Anda di halaman 1dari 8

NAMA: MAYA FITRIANI

KELAS : ALPHA 2014 | 04011181419069

1.3 Apa saja komponen komponen surveillans? 3 7 11


Terdapat 4 komponen dari surveillans

1. Pengumpulan data (collection)


2. Kompilasi, analisis
3. Interpretasi
4. Diseminasi Informasi (menyebarluaskan)

1. Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas,
tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan.

Dalam pengumpulan data

a. Dilakukan secara pasif (menggunakan data sekunder) dan aktif


(menggunakan data primer)
b. Sebaiknya menggunakan data rutin yang telah dicatat atau dilaporkan
dalam sistem pencatatan dan pelaporan yang sedang berjalan
c. Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan tujuan dari sistem surveilans

Tujuan Surveilans

Tujuan dari pengumpulan data epidemiologi adalah untuk menentukan


kelompok / populasi yang mempunyai resiko terbesar terhadap serangan penyakit;
untuk menentukan reservoir dari infeksi; untuk menentukan jenis dari penyebab
penyakit dan karakteristiknya; untuk memastikan keadaan yang dapat
menyebabkan berlangsungnya transmisi penyakit; untuk mencatat penyakit secara
keseluruhan; untuk memastikan sifat dasar suatu wabah, sumbernya, cara
penularannya dan seberapa jauh penyebarannya.

Tujuan khusus diselenggarakannya surveilans kesehatan masyarakat dari


berbagai sumber dan literatur adalah sebagai berikut:
1. Mendeteksi wabah;
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS : ALPHA 2014 | 04011181419069

2. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan kecenderungan penyebaran


penyakit;
3. Mengestimasi luas dan pengaruh masalah kesehatan;
4. Memberi penekanan pada penyebaran kejadian kesehatan secara geografis
dan demografis;
5. Mengevaluasi cara pengawasan;
6. Membantu dalam pengambilan keputusan;
7. Mengalokasikan sumberdaya kesehatan secara lebih baik;
8. Menggambarkan riwayat alamiah suatu penyakit;
9. Membuat hipotesis dalam rangka pengembangan penelitian epidemiologi;
10. Memonitor perubahan agen infeksi; dan
11. Memfasitasi program perencanaan kesehatan.

Sumber data

1. Data kesakitan yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat
2. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta
laporan kantor pemerintah dan masyarakat
3. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan dan
masyarakat
4. Data geografi yang dapat diperoleh dari unit meteorologi dan geofisika
5. Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan
masyarakat
6. Data kondisi lingkungan
7. Laporan wabah
8. Laporan penyelidikan wabah/KLB
9. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan
10. Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya
11. Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat diperoleh
dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat
12. Laporan kondisi pangan
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS : ALPHA 2014 | 04011181419069

13. Data dan informasi penting lainnya


Sistem/Cara Pengumpulan Data:
1. Aktif
2. Pasif tergantung dari ketepatan, kelengkapan dan kebenaran laporan yang
dikirimkan. Kelemahan dapat dikurangi dengan: melakukan pembinaan,
rapid survey atau surveilans sentinel

2. Kompilasi, analisis
Kompilasi/Pengelompokkan Data:
a. Untuk menghindari duplikasi, menilai kelengkapan
b. Dilakukan secara manual (membuat master tabel, kartu pengolah data),
atau secara komputerisasi (menggunakan program: Epi-Info)
c. Sesuai tujuan dari sistem surveilans dan karakteristik (ciri khusus) dari
masalah kesehatan
d. Menurut orang, tempat, waktu

Analisis data surveillans dalam hal Waktu, tempat dan orang. Secara
tradisionalnya menggunakan teknik tabel dan grafik untuk menganalisis dan
menyajikan data. Dalam menganalisa data saat ini, kita membandingkan data saat
ini dengan beberapa nilai “ diharapkan”, periode tahun-tahun sebelumnya.
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS : ALPHA 2014 | 04011181419069

Selain itu pada analisis data dapat membandingkan data dari satu area dengan data dari
wilayah sekitar atau dapat membandingkan data dari suatu area dengan area yang lebih luas
(misalnya; data Negara dengan data nasional).

 Waktu
Biasanya melakukan analisis dasar dengan beberapa cara untuk mendeteksi
perubahan akut pada kejadian penyakit, dengan cara menganalisis kecenderungan
jangka panjang (sekuler) pada suatu penyakit, biasanya kita mencatat terjadinya
penyakit ini per tahun. Biasanya dibuat dengan menggunakan grafik.
 Tempat
Jika kita menemukan peningkatan kejadian penyakit saat kita menganalisis data
kita dari waktu ke waktu, kita kemudian menganalisis data dengan tempat untuk
menentukan di mana kasus tersebut terjadi.
 Orang
Menganalisis data surveilans oleh karakteristik orang yang terkena dampak juga
dapat membantu. Usia dan jenis kelamin biasanya diberikan pada kebanyakan
laporan kasus. Variabel lain, seperti sekolah atau tempat kerja, rawat inap, dan
faktor risiko penyakit tertentu seperti perjalanan baru-baru ini, mungkin juga bisa
dilaporkan.

3. Interpretasi
Menunjukkan harapan (expected pettern) untuk suatu penyakit lalu dibandingkan.
Ketika sebuah sistem surveilans menunjukkan bahwa pola yang diharapkan untuk
penyakit berbeda dari yang kita harapkan untuk penyakit tersebut pada populasi
pada waktu dan tempat tertentu, kita mungkin perlu menyelidiki lebih lanjut.

4. Diseminasi Informasi (menyebarluaskan)


Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan interpretasi
data digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna menentukan tindak lanjut
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS : ALPHA 2014 | 04011181419069

dan disebarluaskan ke unit terkait antara lain berupa laporan kepada atasan atau
kepada lintas sektor yang terkait sebagai informasi lebih lanjut.
Tempat diseminasi informasi pada orang yang membutuhkan (misalkan; penyedia
pelayanan kesehatan dan direktur laboratorium, perencana administrasi, dan
pengambilan keputusan)
Tujuan diseminasi informasi ini untuk member informasi dan memotivasi
membuat laporan.

3.1Apa saja definisi kasus Gastroenteritis? (confirmed, probable,possible, suspect,


not a case) 10 3
Definisi kasus Gastroentritis
didefinisikan sebagai orang dengan diare atau muntah. Diare didefinisikan sebagai 2
atau lebih pengeluaran tinja perhari atau tidak dapat dijelaskannya peningkatan
jumlah buang air besar.

Konfirmasi kasus gastroenteritis (norovirus)


kasus infeksi norovirus yang dikonfirmasi harus memenuhi definisi kasus yang
dicurigai diatas dan bersamaan dengan tes laboratorium yang positif dari salah satu
tes diagnostic definitif dibawah ini

 Deteksi humanovovirus oleh antigen


 Deteksi humanovovirus oleh Nucleic Acid Assays (NAAs)
 Visualisasi norovirus oleh EM.

Suspek Kasus Gastroentritis (norovirus)

Seseorang dari populasi yang berisiko (misalnya institusi, kelompok masyarakat, pemilik
restoran) dengan gejala klinis dari periode waktu yang ditentukan, ditandai oleh:
 Tiga atau lebih tinja longgar atau buang air besar dalam periode 24 jam yang berbeda
dari normal dan / atau. Dua atau lebih episode muntah dalam periode 24 jam.
Orang yang melaporkan gejala ini yang memiliki penyebab penyakit yang diketahui
untuk penyakit mereka, seperti penyakit usus, asupan alkohol berlebihan atau kehamilan,
seharusnya tidak dianggap sebagai kasus yang dicurigai.
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS : ALPHA 2014 | 04011181419069

Untuk tujuan pengendalian pada awal wabah, kasus yang dicurigai dianggap berpotensi
menular sampai terbukti sebaliknya (yaitu patogen alternatif yang terbukti menyebabkan
penyakit) atau sampai 48 jam telah berlalu setelah menyelesaikan gejala.

3.5 Berapa Rate Ratio dari setiap makanan? 3 7


1. Krecek
Jumlah yang makan 57 orang  48 Sakit , 9 tidak sakit
Jumlah yang tidak makan 23 orang  5 Sakit , 18 tidak sakit

Rate Ratio= IR e

IR u

Keterangan

IR: Incidence rate

e : expose

u : unexposed

Jumlah yang makan 48 : 57 = 0,8

Jumlah yang tidak makan  5: 23 = 0,2

Rate Ratio = 0,8 : 0,2 = 4

Jadi, orang yang makan makanan krecek memiliki 4X lebih tinggi terkena gastroenteritis
daripada yang tidak makan krecek.

2. Daging

Jumlah yang makan 50 orang  30 sakit , 20 tidak sakit


NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS : ALPHA 2014 | 04011181419069

Jumlah yang tidak makan 25 orang  10 sakit, 15 tidak sakit

Jadi,
Jumlah makan  30 : 50 = 0,6
Jumlah yang tidak makan  10 : 25 = 0,4

Rate Ratio= 0,6 : 0,4 = 1, 5


Jadi, orang yang makan makanan daging memiliki 1, 5X lebih tinggi terkena
gastroenteritis daripada yang tidak makan daging

3. Nasi
Jumlah yang makan 52 orang  22 sakit, 30 tidak sakit
Jumlah yang tidak makan 22 orang  11 sakit, 11 tidak sakit

Jadi,
Jumlah makan  22 : 52 = 0,423
Jumlah yang tidak makan  11: 22 = 0,5

Rate Ratio = 0, 5 : 0,423 = 1,18  1,2


Jadi, orang yang makan makanan nasi memiliki 1,2 X lebih tinggi terkena gastroenteritis
daripada yang tidak makan nasi.

4. Saus

Jumlah yang makan 43 orang  27 sakit, 16 tidak sakit

Jumlah yang tidak makan 32 orang  20 sakit, 12 tidak sakit

Jadi,

Jumlah makan  27 : 43 = 0,627

Jumlah yang tidak makan  20 : 32 = 0,625

Rate Ratio = 0,627 : 0,625 =1

Jadi, orang yang makan makanan Saus memiliki 1 X lebih tinggi terkena gastroenteritis
daripada yang tidak makan saus.
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS : ALPHA 2014 | 04011181419069

SUMBER:
http://phpa.dhmh.maryland.gov/Pages/gastroenteritis.aspx

http://www.statisticshowto.com/rate-ratio-incidence-density-ratio/

http://www.indonesian-publichealth.com/pengertian-surveilans/

Anda mungkin juga menyukai