c. Perubahan termoregulasi
Setelah bayi lahir pengaturan suhu tubuhnya belum berfungsi
secara sempurna, sehingga berisiko mengalami hipotermi. Empat
mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas
tubuhnya yaitu konduksi, konveksi radiasi dan evaporasi.
d. Perubahan pada traktus digestivus
Pada BBL traktus digestivus mengandung zat berwarna hitam
kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida atau disebut mekonium.
Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan.
3. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
a. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-
4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis,
bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak
ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI,2010).
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar
dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-
160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, kulit kemerahmerahan dan licin
karena jaringan subkutan yang cukup, lanugo tidak terlihat dan rambut
kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR
>7, gerakan aktif, bayi lahir langsung menangis, refleks-refleks sudah
terbentuk dengan baik rooting (mencari putting susu dengan
rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut), sucking (hisap dan
menelan), morro (gerakan memeluk bila dikagetkan), grasping
(menggenggam), organ genitalia pada bayi laki-laki testis sudah berada
pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi perempuan vagina dan
uretra berlubang serta adanya labia minora dan mayora, mekonium
sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan (Dewi,
2010).
a. Tanda bayi sakit
Sesak napas, frekuensi pernapasan 60 kali/ menit, gerak retraksi di
dada, malas minum, panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif,
berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum
(Prawiroharjo, 2009).
b. Tanda bayi sakit berat
Apabila terdapat salah satu atau lebih tanda-tanda yaitu sulit
minum, sinosis sentral (lidah biru), perut kembung, periode apneu,
kejang/ periode kejang-kejang kecil, merintih, perdarahan, sangat
kuning, berat badan lahir < 1500 gram (Prawiroharjo, 2009).
4. Klasifikasi Neonatus
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi menurut
Marmi (2015) , yaitu :
a. Neonatus menurut masa gestasinya :
1) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
2) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
3) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)
b. Neonatus menurut berat badan lahir :
1) Berat lahir rendah : < 2500 gram
2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
3) Berat lahir lebih : > 4000 gram
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan
ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
1) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
2) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. APGAR Score
Tanda APGAR
Skor 0 1 2 Angka
A: Appearance Pucat Badan Seluruh
color (warna Merah, tubuh
kulit). ekstremitas kemerah-
biru merahan
P: Pulse (heart Tidak ada Kurang dari Di atas 100
rate) (frekuensi 100
denyut jantung)
G: Grimace Tidak ada Sedikit Menangis,
(reaksi terhadap gerakan batu/ bersin
rangsangan) mimic
A: Activity Lumpuh Ekstremitas Gerakan
(tonus otot) sedikit fleksi Aktif
R: Respiration Tidak ada Lemah, tidak Menangis
(usaha bernapas) teratur kuat
Jumlah
(Mochtar, 2011).
b. Pengukuran Antropometri
Macam-macam pengukuran antropometri yang dilakukan pada bayi
baru lahir yaitu lingkar kepala, lingkar dada, panjang badan dan berat
badan.
c. Refleks
Macam-macam refleks terdiri dari refleks kedipan (glabelar refleks),
refleks mencari putting (rooting refleks), refleks menghisap (sucking
refleks), tonic neck refleks, grasping refleks, refleks moro, walking
refleks dan babinsky refleks.
6. Tahapan Bayi Baru Lahir
Beberapa tahapan bayi baru lahir menurut Dewi (2010), yaitu :
a. Tahap 1
Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran.
Pada tahap ini digunakan system scoring apgar untuk fisik dan
scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
b. Tahap II
Disebut tahap transisional reaktifitas. Pada tahap II dilakukan
pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan
perilaku.
c. Tahap III
Disebut tahap priodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam
pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh
Tabel Pendokumentasian
Tujuh Langkah dari Helen Lima Langkah SOAP/Note/Progress
Varney Kompetensi Note
Inti Bidan
Indonesia
1. Pengumpulan Data 1. 1. Subyektif
Pengumpulan 2. Obyektif
data
2. Identifikasi 2.Identifikasi 3. Assesmant/Diagosa
Diagnosa/Masalah aktual Diagnosa/
Masalah
3. Antisipasi diagnosa/Masalah
Potensial
4. Menilai perlunya
tindakansegera/konsultasi/rujuk
an
5. Pengembangan rencana 3.Membuat 4.Planning/Rencana
asuhan rencana Tindakan :
tindakan a. Konsultasi/Rujuk
b. Pemeriksaan Diagnosa
c. Pemberian Pengobatan
d. Pendidikan Kesehatan
dan konseling
e. Follow Up
kesehatan
6. Implementasi Asuhan 4.Implementasi
7. Evaluasi efektifitas asuhan 5.Evaluasi
Obyektif (O)
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
2) Kesadaran: klien sadar akan menunjukkan tidak ada kelainan
psikologis (Manuaba, 2007).
3) TTV
a) Denyut jantung: normalnya 120-160 x/menit
b) Respirasi: normalnya 40-60 x/menit
c) Suhu : normalnya 36,5 ºC – 37,5 ºC (Kemenkes RI, 2013)
b. Pemeriksaan Antropometri
1) Berat Badan: normalnya 2500-4000 gram
2) Panjang Badan: normalnya 48-52 cm
3) Lingkar kepala: normalnya 33-37 cm
4) Lingkar dada: normalnya 30-33 cm (Kemenkes RI, 2013)
c. Fisik
1) Kepala: sutura rapat dan fontanela yang masih paten, tidak ada
massa atau tonjolan tidak lazim, terutama yang dihasilkan oleh
trauma persalinan seperti caput succedaneum atau cephal
hematoma (Wong, 2009).
2) Mata: normalnya mata simetris, tidak ada edema, dan sklera
berwarna putih (Wong, 2009).
3) Hidung: biasanya datar setelah lahir dan memar sering terjadi, tidak
ada sekret/cairan dan pernapasan cuping hidung (Wong, 2009).
4) Mulut: normalnya bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada
bagian yang terbelah (Kemenkes RI, 2013).
5) Telinga: normalnya telinga simetris, pina biasanya terletak setinggi
kantus mata (Wong, 2009; h. 239).
6) Leher: normal tidak ada massa abnormal (Wong, 2009).
7) Dada: bentuk normal, tidak massa yang abnormal dan jumlah
puting susu 2 (Wong, 2009).
8) Pulmo: untuk mengetahui suara napas apakah normal, mengi,
ngorok (Wong, 2009).
9) Jantung: denyut jantung normal 120-160 x/menit, teratur
(Kemenkes RI, 2013).
10) Abdomen: normalnya tidak ada perdarahan pada tali pusat
(Kemenkes RI, 2013).
11) Genetalia: bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina berwarna
putih atau kemerahan serta labia mayora menutupi labia minora.
Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada ujung penis (Kemenkes
RI, 2013).
12) Punggung: normalnya kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan
benjolan pada tulang belakang (Kemenkes RI, 2013).
13) Anus: normalnya berlubang (Kemenkes RI, 2013).
14) Ekstremitas atas dan bawah: normalnya refleks positif, tidak ada
sindaktil atau polidaktil (Wong, 2009).
15) Kulit: saat lahir merah menyala, empuk, lembut, terdapat verniks
caseosa dan lanugo, tidak ada tanda ikterik (Wong, 2009).
d. Refleks
1) Rooting Reflex: positif, sentuhan pada pipi sepanjang sisi mulut
menyebabkan bayi menolehkan kepala ke arah sisi tersebut dan
mulai menghisap, harus sudah menghilang pada usia 3-4 bulan,
tetapi bisa saja menetap sampai usia 12 bulan (Wong, 2009).
2) Sucking Reflex: positif, bayi mulai melakukan gerakan menghisap
kuat, sebagai respon terhadap rangsang, menetap selama masa bayi,
meskipun tanpa rangsang seperti saat tidur (Wong, 2009).
3) Grasp Reflek: sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat
dasar jari menyebabkan fleksi tangan dan jari kaki, genggaman
tangan berkurang setelah usia 3 bulan, diganti gerakan volunter,
genggaman kaki berkurang pada usia 8 bulan(Wong, dkk, 2009).
4) Moro Reflek: positif, goyangan tiba-tiba akan menyebabkan
ekstensi dan abduksi mendadak ekstremitas dan jari megar, dengan
ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf C, diikuti fleksi dan
abduksi ekstremitas, tungkai sedikit fleksi, dan bayi mungkin
menangis, menghilang setelah usia 3-4 bulan, biasanya paling kuat
selama 2 bulan pertama (Wong, 2009).
5) Babinski Reflex: positif, goresan sisi luar telapak kaki ke atas dari
tumit sepanjang bola kaki menyebabkan jari-jari kaki hiperekstensi
dan dorsofleksi (Wong, 2009).
Analisa (A)
Penatalaksanaan (P)
Tanggal : Jam :
Asiyah, dkk. 2017. Perawatan Tali Pusat Teruka Sebagai Upaya Mempercepat
Pelepasan Tali Pusat. Indonesia Jurnal Kebidanan Vol. 1 No. I (2017).
Diakses tanggal 21 Januari 2018. Didapatkan dari
fileCUsersuserDownloads112-592-2-PB.pdf
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika.
.
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta:
JNPK - KR.
Ladewig, Patricia, Marcia dan Sally. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu & Bayi Baru
Lahir. Jakarta: EGC.
______________. 2009. buku Ajar Suhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Varney, Helen. Jan M. Kriebs & Carovln L. Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Ed. 4 Volume 1. Jakarta: EGC
. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Ed. 4 Volume 2.
Jakarta: EGC.
Wong, Donna L, et al. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.