Nama Kelompok 6:
Kelas : 4C
Penulis juga mengucapkan terima kasih sehingga makalah ini bisa selesai
pada tepat waktunya. Dengan keterbatasan penulis pasti ada kekurangan dan
kelemahan dari makalah ini, maka dari itu diharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau
menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. vektor yang berperan
sebagai penular penyakit dikenal sebagai arthropoda borne diseases atau
sering juga disebut sebagai vector borne diseases yang merupakan penyakit
yang penting dan seringkali bersifat endemis dan menimbulkan bahaya bagi
kesehatan sampai kematian (Permenkes R.I No. 374, 2010).
Penyakit menular bersumber vektor yang masih berjangkit di masyarakat
diantaranya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, lalat dan kecoa yang
umumnya berkembang pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk (Amalia,
2010). “Penyakit yang ditularkan melalui vektor masih menjadii penyakit
endemis yang dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat
menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya
pengendalian atas penyebaran vektor” (Permenkes R.I No. 374, 2010).
Upaya pemberantasan dan pengendalian penyakit menular seringkali
mengalami kesulitan karena banyak faktor yang mempengaruhi penyebaran
penyakit menular tersebut. Lingkungan hidup di daerah tropis yang lembab
dan bersuhu hangat menjadi tempat hidup ideal bagi serangga yang
berkembangbiak. Selain dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan vektor
pembawa penyakit, keberadaan serangga juga dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan rasa aman bagi masyarakat (Soedarto, 2009).
Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti dan
Ae. albopictus. DBD merupakan penyakit menular yang menjadi masalah
kesehatan di dunia yang jumlah penderitanya cenderung mengalami
peningkatan dan penyebarannya semakin luas. DBD dapat menyerang semua
seluruh kelompok umur dan dapat menimbulkan kematian terutama pada
anak, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Di Indonesia
kasus DBD berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat
angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Kasus
DBD pada tahun 2018 berjumlah 65.602 kasus dengan jumlah kematian
sebanyak 467 orang. Angka kesakitan DBD pada tahun 2018 dapat dikatakan
menurun dari tahun sebelumnya yaitu dari 26,10 menjadi 24,75 per 100.000
penduduk. Hal ini berbanding lurus dengan Case Fatality Rate yang
mengalami penurunan dari 0.72% menjadi 0,71% pada tahun 2018. Berbeda
dengan terjadinya penurunan pada jumlah kasus dan angka kematian, jumlah
Kabupaten/Kota yang terjangkit DBD mengalami kenaikan, dari 434
Kabupaten/Kota pada tahun 2017 menjadi 440 Kabupaten/Kota pada tahun
2018. DBD merupakan penyakit endemis yang selalu terjadi setiap tahun pada
beberapa daerah yang ada di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Untuk mewujudkan kualitas dan kuantitas lingkungan yang bersih dan
sehat serta untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai
salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan nasional, sangat diperlukan
pengendalian vektor penyakit melalui pemantauan yang dilakukan oleh
surveilans vector penyakit DBD.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Surveilans Epidemiologi Vector Penyakit
DBD?
1.2.2 Apa visi dan misi Surveilans Epidemiologi Vector Penyakit DBD?
1.2.3 Bagaimana mekanisme Surveilans Vector Penyakit DBD?
1.2.4 Bagaimana penyelenggaraan Surveilans Vector Penyakit DBD?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memberikan informasi
mengenai surveilans epidemiologi kesehatan matra laut dan udara
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui definisi surveilans vector penyakit DBD
1.3.2.2 Untuk mengetahui visi dan misi Surveilans vector penyakit
DBD
1.3.2.3 Untuk mengetahui mekanisme Surveilans vector penyakit DBD
1.3.2.4 Untuk mengetahui penyelenggaraan Surveilans vector penyakit
DBD
1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah kita dapat mempelajari
mengenai surveilans vector penyakit, serta dapat menambah wawasan baik
kepada penulis maupun pembaca.
D
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian DBD
Menurut World Health Organization (WHO), Dengue Hammorhagic Fever
(DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat
tipe virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri
sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diathesis hemoragik (WHO, 2011).
Terdapat tiga tahapan yang dialami penderita penyakit DBD, yaitu fase
demam, fase kritis, dan fase pemulihan (WHO,2009).
Menurut WHO tahun 1997, kriteria diagnosis penyakit DBD terdiri dari
kriteria klinis dan laboratoris. Namun, diagnosis ditegakan hanya dengan
memenuhi 2 kriteria klinis dan 2 kriteria laboratoris(Rezeki & Irawan, 1999).
Kriteria klinis meliputi demam tinggi, manifestasi pendarahan, pembesaran
hati, dan syok, sedangkan kriteria laboratoris meliputi trombositpenia dan
hemokonsentrasi.
2.2 Surveilans vektor penyakit DBD
Surveilans kesehatan masyarakat digunakan untuk mengetahui status
kesehatan masyarakat, memantau perkembangan kesehatan masyarakat,
menentukan prioritas kesehatan, mengevaluasi program kesehatan dan
mengembangkan penelitian kesehatan (Lee, et al., 2010). Menurut Badan
Kesehatan Dunia (WHO) dalam Kepmenkes RI Nomor 1116 tahun 2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan menyebutkan bahwa surveilans adalah proses pengumpulan,
pengolahan, analisis, interpretasi data secara sistematik dan terus menerus
serta melakukan penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan
sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan.
PEMBAHASAN
Nyamuk Ae. aegypti betina yang menggigit penderita demam berdarah, maka
virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk Virus dengue berada di dalam tubuh
nyamuk hidup dan berkembangbiak menyebar ke seluruh tubuh nyamuk. Nyamuk
yang telah terinfeksi virus dengue mengalami masa inkubasi 8-10 hari sesudah
menghisap darah penderita. Setelah melalui masa inkubasi tersebut, kelenjar ludah
nyamuk menjadi terinfeksi virus dan siap untuk ditularkan ke orang lain melalui
gigitannya. Nyamuk Ae. aegypti yang menghisap darah orang sehat, maka
virus dengue pada tubuh. Penderita penyakit demam berdarah dengue pada
umumnya mengalami tanda dan gejala dimulai dengan mengalami demam tinggi
selama 2-7 hari, suhu tubuh mencapai 40°C. Demam sering disertai dengan gejala
yang tidak spesifik, seperti tidak nafsu makan, badan terasa lemah, nyeri sendi
dan tulang, mual dan muntah. Pada tahap ini sulit untuk dikenali dengan penyakit
lainnya
1.3.2 Implementasi
Dilakukan pendataan faktor risiko DBD melalui Rapid Survey
pada saat menjelang musim penularan untuk mendapatkan data
terbaru untuk menentukan jenis intervensi sehingga dapat dihasilkan
peta faktor risiko, peta kasus dan peta kegiatan lain, dan dengan teknik
over layer dapat dilakukan perencanaan maupun evaluasi program
pemberantasan.
1.3.3 Tahap pencatatan
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Untuk dapat merespon adanya penyakit DBD dengan cepat, diperlukan
pengetahuan dan keterampilan yang memadai dari petugas yang dikerahkan ke
lokasi kejadian. Fakta ini mendorong petugas lapangan atau petugas surveilans
untuk mengembangkan pedoman terstruktur untuk menyelidiki dan menangani
wabah, yang akan memudahkan petugas mengambil langkah-langkah atau
tindakan untuk melakukan respon penyakit DBD. Melalui petugas surveilans
vector penyakit DBD pelaksana yaitu tim gerak cepat maupun petugas surveilans
melakukan observasi maka dapat diidentifikasi pasien atau orang yang berisiko
penyakit yang dapat menyebabkan KLB yang dimana semua kegiatan yang
dilakukan secara teratur, menyeluruh dan terus menerus, termasuk pengumpulan,
pengolahan, analisis interpretasi, penyajian data dan pelaporan.
4.2 Saran
Dengan adanya surveilans maka program-program kesehatan yang telah
dilakukan diharapkan dapat lebih mengefektifkan serta mengefisienkan program
pengendalian kasus DBD. Sehingga, program pengendalian yang dilakukan tidak
hanya sia-sia dan dapat bermanfaat khususnya dalam menurunkan jumlah
kejadian kasus DBD di daerah setempat.
DAFTAR RUJUKAN
Hasibuan, Chainur Arrasyid, Moch Abdul Mukid, and Alan Prahutama.
"Klasifikasi Diagnosa Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Menggunakan
Support Vector Machine (SVM) Berbasis GUI Matlab." Jurnal Gaussian 6.2
(2017): 171-180.