Anda di halaman 1dari 7

Nama: Maya Fitriani

Kelas: alpha 2014

a. Bagaimana status gizi anak pada kasus dan adakah hubungan dengan keluhan pada
kasus? 6 8
laki-laki 2 tahun, BB 12 kg, TB 87 cm  normal.

Terdapat hubungan pengaruh status gizi, jika pasien tersebut mengalami malnutrisi
maka akan meningkatkan risiko terjadinya Croup.

b. Bagaimana interpretasi dan makna dari hasil penilaian umum berdasarkan


pendekatan PAT? 8 10
Anak sadar, menangis terus dengan suara sekali-sekali terdengar parau. Masih
bisa ditenangkan oleh ibunya. Sewaktu anak hendak diperiksa anak berontak
dan langsung menangis memeluk ibunya. Bibir dan mukosa tidak sianosis, kulit
tidak pucat dan tidak motled. Nafas terlihat cepat dengan peningkatan usaha
nafas. Terdengar stridor inspirasi.
a. Bagaimana interpretasi dan makna dari hasil penilaian umum berdasarkan
pendekatan PAT?8 10
Nama: Maya Fitriani
Kelas: alpha 2014

Pediatric Assessment Triangle (PAT). Teknk penilaian ini dilakukan tanpa


memegang anak. Dengan melihat dan mendengar, pemeriksa dapat mendapatkan
kesan kegawatan anak.
Tiga komponen PAT adalah:
 Penampilan anak/Appearance
 Upaya napas/Work of Breathing
 Sirkulasi/Circulation

1. Penampilan anak
Merupakan cerminan kecukupan ventilasi dan oksigenasi otak. Penampilan anak dapat
dinilai dengan berbagai skala. Metode ‘tides’ meliputi penilaian :
 Tonus (T=tone)
 Interaksi (I = interactiveness)
 Konsolabilitas (C = consolability)
 Cara melihat (L = look/gaze)
 Berbicara atau menangis (S = speech/cry)

Karakteristik Hal yang dinilai Normal


Tone Apakah anak dapat bergerak Dapat bergerak dengan
aktif atau menolak spontan
Dapat duduk atau berdiri
pemeriksaan dengan kuat?
(tergantung usia)
Apakah tonus ototnya baik atau
lumpuh?
Interactiveness Bagaimana kesadarannya? Dapat berinteraksi dengan
Apakah suara orang disekitar
Dapat mengambil mainan
mempengaruhinya? Apakah
dia mau bermain dengan
mainan atau alat pemeriksaan?
Apa anak tidak bersemangat
berinteraksi dengan pengasuh
Nama: Maya Fitriani
Kelas: alpha 2014

atau pemeriksa?
Consolability Apakah anak dapat
Berhenti menangis ketika
ditenangkan oleh pengasuh dipegang oleh ibunya
Memiliki respon yang
atau pemeriksa? Atau anak
berbeda ketika dipegang
menangis terus atau terlihat
oleh pemeriksa
agitas sekalipun dilakukan
pendekatan yang lembut?
Look/gaze Apakah memfokuskan Terdapat kontak mata
penglihatan pada muka atau dengan pemeriksa
pandangan kosong?
Speech/cry Apakah anak berbicara atau Suara tangisan yang kuat
menangis dengan kuat atau Dapat mengucapkan kata-
lemah atau parau? kata atau kalimat
(tergantung usia

2. Upaya napas
Upaya napas merefleksikan usaha anak dalam mengatasi gangguan oksigenasi dan
ventilasi. Karakteristik yang dinilai adalah:
Karakteristik Hal yang dinilai
Suara napas yang tidak Mengorok, stridor, parau, merintih, mengi
normal/Abnormal breath
sound
Posisi tubuh yang tidak Sniffing, tripoding, menolak berbaring
normal/Abnormal positioning
Retraksi/Retraction Supraklavikula, interkosta, substernal, head
bobbing
Cuping hidung/Flaring Napas cuping hidung

3. Sirkulasi
Nama: Maya Fitriani
Kelas: alpha 2014

Sirkulasi mencerminkan kecukupan curah jantung dan perfusi ke organ vital. Hal yang
dinilai:

Karakteristik Hal yang dinilai


Pucat/Pallor Kulit atau mukosa tampak kurang merah
karena kurangnya aliran darah ke daerah
tersebut
Mottling Kulit bercak kebiruan akibat vasokonstriksi
Sianosis Kulit dan mukosa tampak biru

Interpretasi kelainan dari 3 komponen PAT diterangkan pada tabel berikut.

Dari evaluasi gawat darurat pada


anak dengan menggunakan PAT, pada
kasus ini ditemukan abnormalitas pada
upaya napas/work of breathing, dimana Awi
mengorok, terdapat retraksi suprasternal,
dan napas cuping hidung. Kemungkinan
Awi mengalami distress pernapasan.
Selanjutnya dilakukan primary
survey yakni evaluasi ABCD:
Primary Survey
1. Airway
 Evaluasi : Apakah pasien dapat menangis atau berbicara?
 Stridor : indikasi sumbatan parsial.
Nama: Maya Fitriani
Kelas: alpha 2014

 Tidak perlu pasang ETT karena pasien sadar.

2. Breathing
 Evaluasi RR, mekanik pernapasan (nasal flaring, retractions, wheezing,
grunting, stridor)
 Berikan oksigenasi murni dan nebulizer berisi steroid untuk proses
inflamasi dan epinefrin adrenelin rasemik untuk mendinginkan mukosa
sehingga terjadi vasokontriksi sehingga mengurangi edem.
3. Circulation
 Evaluasi warna kulit, tekanan darah, frekuensi jantung. Capillary refill
time, pulse quality.
4. Disability
 Skala AVPU (Alert, respon to Voice, respon to Pain, Unresponsive)
 GCS
 Postur
 Pupil

c. Tidak terdengar wheezing 6 8


Interpretasi: Normal.
Makna klinis tidak ditemukan wheezing untuk menyingkirkan diagnosis asma
bronkiale pada pasien. Jika ditemukan wheezing kemungkinan terjadi obstruksi
jalan nafas bagian bawah yaitu pada tingkat trakea, bronkus, bronkiolus. Sedangkan
pada Croup syndrome terjadi obstruksi jalan nafas atas parsial pada tingkat
supraglotis, glottis, subglotis dan/ atau trakea.

d. Bunyi jantung dan bising 8 10


Hasil Survey Primer Keadaan Normal Interpretasi
 Bunyi jantung dalam batas Normal Normal
normal, (tidak ada kelainan)
Nama: Maya Fitriani
Kelas: alpha 2014

 Bising jantung tidak terdengar

e. Apa saja diagnosis banding dari penyakit pada kasus dan apa diagnosis pada kasus?
68
Diagnosis banding yang paling sering pada penyakit croup adalah epiglottitis, aspirasi
benda asing, angioedema, dan abnormalitas kongenital. Pada epiglottitis terdapat
demam tinggi, tidak adanya batuk croupy, terdapat posisi tripoding dan pada insfeksi
rongga mulut terdapat epiglottis yang berwarna merah. Sedangkan pada penyakit
croup demamnya tidak tinggi kecuali yang disebabkan oleh bakteri, pada
pemeriksaan rongga mulut epiglotis tidak merah, pasien merasa lebih nyaman jika
posisi supinasi sedangkan pada epiglottitis pasien merasa tidak nyaman pada posisi
supinasi.
Pada aspirasi benda asing, gejala muncul secara mendadak dan terdapat riwayat
tersedak. Sedangkan pada penyakit croup tidak terdapat riwayat tersedak. Pada
angioedema terdapat pembengkakan di daerah leher dan muka, biasanya disebabkan
oleh reaksi alergi.

f. Bagaimana faktor risiko dari penyakit pada kasus?8 10


 Usia bayi dan balita usia antara 6 bulan sampai 36 bulan (3tahun)
 Jenis kelamin, anak laki-laki lebih mudah terkena dari perempuan 1,4:1
 Angka kejadiannya meningkat pada musim dingin dan musim gugur pada
negara-negara sub-tropis sedangkan pada negara tropis seperti indonesia
angka kejadian cukup tinggi pada musim hujan, tetapi penyakit ini tetap
dapat terjadi sepanjang tahun
 Prematuritas
 Asma, khususnya untuk kelompok spasmodik
 Berat badan lahir rendah (BBLR)
 anak berumur kurang dari 2 tahun lebih mudah terserang croup dikarenakan
imunisasi yang belum sempurna dan saluran pernafasan yang relatif sempit
 Anak dengan defisiensi vitamin A yang dapat menghambat pertumbuhan
balita dan mengakibatkan pengeringan jaringan epitel saluran pernafasan
Nama: Maya Fitriani
Kelas: alpha 2014

 Faktor gizi: malnutrisi


 Faktor pendidikan ibu rendah
 Status sosioekonomi rendah
 Polusi udara

Sumber:

Sindroma Croup, Penyakit Respirologi, Pedoman Diagnosis dan Terapi. Edisi III, Buku satu,
RSUD dr. Soetomo Surabaya: 2008. p 57-61

Zoorob, R., Sidani, M. & Murray, J. 2011. Croup: An Overview. American Family Physician.
83(9):1067-1073.

Croup, Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO,DEPKES dan IDAI. 2009. p
104-105

Croup (Laringotrakeobronkitis akut), Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Badan
Penerbit IDAI: 2008. p 320-328.

http://emedicine.medscape.com/article/962972-overview diakes 26 September 2017 pukul 17.50 WIb.

Anda mungkin juga menyukai