Anda di halaman 1dari 32

Hello ...

SURVEILANS PENYAKIT MENULAR


DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Oleh: Kelompok 4
Firantika Dias Putri (NPM. 226131022)
Muhaimin Fansuri (NPM. 226131023)
Eva Rolia (NPM. 226131024)
Sugiyati (NPM. 226131025)
Afia Marlita Djauhari (NPM. 226131026)
Nanda Maghfirah (NPM. 226131027)
Deki Ismirawansyah (NPM. 226131028)
Ardito Wijaya (NPM. 226131029)
Deva Juniar (NPM. 226131032)
Rumusan Masalah
1. Apa definisi surveilans
Demam Berdarah Dengue
(DBD)?
2. Apa urgensi pelaksanaan
surveilans Demam Berdarah
7. Apa saja kegiatan surveilans Dengue (DBD) di Indonesia?
yang dilakukan?
8. Apa indikator program
sasaran surveilans tersebut? 3. Apa tujuan dan manfaat
pelaksanaan surveilans?
4. Apa tipe surveilans yang
dilakukan?

5. Bagaimana jenis pengumpulan


data yang dilakukan?
6. Apa sumber data yang
digunakan?
Home
SECTION 01
Pembahasan
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-
tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu,
terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization
(WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD
tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama
di Indonesia.

Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue


(DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B
Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus,famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1,
Den-2, Den-3, Den-4.
Definisi Surveilans

Surveilans Epidemiologi
Demam Berdarah Dengue (DBD)

 Adapun surveilans DBD yaitu upaya pengumpulan, analisis dan


interpretasi data outcome khusus tentang penyakit DBD yang terus-
menerus digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
program penanggulangan demam berdarah.

 Surveilans DBD di Indonesia merupakan surveilans yang dilaksanakan di


seluruh unit pelayanan kesehatan mulai dari puskesmas sampai dengan
tingkat pusat.
Urgensi pelaksanaan surveilans
Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Indonesia
• Di Indonesia DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat
selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan
persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD
dari 2 provinsi dan 2 kota menjadi 32 atau 97% dan 382 atau 77%
kabupaten atau garis miring kota pada tahun 2009. Provinsi Maluku
dari tahun 2002 sampai tahun 2009 tidak ada laporan kasus DBD.
Silang itu terjadi juga peningkatan jumlah kasus DBD pada tahun 1968
hanya 58 kasus menjadi 81.382 kasus pada tahun 2020 untuk seluruh
indonesia.
• Peningkatan dan penyebaran kasus DBD tersebut kemungkinan
disebabkan oleh mobilitas penduduk yang tinggi, perkembangan
wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan dan
distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih
memerlukan penelitian lebih lanjut.
Tabel Kasus DBD (2015 – 2021)
Tahun
No Data 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Jumlah Penderita 129.650 204.171 68.407 65.602 138.127 108.303 73.518
DBD
2. IR DBD/ 100.000 50,75 78,85 26,10 24,73 51,48 40 27
pddk
3. Jumlah penderita 1.071 1.598 493 467 919 747 705
DBD yang
meninggal
4. Case Fatality (CFR) 0,83 0,78 0,72 0,71 0,67 0,69 0,96
DBD
Tujuan dan Manfaat Surveilans Demam
Berdarah Dengue (DBD)
Tujuan surveilans DBD secara umum
adalah menyediakan data dan informasi
epidemiologi sebagai dasar manajemen
kesehatan untuk pengambilan keputusan
dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi program kesehatan
dan peningkatan kewaspadaan serta respon Manfaat
kejadian luar biasa yang cepat dan tepat. Surveilans

Tujuan Manfaat dari penelitian ini ialah dengan


Surveilans adanya surveilans ini diharapkan dapat
memantau terus menerus kejadian penyakit
DBD, pendeteksi dan memprediksi
outbreak pada populasi serta mengamati
faktor faktor pada populasi.
SECTION 02
Tipe Surveilans yang Dilakukan
Telah diketahui ada beberapa jenis
surveilans diantaranya :

tipe surveilans yang dilakukan pada


5
surveilans demam berdarah adalah 1 3
Surveilans
surveilans penyakit, yaitu melakukan Surveilans Surveilans terpadu
pengawasan secara terus-menerus individu sindromik
terhadap distribusi dan
kecenderungan insidensi penyakit,
melalui pengumpulan sistematis
2 4 6
konsolidasi, evaluasi terhadap
Surveilans Surveilans
laporan-laporan penyakit dan Surveilans
Berbasis kesehatan
penyakit
kematian, serta data relevan lainnya Laboratotium
Jenis Pengumpulan Data
yang Dilakukan
Jenis pengumpulan data yang dilakukan pada surveilans
demam berdarah adalah surveilans pasif dan surveilans
sentinel dengan menggunakan data penyakit yang harus
dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas
pelayanan kesehatan
Sumber Data yang
Digunakan
1. Laporan kasus bulanan RS
Laporan morbiditas dan mortilitas bulanan penderita rawat inap dan rawat
jalan RS dan laporan kewaspadaan dinii rumah sakit (KD-RS) setiap ada kasus.
2. Laporan mingguan dan bulanan
3. Puskesmas : Puskesmas sentinel
Laporan morbiditas puskesmas melalui lapran SP2TP yang di rangkum dalam
data sistem surveilans Terpadu Penyakit (SSTP) Kabupaten/K0ta atau Profinsi
atau puskesmas sentinel bagi yang memiliki.
4. Laporan laboratorium dan kasus dilapangan
5. Hasil pemeriksaan laboratorium
6. Hasil penyelidikan kasus lapangan oleh petugas
7. Data Kegiatan program
Laporan pelaksanaa Fooging dari form K.DBD dan angka bebas jentik berkala
(AJB) serta hasil kegiatan PJB yang dilakukan surveilans Kabupaten/Kota
Kegiatan Surveilans yang
Dilakukan
Definisi Kasus
Penyakit demam berdarah dengue ( DBD )
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Konfirmasi
virus dengue dan dan di tularkan oleh nyamuk Untuk menegakkan diagnosis DBD diperlukan sekurangkurangnya:
aedes aegypti, yang ditandai dengan demam a. Terdapat kriteria klinis a dan b
mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa 1) Demam tinggi mendadak berlangsung selama 2-7hari
penyebab yang jelas, lemah atau lesu gelisah 2) Terdapat manifestasi/ tanda-tanda perdarahan
nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan di kulit 3) Pembesaran hati
berupa bintik perdarahan (petechiae), kadang - 4) Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan
kadang mimisan, berak darah, muntah darah, nadi (220 mmHg), hipotensi,kaki dan tangan dingin, kulit
kesadaran menurun atau renjatan atau shock. lembab dan pasientampak gelisah

b. Dua Kriteria laboratorium


5) Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
6) Adanya kebocoran plasma karena peningkatanpermeabilitas
kapiler
PENGOLAHAN DAN
PENYAJIAN DATA
Pengumpulan dan pencatatan dilakukan setiap hari, bila ada laporan
tersangka DBD dan penderita DD, DBD, SSD. Adapun untuk
pencatatan tersangka DBD dan penderita DD, DBD, SSD
menggunakan Buku Catatan Harian atau buku register DBD yang
memuat catatan (kolom) sekurang-kurangnya seperti pada Form DPDBD. Contoh form
yang digunakan :
PENGOLAHAN DAN
PENYAJIAN DATA

Berdasarkan hasil penggabungan jumlah penderita DBD dan


SSD dari data mingguan, dapat dideteksi secara dini adanya
KLB DBD atau keadaan yang menjurus pada KLB DBD.

Bila terjadi KLB DBD maka lakukan tindakan sesuai


dengan pedoman penanggulangan KLB DBD dan
laporkan segera ke dinas kesehatan kabupaten/ kota
menggunakan formulir W1
Analisis Data dan
Interpretasi
S
E
C
TI 03
O
N
INTERPRETASI
Disamping menghasilkan informasi untuk pihak puskesmas
dan DKK, informasi juga harus disebarluaskan kepada
stakeholder yang lain seperti Camat dan lurah,lembaga swadaya
masyarakat, Pokja/Pokjanal DBD dan lain-lain. Penyabarluasan
informasi dapat berbentuk laporan rutin mingguan wabah dan
laporan insidentil bila terjadi KLB.
Data surveilans DBD disajikan dalam bentuk tabel, grafik
yang menjelaskan penyebaran penyakit DBD di Indonesia. Dari
data surveilans tersebut juga dapat dilihat Angka Insiden ( AI ) /
Insident Rate ( IR ). JIka terjadi peningkatan kasus DBD tiap
tahunnya maka harus dilakukan program pengendalian DBD
dan menjadi perhatian utama pada tingkat Kota/Kabupaten
maupun Puskesmas.
Pelaporan
Mekanisme pelaporan surveilans demam berdarah dengue :
Dari puskesmas
a. Melaporkan kasus suspek infeksi Dengue ke dinas kesehatan
kabupaten/kota
b. Wajib melaporkan kasus infeksi dengue (DD, DBD dan SSD) yang
dapat didiagnosis di puskesmas dalam waktu 24 jam menggunakan
form KD-PKM DBD
c. Laporan di bawah ini juga digunakan di puskesmas :

1) K-DBD sebagai laporan bulanan


2) Rekapan W2 sebagai rekapan mingguan
3) Formulir W1 bila terjadi KLB
4) Laporan Sistim Terpadu Penyakit (STP)
Pelaporan
Dari RS
a. Setiap unit pelayanan kesehatan yang menemukan kasus infeksi dengue (DD, DBD, SSD) wajib
segera melaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota setempat selambat lambatnya dalam 24
jam
b. Pelaporan kasus mingguan dan bulanan merupakan laporan rekapitulasi kasus (suspek infeksi
dengue DD, DBD dan SSD) yang dilaporkan setiap minggunya atau bulannya dari puskesmas
dan rumah sakit dengan menggunakan form W2.
Dari Dinkes Kabupaten/Kota ke Dinkes Provinsi
a. Menggunakan formulir K-DBD sebagai laporan bulanan
b. Menggunakan formulir W1 bila terjadi KLB
c. Laporan STP
Dari dinas kesehatan Provinsi ke pusat (Subdit Arbovirosis,Ditjen PP dan PL)
a. Menggunakan formulir K-DBD sebagai laporan bulanan
b. Menggunakan formulir W1 bila terjadi KLB
c. Laporan STP
Deseminasi
Informasi
Diseminasi dalam surveilans DBD ini berupa pengiriman spanduk yang
biasanya berisi informasi umum terkait dengan kondisi penyakit DBD yang
yang darurat seperti waktu penularannya

Diseminasi informasi kepada atasan yaitu kepada kepala dinas kesehatan


dilakukan per triwulan saat rapat koordinasi dan evaluasi titik bentuk
laporan tergabung dalam profil kesehatan.Sedangkan laporan dinas
kesehatan provinsi berupa laporan kasus dan kematian yang dikirimkan
melalui SMS atau telepon
Indikator Program
Sasaran Surveilans
Sistem pelaporan kasus DBD perlu diperkuat agar bisa mendapatkan data
yang valid, dengan membangun sistem tukarmenukar data antara data
Puskesmas dan data RS.
Melakukan validasi data di semua level
Perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk mengetahui faktor risiko suatu
daerah mempunyai kasus DBD yang tinggi
Mengaktifkan kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) oleh Puskesmas,
bekerja sama dengan masyarakat dengan Mengaktifkan Juru Pemantau
Jentik (Jumantik)
Perlu ditingkatkan upaya penyuluhan dan pendidikan terhadap masyarakat
Indikator
Program
Kelengkapan Data Sistem Surveilans DBD di
Puskesmas Sungai Raya tahun 2020 hanya
memuat buku register DBD, sehingga
Sasaran
memiliki penilaian cukup. Ketepatan
Pengiriman Data Sistem Surveilans DBD di Surveilans
Puskesmas Sungai Raya tahun 2020 ke
Dinas Kesehatan sesuai jadwal, sehingga
memiliki penilaian baik. Akses Masyarakat
dalam Sistem Surveilans DBD di Puskesmas
Sungai Raya tahun 2019 memiliki penilaian
baik.
Pencegahan
& Penanggulangan
Upaya yang paling tepat untuk mencegah demam berdarah adalah membasmi
jentik-jentiknya ini dengan cara sebagai berikut :
• Bersihkan ( kuras ) tempat penyimpanan air (seperti bak mandi/WC, drum
dll) seminggu sekali.
• Tutuplah kembali tempayan rapat-rapat setelah mengambil airnya, agar
nyamuk Demam berdarah tidak dapat masuk dan bertelur disitu.
• Gantilah air di vas bunga dan pot tanaman air setiap hari
• Kubur atau buanglah sampah pada tempatnya, plastik dan barang-barang
bekas yang bisa digenangi air hujan
• Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan
bubuk Abateke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik
nyamuk.  Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali atau peliharalah ikan
ditempat itu.
Kesimpulan
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak, mengingat penyakit ini
sangat potensial untuk terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan merupakan ancaman bagi
masyarakat luas.
Maka dari itu dengan adanya surveilans ini diharapkan dapat memantau terus menerus
kejadian penyakit DBD, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi serta
mengamati faktor faktor pada populasi.

Saran
Diharapkan dengan terlaksananya surveilans DBD ini dapat
menekan
angka kasus DBD yang terjadi di Indonesia.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai