1
Afdhal Dinil Haq, 2 Sayati Mandia, 3 Dewi Oktavia
1,2,3
Department of Medical Record and Health Management, Apikes IRIS
2
sayatimandia92@gmail.com
Abstract
Coding is one of the competencies of medical records which has a very important role in
supporting the improvement of the quality of health services. Coding of an accurate, complete and
consistent diagnosis will produce quality data. Quality of coded data is important for Health
Information Management personnel because it is not only related to the quality of health s ervices
but also related to claiming costs and hospital development in the future. this was done at the
Regional General Hospital dr. Rasidin Padang in January 2019. This study aims to determine the
most major diagnoses based on ICD 10 at dr. Rasidin Padan g in 2019. This study used a
retrospective descriptive method with a quantitative approach. The research design used in this
study was a descriptive cross-sectional study. The population used by all patient medical record
files in January 2019 was 295 medical record files. The results of this study showed that the top
five main diagnoses in January 2019 were, 18 patients with dengue haemorrhagic fever (DHF), 17
patients with Bronchopneumpnia, 14 patients with Diabetes Mellitus, 11 patients with
Hyperemesis Gravidarum and 10 patients with Benign Neoplasm.
Abstrak
Coding merupakan salah satu kompetensi dari rekam medis yang memiliki peran yang sangat
penting dalam mendukung peningkatan mutu pelayanan Kesehatan. Pengkodean diagnosis yang
akurat, complete dan konsisten akan menghasilkan data yang berkualitas, Kualitas data terkode
merupakan hal penting bagi kalangan personel Manajemen Informasi Kesehatan karena tidak
hanya berkaitan dengan mutu pelayanan Kesehatan tetapi juga berkaitan dengan pengklaiman
biaya serta pengembangan rumah sakit dimasa yang akan datang, Penelitian ini dilakukan di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang pada Januari tahun 2019. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui diagnosa utama terbanyak berdasarkan ICD 10 di RSUD dr. Rasidin Padang
tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dengan pendekatan
kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yang
bersifat deskriptif. Populasi yang digunakan seluruh berkas rekam medis pasien bulan Januari
tahun 2019 sejumlah 295 berkas rekam medis. Hasil penelitian ini diketahui lima diagnosa utama
terbanyak pada bulan Januari 2019 adalah, Dengue haemorrhagic fever (DHF) sebanyak 18 pasien,
Bronchopneumpnia sebanyak 17 pasien, Diabetes Melitus sebanyak 14 pasien, Hyperemesis
Gravidarum sebanyak 11 pasien dan Benign Neoplasm sebanyak 10 pasien.
33
Iris Journal of Health Information Management (IJHIMa)
Volume 1 Nomor 1, Maret 2021 ISSN 2797-7773
PENDAHULUAN
Nomenklatur atau yang dikenal sebagai terminologi medis menurut Hatta (2011) adalah
sistem yang digunakan menata daftar kumpulan istilah medis, gejala, dan prosedur.
Dimana istilah penyakit dan kondisi gangguan kesehatan yang ada di nomenklatur harus
sesuai dengan istilah yang digunakan dalam sistem klasifikasi penyakit yang
mengelompokkan penyakit dan prosedur yang sejenis ke dalam satu grup nomor kode
penyakit dan juga tindakan. Sistem klasifikasi yang komperhensif dan yang diakui secara
internasional adalah International Statistical Classification of Disease and Related Health
Problems (ICD) dari WHO. Sesuai dengan peraturan Depkes, sistem klasifikasi telah
digunakan sejak tahun 1996 sampai saat ini. Sistem klasifikasi ini akan memudahkan
berjalannya sistem pengaturan, pencatatan, pengumpulan, penyimpanan, pengambilan
dan juga analisis data kesehatan, serta sistem ini juga membantu pengembangan dan
penerapan sistem pencatatan dan pengumpulan data klinis pasien secara elektonik
maupun manual.
Pratama (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa coding merupakan salah
satu kompetensi dari rekam medis yang memiliki peran yang sangat penting dalam
mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Selain itu, coding juga berfungsi
memberi kode berdasarkan diagnosis utama yang sesuai dengan aturan ICD-10. Adapun
tujuan penggunaan ICD-10 tersebut adalah untuk menyeragamkan nama dan golongan
penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan. Sedangkan, manfaat ICD-10
adalah untuk mempermudah pencatatan/perekaman yang sistematis, analisa, interpretasi
dan perbandingan data, sedangkan dalam kegiatannya dapat mempermudah pelayanan
dan penyajian informasi untuk tujuan epidemiologi umum dan manajemen Kesehatan.
Pengkodean diagnosis yang akurat, complete dan konsisten akan menghasilkan
data yang berkualitas. Ketepatan dalam pemberian kode diagnosis merupakan hal penting
yang harus diperhatikan oleh tenaga perekam medis. Kualitas data terkode merupakan hal
penting bagi kalangan personel Manajemen Informasi Kesehatan. Ketepatan data
diagnosis sangat krusial di bidang manajemen data klinis, penagihan biaya, beserta hal-
hal lain yang berkaitan dengan asuhan dan pelayanan kesehatan (Hatta, 2008).
METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dengan pendekatan kuantitatif.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yang
bersifat deskriptif. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit RSUD dr. Rasidin Padang pada
Januari tahun 2019. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi yang
34
Iris Journal of Health Information Management (IJHIMa)
Volume 1 Nomor 1, Maret 2021 ISSN 2797-7773
digunakan adalah seluruh berkas rekam medis pasien pada bulan Januari tahun 2019.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi yaitu observasi
langsung ke berkas rekam medis dan wawancara langsung kepada petugas rekam medis.
HASIL
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut:
35
Iris Journal of Health Information Management (IJHIMa)
Volume 1 Nomor 1, Maret 2021 ISSN 2797-7773
37
Iris Journal of Health Information Management (IJHIMa)
Volume 1 Nomor 1, Maret 2021 ISSN 2797-7773
DISKUSI
ICD-10 adalah klasifikasi statistik, yang berarti bahwa ICD-10 berisi nomor-nomor
terbatas dari kategori kode eksklusif yang menggambarkan seluruh konsep penyakit.
Klasifikasi mempunyai struktur hirarki dengan subdivisi-subdivisi untuk mengidentifikasi
kelompok besar dan sesuatu yang spesifik (Depkes RI, 1999). Koding menurut WHO
(DepKes, 1999) adalah penetapan sandi atau penentuan penggunaan nomor, huruf atau
kombinasi huruf angka untuk mewakili komponen data terkait. Koding diagnosis harus
dilaksanakan sesuai aturan sistem koding ICD-10 akurat dan tepat waktu. Tujuan ICD-10
diantaranya adalah untuk mendapatkan rekaman sistematis, melakukan analisis,
interprestasi serta membandingkan data morbiditas dari negara yang berbeda atau antar
wilayah pada waktu yang berbeda, untuk menerjemahkan diagnosis penyakit dan masalah
kesehatan dari kata-kata menjadi kode alfanumerik yang akan memudahkan
penyimpanan, mendapatkan data kembali dan analisis data, memudahkan entry data ke
database komputer yang tersedia, menyediakan data yang diperlukan oleh sistem
pembayaran atau penagihan biaya yang dijalankan, memaparkan indikasi alasan mengapa
pasien memperoleh asuhan atau perawatan atau pelayanan, dan Menyediakan informasi
diagnosis dan tindakan bagi riset, edukasi dan kajian assesment kualitas keluaran.
Struktur dasar ICD-10 yaitu terdiri dari 3 volume. Struktur dasar ICD-10 volume
1 adalah daftar tabulasi yang berupa daftar alfanumerik dari penyakit dan kelompok
penyakit beserta catatan “inclusion” dan “exclusion” dan beberapa cara pemberian kode,
volume 2 berisi pengenalan dan petunjuk bagaimana menggunakan volume 1 dan volume
3, petunjuk membuat sertifikat dan aturan-aturan kode mortalitas, petunjuk mencatat dan
mengkode kode morbiditas, dan volume 3 adalah indeks abjad dari penyakit dan kondisi
yang terdapat pada daftar tabulasi.
Kejelasan penulisan diagnosa dan kelengkapan diagnosa pada rekam medis akan
berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan pengodean dan ketepatan pengodean
berdasarkan ICD-10 selain itu juga berpengaruh pada pembuatan laporan dan
pengambilan keputusan. Penulisan diagnosa yang tidak jelas membuat petugas koding
akan kesulitan dalam mengode diagnosa dengan cepat dan tepat, penulisan diagnosa yang
38
Iris Journal of Health Information Management (IJHIMa)
Volume 1 Nomor 1, Maret 2021 ISSN 2797-7773
tidak yang tidak sesuai dengan ICD-10 dan diagnosa yang tidak lengkap juga
memperlambat kegiatan pengkodingan. Oleh karena itu petugas koding harus mempunyai
pengetahuan dan ketrampian yang baik tentang cara mengkoding diagnosis-doagnosis
utama sesuai dengan aturan morbiditas yang telah ditentukan (Hapsari, 2004).
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dapat disimpulkan bahwa diagnosa utama
terbanyak pada bulan Januari 2019 yaitu Dengue Hemorrhagic Fever sebanyak 18 pasien.
Deman dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik.
REFERENSI
DepKes RI. (2006). Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit
di Indonesia
Hapsari, Anita. Tinjauan Penulisan Kode ICD-10 Berdasarkan Diagnosa Pertama Pada
Lembar Masuk dan Keluar Dokumen Rekam Medis RS Islam Sultan Agung
Triwulan IV Tahun 2003. Semarang, 2004.
Hatta, Gemala R. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta. UI-PRESS. 2008.
Hatta.G.R, 2011. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Edisi Revisi.Jakarta: UI-Press.
Pratama, Saka Indra. “Tinjauan Spesifisitas Penulisan Diagnosis Dan Ketepatan Kode
Berdasarkan ICD-10 Pada Pasien Jamkesmas Kasus Fraktur Di Rumah Sakit
Umum Kota Semarang Periode 2012”. Jurnal Penelitian, 2
39