Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru Lahir Normal

1. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan berat badan

2500 gram sampai 4000 gram dengan masa kehamilan 37 minggu

sampai 42 minggu (Sari, 2014).

Bayi cukup bulan adalah adalah bayi dengan usia gestasi 37-42

minggu. Bayi kurang bulan adalah bayi dengan usia gestasi kurang

dari 37 minggu (Saputra, 2014).

2. Ciri-ciri bayi normal

a. Berat badan bayi normal antara 2500-4000 gram

b. Panjang badan lahir 48-52 cm

c. Lingkar dada 30-38 cm

d. Lingkar kepala 33-35 cm

e. Bunyi jantung 120-160x/menit

f. Pernapasan dada 40-60x/menit

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

cukup terbentuk dan diliputi verniks kaseosa

h. Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepala biasanya telah

sempurna

i. Kuku telah agak panjang dan lunak

8
9

j. Genetalia: labia mayora sudah menutupi labia minora (pada

anak perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki)

k. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

l. Reflex Moro sudah baik, bayi ketika terkejut akan

memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk

m. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dala 48 jam

pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Sari, 2014).

3. Refleks Awal pada Bayi (Ilmiah, 2015)

a. Refleks mencari putting (rooting)

Begitu sudut bibir dan pipi bayi disentuh dengan tangan

anda, si kecil akan langsung memiringkan kepalanya kearah

datangnya sentuhan dengan mulut yang membuka.

b. Refleks menghisap (sucking)

Bila bibirnya disentuh dengan ujung jari anda, secara

otomatis bayi akan membuka mulutnya dan mulai menghisap.

c. Refleks menggenggam (babinsky)

Kalau jari anda diletakkan di tengah telapak tangan atau di

bawah jari kakinya, secara otomatis ia akan menekuk dan

mengerutkan jari-jarinya seolah-olah ingin menggenggam atau

menjepit dengan erat.

d. Refleks moro

Bila anda memukul keras-keras atau menarik alas tidurnya

serta mengangkat dan menurunkan tubuhnya secara mendadak,


10

maka kedua tangan serta kakinya akan merentang dan menutup

lagi. Bersamaan dengan itu, jemarinya pun menggenggam.

e. Refleks leher asimetrik tonik

Refleks ini memang agak sulit terlihat. Meski begitu, bisa

anda amati. Baringkan si kecil, lalu miringkan kepanya ke kiri

misalnya. Tangan kiri bayi anda akan segera merentang lurus

keluar, sedangkan tangan kanannya akan menekuk ke arah

kepalanya.

f. Refleks melangkah

Bila tubuh bayi dipegang pada bagian bawah ketiaknya

dalam posisi tegak (pastikan kepalanya tertopang dengan baik),

lalu kakinya menyentuh bidang yang datar, secara otomatis si

kecil akan meluruskan tungkainya seolah-olah hendak berdiri.

Begitu tubuhnya dimiringkan ke depan, kakinya akan bergerak

seakan-akan ingin melangkah

4. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus

(Asrinah, 2010)

a. Perubahan sistem pernapasan

b. Perubahan sistem sirkulasi

c. Perubahan sistem termoregulasi

d. Perubahan sistem metabolism

e. Perubahan system gastrointestinal

f. Perubahan system kekebalan tubuh


11

g. Perlindungan termal

h. Pemeliharaan pernapasan

5. Kebutuhan dasar

Bayi baru lahir perlu tercukupi kebutuhan-kebutuhan dasarnya.

Kebutuhan dasar bayi baru lahir mencakup tiga hal yang harus

terpenuhi, yaitu kebutuhan bertahan, kebutuhan rasa aman dan

nyaman, dan kebutuhan memiliki dan kasih sayang. Dengan alasan

ini, bidan sungguh-sungguh melakukan asuhan untuk memenuhi

kebutuhan fisik bayi, untuk memberikan lingkungan yang aman dan

untuk menggendong serta menimang bayi, terutama selama memberi

makan (Maryunani, 2014).

B. Tinjauan Umum Tentang Asfikasia Neonatorum

1. Definisi

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi baru lahir tidak

dapat bernafas secara spontan dan teratur (Marmi, 2016).

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan hipoksia yang progresif,

penimbunan akumulasi CO2 dan asidosis (Rukiah, 2014).

Asfiksia neonatorum merupakan kegawatdaruratan bayi baru lahir

berupa depresi pernafasan yang berlanjut sehingga menimbulkan

berbagai komplikasi (Maryunani, 2009).

Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru

lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera
12

lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat

mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2014).

2. Klasifikasi

Klasifikasi klinik asfiksia neonatorum : (Dewi, 2014)

a. Nilai 7-10 : bayi normal

b. Nilai 4-6 : bayi asfiksia ringan sampai sedang

c. Nilai 0-3 : bayi asfiksia berat

Saat ini, derajat ringan beratnya asfiksia neonatorum lebih tepat

dinilai dengan cara penilaian menurut APGAR. Setelah dilahirkan

satu menit diperiksa keadaan denyut jantung, pernafasan, tonus otot,

reaksi pengisapan dan warna kulit menurut APGAR (Maryunani,

2009).

Nilai APGAR bukan hanya dipakai untuk menentukan kapan

kita memulai tindakan tetapi lebih banyak kaitannya dalam memantau

kondisi bayi dari waktu ke waktu. Nilai APGAR menit pertama untuk

menentukan diagnose (asfiksia/tidak) (Yanti, 2010).

Nilai APGAR adalah suatu system penilaian yang dipakai

untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit pertama dan kelima

setelah kelahirannya. Jika terdapat masalah, maka nilai APGAR akan

membantu dalam meentukan tingkat keseriusan dari depresi bayi baru

lahir tersebut serta arah langkah yang harus diambil. Jumlah nilai

seluruhnya yang didapat dengan jalan mengevaluasi kelima tanda-

tanda: rupa atau warna, nadi atau detak jantung, meringis atau respon
13

wajah bayi ketika kakinya disentuh, kegiatan atau tonus otot lengan

dan kaki, respirasi atau pernapasan. Masing-masing tanda-tanda

tersebut diberi angka 0, 1, atau 2. Jumlah angka tertinggi adalah 10.

Tabel 2.1 Apgar Skor

Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

Rupa/warna Pucat atau biru Tubuh merah, Seluruh tubuh

(appearance) tangan dan kaki merah

biru

Denyut nadi/detak Tidak terdapat Lambat, di bawah Di atas 100

jantung detak jantung 100x/menit, detak x/menit, detak

(pulse) jantung lemah jantung kuat

Wajah Tidak ada respon Meringis atau Menangis, batuk

menyeringai/respon atau reaksi wajahnya kecut atau bersin

terhadap sentuhan

(greemace)

Kegiatan tonus atau Tangan dan kaki Ada sedikit Pergerakan aktif,

otot (activity) lumpuh pergerakan kaki dan tangan

sebagai reaksi bergerak

terhadap

rangsangan
14

Upaya bernapas Tidak ada Pernapasan Menangis

(respiratory) pernapasan, tidak perlahan/tidak kuat/keras

ada tangis teratur, merintih

(Dewi, 2014)

3. Etiologi

Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit pertama

kelahiran dan kemudian diikuti dengan pernafasan teratur. Asfiksia

janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas

atau transport oksigen ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada

masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sebagian

besar asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan asfiksia janin.

Penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi atau

asfiksia dapat terjadi karena beberapa faktor sebagai berikut ini :

(Maryunani, 2009)

a. Faktor ibu

1) Hipoksia ibu

Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat

analgetik atau anastesi dalam. Hal ini akan menimbulkan

hipoksia janin.

2) Gangguan aliran darah uterus

Berkurangnya aliran darah pada uterus akan

mengakibatkan berkurangnya pengaliran oksigen ke

plasenta dan ke janin. Hal ini sering ditemukan pada :


15

gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu

karena perdarahan, hipertensi, primitua, diabetes mellitus,

anemia, riwayat lahir mati, ketuban pecah dini, infeksi dan

renjatan penyakit jantung.

b. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas

dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat

gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,

perdarahan plasenta dan lain-lain.

c. Faktor fetus

Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya

aliran darah dalam pembulu darah umbilicus dan menghambat

pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini

dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali

pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan

lahir dan lain-lain.

d. Faktor neonatus

Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi

karena ;

1) Pemakaian obat anastesi/analgetika yang berlebihan pada

ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat

pernafasan janin.
16

2) Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan

intracranial. Kelainan congenital pada bayi, misalnya

hernia diafargmatika atresia/stenosis saluran penafasan,

hipoplasia paru dan lain-lain.

4. Faktor resiko

Faktor resiko terjadinya asfiksia terkait beberapa kondisi yang

berhubungan dengan kehamilan, proses persalianan dan melahirkan,

antara lain :

a. Penyakit seperti diabetes, hipertensi dan kehamilan, penyakit

hati dan ginjal serta penyakit kolagen dan pembuluh darah.

b. Faktor janin seperti permaturitas, pertumbuhan janin

terhambat/IUGR dan cacat bawaan, serta

c. Serta proses persalinan dan melahirkan seperti gawat janin

dengan atau tanpa mekonium dalam cairan ketuban, partus lama,

partus dengan tindakan serta penggunaan anastesi dan analgetik

golongan narkotik.

5. Patofisiologi

Pernafasan spontan pada bayi baru lahir bergantung kepada

kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran

sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara

pada bayi (asfiksia transient), proses ini dianggap sangat perlu untuk

merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi “primary

gasping”yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.


17

Bila terdapat gangguan pertukaran gas/pengangkutan oksigen

selama kehamilan dan persalinan akan terjadi asfiksia yang terjadi

asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel

tubuh dan tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan

gangguan fungsi ini dapat reversible/tidak tergantung kepada berat

dan lamanya asfiksia.

6. Manifestasi klinik

Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang

menimbulkan tanda-tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini:

a. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak

teratur

b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala

c. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan

organ lain

d. Sianosis

e. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karenan kekurangan

oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak

7. Penegakan diagnosis

a. Anamneses

Dalam wawancara dengan penderita (ibu), bidan atau

perawat bayi menanyakan atau mengkaji :

1) Adanya riwayat usia kehamilan kurang bulan.

2) Ada riwayat air ketuban bercampu mekonium.


18

3) Adanya riwayat lahir tidak bernafas/menangis.

4) Adanya riwayat gangguan atau kesulitan waktu lahir

(lilitan tali pusat, sungsang, ekstraksi vakum, ekstrasi

forcep dan lain-lain).

b. Pemeriksaan fisik.

Pada saat memeriksa fisik pada bayi :

1) Bayi tidak bernafas atau menangis

2) Denyut jantung kurang dari 100 x/menit.

3) Tonus otot menurun.

4) Bila didapat cairan ketuban ibu bercampur mekonium atau

sisa mekonium pada tubuh bayi.

8. Penatalaksanaan

Tujuan utama mengatasi asfiksia adalah untuk mempertahankan

kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa (sekuele) yang

mungkin timbul dikemudian hari. Kemudian dilakukan resusitasi bayi

baru lahir.

Penatalaksanaan asfiksia neonatorum adalah resusitasi neonatus

atau bayi. Semua bayi dengan depresi pernafasan harus mendapat

resusitasi yang adekuat. Bila bayi kemudian terdiagnosa sebagai

asfiksia neonatorum, maka tindakan medis lanjutan yang

komprehensif. Inti pelaksanaan terhadap asfiksia neonatorum adalah

berupa:
19

a. Tindakan umum

1) Bersihkan jalan nafas : kepala bayi diletakkan lebih rendah

agar lender mudah mengalir, bila perlu digunakan

laringoskop untuk membantu pengisapan lender dari

saluran nafas yang lebih dalam.

2) Rangsang reflex pernafasan : dilakukan setelah 20 detik

bayi tidak memperhatikan bernafas dengan secara

memukul dengan kedua telapak kaki.

3) Mempertahankan suhu tubuh

b. Tindakan khusus

1) Asfiksia berat

Berikan O2 dengan tekanan posiitif dan intermitten

melalui pipa endotrakeal, dapat dilakukan dengan tiupan

udarah yang telah diperkaya dengan O2. Bila pernafasan

spontan tidak timbul, lakukan massage jantung dengan ibu

jari yang menekan pertengahan sternum 80-100 x/menit.

2) Asfiksia sedang/ringan.

Pasang relkeit pernafasan (hisap lender, rangsang

nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal, lakukan pernafasan

kodok (frong breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi

ekstrasi maksimal beri O2 1-2 liter/menit, melalui kateter

dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakan

dagu keatas-bawah secara teratur 20 x/menit.


20

C. Tinjauan Umum Tentang Resusitasi

Resusitasi neonatus adalah suatu prosedur yang diterapkan

untuk bayi baru lahir (neonatus) yang gagal bernafas spontan yang

adekuat (Maryunani, 2009).

1. Prinsip Dasar Resusitasi Neonatus, yaitu :

a. Memberi lingkungan yang baik dengan mengusahakan tetap

bebasnya saluran pernafasan serta merangsang timbulnya

pernafasan agar oksigenasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar.

b. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif.

c. Bila perlu melakukan koreksi aksidasi.

d. Menjaga agar sirkulasi tetap baik.

2. Persiapan resusitasi bayi baru lahir (Dewi, 2014)

Penolong persalinan harus siap melakukan resusitasi BBL pada setiap

persalinan. Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat

berharga. Walau hanya beberapa menit, bila BBL tidak segera bernapas,

bayi dapat menderita kerusakan otak dan meninggal. Pada bayi apnea

selama 5-6 menit dapat menyebabkan hipoksia otak, bla apnea selama

30 menit dapat menyebabkan cedera otak dan bila selama 2 jam dapat

menyebabkan kerusakan cranial. Persiapan yang diperlukan adalah

persiapan keluarga, tempat, alat resusitasi dan persiapan diri (penolong)

a. Persiapan Keluarga

Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai

kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayinya serta


21

persiapan persalinan. Cara penyampaian kepada keluarga harus

dengan kata-kata yang dijaga supaya tidak menimbulkan kepanikan,

tetapi juga jangan memberi harapan kosong.

b. Tempat resusitasi hendaknya datar, keras, rata, bersih, kering dan

hangat (meja, dipan, lantai yang diberi alas), dekat pemancar panas

(lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60 cm) dan

tidak berangin (jendela, pintu yang terbuka), dekat tabung oksigen,

jauh dari api.

c. Persiapan alat resusitasi

Alat-alat resuistasi disiapkan sebelum menolong persalinan.

Cara menyiapkan tempat dan alat-alat resusitasi

1) Kain ke-1

Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang

basah oleh air ketuban segera setalah lahir. Bagi penolong yang

sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir di atas perut

ibu, sebelum persalian akan menyediakan kain atau handuk di

atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Hal ini dapt juga

digunakan pada bayi asfiksia. Bila tali pusat sangat pendek, bayi

dapat diletakkan di perineum ibu sampai alat tali pusat telah

diklem dan dipotong kemudian jika perlu dilakukan tindakan

resusitasi.
22

2) Kain ke-2

Fungsi kain kedua adalah untuk menyelimuti BBL agat tetap

kering dan hangat. Singkirkan kain pertama yang basah sesudah

dipakai mengeringkan bayi. Kain kedua ini digelar menutupi

permukaan tempat resusitasi

3) Alat resusitasi

Kotak alat resusitasi yang berisi alat penghisap lender DeLee

dan tabung/balon sungkup diletakkan dekat lampu resusitasi

4) Sarung tangan

5) Jam atau pencatat waktu

d. Persipan diri

Pakailah alat pelindung diri untuk melindungi diri untuk melindungi

dari kemungkinan infeksi, dengan cara:

1) Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastic,

masker, penutup kepala, kacamata, sepatu tertutup)

2) Lepaskan perhiasan, cincin, jam tangan, sebelum cuci tangan

3) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran

alkohol dan gliserin

4) Keringkan dengan air bersih

5) Gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan


23

3. Langkah awal resusitasi

Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Untuk lebih mudah

dalam mengingat langkah-langkah tersebut dapat disingkat degan

HAIKAL.

a. H = Hangatkan bayi

1) Letakkan bayi di kain yang berada di atas perut ibu

2) Selimuti tubuh bayi dengan dada dan perut terbuka, potong tali

pusat

3) Pindahkan bayi ke atas kain ke tempat resusitasi

4) Jaga kehangatan bayi dengan alat pemancarpanas missal dengan

lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60 cm

b. Atur posisi bayi

1) Baringkan bayi di depan penolong atau disamping penolong

dengan posisi kepala menengadah ke atas.

2) Letakkan gulungan kain setebal 305 cm di bawah bahu bayi

c. I = Isap Lendir bayi

1) Pada kasus asfiksia, ketika ketuban tidak bercampur mekonium

dan pada kasus ketuban bercampur mekonium tapi bayi bugar

(yang dimaksud dengan bugar adalah usaha napas kuat, tonus

otot baik, dan frekuensi jantung lebih dari 100 dpm)

a) Lendir dibersihkan

b) Mulut dan hidung: usap, isap. Bila menggunakan pengisap

lender DeLee, caranya isap mulai dari mulut (maksimal 5


24

cm) kemudian hidung (maksimal 3 cm). Lakukan

pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, pidak pada

waktu memasukkan. Bila menggunakan bola karet, caranya

tekan bola di luar mulut lalu masukkan ujung pengisap di

rongga mulut dan lepaskan tekanan pada bola (lender akan

terisap). Buang lender dalam bola karet dengan menekan

bola saat ujungnya berada di atas bengkok. Lakukan hal

yang sama untuk mengisap hidung

c) Apabila lendir kental, kepala dimiringkan agar lender

berkumpul di pipi sehingga mudah dibersihkan

d) Alat pengisap mekanik tekanan negative 100 mmHg

e) Pengisapan tidak boleh terlalu kuat/terlalu dalam karena

akan menimbulkan refleks vagal yang dapat menyebabkan

bradikardi/apnea.

2) Pada kasus asfiksia ketika ketuban bercampur dengan

mekonium dan bayi tidak aktif (kompetensi dokter anak atau

dokter anastesi)

d. K = Keringkan bayi di barengi dengan melakukan rangsangan taktil

1) Lap bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

dengan lap bersih. Rangsangan pada kulit bayi ini dapat

memacu BBL mulai bernapas.


25

2) Lakukan rangsangan taktil lanjutan, caranya dengan

menepuk/menyentil telapak kaki kemudisn menggosok

punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan.

e. A = Atur posisi bayi kembali normal

1) Ganti kain yang telah basah dengan kain kering yang berada di

bawahnya

2) Selimuti seluruh tubuh bayi dengan kain tersebut kecuali muka

dan dada

3) Atur kembali posisi kepala bayi datar, tanpa bantal, miring ke

kanan

f. L = Lakukan penilaian

1) Frekuensi jantung

Frekuensi jantung seharusnya di atas 100x/menit. Cara termudah

menilainya adalah dengan meraba palpasi pada pangkali tali

pusat. Bila tidak terba palpasi, kita harus mendengarkan bunyi

jantung di dada sebelah kiri menggunakan stetoskop.

Menghitung jumlah detak jantung selama 6 detik kemudian

dikalika 10 maka akan didapatkan perkiraan frekuensi jantung

per menit.

2) Pernapasan

Dinilai dengan melihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi

dan dalamnya pernapasan bertambah setelah mendapat

rangsangan taktil dalam beberapa detik.


26

4. Ventilasi

Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara ke dalam paru yang

besarnya 4-6 cc/kg/BB. Pernapasan yang adekuat adalah bila frekuensi

jantung menjadi > 100 kali/menit dengan menghitung dalam 6 detik,

kalikan 10 atau bila bayi apnea/frekuensi jantung <100, sianosis akan

menetap setelah di beri O2 100% pada resusitasi awal, lakukan VTP

dengan memakai balon dan sungkup selama 30 detik dengan kecepatan

20-30 kali (40-60 kali per menit) dengan tekanan maksimal 20-40 cm

air, tergantung dari berat badan bayi. Dengan irama ventilasi

remas(pompa), lepas(dua,tiga), remas (pomp), lepas (dua,tiga).

D. Tinjauan Umum tentang Metodologi Penelitian

1. Pengertian Penelitian

Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka

pemecahan suatu permasalahan. Penelitian pada hakikatnya adalah

suatu upaya untuk memahami dan memcahkan masalah secara ilmiah,

sistematis dan logis. Ilmiah diartikan sebagai kebenaran pengetahuan

yang didasarkan pada fakta empiris, yang diperoleh dari penyelidikan

secara berhati-hati dan bersifat objektif. Oleh sebab itu kegiatan

penelitian ilmiah memerlukan dan menempuh tahap – tahap sistematis,

dalam arti menurut aturan tertentu, dan loogis dalam arti sesuai dengan

penalaran (Saryono, 2013).


27

Metode penelitian terdiri dari metode penelitian kualitatif dan

metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan

penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan,

menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari

pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan

melaluin pendekatan kuantitatif. Sedangkan penelitian kuantitatif

merupakan salah satu jenis penelitian yang spesfifikasinya adalah

sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga

pembuatan desain penelitiannya. Pada penelitian kuantitatif banyak

menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran

terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula

pada tahap keseimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan

gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya.

2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan

adanya hasil, sesuatu yang akan diperoleh setelah penelitian selesai,

atau sesuatu hal yang akan dicapai/dituju dalam sebuah penelitian.

Rumusan tujuan mengungkapkan keinginan peneliti untuk memperoleh

jawaban atas permasalah penelitian yang diajukan. Oleh karena itu,

rumusan tujuan penelitian harus relevan dengan identifikasi masalah

yang ditemukan, rumusan masalah dan mencerminkan proses

penelitiannya. Dalam tujuan penelitian harus mencantumkan indicator-

indikator yang hendak ditemukan dalam penelitian, terutama yang


28

berkaitan dengan variable-variabel penelitian. Tujuan penelitian

berfungsi :

a. Untuk mengetahui deskripsi fenomena alamiah.

b. Untuk menerangkan hubungn antara pelbagai kejadian.

c. Untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Untuk memperlihatkan efek tertentu.

3. Jenis – jenis Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Adalah variable yang mempengaruhi atau dianggap menentukan

variable terikat. Variable ini dapat merupakan faktor risiko,

prediktor, kausa / penyebab.

b. Variabel Tergantung/Terikat (Dependent Variable)

Adalah variable yang dipengaruhi.Variable tergantung disebut juga

kejadian, luaran, manfaat, efek atau dampak.Variable tergantung

juga disebut penyakit/outcome.

4. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep / kerangka berfikir merupakan dasar pemikiran

pada penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi, dan

tinjauan pustaka. Kerangka konsep memuat teori, dalil atau konsep-

konsep yang akan dijadikan dasar dan pijakan unruk melakukan

penelitian. Uraian dalam kerangka konsep menjelaskan hubungan dan

keterkaitan antar variable penelitian (Saryono, 2013).


29

Kerangka konsep juga menggambarkan alur pemikiran penelitian

dan memberikan penjelasan alasan dugaan yang dibuat oleh peneliti

seperti yang tercantum dalm hipotesis. Kerangka konsep pada

umumnya disajikan dalam bentuk bagan, sehingga jelas hubungan antar

variabelnya.

5. Defenisi Operasional Penelitian

Defenisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data

dan menghindarkan perbedaan interpretasi data serta membatasi ruang

lingkup variable. Variable yang dimasukkan dalam defenisi operasional

adalah variable kunci/penting yang dapat diukur secara operasional dan

dipertanggungjawabkan (referensi harus jelas).

6. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan suatu dalil atau kaidah, tetapi

kebenarannya belum terujikan.Hipotesis dalam penelitian terdiri dari

hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis nol (Ho).

7. Jenis Desain Penelitian

Desain penelitian dapat digolongkan menjadi :

a. Observasional

1) Studi Potong Lintang (Cross Sectional)

2) Studi Kasus-Kontrol (Case Control)

3) Studo Kohort

b. Eksperimental

1) Pra Eksperimen
30

2) Eksperimen Semu (Quasi Eksperimen)

3) Eksperimen Murni (True Eksperimen)

8. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam

suatu penelitian.Populasi dalam penelitian dapat berupa manusia, hewan,

tumbuhan, dan lain-lain. Sampel adalah sebagian dari populasi yang

mewakili suatu populasi.

Berdasarkan peluang kesempatan, cara pengambilan sampel

dikelompokkan menjadi yaitu:

a. Teknik acak/random (Probability Sampling)

Terdapat bebrapa teknik acak/random yaitu :

1) Teknik acak sederhana (simple random sampling)

2) Teknik acak bertingkat (stratified random sampling)

3) Teknik acak sitematis (systematic random sampling)

4) Teknik acak berkelompok (cluster random sampling)

b. Teknik tidak acak (Non Probability Sampling)

1) Quata sampling

2) Consecutive sampling

3) Convenient sampling

4) Purposive sampling

5) Accidental sampling
31

9. Pengumpulan Data

a. Jenis-jenis Data

1) Data Primer

Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer

diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan

menggunakan alat pengukuran atau alat pengambil

data,langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang

dicari.

2) Data Sekunder

Disebut juga data kedua. Data sekunder adalah data yang

diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh

peneliti dari subjek penelitiannya. Biasanya berupa data

dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.

b. Metode Pengumpulan

Data-data yang menyebar pada masing-masing sumber

data/subjek penelitian perlu dikumpulkan untuk selanjutnya

ditarik kesimpulan.

Dalam proses pengumpulan data, terdapat berbagai metode lazim

digunakan adalah :

1) Wawancara (interview)

2) Observasi

3) Dokumentasi

4) Pemeriksaan
32

5) Diskusi kelompok terpimpin (focus group discussion)

6) Tes/ujian

c. Alat Pengumpul Data/Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (cermat,

lengkap dan sitematis) sehingga lebih mudah diolah.

Jenis instrument penelitian berupa : angket, checklist,

pedoman wawancara, pedoman pengamatan, alat pemeriksaan

laboratorium dan lain-lain. Penelitian instrument sangat

ditentukan oleh (Saryono, 2013):

1) Objek penelitian

2) Sumber data

3) Waktu dan dana yang tersedia

4) Jumlah tenaga peneliti

5) Teknik yang akan digunakan dalam mengolah data.

10. Analisi Data

a. Analisis Univariat

Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan

data dapat disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi, ukuran

terdensi sentral atau grafik (Saryono, 2013).


33

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisi untuk mengetahui interaksi dua

variable, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif (Saryono,

2013).

E. KERANGKA KONSEP

Perubahan
Resusitasi
APGAR
SCORE

Gambar 2.1 Kerangka konsep

Keterangan :

: Variabel Independent

: Variabel Dependent

F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Resusitasi

Yang dimaksud dengan resusitasi dalam penelitian ini adalah

suatu prosedur yang dilakukan oleh bidan pada bayi baru lahir yang

mengalami asfiksia neonatorum dengan cara menghangatkan bayi di

bawah radiant warmer (tubuh dan kepala bayi diselimuti dengan

selimut), melakukan penilaian, mengatur posisi kepala bayi sedikit

ekstensi, membersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir,


34

mengeringkan tubuh bayi, melakukan rangsangan taktil, melakukan

penilaian kembali bila sianosis diberikan O2 dan bila frekuensi jantung

<100 kali/menit dilakukan ventilasi.

Kriteria objektif :

a. Ya : jika dilakukan resusitasi

b. Tidak : jika tidak dilakukan resusitasi

2. APGAR Score

Yang dimaksud APGAR Score dalam penelitian ini adalah suatu

cara yang digunakan bidan dalam menilai bayi baru lahir pada menit

pertama dan kelima setelah kelahirannya yaitu dengan menilai

Apperance/warna kulit (nilai 0 pucat atau biru, nilai 1 tubuh merah

sedangkan tangan kaki biru, nilai 2 seluruhnya merah), Pulse/nadi

(nilai 0 tidak terdapat detak jantung, nilai 1 detak jantung

lambat/lemah <100x/menit, nilai 2 detak jantung kuat >100x/menit),

greemace/wajah/respon terhadap sentuhan (nilai 0 tidak ada respon

atau reaksi, nilai 1 meringis atau wajah kecut, nilai 2 menangis atau

batuk/bersin), activity/tonus otot (nilai 0 tangan dan kaki lumpuh, nilai

1 ada sedikit pergerakan sebagai reaksi terhadap rangsangan, nial 2

pergerakan aktif atau kaki dan tangan bergerak), respiratory/upaya

bernapas (nilai 0 tidak ada pernapasan, nilai 1 pernapasan tidak

teratur/merintih, nilai 2 menangis kuat) dengan menjumlah masing-

masing tanda tersebut.


35

Kriteria objektif :

a. Bayi normal : APGAR Score menunjukkan nilai 7-10

b. Bayi asfiksia sedang : APGAR Score menunjukkan nilai 4-6

c. Bayi asfiksia berat : APGAR Score menunjukkan nilai 0-3

G. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat pengaruh resusitasi terhadap perubahan APGAR Score

pada bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum di RSUD Barru

Kab. Barru tahun 2017

2. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak terdapat pengaruh resusitasi terhadap perubahan APGAR

Score pada bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum di RSUD

Barru Kab. Barru tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai