Disusun Oleh :
Kelompok 8
TP 2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat, petunjuk dan karunia-Nya, Makalah ini telah selesai disusun untuk
memenuhi tugas Surveilans Epidemologi.
Tak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami meminta maaf dan
tentunya juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi kami dan bagi para pembaca.
Kelompok 8
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
LATAR BELAKANG 4
RUMUSAN MASALAH 4
TUJUAN 4
BAB 2 PEMBAHASAN 5
Pengertian Penyakit menular dan Surveilans Epidemologi 5
Tujuan Surveilans Penyakit Menular 9
Pelaksanaan Surveilans Penyakit Menular 10
BAB 3 PENUTUP 14
KESIMPULAN 14
SARAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit Menular
Suatu agen penyakit berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain dalam
suatu rantai infeksi atau siklus infeksi. Rantai infeksi diawali dengan
bermigrasinya agen penyakit dari reservoir (habitat atau tempat hidup, tumbuh,
dan berkembangnya suatu agen penyakit) melalui "portal keluar", lalu berpindah
dengan cara penularan tertentu, dan melintasi "portal masuk" yang sesuai untuk
menginfeksi inang yang rentan.
5
Portal keluar adalah tempat atau lokasi agen infeksi meninggalkan reservoir
atau inangnya. Misalnya virus influenza A dan bakteri Mycobacterium
tuberculosis meninggalkan tubuh melalui saluran pernapasan (dengan cara bersin
atau batuk), telur cacing melalui tinja, dan tungau Sarcoptes scabiei melalui luka
kulit.
Walaupun individu terinfeksi dan individu sehat tidak berada di tempat yang
sama, penularan dapat terjadi melalui suatu perantara. Perantara tersebut dapat
berupa udara, benda mati (makanan, air, pakaian, atau kendaraan), maupun
makhluk hidup yang digolongkan sebagai vektor (seperti nyamuk, lalat,
dan caplak). Berdasarkan hal ini, suatu penyakit dapat digolongkan menjadi
penyakit berperantara udara (airborne diseases), penyakit berperantara makanan
(foodborne diseases), penyakit berperantara air (waterborne diseases), dan
penyakit berperantara vektor (vector-borne diseases).
Portal masuk adalah tempat atau lokasi agen infeksi memasuki inang yang
baru. Misalnya melalui virus rabies memasuki tubuh melalui luka pada kulit.
Bagian terakhir dari rantai infeksi adalah inang yang rentan. Kerentanan ini
dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya genetis dan status kekebalan tubuh.
Penyakit menular yang disebabkan oleh suatu agen infeksi atau produk racun
dari orang maupun hewan bisa terjadi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Terdapat tiga kelompok utama penyakit menular, yaitu:
a) Penyakit sangat berbahaya karena angka kematian cukup tinggi
b) Penyakit menular tertentu yang menimbulkan kematian dan cacat,
walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama.
6
c) Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat tetapi
dapat mewabah yang menimbulkan kerugian materi dan kesehatan.
Menentukan reservoir
Transmisi
7
b. Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data)
yang masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis.
Data yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik
maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus
dapat memberikan keterangan yang berarti.
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang
cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya
dapat disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar
informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya.
e. Evaluasi
8
f. surveilans penyakit tuberkulosis;
g. surveilans penyakit diare;
h. surveilans penyakit tifoid;
i. surveilans penyakit kecacingan dan penyakit perut lainnya;
j. surveilans penyakit kusta;
k. surveilans penyakit frambusia;
l. surveilans penyakit HIV/AIDS; m.surveilans hepatitis;
m. surveilans penyakit menular seksual;dan
n. surveilans penyakit pneumonia, termasuk penyakit infeksi saluran
pernafasan akut berat (severe acute respiratory infection).
Fungsi atau tujuan dasar Surveilans Kesehatan tidak hanya untuk kewaspadaan
dini penyakit yang berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), tetapi juga
sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan program kesehatan jangkah
menengah dan jangka panjang. Untuk itu hendaknya pelaksanaan Surveilans
Kesehatan mencakup seluruh pelaksanaan program di bidang kesehatan yang
membutuhkan pengamatan terus menerus, analisis dan diseminasi informasi.
9
diselenggarakannya surveilans kesehatan masyarakat dari berbagai sumber dan
literatur adalah sebagai berikut:
a. Mendeteksi wabah
b. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan kecenderungan penyebaran penyakit
c. Mengestimasi luas dan pengaruh masalah kesehatan
d. Memberi penekanan pada penyebaran kejadian kesehatan secara geografis
dan demografis
e. Mengevaluasi cara pengawasan
f. Membantu dalam pengambilan keputusan
g. Mengalokasikan sumberdaya kesehatan secara lebih baik
h. Menggambarkan riwayat alamiah suatu penyakit
i. Membuat hipotesis dalam rangka pengembangan penelitian epidemiologi
j. Memonitor perubahan agen infeksi
k. Memfasitasi program perencanaan kesehatan.
10
Menurut WHO (1999) serta Myrnawati (2001) langkah-langkah surveilans
kesehatan masyarakat meliputi: Pengumpulan data, Pengolahan Data, Analisis data;
dan Penyebarluasan informasi.
1. Pengumpulan Data
Tahap ini merupakan permulaan kegiatan surveilans yang sangat
penting untuk menghasilkan data kejadian penyakit yang baik. Kegiatan
pengumpulan data dapat dilakukan secara aktif dan pasif (lihat sub bab
tentang jenis surveilans).
Sumber data yang bisa digunakan dalam surveilans antara lain:
Laporan penyakit, Pencatatan kematian, Laporan wabah, Pemeriksaan
laboratorium, Penyelidikan peristiwa penyakit, Penyelidikan wabah,
Survey/Studi Epidemiologi, Penyelidikan distribusi vektor dan reservoir,
Penggunaan obat-serum-vaksin, Laporan kependudukan dan lingkungan,
Laporan status gizi dan kondisi pangan, dan sebagainya. Sedangkan jenis data
surveilans meliputi: Data kesakitan, Data kematian, Data demografi, Data
geografi, Data laboratorium, Data kondisi lingkungan, Data status gizi, Data
kondisi pangan, Data vektor dan reservoir, Data dan informasi penting
lainnya.
2. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan kegiatan penyusunan data yang sudah
dikumpulkan ke dalam format-format tertentu, menggunakan teknik-teknik
pengolahan data yang sesuai. Dalam pengolahan data, dua aspek perlu
dipertimbangkan yaitu ketepatan waktu dan sensitifitas data (lihat sub bab
tentang Atribut Surveilans).
Dalam pengolahan data, terdapat langkah yang penting yaitu
Kompilasi Data, yang bertujuan untuk menghindari duplikasi (doble) data dan
untuk menilai kelengkapan data. Proses kompilasi data dapat dilakukan secara
manual (dengan kartu pengolah data atau master table), atau komputerisasi
(dengan aplikasi pengolah data, misalnya Epiinfo). Variabel yang dikompilasi
meliputi orang, tempat, dan waktu.
3. Analisi Data
11
Data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis untuk membantu
dalam penyusunan perencanaan program, monitoring, evaluasi, dan dalam
upaya pencegahan serta penanggulangan penyakit.
Penganalisis data harus memahami dengan baik data yang akan dianalisa.
Data yang telah diolah dan disusun dalam format tertentu umumnya lebih
mudah dipahami. Beberapa cara berikut biasanya dilakukan untuk memahami
data dengan baik, antara lain:
1) Pada data sederhana dan jumlah variabel tidak terlalu banyak, cukup
dengan mempelajari tabel saja; dan
2) Pada data yang kompleks, selain mempelajari tabel juga dilengkapi
dengan peta dan gambar. Peta dan gambar berfungsi untuk
mempermudah pemahaman akan trend, variasi, dan perbandingan.
4. Penyebarluasan Informasi
Tahap selanjutnya adalah menyebarluaskan informasi berdasarkan kesimpulan
yang didapat dari analisis data. Penyebaran informasi disampaikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dengan program kesehatan, seperti
Pimpinan program, Pengelola program, atau Unit-unit kerja yang kompeten di
lintas program atau sektoral. Menurut Noor (2008) informasi surveilans
sebaiknya disebarkan kepada tiga arah yaitu:
1) Kepada tingkat administrasi yang lebih tinggi, sebagai tindak lanjut
dalam menentukan kebijakan;
2) Kepada tingkat administrasi yang lebih rendah atau instansi pelapor,
dalam bentuk data umpan balik; dan
3) Kepada instansi terkait dan masyarakat luas.
12
pada kecepatan penularan, sehingga sangat berpotensi menimbulkan Kejadian Luar
Biasa (KLB) jika tidak segera dilakungan langkah penanggulangan secara efektif.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
14
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Unggul. Jakarta.
https://www.researchgate.net/publication/341997623_Surveilans_Epidemiologi_Peny
akit_Menular. Di akses Tanggal 17 September 2020.
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_menular
http://www.indonesian-publichealth.com/surveilans-epidemiologi-penyakit-menular/
https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/Survailans%20Epidemiologi.pdf
http://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/PERMENKES_45_2014_Penyelengg
araan_Surveilans_Kesehatan.pdf
15