Anda di halaman 1dari 32

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

(Surveillance)
PATIENT PROFILE
Seorang wanita usia 68 tahun pensiunan manajer kantor
menunjukkan gejala batuk-batuk kering beberapa bulan.
Ia berceritera bahwa selama 30 tahun terakhir ia merokok
satu bungkus rokok setiap hari.
Untuk menilai batuk, dokter keluarganya meminta chest x-
ray, hasilnya tidak jelas kecuali adanya peningkatan
densitas di hilum (bagian tengah) paru-paru.
Sediaan sputum dikumpulkan, nampak sel-sel abnormal
pada pemeriksaan mikroskpis. Oleh karena sel-sel terse-
but dicurigai adanya keganasan, pemeriksaan bronkosko-
pis untuk melihat langsung saluran nafas yang besar.
Terlihat ada massa yang sebagian menyumbat pada ujung
distal bronkhus kanan. Kerokan dari massa tersebut
menunjukkan adanya sel-sel dengan squamous cell
carcinoma. Uji diagnostik menunjukkan adanya penyebaran
kanker ke otak dan tulang.
Terapi radiasi diberikan ke semua tempat yang ada kanker.
Sayang sekali, kondisi pasien secara cepat memburuk, dan
ia meninggal kurang dari 6 bulan setelah diagnosis.
Surveilans
ialah deteksi kejadian-kejadian yang berhu-
bungan dengan kesehatan atau pemaparan pada
suatu populasi sasaran.

Tujuan deteksi ini (surveilans) adalah:
Untuk mengetahui adanya perubahan-perubahan
dalam hal distribusi penyakit-penyakit agar dapat
dilakukan upaya-upaya pencegahan atau
pengendalian penyakit.

Istilah surveillans arti katanya mengamati (watch over)

Secara tradisional kegiatan surveilans dikembangkan
untuk memantau (monitor) penyebaran penyakit-
penyakit infeksi dalam suatu populasi
Sekarang program surveilans diterapkan juga pada
berbagai keadaan lainnya,seperti:
- Kelainan kongenital (cacat bawaan)
- Cedera (injuries)
- Masalah-masalah kesehatan kerja
- Kanker
- Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Untuk apapun penggunaannya, surveilans memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
(1) Pengumpulan data dan evaluasi secara berkelanjutan
(2) Adanya populasi sasaran (seperti komunitas,
angkatan kerja, atau sekelompok pasien.
(3) Adanya definisi yang baku dari penyakitnya
(4) Menitik beratkan pada pengumpulan dan diseminasi
informasi tanpa mengenal waktu
(5) Pemanfaatan data untuk upaya-upaya investigasi
atau pengendalian (control) penyakit.

Tujuan dari suatu surveilans tergantung pada penge-
tahuan tentang penyebab kondisi yang menjadi perha-
tian, dan sampai berapa jauh upaya-upaya preventif
diketahui
Kegiatan surveilans dapat memberikan data menge-
nai distribusi suatu penyakit menurut orang, tempat
dan waktu.
Pola kejadian tersebut dapat membantu menyingkap
kemungkinan penyebab dari penyakit.
Misalnya, jika waktu dan tempat kejadian penyakit
adalah sama untuk 2 orang atau lebih, maka dapat
diduga bahwa penyakit infeksi merupakan penyebab-
nya.
Informasi demografis lainnya mengenai orang-
orang yang menderita penyakit, seperti:
-umur
-jenis kelamin
-ras
akan memberikan pemahaman tentang caranya
penyakit itu didapat.

Informasi yang lebih rinci mengenai karakteristik
individu dapat diperoleh melalui wawancara.

Six key elements of
surveillance system
1. Detection and notification of health events
2. Investigation and confirmation
(epidemiological, clinical, laboratory)
3. Collection of data
4. Analysis and interpretation of data
5. Feedback and dissemination of results
6. Response a link to public health programs,
specifically action for prevention and control
Source: WHO, 1999
Uses of Surveillance
1. Recognize cases or cluster of cases to trigger interventions to
prevent transmission or reduce morbidity and mortality
2. Assess the public health impact of health events or determine and
measure trends
3. Demonstrate the need for public health intervention programs and
resources, and allocate resources during public health planning
4. Monitor effectiveness of prevention and control measures and
intervention strategies
5. Identify high-risk population groups or geographical areas to target
interventions and guide analytic studies, and
6. Develop hypotheses that lead to analytic studies about risk factors
SURVEILANS
PENYAKIT MENULAR*
BATASAN SURVEILANS PM
Satu macam observasi dari seorang atau beberapa orang yang
disangka menderita suatu penyakit menular dengan cara meng-
adakan berbagai pengawasan medis, tanpa membatasi kebe-
basan bergerak dari orang atau orang-orang yang bersangkut-
an
Terutama untuk penyakit-penyakit menular yang berbahaya, seperti:
- kolera -cacar
- pes - dsb.
- sifilis

* Sumber: Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta:
Direktorat Epidemiologi dan Imunisasi, Direktorat jenderal P2M-PLP Dep.Kes. RI,
Januari 1994.
Definisi surveilans epidemiologi
- banyak definisinya
- hakekatnya adalah pengumpulan data epidemio-
logi yang akan digunakan sebagai dasar dari
kegiatan-kegiatan dalam bidang penanggulangan
penyakit:
(1) Perencanaan program pemberantasan penyakit
(2) Evaluasi program pemberantasan penyakit
(3) Penanggulangan KLB/Wabah

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Kewaspadaan dan kegiatan mengamati timbul dan
penyebaran penyakit beserta
faktor-faktor yang mempengaruhinya pada masyarakat,
kegiatan mana dilakukan secara:
-terus menerus
-tepat dan menyeluruh
dengan tujuan:
- untuk mengetahui epidemiologi dan berapa
besar masalah penyakit tersebut di masyarakat,
sehingga dapat dibuat perencanaan untuk
pencegahan, penanggulangan maupun pembe-
rantasannya.
- untuk memperoleh informasi terkini (up-to date)
mengenai penyakit tersebut di masyarakat, yang
berguna untuk :
- memonitor program yang sedang berjalan
- mengevaluasi hasil program
- sistem kewaspadaan dini
SURVEILANS ADALAH
PENGUMPULAN DATA ATAU INFORMASI
UNTUK MENGAMBIL TINDAKAN
Ciri khas kegiatan Surveilans Epidemiologi

(1) Pengumpulan data
- Secara rutin dari : RS, Puskesmas, BP dsb +
- Secara khusus : survei, penyeledikan KLB, peneilitan

(2) Kompilasi, analisis dan interpretasi data
Data mentah buat tabel, grafik, peta (spot map)

(3) Penyebaran hasil analisis dan interpretasi data
Setelah data dianalisis dan dibuat kesimpulan, maka data
disebarluaskan ke semua fihak yang berkepentingan agar dapat
diambil tindakan yang seperlunya. Penyebaran data dapat
dilakukan dengan surat-menyurat, newsletter, bulletin
epidemiologi dan sebagainya.
Dilaporkan kepada eselon yang lebih tinggi
Dikirimkan sebagai umpan balik kepada unit kesehatan yang
telah memberikan laporan.
(1) Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan ialah data epidemiologi yang jelas, tepat
dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan.

Tujuan spesifik dari pengumpulan data:
a. Untuk menentukan kelompok/golongan populasi yang mempunyai
risiko terbesar untuk terserang penyakit (umur, jenis kelamin,
ras, pekerjaan, dan lain-lain)
b. Untuk menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan
karakteristiknya
c. Untuk menentukan reservoir dari infeksi
d. Untuk memastikan keadaan-keadaan yang bagaimana yang
menyebabkan dapat berlangsungnya penularan penyakit
e. Untuk mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan
f. Untuk penyelidikan letusan wabah, tujuannya ialah memastikan
sifat dasar dari wabah tersebut, sumbernya apa, cara penularan
dan berapa jauh penyebaran wabah tersebut.


Surveilans yang baik memerlukan pengumpulan data secara
teratur dan terus menerus
Data yang dikumpulkan berasal dari berbagai sumber,
yang berlainan untuk setiap negara maupun setiap pe-
nyakit.
(1) Pencatatan kematian
(2) Laporan penyakit
(3) Laporan wabah
(4) Pemeriksaan laboratorium
(5) Penyelidikan peristiwa penyakit
(6) Penyelidikan wabah
(7) Survei
(8) Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit
pada hewan
(9) Penggunaan obat-obatan, sera dan vaksin
(10) Keterangan mengenai penduduk serta lingkungannya
Surveilans secara internasional
International Health Sanitary Regulation
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
DI LAPANGAN
1. Konfirmasi/menegakkan diagnosis
2. Menenukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan
3. Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor ORANG,
TEMPAT,WAKTU
4. Rumuskan hipotesis sementara
5. Rencana penyelidikan epidemiologis yang lebih rinci
6. Laksanakan penyelidikan yang sudah direncanakan
7. Analisis dan interpretasi data
8. Tes hipotesis dan rumuskan kesimpulan
9. Lakukan tindakan penanggulangan
10.Buat laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi
KLB KERACUNAN MAKANAN
(Food-borne Poisoning)
1. PENDAHULUAN
2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYELIDIKAN
3. KEGIATAN SURVEILANS FOODBORNE POISONING
4. PENYELIDIKAN KLB
5. DEFINISI OUTBREAK
6. PROSEDUR PENYELIDIKAN

1. PENDAHULUAN

Selama waktu produksi, pengolahan makanan, penyediaan,
penyimpanan atau penyajian, setiap makanan/minuman dapat
mengalami kontaminasi dengan zat-zat beracun atau oleh bakteri
patogen, virus dan parasit lainnya.

Yang dimaksud dengan Foodborne Poisoning ialah timbulnya sindroma
gejala klinik, disebabkan karena memakan makanan tertentu.

Kelainan tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Keracunan (intoksikasi) karena mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat-zat kimia beracun atau toksin yang dihasilkan
mikroorganisme patogen
2. Infeksi karena bakteri yang membuat enterotoksin selama
masa kolonisasi dan pertumbuhan di mukosa usus
3. Infeksi karena mikroorganisme yang mengadakan invasi dan
berkembang biak di mukosa usus atau jaringan lainnya.
2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYELIDIKAN

1. identifikasi macam makanan/minuman yang tersangka
mengandung racun/mikroorganisme patogen

2. Mengetahui penyebab sakit (causative agents) dan
sumbernya (reservoir)

3. Menentukan faktor-faktor yang membantu (contributing
factors) terjadinya peristiwa keracunan

4. Mencegah terjadinya peristiwa yang sama dikemudian hari.


3. Kegiatan surveilans foodborne poisoning

1. Mengumpulkan data/laporan peristiwa keracunan makanan
atau letusan penyakit lainnya yang disebabkan karena
makanan

2. Penyelidikan epidemiologi peristiwa/letusan

3. Kompilasi, analisis dan interpretasi data

4. Penyebarluasan data serta hasil penemuan pada butir 3

5. Membuat rekomendasi untuk penanggulangan dan
pencegahan
Laporan adanya peristiwa keracunan makanan dilaporkan kepada fasilitas
kesehatan terdekat seperti puskesmas, dinas kesehatan. Laporan ini
biasanya bersumber dari
- masyarakat umum
- masyarakat konsumen
- pegawai pemerintah daerah
- pemuka masyarakat
- guru
- dokter praktek
- petugas kesehatan
- rumah makan
- industri makanan/minuman
- pabrik
- asrama
- sekolah
- rumah sakit
- dan lain-lain
Petugas kesehatan berkewajiban mengecek kembali laporan tersebut. Bila
benar, penyelidikan epidemiologi selanjutnya segera dilakukan.
Tergantung besar-kecilnya letusan, penyelidikan dapat dilakukan oleh
suatu tim yang terdiri dari epidemiologist, teknisi laboratorium, perawat,
sanitarian dan lain-lain yang diambil dari puskesmas, dinas kesehatan, bila
perlu dari Dit,Jen. P2M-PLP/Depkes.
Bila penyelidikan epidemiologi telah selesai, maka dibuat laporan yang
harus dikirimkan kepada orang/instansi yang memerlukan dan kepada unit
Surveilans Dit>Jen P2M PLP Depkes.
4. PENYELIDIKAN KLB
Apapun yang terjadi harus dilakukan walaupun terlambat:
Data berguna untuk :
1. pencegahan/pemberantasan penyakit
Identifikasi yang dini: penghentian distribusi/produksi
makanan/minuman dan memperbaiki cara pengolahan/
penyajian makanan.
Identifikasi dan pengobatan yang tepat pada carrier (manusia)
merupakan dasar tindakan pencegahan/pemberantasan dari
kegiatan surveilans epidemiologi

2. pengetahuan tentang epidemiologi dan penyebab penyakit
30-60% penyebab food-borne illness outbreak tidak diketahui.
Sebabnya: karena terlambat/ tidak sempurnanya pemeriksaan
laboratorium.
Pola penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran
Dapat dijelaskan

3. petunjuk administrasi
misalnya, perencanaan evaluasi dan tindakan pencegahan
dikemudian hari
5. DEFINISI LETUSAN
Berdasarkan ditemukan atau tidaknya penyebab sesudah
pemeriksaan laboratorium dibedakan:
1. Penyebab diketahui (Laboratorium confirmed)
2. Penyebab tidak dapat ditentukan
pemeriksaan laboratorium tidak menunjang
Berdasarkan masa inkubasi:
a. < 1 jam (kemungkinan keracunan zat kimia)
b. 1-7 jam (kemungkinan stafilokokus)
c. 8- 14 jam (kemungkinan Clostridium perfringens)
d. >14 jam (kemungkinan infeksi bakteri atau toksin,
misalnya shigellosis, salmonelosis, Clostridium
botulism,dsb)
6. PROSEDUR PENYELIDIKAN

1. Menegakkan diagnosis
a. Memperoleh riwayat penderita
b. Mengambil specimen penderita
c. Mengambil spesimen makanan
2. Membuat asosiasi secara epidemiologis
a. Menentukan terjadinya letusan
b. Formulasi hipotesis sementara
3. Penyelidikan lebih lanjut
a. Meminta bantuan
b. Mencari dan mewawancarai penderita dan orang-orang yang
at risk yang mungkin belum ditemukan

4. Penyelidikan di tempat makanan diproses

Bagaimana makanan makanan diproduksi, diolah, disimpan, disajikan
dan sebagainya? Begitu pula bagaimana proses kontaminasi terjadi?
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kontaminasi?

Yang perlu dilakukan:
a. Pengambilan sampel makanan yang dicurigai
b. Wawancara dengan food handlers tentang bagaimana makanan
diolah, disajikan, disimpan dan sebagainya.
c. Mencari sumber informasi
d. Pemeriksaan food handlers/workers untuk mengetahui adanya
kelainan sebagai sumber kontaminasi seperti penyakit kulit
(misalnya bisul) dan infeksi lainnya)
e. Mengidentifasi adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya
kontaminasi, antara lain:


e. Mengidentifasi adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya kontaminasi,
antara lain:

- Membiarkan makanan tetap hangat pada temperatur dimana bakteri patogen
dapat berkembang biak

- Penyediaan penyajian makanan beberapa jam/hari sebelum dimakan, tanpa
adanya penyimpanan yang baik.

- Proses pemasakan/pemanasan yang kurang sempurna pada makanan yang
mungkin sudah terkontaminasi

- Adanya pekerja (food handlers) yang sakit atau tidak mempraktekan hygiene
perorangan.




e. Mengidentifasi adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya kontaminasi,
antara lain (lanjutan)


- Mempergunakan bahan-bahan yang sudah terkontaminasi untuk membuat
makanan

-Alat-alat dapur dan alat pengolah makanan lainnya kurang bersih

- Mendapatkan bahan-bahan makanan dari sumber yang tidak resmi

- cara penyimpanan yang tidak sempurna

- tempat pengolahan/penyajian makanan yang mengandung zat racun (toxic
materials)

- penambahan secara sengaja atau btidak, bahan-bahan yang beracun (toxic
chemicals) pada makanan

5. Analisis data

Kompilasi dan penggolongan data yang telah dikumpulksn dari
penyelidikan di atas, misalnya:
- wawancara dengan orang sakit maupun yang tidak sakit (at risk)
- pembuatan tabel food specific attack rate
- pembuktian hipotesis apakah letusan ini common source atau
bukan (membuat kurva epidemik)
- penentuan adanya benda perantara (vehicles) dan pemeriksaan
laboratorium lebih lanjut

a. Membuat kurva epidemik
b. Menentukan gejala/tanda penyakit yang menonjol
c. Menghitung masa inkubasi
d. Menghitung food specific attack rate


6. Interpretasi data

Bandingkan data yang sudah dianalisis dengan hasil laboratorium.
- Penyebab penyakit (agent) :
menemukan mikroorganisme/toksin
peningkatan titer antibodi pada sediaan dari penderita
- Gejala-gejala penyakit yang sesuai dengan penyebab
- Ditemukan mikroorganisme/toksin pada makanan yang dicurigai
- Perhitungan food specific attack rate
- Bagaimana makanan diolah, disajikan, disimpan sehingga ada
kesempatan terkontaminasi.

Anda mungkin juga menyukai