuan : dapat


1. Kaji kemampuan A
berhubungan dengan mempertahankan/meningkatkan pasien.
ketidakseimbangan ambulasi/aktivitas. 2. Kaji kehilangan
antara suplai oksigen Kriteria hasil : gangguan keseimbangan,
(pengiriman) dan - melaporkan peningkatan toleransi jalan dan kelemahan otot.
kebutuhan. aktivitas (termasuk aktivitas sehari-
3. Observasi tanda-tanda
hari) sebelum dan sesudah aktiv
- menunjukkan penurunan tanda 4. Berikan lingkungan ten
intolerasi fisiologis, misalnya nadi, batasi pengunjung,
pernapasan, dan tekanan darah kurangi suara bi
masih dalam rentang normal. pertahankan tirah baring
di indikasikan.
5. Gunakan teknik menghem
energi, anjurkan pasien
istirahat bila terjadi kelela
dan kelemahan, anjurkan
pasien melakukan aktivita
semampunya (tanpa
memaksakan diri).
4. Perubahan perfusi Tujuan : peningkatan perfusi 1. Awasi tanda vital
jaringan berhubungan jaringan pengisian kapiler, w
dengan penurunan Kriteria hasil : kulit/membrane mukosa, d
komponen seluler yang - menunjukkan perfusi adekuat, kuku.
diperlukan untuk misalnya tanda vital stabil. 2. Tinggikan kepala tempat
pengiriman sesuai toleransi.
oksigen/nutrient ke sel. 3. Awasi upaya pernapasa
auskultasi bunyi n
perhatikan b
adventisius.
4. Selidiki keluhan n
dada/palpitasi.
5. Hindari penggunaan b
penghangat atau botol
panas. Ukur suhu air m
dengan thermometer.
6. Kolaborasi pengawasan
pemeriksaan laboraturium
7. Berikan sel darah m
lengkap/packed produk d
sesuai indikasi.

Risiko tinggi terhadap Tujuan : dapat mempertahankan 1. Kaji integritas kulit,


kerusakan integritas kulit integritas kulit. perubahan pada tu
berhubungan dengan Kriteria hasil : gangguan warna, hangat l
perubahan sirkulasi dan - mengidentifikasi factor eritema, ekskoriasi.
neurologist. risiko/perilaku individu untuk 2. Reposisi secara periodic
mencegah cedera dermal. pijat permukaan tulang ap
pasien tidak bergerak
ditempat tidur.
3. Anjurkan pemukaan
kering dan bersih. B
penggunaan sabun.
4. Bantu untuk latihan ren
gerak.
5. Gunakan alat pelind
misalnya kulit do
keranjang, kasur tek
udara/air. Pelindung tumit
dan bantal sesuai indi
(kolaborasi)

6 Konstipasi atau Diare Tujuan : membuat/kembali pola 1. Observasi warna f


berhubungan dengan normal dari fungsi usus. konsistensi, frekuensi
penurunan masukan diet; Kriteria hasil : jumlah.
perubahan proses - menunjukkan perubahan
2. Auskultasi bunyi usus.
pencernaan; efek perilaku/pola hidup, yang
3. Awasi intake dan ou
samping terapi obat. diperlukan sebagai penyebab, (makanan dan cairan).
factor pemberat. 4. Dorong masukkan c
2500-3000 ml/hari d
toleransi jantung.
5. Hindari makanan
membentuk gas
6. Kaji kondisi kulit per
dengan sering, catat perub
kondisi kulit atau m
kerusakan.
7. Lakukan perawatan per
setiap defekasi bila te
diare.
8. Kolaborasi ahli gizi untuk
siembang dengan tinggi
dan bulk.
9. Berikan pelembek f
stimulant ringan, lak
pembentuk bulk atau en
sesuai indikasi. Pa
keefektifan. (kolaborasi)
10. Berikan obat antid
misalnya Defeno
Hidroklorida dengan atro
(Lomotil) dan
mengabsorpsi air, misa
Metamucil. (kolaborasi).

D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan
rencana pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.

Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta

Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta

http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia

http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm

Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
KONSEP DASAR

A. Landasan Teori

1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali seperti pra hamil yang dimulai setelah
partus selesai atau sampai kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan pulih
kembali seperti semula. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
(Sarwono,2008 : 237)
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu
kurang lebih 6 minggu.
(Siti Saleha,2009 : 4)
Masa nifas atau masa puerpurium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu
(Saifuddin, 2006)

2. Periode Nifas
a. Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan
teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran loche, tekanan darah, dan
suhu.
b. Periode Early Postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,
lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta
ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periose Late Postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB.
(Siti Saleha,2009:4)
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Perubahan Fisik
1. Uterus
Secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan
retraksi otot-ototnya. Fundus uteri 3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya
tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat sehingga
pada hari ke-10 tidak teraba dari luar. Setelah 6 minggu tercapainya lagi ukurannya yang
normal. Epitelerasi siap dalam 10 hari, kecuali pada tempat plasenta dimana epitelisasi
memakan waktu tiga minggu.
2. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna merah
kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah
bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari
dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
3. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi plasenta. Pada hari-hari
pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat pelepasan desidua dan selaput janin
(Sarwono,2007:237-238)
4. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Pada
hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
a. Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel dari desidua,
verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
b. Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca
persalinan
c. Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
d. Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
(Mochtar,Rustam,1998:116)

5. Sistem Endokrin
Terjadi penurunan kadar HPL (Human Plasental Lactogen), estrogen dan kortisol serta
plasenta enzyme insulinase sehingga kadar gula darah menurun pada masa puerperium.
Kadar estrogen dan progesteron menurun setelah plasenta keluar. Kadar terendahnya dicapai
kira-kira 1 minggu post partum. Penurunana ini berkaitan dengan pembengkakan dan diuresis
cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama hamil. Pada wanita yang tidak
menyusui estrogen meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari
pada wanita yang menyusui pada post partum hari ke- 17.
(Bobak, 2004 : 496)
6. Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar, karena
setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak. Bila pembuluh darah
yang besar, tersunbat karena perubahan pada dindingnya dan diganti oleh pembuluh-
pembuluh yang kiri.
7. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama, tetapi biasanya akan pulih
kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis menjadi diastasis dari otot-otot rectus
abnominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah terdiri dari peritoneum, fascia
tipis dan kulit.Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau mengejan.
8. Bekas Implantasi Placenta
Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7.5
cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.
(Varney, 2007: 554)
b. Perubahan Psikologis
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu
sebagai berikut ;
1. Periode Taking In
a. Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
b. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang baik.
c. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatru kebutuhan
dapat dipenuhi orang lain.
d. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
e. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara berulang-ulang
f. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk memulihkan
keadaan tubuhnya seperti sediakala.
g. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan kurangnya nafsu
makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan

2. Periode Taking Hold


a. Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
b. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat bayi
c. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu
membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat
d. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai penyuluhan dalam
merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya.
e. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan buang air
kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan,
serta belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3. Periode Letting Go
a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
b. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
c. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya
d. Keinginan untuk merawat bayi meningkat
e. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya, keadaan ini
disebut baby blues
( Herawati Mansur, 2009 : 154-155)

4. Perawatan Masa Nifas


a. Mobilisasi
Jelaskan bahwa latihan tertentu sangat membantu seperti :
 Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas,
tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada : tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi
10 x.
 Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel).
 Berdiri dengan tungkai dirapatkan kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan tahan sampai 5
hitungan kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
 Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan setiap minggu naikkan 5 kali. Dan pada 6
minggu setelah persalinan ibu harus mengerjakan sebanyak 30 kali.
b. Diet
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari. Makanan harus diet
berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Pil besi harus diminum
minimal 40 hari pasca melahirkan. Minum sedikitnya 3 liter, minum zat besi, minum kapsul
vitamin A dengan dosis 200.000 unit.
c. Miksi hendaknya dapat dilakukan sendiri mungkin karena kandung kemih yang penuh dapat
menyebabkan perdarahan.
d. Defekasi
Buang air besar harus dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila tidak bisa maka diberi obat
peroral atau perektal atau klisma.
e. Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu
2) Menggunakan BH yang menyokong payudara
3) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu
setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari puting susu yang tidak lecet.
4) Apabila lecet berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminum dengan
menggunakan sendok.
5) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tab setiap 4-6 jam.
6) Apabila payudara bengkok akibat pembendungan ASI, lakukan :
- Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit.
- Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau menggunakan sisir untuk mengurut arah Z
pada menuju puting.
- Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.
- Susukan bayi setiap < 3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan
dengan tangan.
- Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
f. Laktasi
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan
terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum.
Tanda ASI cukup :
 Bayi kencing 6 kali dalam 24 jam.
 Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan
 Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup.
 Bayi menyusui 10-11 kali dalam 24 jam.
 Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali menyusui.
 Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI.
 Bayi bertambah berat badannya.
ASI tidak cukup :
 Jarang disusui.
 Bayi diberi makan lain.
 Payudara tidak dikosongkan setiap kali habis menyusui.
g. Senggama
Secara fisik aman untuk mulai berhubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.
h. Istirahat
Sarankan ibu untuk tidur siang atau tidur selagi bayi tidur. Kurang istirahat akan
mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,
memperlambat proses involusio dan memperbanyak jumlah perdarahan, menyebabkan depresi
dan ketidakmampuan merawat bayi sendiri.
i. Pemeriksaan pasca persalinan, meliputi pemeriksaan umum, keadaan umum, payudara, dinding
perut, secret vagina, keadaan alat kandungan.
j. Kebersihan
Anjurkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air mulai depan kebelakang
yaitu dari vulva ke anus. Sarankan untuk mengganti pembalut minimal 2x sehari, sarankan ibu
untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan alat
kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan untuk tidak menyentuh
luka tersebut.
k. KB
Idealnya pasangan harus menunggu 2 tahun lagi sebelum ibu hamil lagi. Pada umumnya
metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan. Sebelum menggunakan KB hal-hal
berikut sebaiknya dijelaskan yaitu bagaimana efektivitasnya, kelebihan / keuntungan, efek
samping, cara menggunakan metode itu, kapan mulai digunakan dan waktu kontrolnya.
l. Nasehat untuk Ibu Nifas
 Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan
 Sebaiknya bayi disusui
 Kerjakan gymnastic sehabis bersalin
 Untuk kesehatan ibu dan bayi, serta keluarga sebaiknya melakukan KB untuk menjarangkan
anak.
 Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi.
(Sarwono, 2002:271)

5. Keadaan Abnormal yang dapat Menyertai Kala Nifas


1) Keadaan abnormal pada rahim
a. Sub involusi Uteri
Sub involusi uteri adalah keadaan dimana proses involusi rahim tidak berjalan sebagai mestinya.
Penyebab terjadinya subinvolusi uteri adalah terjadi infeksi pada endometrium, terdapat sisa
plasenta dan selaputnya terdapat bekuan darah, atau mioma uteri
b. Perdarahan Kala Nifas Sekunder
Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
Penyebab utama perdarahan kala nifas sekunder adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput
ketuban (pada grande multipara dan kelainan bentuk implantasi plasenta), infeksi pada
endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk mioma uteri bersamaan dengan
kehamilan dan inversio uteri.
c. Flegmasi Alba Dolens
Flegmasi alba dolens merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang mengenai pembuluh
darah vena femoralis. Vena femoralis yang terinfeksi dan disertai pembentukan trombosis dapat
menimbulkan gejala klinis sebagai berikut:
a. Terjadi pembengkakan pada tungkai.
b. Berwarna putih.
c. Terasa sangat nyeri.
d. Tampak bendungan pembuluh darah.
e. Temperatur badan dapat meningkat
adaan abnormal pada payudara
a. Bendungan ASI
1) Karena sumbatan pada saluran ASI.
2) Tidak dikosongkan seluruh puting susu.
3) Keluhan : mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai subu badan meningkat.
4) Penanganan mengosongkan ASI dengan masase atau pompa, memberikan estradiol
sementara menghentikan pembuatan ASI, dan pengobatan simtomatis sehingga keluahan
berkurang.
b. Mastitis dan abses mamae
Terjadinya bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi mamae. Bakteri
yang sering menyebabkan infeksi mamae adalah stafilokokus aureus yang masuk melalui luka
puting susu infeksi menimbulkan demam, nyeri lokal pada mamae terjadi pemadatan mamae,
dan terjadi perubahan warna kulit mamae.
(Ibrahim, Cristina, 1996)
6. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas
a. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan
haid biasa atau bila memerlukan pergantian pembalut-pembalut 2 kali dalam setengah jam).
b. Pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk.
c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan.
e. Pembengkakan diwajah atau ditangan.
f. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atau jika merasa tidak enak badan.
g. Payudara yang bertambah atau berubah menjadi merah panas dan atau terasa sakit.
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
i. Rasa sakit merah, lunak dan atau pembengkakan dikaki.
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau dirinya sendiri.
k. Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah.

7. Kunjungan Masa Nifas (Siti Saleha, 2009:6)

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam setelah
a. Mencegah terjadinya perdarahan masa
persalinan nifas
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan dan memberi rujukan bila
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling kepada ibu atau
keluarga salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana mencegah
perdarahan pada masa nifas karena
atonia uteri.
d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi
ibu.
e. Mengajarkan cara mempererat
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia.
Jika bidan menolong persalinan, maka
bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk
2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai keadaan ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
2 6 hari setelah persalinan a. Memastikan involusi uteri berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus tidak ada perdarahan
abnormal dan tidak bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau kelainan pasca melahirkan.
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
d. Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat, dan menjaga agar
bayi tetap hangat.
3 2 minggu setelah
a. Memastikan involusi uteri berjalan
persalinan normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal dan bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau kelainan pasca melahirkan.
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
d. Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi,
cara merawat tali pusat, dan menjaga
bagaimana bayi tetap hangat.
4 6 minggu setelah
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
persalinan penyulit yang dialami ibu dan bayinya.
b. Memberikan konseling KB secra dini.
8. Pengawasan Masa Nifas
a. Keadaan Umum
1. Nadi
Umumnya berkisar antara 60-80 x/menit, awal gradikardi berarti normal segera setelah partus
bila terdapat tackikardi sedang badan tidak terasa panas mungkin ada perdarahan berlebihan
atau kelelahan, bila ada tackikardi disertai kenaikan suhu dapat disebabkan oleh nifas.
2. Suhu
Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5o C dari keadaan normal, tidak lebih dari 37,2o C, bila
dari 38o C bahaya infeksi. Sesudah 12 jam pertama melahirkan. Umumnya suhu badan akan
kembali normal
3. Pernafasan
Sekitar 16-20 x/menit pada saat nifas. Hal ini di karenakan rahim sudah kembali pulih dan tidak
ada lagi pembesaran rahim yang dapat menekan diafragma.
4. Tekanan Darah
Batas normal untuk sistole 130 mmHg masa nifas diulur setelah plasenta lahir. Hasilnya
dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya.
b. Keadaan Uterus
Pengawasan terhadap tingginya fundus uteri pada hari-hari pertama setelah melahirkan
terutama ditujukan apakah ada perdarahan. Bila ada, fundus uteri akan lebih tinggi karena
adanya gumpalan darah. Selain itu fundus uteri juga akan lebih naik, bila ada kandung kemih
yang penuh. Untuk selanjutnya pengawasan tingginya fundus uteri juga untuk mengetahui
proses involusi apakah normal atau tidak. Kontraksi uterus perlu diawasi terutama setelah
melahirkan sangat mungkin terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan yang berasal dari dalam
uterus maka kontraksi uterus menjadi lemah.
c. Perdarahan
Perdarahan ini dilakukan setelah placenta dilahirkan dan pada hari pertama setelah melahirkan.
Pengeluaran darah perlu diukur untu mengetahui berapa banyak darah yang keluar.
Pengawasan dilakukan dengan mengawasi keadaan pembalut penderita. Biasanya ibu akan
merasakan bila darah keluar lebih banyak.
d. Keadaan Lochea
Pengawasan terhadap keadaan lochea dilakukan setiap mengganti pembalut penderita pada
waktu penderita buang air kemih atau buang air besar. Pada perawatan vulva yang khusus
ataupada waktu penderita merasa pembalutnya kotor. Yang perlu diperhatikan pada
pengawasan lochea ini adalah : warna, banyak dan baunya. Dalam keadaan normal warna ini
akan berubah secara gradual dari merah menjadi merah muda, kuning atau kehijauan.
e. Keadaan Perineum
Pengawasan perineum dilakukan waktu perawatan vulva yaitu setiap kali penderita buang air
kemih atau pada waktu khusus diadakan perawatan vulva yang diperhatikan ialah bagaimana
keadaan jahitannya, keadaan luka bekas jahitan apakah perineum membengkak atau ada
infeksi.
f. Keadaan Miksi dan Defeaksi
 Keadaan Miksi
Setelah ibu melahirkan terutama bagi yang pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila
buang air kemih. Ini kemungkinan disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan,
sehingga penderita takut buang air kemih. Bila kandung kemih penuh harus diusahakan agar
penderita dapat buang air kemih. Sehingga tidak perlu penyadapan bagaimana kecilnya akan
membawa bahaya infeksi.
 Keadaan Defekasi
Kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena
pada waktu melahirkan alat pencernaan menadapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi
kosong. Selain itu mempengaruhi peristaltic usus. Pengeluaran cairan yang lebih banyak pada
waktu persalinan mempengaruhi pula terjadinya konstipasi, biasanya bila penderita tidak buang
air besar sampai 2 hari setelah persalinan. Di tolong dengan pemberian huknah, glyserin spuit,
atau diberikan obat-obatan laxan.
g. Keadaan buah dada
Keadaan buah dada diawasi setiap ibu akan menyusui anaknya, dan pada waktu mengadakan
perawatan buah dada secara khusus. Seperti dalam perawatan buah dada dikemukakan yang
perlu diperhatikan ialah keadaan puting susu, pembengkakan buah dada, dan pengeluaran air
susu ibu. Bila ada kelainan diadakan perawatan seperti yang dikemukakan dalam hal perawatan
buah dada.
h. Istirahat
Setekah melahirkan ibu diusahakan agar dapat berstirahat untuk memulihkan kembali
keadaannya setelah banyak mengeluarkan tenaga dan kesakitan waktu melahirkan, posisi tidur
ibu waktu istirahat setelah melahirkan.
i. Makanan
Mengingat pentingnya makanan guna memulihkan kesehatan dan pembentukan air susu ibu,
maka perlu pengawasan apakah ibu memperoleh makanan dengan kuantitas dan kualitas yang
dibutuhkan.
j. Laktasi
Sejak dari kehamilan setelah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae :
- Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelanjar alveoli dan jaringan lemak bertambah
- Keluar cairan susu jolong dari duktus lactiverus di sebut colustrum berwarna kuning-putih susu.
- Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga
tampak jelas.
- Selama persalinan pengaruh sehingga tampak jelas. Progesteron hilang, maka timbul pengaruh
LH atau prolaktin yang akan merangsang ASI. Disamping itu pengaruh oxytosin menyebabkan
mioepitel kelenjar susu berkontraksi, sehingga ASI keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3
hari post partum. ASI adalah untuk anak ibu. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar
(rooming in) atau pada tempat yang terpisah. Keuntungan rooming in :
 Mueh menyusui
 Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi
 Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya.
k. Keluhan Penderita
Keluhan penderita setelah melahirkan perlu mendapat perhatian agar kelainan-kelainan yang
menimbulkan gejala-gejala keluhan tersebut dapat lekas diawasi. Keluhan-keluhan penderita
harus mendapat pertolongan secepat mungkin, sebaiknya keluhan penderita disampaikan pada
dokter agar mendapat pemeriksaan dan pengobatan yang cepat.
Konsep Manajemen Kebidanan Masa Nifas
I. Pengkajian Data.
Tanggal......... Jam........ Tempat.......
A. Data Subyektif
1. Biodata
Untuk mengetahui umur pasien, menentukan konseling dan resiko
2. Keluhan Utama
Telah melahirkan anak ke ... pada jam .... perut terasa mengeras dan lemas.
3. Riwayat Haid
Siklus haid :
Lama :
Banyaknya :
4. Riwayat Perkawinan
Mengetahui status pernikahan
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tidak / sedang menderita penyakit kronis, menular serta menahun seperti DM, jantung, TBC,
anemia, inveksi lain khususnya saluran reproduksi, cacat bawaan / didapat kecelakaan dll yang
dapat mengganggu proses nifas.
6. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Tidak / sedang menderita penyakit kronis, menular serta menahun seperti DM, jantung, TBC,
anemia, inveksi lain khususnya saluran reproduksi, cacat bawaan / didapat kecelakaan dll yang
dapat mengganggu proses nifas.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga ada / tidak ada yang menderita penyakit kronis, menular, menurun, menahun,
seperti jantung, DM, HT, malaria, PMS.
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
No Hamil Persalinan Nifas Anak Ket
ke Jenis Pnlg Tempat Peny. ASI Peny Sex BBL Hidup mati

9. Riwayat Kehamilan, Persalinan Sekarang


a. Kehamilan
Untuk mengetahui adakah keluhan yang dirasakan oleh ibu selama kehamilannya, periksa hamil
kemana dan berapa kali, apakah ibu juga mengikuti senam hamil maupun perawatan payudara.

b. Persalinan
Untuk mengetahui ibu melahirkan tanggal berapa, jam berapa dengan jenis persalinan spontan
B kepala / bokong, hidup/mati, BB, PB, jenis kehamilan, AS, kelainan kongenital, plasenta lahir
lengkap/tidak, adakah perdarahan, episiotomi/tidak.
c. Nifas
Untuk mengetahui kondisi ibu, TFU, UC, lochea, perdarahan, luka epis/tidak
10. Riwayat KB
Pada umumnya ibu diperbolehkan KB pada 40 hari post partum
11. Pola Kebiasaan Sehari-hari
 Nutrisi
Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup (4
sehat 5 sempurna). Minum sedikitnya 3 liter tiap hari, hendaknya minum tiap kali menyusui.
 Istirahat
Istirahat cukup, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan boleh miring ke kiri dan ke kanan
untuk mencegah terjadinya trombosit serta kelelahan.
 Aktivitas
Mobilitas dilakukan setelah 2 jam PP (primi)
Mobilitas dilakukan sebelum 2 jam PP (multi)
 Eliminasi
BAK : Segera secepatnya setelah melahirkan
BAK : Harus dilakukan 3-4 hari setelah melahirkan
 Kebersihan
Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air mengalir (dari arah depan ke belakang /
dari vulva ke anus)
 Seksual
Boleh dilakukan setelah masa nifas selesai, atau 40 hari post partum
 Pola rekresi
Kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan psikologis ibu
 Pola kebersihan lain
Minum jamu-jamuan dapat mengakibatkan bayi mencret, ASI tidak keluar.
12. Data Psikologis
Taking in (ketergantungan)
a. Timbul pada hari ke-3 sampai dengan 4 – 5 masa nifas
b. Ibu siap menerima peran baru dan belajar semua hal-hal baru
c. Butuh sistem pendukung
d. Mekanisme pertahanan diri penting
e. Merupakan waktu terbaik untuk memberikan health education / penyuluhan
Letting go (ketidak tergantungan)
a. Terjadi pada minggu ke5-8 masa nifas
b. Keluarga telah menyesuaikan diri dengan peran baru dan anggota baru
c. Tubuh telah mulai sembuh
d. Mampu menerima tanggung jawab dan mandiri
13. Sosial dan Budaya
a. Bagaimana keadaan rumah tangganya harmonis / tidak, hubungan ibu suami dan keluarga
serta orang lain baik / tidak
b. Ada / tidak ada kebiasaan selamatan mitos, tingkepan, ada / tidak budaya pantang makan
makanan tertentu.
14. Data Spiritual
Agama yang dianut, apakah melaksanakan ibadah / berdoa dengan baik.
(Ibrahim, Cristian. 1996)
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
an Umum : Baik sampai lemah
aran umum : Composmentis / Somnolen
tubuh : Skoliosis / Lordosis
berjalan : Lurus, bentuk kaki o / x
badan : Tidak kurang dari 145 cm
badan : Cenderung turun
an darah : 100/60 – 130/60 mmHg (kenaikan sistol tidak lebih dari 30 mmHg, distole tidak lebih dari 15
mmHg)
: 70 – 90 x/menit
: 36 – 37o C
fasan : 16 – 24 x/menit
2. Pemeriksaan Khusus
 Inspeksi
Kepala : bersih, tidak berketombe, rambut tidak rontok.
Muka : hiperpigmentasi muka, tidak pucat, terdapat cloasma gravidarum
Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak icterus (kuning)
Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung, penciuman normal
Telinga : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada gangguan pendengaran
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak kering, gigi tidak lubang, tidak ada caries gigi
Leher : tidak ada benjolan kelenjar tiroid, tidak ada bendungan jugularis.
Ketiak : tidak berjalan abnormal, tidak ada luka
Payudara : Puting susu menonjol/datar/tenggelam, hypervaskularisasi areola mammae, payudara
membesar, hipervaskularisasi pembuluh darah, colustrum sudah keluar atau belum
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, hiperpigmentasi, strie gravidarum, tidak ada benjolan abnormal
Genetalia : Bersih, tidak ada tumor dan condiloma, tidak oedema dan varises, terdapat luka perneum atau
tidak, lochea rubra
Anus : tidak ada hemorrhoid, anus bersih.
Ekstremitas : Tidak oedema / varises pada ekstremitas atas dan bawah
 Palpasi
Payudara : ASI (+)
Perut : TFU dibawah pusat turun 1 jari / hari
Ekstremitas : Oedema, jika ibu terlalu banyak berdiri
 Auskultasi
Normal
 Perkusi
Normal
3. Terapi
4. Data Bayi

II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah


Dx : Ny .... p ... Dengan 2 jam PP
Ds :-
Ds :-

III. Antisipasi Masalah Potensial


 HPP
 Infeksi
 Trombosit
 Infeksi puerperium
 Febris
 Konstipasi
 Mastitis

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


-

V. Intervensi
Diagnosa : Ny ... P ... Dengan 2 jam PP
Tujuan : Post Partum berjalan normal tanpa ada komplikas
Kriteria Hasil : - Kontraksi Uterus baik
- TFU turun 1 jari / hari
- Lochea rubra tidak berbau
- Keadaan umum dan TTV normal
- Perdarahan (-)
Intervensi
1. Lakukan pendekatan pada ibu
R/ Dengan pendekatan teraupetik dapat menciptakan hubungan saling percaya
2. Lakukan pemeriksaan TTV, lochea dan perdarahan
R/ Sebagai parameter deteksi dini adanya infeksi dan komplikasi
3. Jelaskan pada ibu mengenai kehamilan dan hasil pemeriksaannya
R/ Tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus dapat memantau proses involusi.
4. Lakukan pemeriksaan DJJ
R/ Dengan mengajarkan masase fundus yamg benar diharapkan terjadi vasokontraksi pada
pembuluh darah sehingga mencegah terjadinya perdarahan
5. Ajarkan ibu cara merawat payudara
R/ Dengan perawatan payudara yang baik, diharapkan tidak terjadi infeksi, bendungan ASI dan
dapat memperlancar produksi ASI.
6. Anjurkan ibu untuk sering menyusui
R/ Dengan sering menyusui, isapan bayi akan merangsang pengeluaran oxytosin untuk
mempercepat proses involusi uteri.
7. Anjurkan ibu untuk minum obat sesuai dosis
R/ Dengan menganjurkan minum obat diharapkan ibu akan minum obat sesuai aturan
8. Ajarkan ibu senam nifas
R/ Dengan senam nifas akan dapat mengencangkan kembali otot-otot yang telah kendor selama
hamil.
9. Beri KIE tentang :
- Nutrisi
- KB
R/ Menambah pengetahuan ibu

VI. Implementasi
Sesuai dengan intervensi

VII. Evaluasi
Sesuai dengan kriteria hasil

DAFTAR PUSTAKA

Mansur, Herawati.2009.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba,Ida Bagus.2007.Ilmu Kebidanan,Penyakit kandungan, dan keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan.Jakarta:EGC
Saifuddin,Abdul Bari.2006.Buku Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:Tridasa Printer
Varney,Hellen,dkk.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume1.Jakarta:EGC
Prawirohardjo,Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Mochtar, Rustam.1998.Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC : Jakarta
Bobak,M.Irene.2004. Perawatan Maternitas dan Gynekologi.Bandung: VIA PKP
Ibrahim, Cristian. 1996. Perawatan Kebidanan ( Perawatan Nifas) Jilid III. Jakarta : Bharata.
Saleha, Siti.2009
LAPORAN PENDAHULUAN ANTE NATAL CARE (ANC)
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Menurut DEPKES RI (2007), Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap
individu yang bersifat prefentif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik
bagi ibu maupun janin. Pelayanan antenatal care merupakan upaya kesehatan perorangan
yang memperhatikan presisi dan kualitas pelayanan medis yang diberikan. Antenatal care
adalaha pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Sedangkan pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada ibunya disebut antenatal care.
B. TUJUAN
Tujuan dilakukannya antenatal care antara lain :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu.
3. Mengenali dan menanggulangi secara dini adanya penyulit-penyulit atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan
pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman dengan trauma seminimal
mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan mempersiapkan ibu agar dapat
memberikan ASI secara eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agar dapat tumbuh
kembang secara normal
7. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati dan kematian neonatal.
8. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.
C. ADAPTASI FISIOLOGIS ORGAN-ORGAN TUBUH SELAMA KEHAMILAN
Perubahan-peerubahan dan adaptasi fisiologis organ-organ tubuh pad amasa kehamilan
adalah sebagai berikut :
1. Trimester I (0-12 minggu)
Seseorang mengalami kehamilan akan menunjukkan gejala-gejala yang berasal dari janin dan
plasenta.
a. Adanya Human Choironic Gonadotropic (HCG) dalam urin.
b. Masalah gastrointestinal
 Mual dan muntah (4-6 minggu)
 Morning sickness
 Anoreksi
 Saliva berlebihan
 Tidak tahan terhadap bau-bau tertentu
c. Pengaruh hormon esterogen
Tonus otot menurun dan mengakibatkan mual serta konstipasi
d. Pengaruh janin
 Pada kehamilan 7 minggu, janin kurang lebih sebesar telur itik
 Pada kehamilan 10 minggu, janin kurang lebih sebesar jeruk keprok
 Pada kehamilan 12 minggu, janin kurang lebih sebesar kepalan tangan
e. Tanda-tanda piscaseck
Pembesaran dan perlunakan pada tempat implantasi
f. Traktus urinarius
Kehamilan mengakibatkan uterus membesar dan menekan kandung kemih sehingga
mengakibatkan ibu sering BAK.
g. Kardiovaskuler
 Diafragma terdorong ke arah atas oleh karena pembesaran uterus, posisi jantung pada bagian
kiri atas
 Kardiakoutput :
1) Denyut jantung meningkat
2) Nadi meningkat kurang lebih 10-15 x/menit
3) Filtrasi ginjal meningkat
4) Transportasi oksigen meningkat.
h. Uterus
 Pada saat tidak hamil beratnya 35-50 g, volume 10 cc.
 Pada hamil aterm 1000-1100 g, volume 5-10 l.
 Ismus hipertrofi, panjang, lunak
i. Payudara
Membesar, tegang, dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh esterogen dan progesteron yang
merangsang duktus alveoli payudara.
j. Vagina
 Peningkatan vaskularisasi
 Peningkatan sekresi, berwarna putih, asam.
k. Respirasi
 Esterogen meningkat, menyebabkan peningkatan jaringan ikat
 Progesteron meningkat menyebabkan penurunan resistensi dengan relaksasi, penurunan otot
polos yang memudahkan mengalirnya CO2 dari janin ke ibu
 Diafragma tertekan sehingga kurang leluasa bergerak
l. Muskuloskletal
 Relaksasi persendian
 Uterus memanjang mengakibatkan nyeri pada ligamen rofundum
 Perubahan postural
m. Kulit
Oleh karena pengaruh esterogen, kulit mengalami hiperpigmentasi, kloasma, linea nigra, dan
striae gravidarum.
2. Trimester II (12-28 minggu)
Perubahan fisiologis yang terjadi sebagai berikut:
a. Uterus
 Uterus membesar, hipertrofi sel-sel otot.
 Dinding uterus tipis dan lunak
 Fetus dapat dipalpasi pada abdomen
 Uterus jadi bentuk oval
 Adanya kontraksi braxton-his
b. Serviks
 Uterus memanjang
 Adanya mucousplag
 Sel otot hipertrofi
 Kelenjar serviks aktif
c. Vagina
 Sel otot hipertrofi
 Mukosa tebal
 Adanya lochea
 pH asam 3,5-6,0
d. Payudara
 Duktus dan alveoli hipertrofi
 Areola dan putting membesar
 Mulai ada sekresi kolostrum
e. Kardiovaskuler
 Volume darah meluas
 Hb menurun akibat ekspirasi plasma lebih besar daripada eritrosit
 Output meningkat 30-50%
 Terjadi hipertrofi, supine khusus pada trimester kedua akhir.
f. Respiratori
 O2 dalam darah meningkat
 Pernapasan lebih dalam
 Kebutuhan O2 meningkat
 Uterus membesar dan menekan diafragma menyebabkan sesak nafas.
g. Urinari
 Perubahan ukuran pada kandung kemih
 Frekuensi berkemih menurun
 Dilatasi ginjal dan ureter
 Ibu rentan terhadap refleksi urinarius
 Aliran plasma renal meningkat
h. Muskuloskeletal
 Pusat graviti berubah sebagai akibat membsarnya uterus, lordosis fisiologi
 Kram pada kaki
i. Integumen
 Hiperpigmentasi terutama pada puting dan perineum
 Adanya linea nigra
 Rambut menjadi lebih halus
 Kuku lebih lunak dan tingkat pertumbuhan meningkat
j. Gastrointestinal
 Mulut dan gigi : hiperemia, sensitif terhadap zat iritan
 Esofagus dan gaster : kapasitas lambung menurun, sekresi asam hidroferolik dan pepsin
dalam lambung menurun
 Liver : meningkatnya serum phospatase, menurunnya albumin dan globulin
 Pankreas : hipertrofi, hiperplasia dan hiperaktif yang sering terjadi pada sel B. Fisiologis
kehamilan, pencetus diabetes gestasional
 Intestinal : pengososngan lambung meningkat, absorpsi nutrien dan air meningkat
k. Endokrin
 Pituitari : sekresi hormon LH & FSH, prolaktin meningkat
 Tiroid : vaskularisasi meningkat, T3 dan T4, BMR meningkat.
 Paratiroid : hiperplasia, sekresi hormon meningkat
 Adrenal : sekresi adrenokortikotropik hormon (ACTH) menignkat, level kortisol meningkat,
level aldosteron meningkat.
l. Plasenta
Fungsi utuh dan kompleks
3. Trimester III (28-kehamilan berakhir/38-42minggu)
a. Reproduksi
 Uterus
Ukuran bertambah besar, distensi miometrium, dinding menipis, kontraksi broxton-his
semakin jelas
 Serviks
Effoucement, pengeluaran mukosa
 Vagina
Hiperemia, pertumbuhan loktobual, leukorea
 Payudara
Membesar, tegang, kolostrum keluar
b. Kardiovaskuler
 COP meningkat 40%
 Volume darah ibu meningkat 30-50%
 Heartrate meningkat 15x/menit
 Strok volume meningkat
c. Pernapasan
 Diafragma tertekan karena pembesaran uterus ke atas
 Iga ekspansi
 Kebutuhan O2 meningkat
d. Perkemihan
 Dilatasi kaliks renal, filtrasi glomerulus meningkat
 Frekuensi miksi meningkat
 Konsentrasi albumin plasma menurun
e. Muskuloskeletal
Lordosis, sulit berjalan, rebas-rebas ekstremitas.
f. Integumen
 Striae semakin terlihat, pigmentasi meningkat
 Rambut tipis dan rontok
 Kuku cepat tumbuh dan mudah patah
g. Gastrointestinal
 Mulut dan gusi, hiperemia, gusi sangat sensitif
 Gastrirefluks, kapasitas gaster menurun
 Mobilitas intestinal menurun, rentan terhadap konstipasi
h. Endokrin
 Pituitari : prolaktin meningkat, oksitosin meningkat
 Tiroid : BMR meningkat
i. Plasenta
Fungsi maksimal
D. JADWAL PEMERIKSAAN ANTENATAL
Sesuai kebijakan Depkes, kunjugan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan, ketentuan waktun sebagai berikut :
1. Minimal satu kali pada trimester pertama : K1
2. Minimal sat kali pada trimester kedua : K2
3. Minimal dua kali pada trimester ketiga : K3 dan K4
E. STANDAR PELAYANAN ANTENATAL
Standar minimal asuhan ANC (10T) yaitu :
(Depkes RI 2009)
1. Timbang BB
2. Pemeriksaan TTV
3. Ukur TFU
4. Pemberian imunisasi tetanus toxoid lengkap
Imunisasi TT 0,5 cc
Interval Lama %
Antigen
(selang waktu minimal) perlindungan perlindungan
TT1 Pada kunjungan ANC pertama - -
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun 99
*artinya dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan maka bayi yang dilahirkan akan
terlindung dari tetanus neonatorum
5. Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan
6. Tes terhadap penyakit menurlar
7. Tentukan persentase janin dan hitung DJJ
8. Tetapkan status gizi
9. Tatalaksana kasus, temu wicara (konseling dan pemecaha masalah

BAB III
STUDI KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
KLIEN :
Nama : Ny T.K
Umur : 20 tahun
Suku Bangsa : Minahasa
Agama : Kr. Protestan
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Karombasan selatan ling.05
SUAMI :
Nama : Tn I.S
Umur :20tahun
Suku Bangsa : Minahasa
Agama : Kr. Protestan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Kaarombasan Selatan ling.05

2. Keluhan Utama
Klien mengeluh bengkak kaki dan nyeri pada punggung dan perut
3. Riwayat Menstruasi :
 Haid pertama : 13 tahun
 Siklus : 28 hari, lama 6 hari
 Dismenorrhea : sering
4. Riwayat kehamilan saat ini:
 HPHT : 08 maret 2017
 Taksiran Partus : 15 desember 2018
 Trimester I : mual-mual
 Trimester II : sakit kepala
 Trimester III : bengkak kaki
5. Pemenuhan kebutuhan dasar
 Nutrisi
Sebelum hamil : pola makan teratur 3x/ hari
Selama hamil : sering makan
 Eliminasi
Sebelum hamil : kurang lebih 2x -3x / hari
Selama hamil : kurang lebih 6-7x / hari
 Personal higyene
Sebelum/selama hamil: mandi 2x sehari, pagi dan sore
 Istirahat
Selama hamil : sering susah tidur
 Suntik TT : TT1 pada 20 juli 2017, TT2 pada 05 september 2017
 Riwayat KB : belum pernah menggunakan Kb sebelumnya
6. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang serius atau
menular
7. Pemeriksaan Fisik :
 Keadaan umum : baik
 GCS : 15 (CM)
 TTV : TD 120/90mmHg RR 24x/menit
0
N 87x/ menit SB 36,8 C
TB 156 cm
BB sebelum hamil 51 kg
BB selama hamil 65 kg
 Wajah : tidak ada edema
 Mata : konjungtiva pink, scela putih
 Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan tiroid
 Payudara : simetris, puting susu menonjol, hiperpigmentasi pada areola
mammae, palpasi : nyeri tekan (-)
 Abdomen :
Inspeksi : Perut tampak tegang, tampak linea nigra, dan striae gravidarum
Palpasi :
TFU : ½ pst – px (pertengahan antara pusat dan prosesusxipoideus)
Leopold I : Bokong
Leopold II : Kanan : Punggung
Kiri : Bagian kecil
Leopold III : Kepala sandar
Leopold IV : belum masuk PAP
 Ekstremitas : edema ekstremitas bawah (+), varises (-)

B. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
Ds : Nyeri akut
- P : Klien mengeluh nyeri Kehamilan trimester
pada punggung dan perut III
- Q : seperti di tusuk-tusuk
- R : punggung dan perut
Pembesaran uterus
- S:8
- T : hilang timbul
Penekana serabut saraf
Do :
- Klien tampak meringis ganglion
- Sering melokalisir
daerah yang sakit
Impuls nyeri
dihantarkan ke
hipotalamus

Diteruskan ke korteks
serebri

Nyeri dipersepsikan

Nyeri akut
Ds : Retensi H2O dan Na+ Kelebihan volume cairan
- Klien mengeluh bengkak
pada kaki
Do:
- klien tampak edema di Urine output menurun,
bagian kaki volume plasma
- TTV meningkat, tekanan
TD : 120/90 mmHg hidrostatik menurun
N : 87 x/menit
R : 24x/ menit Edema ekstremitas
SB : 36,80C Kelebihan volume cairan

Ds : Ansietas
- Klien sering bertanya Kehamilan trimester
tentang proses kelahiran III
Do :
- Klien tampak cemas Persiapan melahirkan
dengan kondisinya
Cemas dengan
- Klien sangat tampak
kondisinya
antusias/ memperhatikan
penkes yang diberikan
Kurang pengetahuan
tentang persalinan

Ansietas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran dan penekanan uterus dibuktikan dengan klien
mengeluh nyeri, sering melokalisirdaerah yang sakit.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan dan natrium
dibuktikan dengan klien mengeluh edema pada esktremitas bawah
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informassi dibuktikan dengan klien merasa
khawatir dengan kondisi yang akan dihadapi selama proses persalinan

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran dan penekanan uterus dibuktikan dengan klien
mengeluh nyeri, sering melokalisirdaerah yang sakit.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau hilang
Kriteri Hasil:
- Klien tampak rileks
- Skala nyeri 0-6
Rencana Tindakan Rasional
1. Kaji nyeri dengan PQRST 1. Sebagai data dasar dalam penentuan
2. Kaji status pernapasan intervensi yang tepat
3. Perhatikan adanya keluhan ketegangan 2. Penurunan kapasitas pernapasan saat
pada punggung dan perubahan cara uterus menekan diafragma
berjalan mengakibatkan dispnea
4. Perhatikan adanya keram pada kaki 3. Lorodosis dan regangan oto disebabkan
5. Ajarkan klien teknik napas dalam atau pengaruh hormon (relaxing
distraksi bila nyeri progesterone) pada sambungan pelvis
6. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dan perpindahan pusat gravitasi sesuai
indikasi dengan pembesaran uterus
4. Akibat penekanan uterus terjadi
ketidakseimbangan kalsium dan fosfor
pada saraf yang menyuplai pada bagian
ekstremitas bawah
5. Mengurangi nyeri secara non
farmakologis
6. Dapat mengurangi nyeri

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan dan natrium
dibuktikan dengan klien mengeluh edema pada esktremitas bawah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kelebihan volume cairan
dapat teratasi
Kriteria Hasil:
- TTV normal
- Klien terbebas dari edema
Rencana Tindakan Rasional
1. Monitor TTV 1. Mengetahui keadaaan umum klien
2. Monitor BB 2. Mengontrol perubahan edeme,
3. Pertahankan catatan intake dan output mengidentifikasi perubahan volume
yang akurat cairan dalam tubuh
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian 3. Menjaga keseimbangan haluaran urine,
diuretik mencegah keparahan edema
4. Untuk mengurangi kelebihan cairan
dalam tubuh

3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informassi dibuktikan dengan klien merasa
khawatir dengan kondisi yang akan dihadapi selama proses persalinan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ansietas berkurang/ dapat
dikontrol
Kriteria Hasil :
- Klien tampak rileks
- TTV normal
Rencana Tindakan Rasional
1. Monitor TTV 1. stres mengakibatkan sistem
2. Kaji tingkat dan penyebab ansietas, dan adrenokortikol hipofisis hipotalmus,
peran orang terdekat yang meningkatkan retensi dan
3. Dorong klien mengungkapkan perasaan rearbsobsi natrium meningkatkan
tentang masalah dan rasa takut esktresi kalium sehingga dapat
4. Berikan informasi tentang perubahan memperberat hipertensi
prikologis dan fisiologis pada persalinan
2. memberikan informasi dasar, ansietas
sesuai kebutuhan memperberat persepsi nyeri,
mempengaruhi penggunaan teknik
koping
3. stres dan ansietas mempunyai efek
yang dalam persalinan
4. pendidikan dapat menurunkan stres dan
ansietas sehingga meningkatkan
kemajuan persalinan.

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Nyeri akut berhubungan Senin, 9-10-17 Pukul S : Klien mengatakan
dengan pembesaran dan 09:16 WITA masih merasa nyeri
penekanan uterus dibuktikan P : Penekanan pada O:
dengan klien mengeluh uterus - Klien tampak meringis
nyeri, sering melokalisir Q : Seperti tertusuk- - Klien tampak gelisah
daerah yang sakit. tusuk - Skala nyeri 8
R : Bagian perut dan A : Masalah belum
punggung teratasi
S : Skala nyeri 8 P : Lanjutkan intervensi
T : Hilang timbul
Jam 09:21 WITA
Mengukur TTV Ny. T
TD : 120/90 mmHg
R : 24x/menit
N : 87x/menit
SB : 36,80C
Jam 09:36 WITA
Mengobservasi gaya
berjalan pasien menuju
tempat pemeriksaan.
Klien terlihat kesulitan
berjalan , tampak
lordosis
Jam 09:38 WITA
Mengobservasi : adanya
kram kaki dan edema.
Hasil :
Kram kaki (-)
Edema (+)
Jam 09:40
Mengajarkan klien tehnik
napas dalam dengan cara
tarik nafas dalam melalui
hidung,tahan 3 detik, lalu
hembuskan secara
perlahan melalui mulut
dengan bibir menguncup
09:45 WITA
Menganjurkan klien
berkonsultasi dengan
dokter tentang obat-
obatan yang dapat
mengurangi rasa
nyerinya.

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Kelebihan volume Senin, 9-10-2017 Pukul S: - klien mengatakan
cairan berhubungan 09:21 WITA tidak ada perubahan
dengan kelebihan Memeriksa TTV Ny. T berarti pada bengkak
asupan cairan dan TD : 120/90 mmHg kakinya
natrium dibuktikan N : 87x/menit O: - Edema (+)
dengan klien R : 24x/menit A: - Masalah belum
mengeluh edema pada SB :36,80C teratasi
esktremitas bawah P: - lanjut dan tambah
intervensi
Pukul 09:24 WITA
Mengukur BB Ny. T 65
kg
Pukul 09:26 WITA
Mengkaji lokasi edema
pada Ny. T
Hasil: terdapat edema di
estermitas bawah kanan
dan kiri bagian dorsal
pedis
09: 42 WITA
Menganjurkan klien
konsultasikan dengan
dokter tentang pemberian
diuretik

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Ansietas berhubungan Senin, 09-10-2017 Pukul S: - klien mengatakan
dengan kurang 09:21 WITA kecemasannya
terpapar informasi Memeriksa TTV Ny. T dikarenakan baru
dibuktikan dengan TD : 120/90mmHg pertama kali hamil
klien merasa khawatir N : 87x/menit O: - klien tampak
dengan kondisi yang R : 24x/menit antusias mendengarkan
akan dihadapi selama SB : 36,80 C penjelasan yang
proses persalinan diberikan
- Klien dapat
mengungkapkan
masalah yang dialami
A: - Masalah Teratasi
Sebagian
P: - lanjutkan
Intervensi

Jam 10:18
DS: - klien mengatakan
takut dengan rasa sakit
yang muncul pada saat
persalinan
- Klien mengatakan
khawatir dengan kondisi
bayinya
Jam 10:20
DS: - klien mengatakan
mengkhawatirkan
kondisinya dengan bayi
- Klien mengatakan
mendapatkan perhatian
selama kehamilan
Jam 10:22
Memberikan gambaran
tentang kala dalam
persalinan, dimana secara
fisiologis akan terjadi
pembukaan yang
memudahkan proses
pengeluaran.
Ibu dapat mengatur cara
mengedan yang benar
agar menghemat energi
dalam proses persalinan
sehingga tidak terjadi
kelemahan yang sangat
berarti sebelum
dilahirkan
KB SUNTIK 3 BULAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah kualitas sumber daya manusia dengan
angka kelahiran lebih dari 5.000.000 per tahunnya. Untuk dapat mengangkat derajat
kehidupan bangsa, maka telah dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan
keluarga berencana yang mempunyai tujuan masing-masing. Bila gerakan keluarga berencana
tidak dilakukan bersama dengan pembangunan ekonomi dikhawatirkan hasil pembangunan
tidak berarti.
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan dapat menerima norma
keluarga kacil bahagia sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada “catur warga /zero
population growth” (pertumbuhan seimbang).
Pengertian Keluarga Berencana (KB) menurut UU No. 10 th 1992 adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan
(PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Program KB secara Nasional berkaitan erat dengan program Nasional di bidang
kesehatan, karena program KB Nasional bersifat mendukung dan mempunyai sasaran serupa
dengan program kesehatan. Program Keluarga Berencana Nasional memberikan arahan
kebijakan untuk meningkatkan kualitas penduduk melalui pegendalian kelahiran,
memperkecil angka kematian dan peningkatan kualitas program KB.
Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional serta
peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan KB oleh karena aman,
sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan, dan dapat dipakai pada pasca-persalinan
(Manuaba,2010). Metode suntikan tiga bulan / progestin merupakan kontrasepsi suntikan
yang hanya mengandung hormon sintetis progesteron. Hal ini dinilai efektif dalam
mewujudkan keberhasilan dan peningkatan kualitas program KB di Indonesia.
Walaupun demikian, masih banyak penggunaan alat kontrasepsi suntik yang salah
atau tidak memperhatikan aspek-aspek penting kontrasepsi suntik sehingga masih ada
kejadian kehamilan/komplikasi tidak tertangani pada akseptor KB suntik . Selain itu juga
masih banyak kejadian drop out pada akseptor KB, terutama KB progestin, akibat adanya
efek samping yang tidak dimengerti oleh akseptor. Hal ini dapat diperbaiki dengan pemberian
edukasi, konseling, dan peningkatan keterampilan penyedia layanan, yang juga dapat
meningkatkan penerimaan akseptor terhadap alat kontrasepsi (Wulansari, Pita & Huriawati
Hartanto, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut.
a. Apakah yang dimaksud dengan KB suntik tiga bulan / progestin?
b. Bagaimana efektifitas dari KB suntik tiga bulan / progestin?
c. Bagaimana cara kerja KB suntik tiga bulan / progestin?
d. Apa saja kekurangan dan kelebihan KB suntik tiga bulan / progestin?
e. Bagaimana indikasi dan kontra indikasi KB suntik tiga bulan / progestin?
f. Bagaimanakah cara penggunaan suntikan progestin?
g. Apa saja keadaan yang memerlukan perhatian khusus dalam pemberian KB suntikan tiga
bulan / progestin beserta anjurannya?
h. Apa efek samping dari KB suntik tiga bulan / progestin serta bagaimana penanganannya?
i. Apa saja peringatan yang perlu diberikan kepada klien yang memakai suntikan KB 3 bulan /
progestin?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penulisan makalah
sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui maksud KB suntik tiga bulan / progestin.
b. Untuk mendeskripsikan efektifitas dari KB suntik tiga bulan / progestin.
c. Untuk menjelaskan cara kerja KB suntik tiga bulan / progestin.
d. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan KB suntik tiga bulan / progestin.
e. Untuk mengidentifikasi indikasi dan kontra indikasi KB suntik tiga bulan / progestin.
f. Untuk menjelaskan cara penggunaan suntikan KB 3 bulan / progestin.
g. Untuk memberikan pengetahuan mengenai keadaan yang memerlukan perhatian khusus
dalam pemberian KB suntikan tiga bulan / progestin beserta anjurannya.
h. Untuk menjelaskan efek samping dari KB suntik tiga bulan / progestin serta bagaimana
penanganannya.
i. Untuk menjelaskan berbagai peringatan yang perlu diberikan kepada klien yang memakai
suntikan KB 3 bulan / progestin.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta menambah
pengetahuan pihak-pihak yang membaca makalah ini, khususnya anggota kelompok yang
mempresentasikan makalah ini dan semua peserta diskusi yang merupakan calon bidan masa
depan yang akan melanjutkan usaha pemerintah dalam menyukseskan program KB di
Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kontrasepsi Suntik


Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang disuntikan ke dalam tubuh dalam
jangka waktu tertentu, kemudian masuk ke dalam pembuluh darah diserap sedikit demi
sedikit oleh tubuh yang berguna untuk mencegah timbulnya kehamilan.
2.1.1 Pengertian KB Suntik 3 Bulan / Progestin
Suntikan progestin menggunakan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) yang
mengandung 150 mg DMPA yang diberikan tiap 3 bulan dengan cara disuntik Intro Muskuler
(di daerah bokong). Depo provera atau depo metroxy progesterone asetat adalah satu sintesa
progestin yang mempunyai efek seperti progesterone asli dari tubuh wanita. Obat ini dicoba
pada tahun 1958 untuk mengobati abortus habitualis dan endometriosis ternyata pada
pengobatan abortus habitualis seringkali terjadi kemandulan setelah kehamilan berakhir.
Depo provera sebagai obat kontrasepsi suntikan ternyata cukup manjur dan aman dalam
pelayanan keluarga berencana. Anggapan bahwa depo provera dapat menimbulkan kanker
pada leher rahim atau payudara pada wanita yang mempergunakannya, belum didapat bukti-
bukti yang cukup tegas, bahkan sebaliknya.
2.2 Efektivitas KB Suntik 3 Bulan / Progestin
Jenis kontrasepsi ini pada dasarnya mempunyai cara kerja seperti pil. Untuk suntikan
yang diberikan 3 bulan sekali, memiliki keuntungan mengurangi resiko lupa minum pil dan
dapat bekerja efektif selama 3 bulan. Efek samping biasanya terjadi pada wanita yang
menderita diabetes atau hipertensi. Efektif bagi wanita yang tidak mempunyai masalah
penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, trombosis atau gangguan pembekuan darah
serta riwayat stroke. Tidak cocok buat wanita perokok. Karena rokok dapat menyebabkan
peyumbatan pembuluh darah.
Kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan
per 100 perempuan tiap tahun. Asal penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang
telah ditentukan. Salah satu keuntungan suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI.
Pemakaian hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar.
Sayangnya, bisa membuat badan jadi gemuk karena nafsu makan meningkat.
Kemudian lapisan dari lendir rahim menjadi tipis sehingga haid sedikit, bercak atau tidak
haid sama sekali. Perdarahan tidak menentu. Tingkat kegagalannya hanya 3-5 wanita hamil
dari setiap 1.000 pasangan dalam setahun.
2.3 Cara Kerja KB Suntik 3 bulan / Progestin
Secara umum kerja dari KB suntik progestin adalah sebagai berikut.
a. Mencegah ovulasi, kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan luteinizing
hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar follicle-stimulating
hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan LH (LH Surge). Menghambat
perkembangan folikel dan mencegah ovulasi. Progestogen menurunkan frekuensi pelepasan
(FSH) dan (LH).
b. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan mukus serviks yang
mengganggu penetrasi sperma. Perubahan - perubahan siklus yang normal pada lendir
serviks. Secret dari serviks tetap dalam keadaan di bawah pengaruh progesteron hingga
menyulitkan penetrasi spermatozoa.
c. Membuat endometrium menjadi kurang layak atau baik untuk implantasi dari ovum yang
telah di buahi, yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan menjelang stadium sekresi, yang
diperlukan sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah
di buahi.
d. Menghambat transportasi gamet dan tuba, mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum
di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum
(telur) melalui tuba.
2.4 Kekurangan dan Kelebihan KB Suntik 3 Bulan / Progestin
Kekurangan kontrasepsi suntikan progestin adalah sebagai berikut.
a. Sering ditemukan gangguan haid seperti :
 Siklus haid yang memendek atau memanjang.
 Perdarahan yang banyak atau sedikit.
 Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
 Tidak haid sama sekali.
b. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan (klien harus kembali untuk mendapatkan
suntikan ulang).
c. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.
d. Penambahan berat badan merupakan efek samping tersering.
e. Tidak melindungi diri dari PMS atau HIV/AIDS.
f. Terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.
g. Terlambatnya pemulihan kesuburan bukan karena kerusakan/kelainan pada organ genetalia
melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan.
h. Terjadinya perubahan pada lipid serum dalam penggunaan jangka panjang.
i. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas).
j. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan
libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, jerawat.
Selain terdapatnya kekurangan pada penggunaan kontrasepsi progestin, metode kontrasepsi
ini juga tentunya memiliki kelebihan sebagai berikut.
a. Tidak mengganggu hubungan seksual.
b. Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan
gangguan pembekuan darah.
c. Dapat digunakan sebagai metode jangka panjang.
d. Tidak mempengaruhi produksi ASI.
e. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
f. Dapat digunakan oleh perempuan yang berusia lebih dari 35 tahun sampai perimenopause.
g. Mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
h. Menurunkan kemungkinan penyakit jinak payudara.
i. Mencegah penyebab penyakit radang panggul.
j. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
2.5 Indikasi dan Kontra Indikasi Suntikan Progestin
Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain jika klien menghendaki pemakaian
kontrasepsi jangka panjang, atau klien telah mempunyai cukup anak sesuai harapan, tapi saat
ini belum siap. Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien yang menghendaki tidak ingin
menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan senggama, atau klien dengan
kontra indikasi pemakaian estrogen, dan klien yang sedang menyusui. Klien yang mendekati
masa menopause, atau sedang menunggu proses sterilisasi juga cocok menggunakan
kontrasepsi suntik. Indikasi pemakaian suntikan progestin adalah sebagai berikut.
a. Usia reproduksi ( 20-30 tahun ).
b. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak.
c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi.
d. Menyusui ASI pasca persalinan lebih dari 6 bulan.
e. Pasca persalian dan tidak menyusui.
f. Anemia.
g. Nyeri haid hebat.
h. Haid teratur.
i. Riwayat kehamilan ektopik.
j. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
Selain indikasi-indikasi di atas, suntikan progestin juga memiliki kontra indikasi
sebagai berikut.
a. Hamil atau dicurigai hamil (reaksi cacat pada janin > 100.000 kelahiran).
b. Ibu menginginkan haid teratur.
c. Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan.
d. Ibu yang menderita sakit kuning (liver).
e. Kelainan jantung.
f. Varises (urat kaki keluar).
g. Hipertensi (tekanan darah tinggi).
h. anker payudara atau organ reproduksi.
i. Menderita kencing manis (DM). Selain itu, ibu yang merupakan perokok berat, sedang dalam
persiapan operasi.
j. Sakit kepala sebelah (migrain) merupakan kelainan-kelainan yang menjadi pantangan
penggunaan KB suntik ini.
k. Perdarahan saluram genital yang tidak terdiagnosis.
l. Penyakit arteri berat di masa lalu atau saat ini.
m. Efek samping serius yang terjadi pada kontrasepsi oral kombinasi yang bukan disebabkan
oleh estrogen.
n. Adanya penyakit kanker hati.
o. Depresi berat. (Everent,2007).
2.6 Penggunaan Suntikan Progestin
Pada saat menggunakan suntikan progestin, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebagai berikut ini.
a. Waktu Mulai Menggunakan Suntikan Progestin
1) Mulai suntikan pertama pada hari 1-7 siklus haid (Tidak memerlukan kontrasepsi
tambahan).
2) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid (Jangan melakukan hubungan
seksual selama 7 hari / menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari).
3) Bila klien tidak haid (amenhorea), suntikan dapat digunakan setiap saat, asal diyakini tidak
hamil (Jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari / menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja).
4) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi hormonal lain
(contoh:pil,AKBK,dll) dan ingin menggantinya dengan suntikan progestin. Suntikan
progestin dapat segera diberikan (Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang).
5) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan hormonal lain, dan ingin
menggantinya dengan suntikan progestin. Suntikan dapat diberikan sesuai jadwal suntikan
ulang kontrasepsi sebelumnya (Tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan)
6) Bila kontrasepsi yang pernah digunakan sebelumnya adalah kontrasepsi non-hormonal
(contoh:IUD,kondom,alami,dll) dan ingin menggantinya dengan suntikan progestin.
Suntikan progestin dapat segera diberikan, bila kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan
benar atau ibu tersebut sedang tidak hamil. (Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya
datang).
7) Bila suntikan progestin diberikan pada hari ke 1-7 siklus haid (Tidak memerlukan metode
kontrasepsi lain).
b. Cara Penggunaan Suntikan Progestin
1) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara suntikan Intra
Muskular dalam (IM). (Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi
suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan kurang efektif).
2) Suntikan diberikan setiap 90 hari.
3) Pemberian suntikan noristerat untuk 3 injeksi berturut-turut diberikan setiap 8 minggu,
mulai injeksi ke-5 sampai seterusnya, diberikan setiap 12 minggu.
4) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas yang dibasahialkohol 60-90%. Biarkan
kulit kering sebelum disuntik.
5) Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara.
6) Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan.
7) Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya
dengan dihangatkan.
c. Informasi Lain Yang Perlu Disampaikan
1) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (amenorhea),
biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan.
2) Efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala dan nyeri payudara, tidak
berbahaya dan cepat hilang.
3) Karena kembalinya kesuburan terlambat, penjelasan perlu diberikan pada ibu usia
muda yang ingin menunda kehamilan atau bagi ibu yang merencanakan kehamilan dalam
waktu dekat.
4) Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang(umumnya sekitar 3-6 bulan haid
baru datang), bila tidak, segera konsultasi ke dokter/klinik untuk mengetahui penyebabnya.
5) Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telahditentukan, suntikan dapat
diberikan lebih awal dari jadwal suntikan. Dapat juga diberikan setelah jadwal suntikan
(Jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi
lain untuk 7 hari saja).
6) Apabila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal ibu diyakini tidak
hamil (Jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja).
2.7 Keadaan yang Memerlukan Perhatian Khusus dan Anjurannya
Berikut adalah keadaan yang memerlukan perhatian khusus dalam pemberian
suntikan progestin beserta anjurannya.
Keadaan Anjuran
Penyakit hati akut (virus) Sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi suntikan.
Penyakit jantung Sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi suntikan.
Stroke Sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi suntikan.

2.8 Efek Samping Suntikan Progestin dan Penanganannya.


a. Amenorea (tidak terjadi perdarahan)
Penanganan :
 Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu.jelaskan bahwa darah haid tidak terkumpul
dalam rahim.
 Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien, dan hentikan penyuntikan.
 Bila terjadi kehamilan ektopik, maka rujuk klien.
 Jangan memberikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan karena tidak akan
berhasil.Tunggu 3-6 bulan kemudian bila tidak terjadi perdarahan juga,rujuk ke klinik.
b. Perdarahan bercak (spotting)
Penanganan :
 Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai,tetapi hal ini bukanlah masalah
serius,dan biasanya tidak memerlukan pengobatan.
c. Mual dan Muntah
Penanganan :
 Pastikan tidak ada kehamilan,bila hamil segera rujuk.Bila tidak hamil, informasikan bahwa
hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat
d. Meningkat/Menurunnya Berat Badan
Penanganan :
 Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi.
Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu mencolok.
 Bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.
2.9 Peringatan Bagi Pemakai Suntikan Progestin
Peringatan bagi pemakai suntikan progestin meliputi :
a. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan
b. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu.
c. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
d. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau penglihatan kabur.
e. Perdarahan berat yang 2X lebih panjang dari masa haid / 2X lebih banyak dalam satu
periode masa haid

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Kontrasepsi suntik adalah alat kontasepsi yang disuntikan ke dalam tubuh dalam jangka
waktu tertentu, kemudian masuk ke dalam pembuluh darah diserap sedikit demi sedikit oleh
tubuh yang berguna untuk mencegah timbulnya kehamilan.
b. Suntikan progestin menggunakan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) yang
mengandung 150 mg DMPA yang diberikan tiap 3 bulan dengan cara disuntik Intro Muskuler
(di daerah bokong).
c. Cara kerja KB suntik progestin adalah untuk mencegah ovulasi, Lendir serviks menjadi
kental dan sedikit, Membuat endometrium menjadi kurang layak atau baik untuk implantasi
dari ovum yang telah di buahi, Menghambat transportasi gamet dan tuba.
3.2 Saran
Sebelum memberikan kontrasepsi ini pada klien, sebaiknya bidan menjelaskan
kekurangan dan kelebihan KB suntik, serta efek sampingnya agar klien lebih siap dalam
menghadapi hal-hal yang timbul akibat pemakaian alat kontrasepsi ini. Selain itu, bidan juga
perlu memperhatikan cara penggunaan atau pemberian suntikan progestin ini untuk
mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
. . 2011b. Alat Kontrasepsi. http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-
jatim/html/cara.htm (Diakses 29 Maret 2016)
Baziad, Ali. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : YBS-SP
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :
Pustaka Rihama
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBPS

Wulansari, Pita dan Huriawati Hartanto (Eds.). 2006. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta
: EGC
LAPORAN PENDAHULUAN ANC (ANTENATAL
CARE)
LANDASAN TEORI MEDIK

A. Pengertian
Antenatal care adalah perawatan selama masa kehamilan sebagai suatu manajemen
kehamilan di mana ibu dan anaknya diharapkan sehat dan baik (Hanifa Wiknjosastro, SPOG,
dkk (2002) Ilmu Kebidanan).

B. Tujuan Antenatal Care


1. Bagaimana kita mengawasi dan mengontrol keadaan ibu hamil dan masa konsepsi kehamilan
aterm, sehingga apa yang terjadi dapat diketahui sendiri.
2. Mengenali dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan,
persalinan dan nifas.
3. Agar pada saat persalinan dapat melahirkan dengan normal dan bayinya dalam keadaan
sehat.

C. Patofisiologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur (ovulasi),
yang di tangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam sel telur, waktu
persetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma)
bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan sel telur oleh
sperma biasanya terjadi di bagian yang mengembang oleh tuba falofi.
Disekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk
mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang paling mudah
dimasuki, masuklah salah satu sel mani dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini
disebut pembuahan (konsepsi = fertilitas).
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak (oleh rambut getar
tuba), menuju ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai
nidasi diperlukan waktu 6 – 7 hari. Untuk menyuplai darah ke sel-sel makanan bai mudligah
dan janin, dipersiapkan uri (plasenta) jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan
harus ada ovum (sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi = fertilitas), nidasi
dan plasenta.
1. Sel telur (ovum)
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di geneta-bridge.
2. Sel mani (spermatozoa)
Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala, berbentuk lonjong agak gepeng
berisi inti (nucleus), leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah, dan ekor yang
dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat.
3. Pembuahan (konsepsi = fertilitas)
Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatu antara sel mani dengan sel telur di tuba pallofi.
4. Nidasi (implantasi )
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.
D. Perubahan Fisiologi Wanita Hamil
Hampir seluruh tubuh wanita mengalami perubahan, terutama pada pada alat
kandung, dan juga organ lainnya.
1. Uterus
 Ukuran : karena hipertropi dan hyperplasia otot polos rahim 30 x 25 x 20 cm dengan
kapasitas 400 cc (pada kelamin cukup bulan).
 Berat : dari 30 gr – 1000 gr
 Bentuk dan konsistensi : bulan pertama ; alpukat, 4 bulan ; bulat, akhir kehamilan ; bujur
telur.
 Posisi :
Awal ; antefleksi/retrofleksi, 4 bulan ; berada pada rongga pelvis, akhir ; rongga perut sampai
hati.
 Serviks : menjadi lunak yang disebut tanda “boodell”
2. Indung telur (ovarium)
 Ovulasi terhenti
 Masih terdapat korpus luteum gravidas sampai terbentuknya uri
3. Vagina dan vulva
 Vagina dan vulva terlihat lebih merah dan kebiruan
 Warna lipid pada vagina dan portio serviks disebut “tanda Chadwick”, heipervaskularisasi.

Perubahan pada organ dan sistem lainnya :


1. Sistem sirkulasi darah
a. Volume darah
Volume daran da volume plasma meningkat
b. Protein darah
Jumlah protein, albumin menurun, pada triwulan I secara bertahap meningkat sampai akhir
kehamilan
c. Hitung jenis dan Hb
Hematokrit menurun karena volume plasma darah eritrosit meningkat untuk kebutuhan
oksigen.
d. Nadi dan TD
TD menurun, nadi meningkat rata-rata 84x/mnt
e. Jantung
Pompa jantung meningkat pada triwulan I sampai menurun pada minggu terakhir, EKG
kadang memperlihatkan deviasi aksis ke kiri
2. Sistem pernapasan
 Sesak dan napas pendek sampai usus tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran rahim.
 Kapasitas vital paru meningkat.
 Napas dalam dan yang lebih menonjol pernapasan dada
3. Sistem pencernaan
 Saliva meningkat, mual dan muntah
 Tonus otot saluran pencernaan menurun sehingga motilitas
 Muntah (emesis gravidarum) pada hari (morning sickness)
4. Tulang dan gigi
 Sendi panggul terasa lebih longgar sampai ligament dan melunak
 Kalsium maternal pada tulang panjang menurun untuk memenuhi kebutuhan kalsium janin
5. Kulit
Terjadi hiperpigmentasi pada :
 Muka : cloasma gravid
 Payudara : putting susu dan areola payudara
 Perut : linea nigra
6. Kelenjar endokrin
 Kelenjar tiroid : dapat membesar sedikit
 Kelenjar hipofise : dapat membesar terutama lobus anterior
 Kelenjar adrenal : tidak satu berpengaruh ( - )
7. Payudara
 Payudara bertambah besar, tegang dan berat
 Dapat teraba noduli-noduli akibat hipertrofi kelenjar alveoli
 Bayangan vena lebih membiru
 Kaku dip eras keluar kolostrum berwarna kuning.
8. Metabolisme
 BMR meningkat 15 – 20% terutama trimester ketiga
 Kebutuhan protein meningkat untuk pertumbuhan fetus, payudara. Laktasi
 Sering haus, nafsu makan kuat, sering kencing.
 Kolesterol meingkat karena somatotoropin membentuk lemak.
 BB bumil meningkat 6,5 – 16 kg disebabkan oleh
- Janin, uri, air ketuban, uterus
- Payudara, uri, darah, lemak, protein, retensi urine.
 Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi

E. Manifestasi Klinik
1. Tanda Presumtif
 Supresi menstruasi
 Nausea, vomiting, morning sickness.
 Sering miksi
 Mammae bengkak terasa penuh
 Quickening (gerakan pertama kali yang dirasakan oleh ibu)
 Chadwicks ( + )
 Pigmen pada kulit
2. Tanda Mungkin
 Pembesaran abdomen
 Tanda hegar
 Ballotemen ( + )
 Perubahan pada serviks
 Braxton Hicks
 Tes kehamilan
3. Tanda Pasti
 Bunyi DJJ, Nadi 120 – 180
 Pergerakan fetal
 USG – hasil
 Ro – ada skeletal

F. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan


1. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat 1
bulan.
2. Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan
3. Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan
4. Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan

G. Pemeriksaan Ibu Hamil


1. Anamnese
a. Anamnese identitas istri dan suami
b. Anamnese umum :
 Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi,perkawinan dan sebagainya.
 Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HT). bila hari pertama haid terakhir diketahui,
maka dapat dijabarkan taksiran tunggal persalinan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Teknik inspeksi
 Daerah muka
Adakah cloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau merah, adakah oedema pada
wajah, bagaimana keadaan lidah dan gigi.
 Leher
Apakah vena terbendung di leher (mis : pada penyakit jantung) apakah kelenjar gondok
membesar atau kelenjar limpa membengkak.
 Dada
Bentuk buah dada, pigmentasi putting susu dan areola mammae, keadaan putting susu,
adakah colostrums.
 Perut
Perut membesar kedapat atau kesamping (pada ascites perut membesar ke samping), keadaan
pusat, pigmentasi linea alba, nampak ada gerakan anak atau kontraksi rahim, adakah striae
gravidarum atau jaringan parut.
 Vulva
Keadaan perineum, adakah varises, tanda Chadwick, condiloma, flour albus.
 Anggota gerak bawah
Adakah ascites, oedema, luka, cykatrik pada lipat paha
b. Tekhnik palpasi
1. Maksud periksa palpasi adalah :
 Untuk menentukan besarnya rahim (tuanya kehamilan)
 Untuk menentukan letaknya anak dalam rahim
2. Macam-macam palpasi ada tiga macam yaitu :
a. Palpasi menurut Leopold, terdiri atas 4 bagian :
1) Leopold I
 Kaki klien dibengkokan pada lutut dan lipatan paha
 Pemeriksa berdiri sebelah kanan klien dan melihat ke arah muka klien
 Rahim dibawah ke tengah
 Tinggi fundus uteri ditentukan
 Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus uteri.
Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting, sifat bokong adalah lunak, kurang bundar dan
kurang melenting, pada letak lintang fundus uteri kosong.
Variasi menurut knebel : menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus
dan tangan lain di atas simfisis
2) Leopold II
 Kedua tangan pindah ke samping
 Tentukan batas samping rahim kiri dan kanan
 Tentukan letak punggung anak
 Pada letak lintang, tentukan dimana letak kepala janin
Leopold II untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan dimana letaknya bagian-
bagian kecil).
Variasi menurut poudin : menentukan letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus
3) Leopold III
 Dipergunakan satu tangan saja
 Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya
 Adakah bagian bawah masih dapat dipergunakan
Leopold III menentukan apa yang terdapat di bawah dan apakah bagian bawah anak ini sudah
atau belum terpegang oleh pintu atas panggul)
Variasi menurut Ahlfeld : menentukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri diletakkan
tegak di tengah perut.
4) Leopold IV
 Pemeriksa merubah sikapnya yaitu melihat ke arah kaki si penderita.
 Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi bagian bawah.
 Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul dan berapa
masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.
 Jika kita rapatkan kedua tangan akan kita dapatkan :
- Kedua tangan pada pinggir kepala divergent (ukuran tebesar kepala sudah melewati pintu
atas panggul)
- Kedua tangan pada pinggir kepala convergent (ukuran terbesar kepala belum melewati pintu
atas panggul)
Leopold IV untuk menentukan bagian yang terendah dan berapa masuknya bagian yang
bawah ke dalam rongga panggul.

3. Penampilan umum
Dapat dilakukan dengan pemeriksaan umum
Tujuan :
a. Untuk mengetahui keadaan umum ibu
b. Untuk mentehahui adanya kelainan-kelainan yang dapat mempengaruhi kehamilan
c. Untuk membantu menetapkan diagnosis
Dilakukan pada :
a. Ibu yang pertama kali datang periksa
b. Ibu yang akan melahirkan dan belum pernah memeriksakan diri.

Macam-macam pemeriksaan
a. Bagaimana keadaan umum klien, keadaan gizi, kelainan bentuk badan, kesadaran
b. Adakah anemia, cyanosis, ikterus dan dyspnoe
c. Keadaaan jantung dan keadaan paru
d. Adakah oedema
e. Tekanan darah
f. Berat badan
g. Pemeriksaan laboratorium
4. Pemeriksaan semua sistem : dilakukan dengan anamneses
5. Pemeriksaan panggul luar
Tujuan :
a. Untuk mengetahui panggul seseorang normal atau tidak
b. Untuk memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya
c. Untuk mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang
Pemeriksaan panggul dilakukan :
a. Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil (primigravida)
b. Pada ibu multipara, bila ada kelainan-kelainan pada persalinan yang lalu
c. Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan diri terutama pada
primipara
Ukuran-ukuran panggul luar yang penting :
a. Distantia spinarum
Jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan kiri, ukuran normal 23 – 26 cm.
b. Distantia cristarum
Jarak yang terpanjang antara crista iliaka kanan dan kiri, ukuran normal : 26 – 29 cm
c. Distantia tuburum
Ukuran melintang pintu buah panggul jarak antara tuberositas ischii kanan dan kiri, ukuran
normal : 10,5 – 11 cm.
d. Conyugata eksterm
Jarak antara pinggir atas syimpisis dan ujung prosesus spinosus (ruas tulang lumbal lima).
e. Lingkar panggul
Jarak dari pinggir atas sympisis melalui spina iliaka anterior superior kanan ke pertengahan
trochanter mayor kiri, kepertengahan spina iliaca anterior superior kiri, kemudian kembali ke
atas sympisis, ukur normal : 80 – 90 cm.

Pertumbuhan janin
a. 0 – 4 minggu
pertumbuhan yang cepat, gigi, sistem pusat saraf, jantung mulai berdenyut, jari mulai
keluar/nampak.
b. 4 – 8 minggu
Pertumbuhan cel yang cepat, kepala, muka, genitalia eksterna mulai tampak tapi jenis
kelamin belum ada, janin bergerak (USG).
c. 8 – 12 minggu
mata, ginjal mulai berfungsi untuk pengeluaran urin (10mg), sirkulasi fetal lancar, mulai
mengisap/menelan, sex terlihat, bergerak bebas, beberapa refleks primitive mulai.
d. 12 – 16 minggu
berkembang skeletal, meconium ada di usus,lanugo ada, spetum hidung dan palatum
menyatu.
e. 16 – 20 minggu
quecning – ibu merasakan, auskultasi, verniks kaseosa, jari dapat terlihat, selaput kulit.
f. 20 – 24 minggu
sebagian organ mampu berfungsi, respon pada suara, kulit merah keriput.
g. 24 – 28 minggu
kelangsungan hidup dapat – lahir pergerakan kelompak mata – respon pernapasan.
h. 28 – 32 minggu
mengisap, lemak dan besi, testis turun skrotum, lanugo tidak ada di muka, kulit mulai putih
dan keriput kurang.
i. 32 – 36 minggu
meningkatnya lemak seluruh tubuh, lanugo tidak ada, rambut kepala panjang, kuku sampai
ujung jari, tulang rawan, telinga, rambut.
j. 38 – 40 minggu
batas untuk lahir, tulang tengkorak kuat

LANDASAN TEORI ASKEP

A. Riwayat Keperawatan
1. Aktivitas atau istirahat
Tekanan darah agak lebih rendah dari pada normal ( 8 – 12 minggu), kembali pada tingkat
pra kehamilan selama setengah kehamilan teakhir. Denyut nadi dmeningkat 10 – 15 cm.
murmur sistolik pendek dapat terjadi sehubungan dengan peningkatan volume, varises,
sedikit edema ekstremitas bawah/tangan mungkin ada (terutama pada trimester terakhir).
2. Integritas ego
Menunjukkan perubahan persepsi diri
3. Eliminasi
Perubahan pada konsistensi/frekuensi defekasi, peningkatan frekuensi perkemihan, urinalisis,
peningkatan berat jenis, hemoroid
4. Makanan/cairan
Mual dan muntah terutam apada trimester pertama : nyeri ulu hati umum terjadi, penambahan
BB 2 - 4 kg trimester pertama.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Kramkaki, nyeri tekan dan bengkak pada payudara, kontraksi Braxton hicks terlihat setelah
28 minggu, nyeri punggung.
6. Pernapasan
Hidung tersumbat, mukosa lebih kental daripada normal, frekuensi pernapasan dapat
meningkat relative terhadap ukuran/tinggi uterus, pernapasan torakal.
7. Keamanan
Suhu 98 – 99,6 F (36,1 – 37,6 C), irama jantung janin terdengar dengan daptone (mulai 10 –
12 minggu) atau fetoskop ( 17 – 20 minggu), gerakan janin terasa pada pemeriksaan setelah
20 minggu, sensasi gerakan janin pada abdomen diantara 16 – 20 minggu, ballottement ada
pada bukan keempat dan kelima.
8. Seksualitas
Penghentian menstruasi, perubahan respon/aktivitas seksual, leukarea mungkin ada,
peningkatan progresif pada ukuran uterus, perubahan payudara : pembesaran jaringan
adipose, peningkatan vaskularitas, lunak bila di palpasi, kolostrum dapat setelah 12 minggu,
perubahan pigmentasi : kloasma, linea nigra, striae gravidarum, tanda-tanda goodell, hegar,
Chadwick positif.
9. Interaksi Sosial
Bingung/meragukan perubahan yang ada di antisipasi, tahap maturasi/perkembangan
bervariasi tapi dapat mundur dengan stressor kehamilan. Respons anggota keluarga lain dapat
bervariasi dari positif dan mendukung sampai disfungsional.
10. Penyuluhan/pembelajaran
Harapan individu terhadap kehamilan, persalinan/melahirkan tergantung pada usia, tingkat
pengetahuan, pengalaman, keinginan terhadap anak, stabilitas ekonomik.

B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Golongan darah
ABO dan RH untuk mengidentifikasi resiko terhadap inkompatibilitas
2. Usap vagina/rectal
Tes untuk neisseria gonorrhoea, Chlamydia
3. Tes serologi
Menentukan adanya sifilis, penyakit hubungan kelamin.
4. Skrining
Terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis
5. Titer rubella
> a : ad menunjukkan imunitas
6. Papanicoloan Smear
Mengidentifikasi neoplasia, herpeks simplex tipe II
7. Urinalisis
Skrin untuk kondisi medis (mis : pemastian kehamilan, infeksi, diabetes, penyakit ginjal).

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b/d adanya factor-faktor resiko khusus, krisis situasi, ancaman pada konsep diri,
konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-nilai esensial dan tujuan hidup, kurang
informasi.
Tujuan : Kecemasan berkurang/hilang
Intervensi :
a. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi kecemasan
R/ mengidentifikasi perhatian pada bagian khusus dan menentukan arah dan kemungkinan
pilihan / intervensi.
b. Berikan informasi tentang penyimpangan genetic khusus, resiko yang dalam reproduksi dan
ketersediaan tindakan/pilihan diagnosa.
R/ dapat menghilangkan ansietas berkenaan dengan ketidaktahuan dan membantu keluarga
mengenai stress, membuat keputusan, dan beradaptasi secara positif terhadap pilihan.
c. Kembangkan sikap berbagi rasa secara terus menerus.
R/ kesempatan bagi klien/pasangan untuk memuji pemecahan situasi. Tingkat kecemasan
biasanya lebih tinggi pada pasangan yang telah melahirkan anak dengan penyimpangan
kromosom.
d. Berikan bimbingan antisipasi dalam hal perubahan fisik/psikologis.
R/ dapat menghilangkan kecemasan/ depresi pada pasangan.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan napsu makan, mual/muntah, tidak
mengenal peningkatan kebutuhan metabolic.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Intervensi :
a. Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu/sekarang dengan menggunakan batasan
24 jam, perhatikan kondisi rambut, kuku dan kulit
R/ kesejahteraan janin/ibu tergantung pada nutrisi ibu selama kehamilan sebagaimana selama
2 tahun sebelum kehamilan
b. Berikan informasi tertulis/verbal yang tepat tentang diet prenatal dan suplemen vitaminzat
besi setiap hari.
R/ Meningkatkan kemungkinan klien memilih diet seimbang
c. Perhatikan adanya mengidam. Kaji pilihan bahan bukan makanan dan tingkat motivasi untuk
makanannya.
R/ memakan bahan bukan makanan pada kehamilan mungkin dibiasakan pada kebutuhan
psikologis, fenomena budaya, respon terhadap lapar, dan atau respon tubuh terhadap
kebutuhan nutrisi.
d. Timbang BB klien. berikan informasi tentang penambahan prenatal yang optimum.
R/ ketidakadekuatan penambahan berat badan prenatal dan atau dibawah berat badan normal
masa kehamilan, meningkatkan resiko retardasi pertumbuhan intrauterine (IUGR) pada janin
dengan BBLR.
e. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/muntah.
R/ mual/muntah trimester pertama dapat berdampak negative pada status nutrisi prenatal,
khususnya pada periode kritis perkembangan janin.
3. Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan (muntah), peningkatan kebutuhan cairan.
Tujuan : Kebutuhan volume cairan terpenuhi.
Intervensi :
a. Tentukan frekuensi/beratnya mual/muntah.
R/ peningkatan kadar hormone gonadotropin khorionik (HCG) perubahan metabolisme KH
dan penurunan motilistas gastric memperberat mual dan muntah pada trimester pertama.
b. Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain (ex ; ulkus peptikum, gastritis,
kolesistitis)
R/ membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain. Untuk mengatasi masalah khusus
dalam mengidentifikasi intervensi
c. Kaji suhu dan turgor kulit, membrane mukosa, TD, suhu, masukan/haluran.
R/ indikasi dalam membantu untuk mengevaluasi tingkat/kebutuhan hidrasi.
d. Anjurkan klien mempertahankan masukan/haluaran, tes urin dan penurunan BB setiap hari.
R/ membantu dalam menentukan adanya muntah yang tidak dapat dikontrol.
e. Anjurkan peningkatan masukan minuman berkarbonat, makan enam kali sehari dengan
jumlah yang sedikit dan makanan tinggi karbohidrat (popcorn, roti kering sebelum bangun
tidur.
R/ membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan keasaman lambung.
4. Resiko tinggi pola napas tidak efektif b/d penekanan/pergeseran diafragma.
Tujuan : Pola pernapasan tak efektif tak terjadi.
Intervensi :
a. Kaji status pernapasan (mis : sesak napas pada pergerakan tenaga kesehatan)
R/ menentukan luas/beratnya masalah yang terjadi pada kira-kira 60% klien normal meskipun
kapasitas vital meningkat, fungsi pernapasan diubah saat kemampuan difragma untuk turun
pada inspirasi berkurang oleh pembesaran uterus.
b. Dapatkan riwayat dan pantau masalah medis yang terjadi/ ada sebelumnya (mis : alergi,
rhinitis, asthma, masalah sinus, dan tuberculosis).
R/ masalah lain dapat terus mengubah pola pernapasan dan menurunkan oksigenasi jaringan
ibu/janin.
c. Berikan informasi tentang rasional untuk kesulitan pernapasan dan program aktivitas latihan
yang realistis. Anjurkan sering istirahat, tambah waktu untuk melakukan aktivitas tertentu,
dan latihan ringan seperti berjalan.
R/ menurunkan kemungkinan gejala-gejala pernapasan yang disebabkan oleh kelebihan.
d. Tinjau ulang tindakan yang dapat dilakukan pasien untuk mengurangi masalah : mis ; postur
yang baik, menghindari merokok, makan sedikit tapi lebih sering, dengan menggunakan
posisi semi – fowler, untuk duduk atau tidur bila gejala berat.
R/ postur yang baik dan makan sedikit membantu memaksimalkan penurunan diafragmatik
meningkatkan ketersediaan ruang untuk ekspansi paru. Merokok menurunkan persediaan
oksigen untuk pertukaran ibu-janin, pengubahan posisi tegak dapat meningkatkan ekspansi
paru sesuai penurunan uterus gravid.
5. Perubahan eliminasi urin b/d penekanan pada vesika urinaria.
Tujuan : Perubahan eliminasi teratasi
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang perubahan perkemihan sehubungan dengan trimester ketiga.
R/ membantu klien memahami alas an fisiologi dan frekuensi berkemih dan/nokturia
pembesaran uterus trimester ketiga menurunkan kapasitas kandung kemih mengakibatkan
sering berkemih.
b. Berikan informasi mengenaia perlunya masukan cairan 6 – 8 gelas sehari.
R/ mempertahankan tingkat cairan dan perfusi ginjal adekuat yang mengurangi natrium diet
untuk mempertahankan status isotonic
c. Berikan informasi mengenai bahaya menggunakan diuretic dan penghilangan natrium dan
diet.
R/ kehilangan/pembatasan natrium dapat menekan regulator rennin-angiotensin- aldosteron
dan kadar cairan, mengakibatkan dehidrasi/hipovolemia berat.
d. Anjurkan klien untuk melakukan posisi miring kiri saat tidur, perhatikan keluhan-keluhan
nokturia.
R/ meningkatkan perfusi ginjal memobilisasi bagian yang mengalami edema dependent,
edema berkurang pada pagi hari pada kasus edema fisiologi.
e. Anjurkan klien untuk menghindari posisi tegak atau supine dalam waktu yang lama.
R/ posisi ini memungkinkan terjadinya sindrom vena cava dan menurunkan aliran vena.
6. Gangguan pola tidur b/d stress psikologik, perubahan pola tingkat aktivitas, sesak.
Tujuan : Pola tidur teratur.
Intervensi :
a. Tinjau ulang kebutuhan perubahan tidur normal berkenaan dengan kehamilan, teruskan pola
tidur saat ini.
R/ membantu mengidentifikasi kebutuhan menetapkan pola tidur yang berbeda waktu tidur
malam dan tidur siang lebih dini.
b. Kaji tingkat insomnia dan respons klien terhadap penurunan tidur, anjurkan alat Bantu untuk
tidur seperti teknik relaksasi, membaca, mandi air hangat, dan penurunan aktivitas tepat
sebelum beristirahat.
R/ ansietas yang berlebihan, kegembiraan, ketidaknyamanan fisik, nokturia, dan aktivitas
janin dapat mempersulit tidur.
c. Perhatikan keluhan kesulitan bernapas karena posisi. Anjurkan tidur pada posisi semi fowler.
R/ pada posisi rekumben, pembesaran uterus serta organ abdomen menekan diafragma hingga
membatasi ekspansi paru, penggunaan posisi semi fowler memungkinkan diafragma
menueun, membantu mengembangkan ekspansi paru dengan optimal.
d. Evaluasi tingkat kelelahan, anjurkan klien untuk istirahat
R/ peningkatan retensi cairan, penambahan berat badan dan pertumbuhan janin semua
memperberat perasaan lelah, khususnya pada multipara dengan anak lain dan atau kebutuhan
lain.
7. Nyeri b/d perubahan fisik, pengaruh hormonal
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang
Intervensi :
a. Kaji secara terus menerus ketidaknyamanan klien.
R/ data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan
b. Kaji status pernapasan klien.
R/ penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan diafragma, mengakibatkan dispnea
khususnya pada multigravida, yang tidak mengalami kelegaan dengan ikatan antara bayi
dalam kandungannya.
c. Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan perubahan cara jalan.
R/ lordosis dan regangan otot disebabkan pengaruh hormone (relaxing-progesteron) pada
sambungan pelvis dan perpindahan pusat gravitasi sesuai dengan pembesaran uterus.
d. Perhatikan adanya kram pada kaki. Anjurkan klien untuk meluruskan kaki dan mengangkat
telapak kaki bagian dalam ke posisi dorsofleksi, menurunkan masukan susu, sering
mengganti posisi dan menghindari berdiri/duduk lama.
R/ menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan perubahan kadar kalsium/
ketidakseimbangan kalsium-fosfor atau karena tekanan dari pembesaran uterus, pada saraf
yang menyuplai ekstremitas bawah.
e. Kaji adanya/frekuensi konsistensi Braxton hicks. Berikan informasi mengenai fisiologi
aktivitas uterus.
R/ kontraksi ini dapat menciptakan ketidaknyamanan pada multigravida pada trimester II
maupun ke-III. Primigravida biasanya tidak mengalami ketidaknyamanan ini sampai
trimester akhir. Saat efek perubahan progesterone pada aktivitas uterus menurun dan kadar
oksitosin meningkat.
8. Kelebihan volume cairan b/d perubahan, mekanisme regulator, retensi natrium/air.
Tujuan : Kelebihan volume cairan teratasi.
Intervensi :
a. Pantau berat badan secara teratur.
R/ mendeteksi perubahan berat badan kelebihan dan retensi cairan yang tidak kelihatan yang
potensial patologis.
b. Kaji adanya tanda-tanda HAK, perhatikan tekanan darah, pantau lokasi/luasnya edema,
masukan atau haluaran cairan.
R/ indicator edema patologis, meskipun HKK karena retensi cairan berlebihan biasanya tidak
terlihat sampai akhir minggu ke-10 kehamilan, dapat terjadi diawal khususnya pada klien
dengan frekuensi predisposisi seperti DM, penyakit ginjal.
c. Berikan informasi tentang diet (mis ; peningkatan protein, tidak menambahkan garam meja,
menghindari makanan dan minuman tinggi natrium).
R/ nutrisi adekuat, khususnya peningkatan protein menurunkan kemungkinan HAK natrium
berlebihan dapat memperberat retensi air (terlalu sedikit natrium dapat mengakibatkan
dehidrasi).
d. Anjurkan meninggikan ekstremitas secara periodic selama sehari.
R/ edema fisiologis dari ektremitas bawah terjadi di penghujung hari adalah normal, tetapi
harus dapat diatasi dengan tindakan sederhana.
9. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan.
Tujuan : Klien dapat toleransi terhadap aktivitas.
Intervensi :
a. Tentukan siklus tidur bangun yang normal dan komitmen terhadap pekerjaan, keluarga,
komunitas dan diri sendiri.
R/ membantu menyusun prioritas yang realistic dan waktu untuk menguji komitmen.
b. Anjurkan tidur siang 1 sampai 2 jam setiap hari.
R/ istirahat untuk memenuhi kebutuhan metabolic berkenaan dengan pertumbuhan jaringan
ibu/janin.
c. Pantau kadar Hb. Jelaskan peran zar besi dalam tubuh ; anjurkan mengkonsumsi suplemen
zat besi setiap hari, sesuai indikasi.
R/ kadar Hb rendah mengakibatkan kelelahan lebih besar karena penurunan jumlah pembawa
oksigen.

Anda mungkin juga menyukai