PENDAHULUAN
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
mungkin. Salah satu dari situasi ini adalah apendisitis [ CITATION Mit15 \l
1057 ].
2016).
1
rendah akan tetapi cenderung meningkat oleh karena pola diit mengikutu
orang dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 596.132 0rang dengan
RI,2015).
apendisitis d kalimantan selatan pada tahun 2016 ialah 4.687 pasien dan
pada tahun 2017,2018 dn 2019. Data tersebut dapat dilihat pada table
2
berikut. Di dapatkan data dari rekam medis Rsud Ansari Saleh
Kumala :
3
sebanyak 912 mengalami kenaikan dan dari jumlah 10 penyakit
pada tahun 2019 dan jumlah 10 penyakit terbanyak dirawat inap ialah,
3.801 pasien.
Dari data diatas diketahui bahwa pada tahun 2017 klien dengan
4
No Nama penyakit Jumlah
1 Unilateral or unspecified inguinal hernia,without 158
2 Other specified sites 99
3 Follow-up care removal Of Fracture plate and other internal fixation 96
device
4 Unilateral or unspecified inguinal hernia, without 158
5 Neoplasma jinak payudara 68
6 Appendicitis 52
7 Chf / congestive heart failure 43
8 Chronical tonsillitis 42
9 Ckr / concussion 39
10 Acute transmural myocardial infarction of other si 37
Jumlah 792
yaitu penyembuhan luka. Luka operasi adalah luka akut yang dibuat
oleh ahli bedah yang bertujuan untuk terapi atau rekonstruksi. Perawatan
luka yang tepat adalah salah satu factor eksternal yang sangat
Penerapan teknik perawatan luka yang tepat tersebut dilakukan baik pada
5
saat pasien masih berada diruang operasi maupun setelah pasien
baik maka pasien berisiko tinggi terkena infeksi. Infeksi adalah proses
bisa terjadi 1-2 hari setelah pasca operasi ditandai dengan antara lain:
kejadian infeksi, kasa penutup luka harus diganti lebih awal jika basah,
Saleh Banjarmasin”.
B. Rumusan masalah
6
Keperawatan pada pasien Post Op Appendicitis Di ruang Kumala (Bedah
1. Tujuan umum
Banjarmasin.
2. Tujuan khusus
Banjarmasin
7
f. Mampu melakukan pendekomentasian pada klien Appendicitis Di
Banjarmasin.
1. Bagi Masyarakat
perawatan luka.
2. Bagi penulis
4. Bagi pasien
5. Bagi institusi
8
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
yang dapat terjadi tanpa sebab yang jelas dan merupakan penyebab
9
Gambar 2.1 Usus besar .(1) kolon transversum (2) kolon asenden (3) kolon desenden
(4) kolon signoid (5) sekum (6) rektum (7) usus buntu
Sumber : indonesia Children, 2016
2. Etiologi
dari buah, dan parasit dari usus halus. Frekuensi obstruksi meningkat
10
Gambar 2.2 appendiks Vermiformis
Sumber : Gastrointestinal System In : Sandler TW. Langman’s Medical
Embryology
sebelumnya
Streptococcus.
11
Obstruksi pada bagian apendiks menyebabkan tertutupnya kedua
hanya 0,1 ml. Sekresi cairan pada distal apendiks yang melebihi
yang meyebabkan rasa sakit yang tumpul, distensi terjadi secara tiba
muncul disisi luar obstruksi dari pda ujung karena afek tekanan
12
Gambar 2.3 Variasi dalam posisi apendiks vermodormis
Sumber : Color Atlas Of Human Anatomy Internal organ
3. Patofisiologi
bakteri, ulserasi mukosa. Pada saat inilah akan terjadi apendisitis akut
13
gangrenosa. Bila dinding yang rapuh itu pecah, akan terjadi
apendiks hingga akan timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
dari faeces) atau akibat benda asing. Proses inflamasi atas atau
Pathway Appendicitis
Apendiks
Obstruksi
Mukosa terbendung
14
Apendiks tergenang
Apendiks
Perforasi
Cemas
Cemas Pembedahan operasi
Defisit
Defisitself
Self Nyeri
Nyeri Jalan masuk kuman
4. Klasifikasi
menjadi 3 yaitu
1. Apendisitis akut
15
menyebabkan sumbatan dan juga arosi mukosa apendiks karena
2. Apendisitis rekurens
3. Apendisitis kronik
jaringan parut dan ulkus lama mukosa dan ifiltasi sel inflamasi
1. Apendisitis akut
16
dengan mual dan muntah. Pada umumnya nafsu makan akan
2. Apendisitis kronis
antara 1-5%.
5. Penatalaksanaa
yang baik adalah apendiktomi. Menurut wibisono dan jeo (2014), ada
b. Operatif
17
(McArthur-McBurney). Pada diagnosis yang belum jelas dapat
c. Pasca operatif
B. Konsep prosedur
Ketika luka muncul ada beberapa efek yang akan muncul yaitu :
Tipe satu yaitu reaksi segera atau reaksi vasoaktif substansi sel
18
mast atau basofil yang diikuti dengan reaksi spesifik antgen atau
sel, fagositosis, dan mekanisme bula. Tipa tiga yaitu reaksi imun
(Arisanty, 2014).
darah akibat respon imun di dalam tubuh. Lesi kulit dapat terjadi
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel
19
Luka dapat menyebabkan kematian sel akibat beberapa factor
( Arisanty,2013).
2. Klasifikasi luka
seperti luka sayat. Luka sayat salah satu jenis luka terbuka atau luka
klorheksidine (Dumville,2014).
a. Luka akut adalah luka yang terjadi kurang dari 5 hari dengan
komplikasi (Arisanty,2013).
20
b. Luka kronik merupakan luka yang berlangsung lama atau
a. Fase inflamasi
luka terjadi hari ke-o sampai hari ke-3 atau hari ke-5. Terdapat
dua kegiatan utama pada fase ini, yaitu respon hemostatic tubuh
(Arisanty,2013).
b. Fase proliferasi
setelah tiga hari penutupan luka sayat. Fase ini ditandai dengan
c. Fase remodeling
dua tahun. Fase ini terbentuknya jaringan kolagen pada kulit untuk
21
penyembuhan luka, jaringan kolagen ini akan membentuk jaringan
4. Perawatan luka
kulit pada area sekitar luka, dan tanda-tanda infeksi tidak terjadi,
b. Tindakan antiseptik
22
dapat membantu proses penyembuhan luka khususnya pada fase
c. Pembersihan luka
bakteri pada area luka, memperbaiki sel kulit yang telah rusak,
berikut:
penekanan.
d. Penjahitan luka
e. Penutupan luka
23
Penutupan luka dapat dilakukan dengan penggunaan
f. Pembalutan
(Pearce,2013)
g. Pemberian antibiotik
h. Pengangkatan luka
24
cara menentukan titik ikatan jahitan dengan menggunakan pinset
kuat karena luk insisi dapat terbuka kembali ( Jain, Stoker &
Tanwar,2015)
a. Infeksi
nyeri dan demam ( suhu tubuh lebuh dari 30C), bau yang tidak
b. Pendarahan
25
mengalami hematoma dan mengalami pendarahan pada luka.
(Arisanty,2013)
d. Sinus
iritasi pada kulit yang sehat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi,
1. Pengkajian
kebutuhan klien.
26
b. Riwayat penyakit sekarang
penyembuhan luka.
c. Pola aktivitas
27
Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak
masalah.
sakit.
menikah).
3. Pemeriksaan fisik
a. Gambaran umum
b. Kesadaran pasien
28
Composmentis cooperatif, eskpresi wajah menahan rasa sakit.
c. Vital sign
mengalami peningkatan.
pucat.
e. Mata
f. Hidung
h. Jantung
i. Paru-paru
ronchi,whezing, stidor.
j. Abdomen
29
supra pubis, periksa apakah mengalir lancar, tidak ada
k. Kulit
l. Ekstremitas
2. Kesadaran : Composmentis
a) Inspeksi
b) Palpasi
2) Kepala
a) Inspeksi
rambut.
b) Palpasi
kepala.
3) Mata
30
a) Inspeksi
b) Palpasi
4) Telinga
a) Inspeksi
tympany
b) Palpasi
5) Hidung
a) Inspeksi
penyumbatan
b) Palpasi
6) Mulut
a) Inspeksi
b) Palpasi
7) Leher
a) Inspeksi
31
b) Palpasi
8) Dada
a) Inspeksi
kulit.
b) Palpasi
9) Jantung
Frekuensi jantung
b) Auskultasi
10) Perut
a) Inspeksi
b) Auskultasi
c) Perkusi
d) Palpasi
e) Ekstermitas
12) Muskuloskeletal
a) Otot
Bentuk perut
32
b) Persendian
5. Diagnosa keperawatan
metabolisme.
6. Intervensi keperawatan
33
integritas kulit dilakukan tindakan perlu
keperawatan selama 3) Cuci tangan
1x 30 menit pasien setiap sebelum
tidak mengalami dan sesudah
infeksi dengan tindakan
kriteria hasil : keperawatan
a. Klien bebas dari 4) Gunakan baju,
tanda dan gejala sarung tangan
infeksi sebagai alat
b. Menunjukkan pelindung
kemampuan 5) Lakukan
untuk mencegah dressing luka
timbulnya infeksi dengan teknik
c. Jumlah leukosit aseptik
dalam batas 6) Tingkatkan
normal intake nutrisi
d. Menunjukkan 7) Berikan terapi
perilaku hidup antibiotik
sehat 8) Monitor tanda
e. Status imun, dan gejala
gastrointestinal, infeksi
genitourinari sistematik dan
dalam batas lokal
normal 9) Pertahankan
teknik isolasi
k/p
10) Inspeksi kulit
dan membran
mukosa
tehadap
kemerahan,
panas, drainase
11) Ajarkan pasien
dan keluarga
tanda dan
gejala infeksi
b. Nyeri akut 1) Level pain, 1) Lakukan
berhubungan 2) Pain control pengkajian
dengan agen 3) Comfort level nyeri secara
cidera biologis Setelah dilakukan komprehensif
tindakan termasuk
keperawatan lokasi,
selama... pasien karakteristik,
tidak mengalami durasi,
nyeri, dengan frekuensi,
kriteria hasil : kualitas dan
a. Mampu faktor
mengontrol nyeri presipitasi
(tahu penyebab 2) Observasi
nyeri, mampu reaksi
menggunakan nonverbal dari
tehnik ketidaknyaman
34
nonfarmakologi 3) Bantu pasien
untuk dan keluarga
mengurangi untuk mencari
nyeri, mencari dan
bantuan) menemukan
b. Melaporkan dukungan
bahwa nyeri 4) Kontrol
berkurang lingkungan
dengan yang dapat
menggunakan mempengaruhi
manajemen nyeri nyeri seperti
c. Mamapu suhu ruangan,
mengenali nyeri pencahayaan
(skla,intensitas, dan kebisingan
frekuensi dan 5) Kurangi faktor
tanda nyeri) presipitasi nyeri
d. Menyatakan rasa 6) Kaji tipe dan
nyaman setelah sumber nyeri
nyeri berkurang untuk
e. Tanda dan vital menemukan
dalam rentang intervensi
normal 7) Ajarkan tentang
f. Tidak mengalami teknik non
gangguan tidur farmakologi:
napas dalam,
relaksasi,
distraksi,
kompres
hangat / dingin
8) Berikan
analgetik untuk
mengurangi
nyeri
9) Tingkatkan
istirahat
10) Berikan
informasi
tentang nyeri
seperti sebeb
nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyaman
an dari
prosedur
11) Monitor vital
sign sebelum
dam seudah
pemberian
analgesik
pertama kali.
35
c. Hambatan 1) Joint movement : 1) Monitor vital
mobilitas fisik active sign sebelum/
berhubungan 2) Mobility level sesudah latihan
dengan nyeri 3) Self care : ADLs dalamlihat
4) Transfer respon pasien
performance setelah saat latihan
dilakukan tindakan 2) Konsultasikan
keperawatan dengan terapi
selama... gangguan fisik tentang
mobilitas fisik teratas rencana
dengan kriteria hasil ambulasi
a. Klien meningkat sesuai dengan
dalam aktivitas kebutuhan
fisik 3) Bantu klien
b. Mengerti tujuan untuk
dari peningkatan menggunakan
mobilitas tongkat saat
c. Memverbalisasik berjalan dan
an perasaan cegah terhadap
dalam cedera
meningkatkan 4) Ajarkan pasien
kekuatan dan atau tenaga
kemampuan kesehatan lain
berpindah tentang teknik
d. Meningkatkan ambulasi
penggunaan alat 5) Kaji
bantu untuk kemampuan
mobilisasi pasien dalam
(walker) mobilisasi
6) Latih pasien
dalam
pemenuhan
kebutuhan
ADLs secara
mandiri sesuai
kemampuan
7) Dampingi dan
bantu pasien
saat mbilisasi
dan bantu
penuhi
kenutuhan
ADLs ps.
8) Berikan alat
bantu jika klien
memerlukan
9) Ajarkan klien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan
36
e. Hipertermi Thermoregulasi 1) Monitor suhu
berhubung 1) Suhu 36,5-37,5C sesering
an dengan 2) Nadi dan RR dalam mungkin
proses rentang normal 2) Monitor warna
peradanga 3) Tidak ada kulit dan suhu
n perubahan warna 3) Monitor
kulit dan tidak ada tekanan darah,
pusimg, merasa nadi dan RR
nyaman 4) Monitor
perubuhan
tingkat
kesadaran
5) Monitor intake
dan output
6) Berikan anti
piretik:
7) Kelola anti
biotik
8) Selimuti pasien
9) Berikan cairan
intravena
10) Kompres
pasien pada
lipatan paha
dan aksila
11) Tingkatkan
sirkulasi darah
12) Tingkatkan
intake cairan
dan nutrisi
13) Monitor TD,
nadi, suhu dan
RR.
14) Catat adanya
fruktuasi
tekanan darah
15) Monitor hidrasi
seperti turgor
kulit,
kelembaban
membran
mukosa
7. Implementasi keperawatan
37
rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini.
didokumentasikan (Prabowo,2015)
8. Evaluasi keperawatan
dua yaitu : evaluasi proses dan evaluasi hasil yang dilakukan dengan
langsung
pada respon pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan
38
c. Rencana akan dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak
d. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
baru.
9. Dokumentasi keperawatan
a. Komunikasi.
b. Proses keperawatan.
c. Standar keperawatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
39
Rencana studi kasus yang dilakukan oleh peneliti adalah deskriftif
Studi kasus ini dalam bentuk studi kasus adalah studi yang
sumber informasi. Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat,
pasien (Nursalam,2015)
B. Subyek Penelitia
bias penelitian maka subjek penelitian harus memiliki kriteria inklusi dan
1. Kriteria inklusi
adalah :
40
b. Pasien yang bersedia menjadi responden penelitian
2. Kriteria eksklusi
2014)
C. Fokus Studi
1. Perawatan luka.
D. Definisi Operasional
41
post operasi apendisitis. Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi
studi kasus ini dilaksanakan dari bulan Januari s/d maret 2020 selama 3
bulan.
a. Wawancara
d. Daftar ceklis
42
Daftar ceklis yaitu menggunakan daftar yang memuat
e. Skala penelitian
G. Analisa data
H. Penyajian Data
memaksanya.
43
2. Hak terhadap privacy dan dignity
dapat merugikan orang lain. Deskriminasi dari segi ras, agama, dan
44
dilakukan. Prinsip tidak merugikan, menyatakan bahwa jika orang lain
DAFTAR PUSTAKA
45
Arisanty, I. P. (2015). Manajemen Perawatan Luka :Konsep Dasar. Jakarta :
EGG.
Alimul Aziz. J, Boyle, Allan 2009. Acute Myocardial Infaction. In: CURRENT
Diagnosis & Treatment Cardiology Third Edition. New York:The McGraw-
Hill Companies, Inc.
Ball, W. J. & Bindler, C. R. 2015. Pediatric Nursing Caring of Children. Pearson :
New Jersey
Baughman, D. & Hackley, J. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGG.
Barger DH, jaffe BM. The appendix. Dalam: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar
TR, Dunn DL, Hunter JG, Pallock RE, editor. Schwartz manual of surgery.
Edisi ke-8. New York: The McGraw Hill companies; 2013 hlm.784-799.
Boyle, Maureen, 2015. Pemulihan Luka. Jakarta : EGC
Browne, N. T. 2014. Nursing Care of the Pediatric Surgical Patient. USA : Jones
& Bartlett Learning.
Bagian Rekam Medis RSUD Ansari saleh, Banjarmasin , 2017-2019, laporan
tahunan RSUD ansari saleh, Appedicitis.
Cynthia, M. T. (2015). Diagnosa Keperawatan dengan Implementasi
Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Bryant, R. A., & Nix, D.P, (2015). Chronic Wound: Current Management
Concepts, ed. 10. USA : Elsevier.
Daeschlein, G.(2013). Antimicrobal and Antiseptic Strategies in Wound
Management. Internasional Wound Journal, 10(1), 9-14.
Direja, ade herman surya. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa,
Yogyakarta : Nuha Medika.
Dougherty, L.,& Listen, S.(2015). The Royal Marsden Manual of Clinical Nursing
Procudurce, ed. 9. Inggris :NHS Foundation.
Dumville, J.C., McFarlane, E., Edwards, P., Lipp, A.,& Holmes, A. (2015).
Preoperative skin antiseptics for preventing surgical wound infections
after clean surgery: Intervention Review, Issue 3, hal.1. inggris :Willey.
Grace, P. & Borley, N. (2014). Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Granick, M.S., & Teot, L (2015). Surgical Wound Healing and Management, ed
2.USA : Informa Healthcare.
Kemenkes RI. (2015). Pedoman interpretasi data klinik. Kementerian kesehatan
Republik Indonesia.
Munir.(2014).Appendicitis. http//ktimunir.blogspot.com/2011/03/appendicitis.
html),.
Morison, M. J. (2015). Manajement Luka. Jakarta: EGC.
Mansjoer, (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapus.
46
Muttaqin, Arif, 2013. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Mitrawati (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba
Medika.
Nursalam, 2013. Proses dan Dokumentasi keperawatan ; Konsep dan Praktik.
Jakarta: salemba medika.
Nurarif, A. & Kusuma, H.(20150. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diangnosa Medis & Nanda. Yogyakarta : Mediaction.
Papandri , DKK 2014. Acute Myocardial Infarction. In: CURRENT Diagnosis &
Treatment Cardiology Third Edition. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Pearce, E. (2014). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta ;Gramedia
pustaka.
Perry & Potter. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses
dan praktik. Edisi: 4, Jakara: EGC.
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Ryan Set al, 2014, Radiological features of the appendix in Anatomy for
Diangnostic Imaging, 2nd Ed, Elsevier, London, UK, 164-5.
Sjamushidajat, R. Dan De Jong W, (2015). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta ; EGC.
Setyaningrum, Wahyu Adi. (2013). Asuhan Keperawatan pada klien dengan post
op operasi apendicitis hari ke-1 di ruang Dahlia RSUD Banyudono.
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jurnal.
Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung ;
Alfabeta.
Treas and Wilkinson. (2015) appendicitis and infection of appendix. Seminars in
diangnostic pathology, Elsevier Publisher, New york, US, 86-97.
Wijaya, A.S dan Putri, Y. M. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 2, keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
Wilkinson, J. M. (2015). Buku Saku Diangnosis Keperawatan: diagnosis NANDA,
intevensi NIC, criteria hasil NOC edisi 9. Jakarta: EGC.
William, L., & Wilkins. (20150. Nursing Procedures, ed. 5. Philadelphia : Wolter
Kluwer.
47