Anda di halaman 1dari 43

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Bayi Baru Lahir
1. Definisi
Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan (0-28 hari),
dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim
menuju luar rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem.
Bayi hingga umur kurang satu bulan merupakan golongan umur yang
memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah
kesehatan bisa muncul, sehingga pada penanganan yang tepat bisa berakibat
fatal (Kemenkes RI, 2020).
Bayi yang baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat (Jamil et al, 2017).
Kriteria bayi normal adalah lahir dengan umur kehamilan genap 37 minggu
sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500-4000 gram, panjang badan:
48-52 cm, lingkaran dada: 30-38 cm, nilai APGAR 7-10 dan tanpa cacat
bawaan (Ribek et al, 2018). Lingkar kepala bayi baru lahir yang normal
adalah 34-35 cm, dimana ukuran lingkar kepala mempunyai hubungan dengan
perkembangan bayi yaitu pertumbuhan lingkar kepala umumnya mengikuti
pertumbuhan otak, sehingga bila ada hambatan/gangguan pada pertumbuhan
lingkar kepala, pertumbuhan otak juga biasanya terhambat (Ribek et al, 2013).

2. Klasifikasi Bayi Baru Lahir


a. Neonatus menurut masa gestasinya
1). Kurang bulan (preterm infant) : <259 hari (37 minggu).
2). Cukup bulan (term infant) : 259-293 hari (37 minggu-42 minggu).
3). Lebih bulan (postterm infant) : >249 hari (<42 minggu).
b. Neonatus menurut berat badan lahir
1). Bayi berat badan lahir rendah : <2500 kg.

7
2). Bayi berat badan lahir cukup : 2500 kg-4000 kg.
3). Berat badan lahir lebih : >4000 kg.
c. Neonatus menurut bedat badan lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi
dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
1). Neonatus cukup/kurang/lebih bulan
2). Sesuai/kecil/besar ukuran masa kehamilan
d. Tahapan bayi baru lahir :
1). Umur 0 – 7 hari disebut neonatal dini.
2). Umur 8 – 28 hari disebut neonatal lanjut (Sabillah, 2021)

3. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir normal mempunyai beberapa antara lain Appearance
Color (warna kulit), seluruh tubuh kemerah-merahan, Pulse (heart rate) atau
frekuensi jantung >100x/menit, Gremace (reaksi terhadap rangsangan),
menangis atau batuk/bersin, Activity (tonus otot), gerak aktif, Respiration
(usaha napas). Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain yang bersih dan
kering yang sudah disiapkan diatas perut ibu. Apabila tali pusat pendek, maka
letakkan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut dalam
keadaan bersih dan kering. Segera lakukan penilaian pada awal bayi baru lahir
antara lain :
a. Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif?
c. Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada
sianosis?
Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis kuat,
bergerak aktif, dan warna kulit kemerahan. Apabila salah satu penilaian tadak
ada pada bayi, bayi tidak dikatakan lahir normal/fisiologis (Rukhiyah dan
Yulianti, 2010). Pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk
berlebihan, tidak muntah. Tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali pusat

8
seperti tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah, dapat
berkemih selama 24 jam, tinja lembek, berwarna hijau tua, tidak ada lendir
atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil, tangisan kuat, tidak terdapat tanda
: lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus tidak bisa tenang,
menangis terus menerus (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

4. Ciri-Ciri Bayi Normal


a. Berat badan 2500 – 4000 gr
b. Panjang badan 48-52 cm
c. Lingkar dada 30-38 cm
d. Lingkar kepala 33-35 cm
e. Frekuensi jantung 120-160x/menit
f. Pernafasan ±40-60x/menit
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
i. Kuku agak panjang dan lemas
j. Genetalia pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora,
dan laki-laki testis sudah turun dan skrotum sudah ada
k. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l. Reflek moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik
m. Reflek graps atau megenggam sudah baik
n. Eliminasi baik, meconium keluar dalam 24 jam pertama, meconium
berwarna kecoklatan (Ernawati, 2018)

9
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Prawirihardjo, 2007 :
a. Mata
1) Berkedip atau refleks corneal bayi berkedip karena ada sinar terang
yang tiba-tiba atau pada pandel atau pada obyek kearah kornea, jika
tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf kranial.
2) Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, refleks ini harus
ada.
3) Grabela ketukan halus pada grabela (bagian dahi antara 2 alis mata)
menyebabkan mata menutup dengan rapat.
b. Mulut dan tenggorokan
1) Menghisap bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area
sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap
ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti
pada saat tidur.
2) Menguap respon spontan terhadap penurunan oksigen dengan
meningkatkan jumlah udara inspirasi, harus tetap sepanjang hidup.
c. Perubahan metabolisme karbohidrat

6. Adaptasi Bayi Baru Lahir


Adaptasi bayi baru lahir menurut (Hidyat, 2015) :
a. Perubahan Sistem Pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta dan setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-
paru (setelah tali pusat dipotong). Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia
akan mengalami penekanan yang tinggi pada thoraksnya dan tekanan ini
akan hilang setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan cairan
yang ada didalam paru-paru terdorong kebagian perifer paru. Tekanan
intrathoraks yang negatif disertai dengan aktivasi nafas yang pertama

10
memungkinkan adanya udara masuk kedalam paru-paru. Setelah beberapa
kali nafas pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan nafas pada trakea
dan bronkus, sehingga semua alveolus mengembang karena terisi oleh
udara. Fungsi alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapat
surfaktan yang adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan dinding
alveolus agar tidak kolaps atau akhir pernapasan.
b. Perubahan Sistem Peredaran Darah
Darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan bersirkulasi keseluruh tubuh guna menghantarkan oksigen
kejaringan. Agar terbentuk sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan
luar rahim, terjadi dua perubahan besar, yaitu :
1) Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah :
1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah menuju
atrium kanan berkurang sehingga menyebabkan penurunan volume
dan tekanan pada atrium tersebut
2) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama
ini menimbulkan relaksasi system pembuluh darah paru.
c. Sistem Gastrointestinal
Pada saat lahir aktivitas mulut seperti menghisap dan menelan
sudah berfungsi, rasa kecap dan penciuman sudah ada, saliva tidak
mengandung enzim ptyalin dalam 3 bulan pertama. Volume lambung
bayi baru lahir berkisar antara 25 – 50 ml kemudian bertambah menjadi
100 ml pada hari ke 10. Defisiensi lifase pada pancreas menyebabkan
terbatasnya absorpsi lemak sehingga kemampuan bayi untuk mencerna

11
lemak belum matang, maka susu formula sebaiknya tidak diberikan
pada bayi baru lahir.
d. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pada neonatus fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah
nefron matur belum sebanyak jumlah pada orang dewasa, luas
permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal tidak seimbang,
serta aliran darah pada ginjal yang kurang. Bayi baru lahir cukup bulan
memiliki beberapa defisit structural dan fungsional pada system
ginjalnya. Pada ginjal bayi baru lahir terjadi penurunan aliran darah dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerulus sehingga menyebabkan retensi
cairan dan intoksikasi air.
e. Sistem Kekebalan Imunologi
Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis immunoglobulin
(suatu protein yang mengandung zat antibodi) diantaranya adalah IGG
(Immunoglobulin Gamma G), dibentuk banyak dalam bulan kedua
setelah bayi dilahirkan, Immunoglobulin Gamma G pada janin berasal
dari ibunya melalui plasenta. Sistem imunitas bayi baru lahir masih
belum matang, sehingga menyebabkan rentan terhadap berbagai infeksi
dan alergi. Sistem imunitas yang matang dan memberikan kekebalan
alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur
pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi.
f. Sistem Neurologi
Sistem neurologi neonatus belum berkembang sempurna baik
secara anatomic maupun fisiologis. Bayi baru lahir menunjukkan
gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi, kontrol otot masih buruk,
mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
g. Sistem Hepatika
Segera setelah lahir, kadar protein meningkat, sedangkan kadar
lemak dan glikogen menurun. Sel hemopoetik mulai berkurang. Enzim

12
hati (seperti gluconil transferase) masih kurang. Daya detoksifikasi hati
belum sempurna, sehingga bayi menunjukkan gejala ikterus fisiologis.
Apabila ibu dapat cukup asupan besi selama hamil, bayi akan memiliki
simpanan besi yang dapat bertahan sampai bulan kelima kehidupannya
di luar rahim.
h. Sistem Ginjal
Biasanya sejumlah kecil urine terdapat dalam kandungan kemih
bayi saat lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urine
selama 12 jam sampai 24 jam. Bayi berkemih 6-10 kali dengan warna
urin pucat menunjukkan masukan cairan yang cukup.
i. Sistem Integumen
Kulit bayi sangat sensitive dan dapat rusak dengan mudah. Bayi
cukup bulan memiliki kulit kemerahan beberapa jam setelah lahir,
setelah itu warna memucat menjadi warna kulit normal. Kulit sering
terlihat bercak, tangan dan kaki terlihat sedikit sianotik. Warna kebiruan
ini, akrosianosis, disebabkan oleh ketidakstabilan vasomotor, statis
kapiler, dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat
sementara, dan bertahan selama 7 – 10 hari, terutama bila terpajan pada
udara dingin.
j. Sistem Neuromuskuler
Sewaktu lahir fungsi motorik terutama dikendalikan oleh
subkortikal. Setelah lahir, jumlah cairan otak berkurang, sedangkan
lemak dan protein bertambah. Mielinisasi terjadi setelah bayi berusia
dua bulan. Pertambahan sel berlangsung terus sampai anak berusia dua
tahun.

13
7. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir menurut (Maiti & Bidinger, 2014)
a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60x/menit
b.Kehilangan cairan dalam bentuk diare (sedikit feses yang dikelilingi
genangan air pada popok)
c. Suhu bayi >38,3 ºC atau <36,4 ºC
d.Setiap perubahan warna termasuk pucat dan sianosis
e. Peningkatan Jaundice (warna kekuningan) pada kulit
f. Kulit bayi kering (terutama dalam 24 jam pertama), biru, pucat, atau
memar
g.Menolak untuk meminum ASI selama 2x berurutan
h.Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan
i. Distensi abdomen, menangis saat mencoba mengeluarkan feses, ada atau
tidak ada feses
j. Popok tidak basah selama 18 – 24 jam, atau kurang dari 6 popok yang
basah perhari, setelah bayi berusia 4 hari
k.Rabas atau perdarahan dari tali pusat, sirkumsisi atau segala area
pembukaan (kecuali mucus vagina atau pseudomentruasi)
l. Bayi yang tidak dapat tenang atau terus menangis dengan suara tinggi
m. Latergi, kesulitan untuk membangunkan bayi
n.Tali pusat mulai mengeluarkan bau tidak enak atau mengeluarkan pus
o.Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan warna kulit tampak kuning,
coklat atau persik
p.Bayi menjadi lesu, tidak mau makan
q.Tidak ada BAB dalam 3 hari, tidak ada BAK dalam 24 jam. Tinja
lembek/encer, sering berwarna hijau tua, ada lendir atau darah
r. Menggigil, rewel, lemas mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menagis
terus menerus.

14
8. Rencana Asuhan Bayi Baru Lahir
a. Minum Bayi
Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir (dalam
waktu 30 menit) atau dalam 3 jam setelah masuk rumah sakit, kecuali
apabila pemberian minum harus ditunda karena masalah tertentu. Bila
bayi dirawat di rumah sakit, upayakan ibu mendampingi dan tetap
memberikan ASI.
b. ASI Eksklusif
Anjurkan ibu memberikan ASI dini (dalam 30 menit 1 jam setelah
lahir) dan eksklusif. ASI eksklusif mengandung gizi yang diperlukan
untuk tumbuh kembang bayi, mudah dicerna dan efesien, mencegah
berbagai macam penyakit infeksi. Jika ASI belum keluar, bayi tidak usah
diberi apa-apa, biarkan bayi menghisap payudara ibu sebagai stimulus
keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi cukup bulan dapat
sampai selama 4 hari pasca persalinan. Prosedur pemberian ASI adalah
sebagai berikut :
1) Anjurkan ibu untuk menyusui tanpa dijadwal siang malam (minimal 8
kali dalam 24 jam) setiap bayi menginginkan. Bila bayi melepaskan
isapan dari satu payudara, berikan payudara lain.
2) Tidak memaksakan bayi menyusui bila belum mau, tidak melepaskan
isapan sebelum bayi selesai menyusu, tidak memberikan minuman lain
selain ASI, tidak menggunakan dot atau empeng.
3) Menganjurkan ibu hanya memberikan ASI saja pada 4-6 bulan
pertama.
4) Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayi dan payudara ibu
dengan benar.
5) Menyusui dimulai apabila bayi sudah siap, yaitu : mulut bayi
membuka lebar, tampak rooting reflex, bayi melihat sekeliling dan
bergerak.

15
6) Cara memegang bayi : topang seluruh tubuh, kepala dan tubuh lurus
menghadap payudara, hidung dekat putting susu.
7) Cara melekatkan : menyentuhkan putting pada bibir, mulut terbuka
lebar, gerakan mulut kearah putting sehingga bibir bawah jauh di
belakang areola.
8) Nilai perlekatan dan refleks menghisap : dagu menyentuh payudara,
mulut terbuka lebar, bibir bawah melipat keluar, areola diatas mulut
bayi lebih luas dari pada di bawah mulut bayi, bayi menghisap pelan
kadang berhenti.
9) Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif.
c. Buang Air Besar (BAB)
Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-hari
pertama kehidupannya adalah berupa mekoneum. Mekoneum adalah
ekskresi gastrointestinal bayi baru lahir yang diakumulasi dalam usus
sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warna
mekoneum adalah hijau kehitam-hitaman, lembut, terdiri atas mucus sel
epitel, cairan amnion yang tertelan, asam lemak dan pigmen empedu.
Mekoneum ini keluar pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir.
Mekoneum dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir. Mekoneum yang
telah keluar 24 jam menandakan anus bayi baru lahir telah berfungsi. Jika
mekoneum tidak keluar, bidan atau petugas harus mengkaji kemungkinan
adanya atresia ani dan megakolon. Warna feses bayi berubah menjadi
kuning pada saat berumur 4-5 hari, bayi yang diberi ASI, feses menjadi
lembut, berwarna kuning terang dan tidak berbau. Warna feses akan
menjadi kuning kecoklatan setelah bayi mendapatkan makanan. Frekuensi
BAB bayi sedikitnya satu kali dalam sehari. Pemberian ASI cenderung
membuat frekuensi BAB bayi menjadi lebih sering. Pada hari ke 4-5
produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi ASI cukup maka bayi
akan BAB 5 kali atau lebih dalam sehari.

16
d. Buang Air Kecil (BAK)
Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam setelah
lahir. Hari selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8 kali/hari. Pada
awalnya volume urine bayi sebanyak 20-30 ml/hari, meningkat menjadi
100-200 ml/hari pada akhir minggu pertama. Warna urine keruh/merah
muda dan berangsur-angsur jernih karena intake cairan meningkat. Jika
dalam 24 jam bayi tidak BAK, harus mengkaji jumlah intake cairan dan
kondisi uretra.
e. Tidur
Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir
menghabiskan waktunnya untuk tidur. Jenis tidur bayi adalah tidur aktif
atau tidur ringan dan tidur lelap. Pada siang hari hanya 15% waktu
digunakan bayi dalam keadaan terjaga, yaitu untuk menangis, gerakan
mitorik, sadar dan mengantuk. Sisa waktu yang 85% lainnya digunakan
bayi untuk tidur.
f. Kebersihan Kulit
Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan terjadinya
infeksi pada kulit bayi, keutuhan kulit harus senantiasa dijaga. Verniks
kaseosa bermanfaat untuk melindungi kulit bayi, sehingga jangan
dibersihkan pada saat memandikan bayi. Untuk menjaga kebersihan kulit
bayi, perawat harus memastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain
yang digunakan untuk bayi selalu bersih dan kering. Memandikan bayi
terlalu awal (dalam waktu 24 jam pertama) cenderung meningkatkan
kejadian hipotermi. Untuk menghindari terjadinya hipotermi, sebaiknya
memandikan bayi setelah suhu tubuh bayi stabil. (setelah 24 jam).
g. Perawatan Tali Pusat
Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat merupakan
tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan biasa terjadi infeksi lokal.
Perlu perawatan tali pusat sejak manajemen aktif kala III pada saat

17
menolong kelahiran bayi. Sisa tali pusat harus dipertahankan dalam
keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih secara longgar. Pemakaian
popok sebaiknya popok dilipat di bawah tali pusat. Jika tali pusat terkena
kotoran/feses, maka tali pusat harus dicuci dengan sabun dan air
mengalir, kemudian keringkan.
1) Perawatan Tali Pusat
a. Penatalaksanaan perawatan tali pusat
1) Jangan bungkus pusat atau perut ataupun mengoleskan bahan
atau ramuan apapun ke puntung tali pusat.
2) Jangan menutup tali pusat dengan balutan kassa. Tali pusat
cukup dibersihkan dengan air bersih.
h. Menjemur Bayi
Kita tahu bahwa sinar matahari pagi sangatlah baik bagi
kesehatan. Hal tersebut juga berlku bagi bayi. Setelah dilahirkan, fungsi
hatinya belum sempurna dalam proses pengelolaan bilirubin. Dimana
kadar bilirubin dalam darah si bayi sangat tinggi dan hal inilah yang
menyebabkan bayi mengalami suatu proses fisiologis yang
menyebabkannya bayi kuning. Untuk mengatasinya, ada cara alami
mengatasi hal tersebut, yaitu dengan menjemurnya dibawah matahari
pagi. Sinar matahari pagi. Sinar matahari pagi telah dipercaya mampu
memberikan efek kesehatan alami bagi tubuh. Salah satunya adalah untuk
menurunkan kadar bilirubin yang terlalu tinggi yang menjadi penyebab
bayi kuning pasca dilahirkan kedunia. Jadi melakukan penjemuran pada
bayi yang baru lahir di pagi hari adalah hal yang sangat penting.
Cara menjemur bayi adalah sebagai berikut :
1) Lakukan di pagi hari saat matahari masih cerah dan masih hangat,
waktu yang tepat untuk menjemur bayi adalah pukul 07.00-09.00 WIB.
2) Jangan terlalu lama saat menjemur bayi, menjemur bayi sekitar 10-15
menit.

18
3) Hindari menjemur bayi di bawah sinar matahari langsung, karena kulit
bayi masih sensitif.
4) Gunakan baju tipis yang tembus matahari, dengan menggunakan
pakaian yang tipis badan bayi akan tetap terkena sinar matahari dengan
maksimal.
5) Bolak balik badan bayi secara berkala
6) Jangan terlalu lama menjemur bayi karena bahaya hipotermi
Manfaat menjemur bayi adalah sebagai berikut :
1) Dapat menurunkan kadar bilirubin dalam darah
2) Membuat tulang bayi menjadi lebih kuat
3) Untuk memberi efek kehangatan pada bayi
4) Manghindarkan bayi dari stress
i. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada keluarga pasien
1) Hak pasien untuk mengetahui informasi
2) Kewajiban moral
3) Menghilangkan cemas dan penderitaan pasien
4) Meningkatkan kerjasama pasien maupun keluarga

9. Penatalaksanaan
a. Membersihkan jalan napas dan sekaligus menilai APGAR menit 1
membersihkan jalan napas dengan cara :
1) Penolong mencuci tangan dan memakai sarung tangan yang steril
2) Bayi ditidurkan telentang kepala sedikit ekstensi, badan bayi dalam
keadaan terbungkus
3) Pangkal penghisap lendir dibungkus dengan kain kasa steril, masukkan
ke mulut penolong
4) Tangan kanan penolong membuka mulut bayi kemudian jari telunjuk
tangan kiri dimasukkan kedalam mulut bayi sampai epiglottis (untuk
menahan lidah bayi) jari tangan kanan memasukkan pipa. Sejajar

19
dengan jari telunjuk tangan kiri, isap lendir sebanyak-banyaknya dengan
arah memutar.
5) Masukkan berulang-ulang selang kehidung, mulut, kemudian lendir
diisap sebanyak-banyaknya.
6) Lendir yang diisapditampung diatas bengkok dan ujung pipa
dibersihkan dengan kain kasa.
7) Lakukan penghisapan sampai bayi menangis dan sampai lendirnya
bersih, kemudian bersihkan daerah telinga dan sekitarnya.
b. Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain
yang halus atau handuk.
c. Mendekapkan bayi ke ibu dan mendekatkan segera setelah lahir, hal ini
bertujuan agar :
1) Ibu tenang melihat anaknya dalam keadaan normal
2) Ada kontak batin antara ibu dan anak
3) ASI cepat keluar, karena dengan rangsangan isapan bayi, akan
mempercepat bayi akan mempercepat keluar ASI
d. Membersihkan badan bayi dengan cara :
1) Menyiapkan tempat kapas, kapas dan minyak/baby oil
2) Membersihkan daerah muka dengan menggunakan kapas lembab.
Pertama yang dibersihkan adalah daerah atas, mulai dari bagian
dalam keluar kemudian gunakan kapas minyak untuk membersihkan
daerah telinga. Selanjutnya muka dan sekitarnya dibersihkan dengan
kapas minyak sampai ke daerah leher.
3) Lakukan perawatan tali pusat, dan seputarannya.
e. Memberikan obat mata untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata
dengan cara mata bayi dibersihkan, jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri
membuka mata dan tagan kanan meneteskan obat, obat harus tepat
diatas kelopak mata, setelah obat masuk bersihkan daerah luar mata
dengan kapas lembab, membersihkan alat-alat.

20
f. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan bayi
Maksudnya pemeriksaan adalah untuk menemukan kelainan yang perlu
mendapatkan tindakan segera dan kelainan yang berhubungan
kehamilan, persalinan dan kelahiran
1) Mengukur BB, PB, LK, LILA, LD
2) Observasi tanda-tanda vital (Nadi, Suhu, Respirasi)
3) Observasi keadaan refleks
g. Memasang pakaian bayi
h. Mengajarkan ibu cara membersihkan jalan lahir, membersihkan ASI dan
manfaatnya, perawatan tali pusat, perawatan bayi sehari-hari misalnya
memandikan bayi.
i. Menjelaskan pentingnya memberikan ASI sedini mungkin sampai usia 2
tahun, makanan tambahan buat bayi diatas usia 4 bulan, makanan
bergizi bagi ibu, mengikuti program KB segera mungkin
(Prawirohardjo, 2007).

10. Jadwal Kunjungan Bayi Baru Lahir


a. 24 jam setelah pulang awal
1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan berat badan dengan berat
badan lahir dan berat badan pada saat pulang.
2) Jaga selalu kehangatan bayi.
3) Komunikasikan pada orangtua bayi bagaimana caranya merawat tali
pusat.
b. 1 minggu setelah pulang
1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan saat ini
dengan berat badan saat bayi lahir. Catat penurunan dan penambahan
ulang BB bayinya.
2) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir.
3) Lihat keadaan suhu tubuh bayi.

21
4) Kaji keadekuatan suplai ASI 4 minggu setelah kelahiran.
5) Ukur tinggi dan berat badan bayi dan bandingkan dengan pengukuran
pada kelahiran dan pada usia 6 minggu.
6) Perhatikan nutrisi bayi.
7) Perhatikan keadaan penyakit pada bayi.

11. Pelayanan Kesehatan Neonatus


Pelayanan kesehatan neonatus menurut Kemenkes RI (2015) adalah
pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan
kepada neonatus setidaknya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari
setelah lahir.
a) Kunjungan neonatus ke-1 (KN 1) dilakukan 6-48 jam setelah lahir,
dilakukan pemeriksaan pernafasan warna kulit, gerakan aktif atau tidak,
ditimbang, ukur panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada, pemberian
salep mata, vitamin K1, hepatitis B, perawatan tali pusat dan pencegahan
kehilangan panas bayi.
b) Kunjungan neonatus ke-2 (KN 2) dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-
7 setelah lahir, pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali pusat,
pemberian ASI Eksklusif, personal hygiene, pola istirhat, keamanan dan
tanda-tanda bahaya.
c) Kunjungan neonatus ke-3 (KN 3) dilakukan pada hari ke-8 sampai hari ke-
28 setelah lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan,
tinggi badan dan nutrisinya.

B. Konsep APGAR
1. Pengertian APGAR

APGAR score adalah suatu metode tes sederhana untuk melakukan


penilaian kesejahteraan bayi baru lahir untuk menentukan tindakan yang harus
dilakukan supaya proses adaptasi kehidupan intra-uteri ke ekstra uteri dapat

22
terfasilitasi dengan baik. Tes ini dapat dilakukan dengan mengamati bayi segera
setelah lahir (dalam menit pertama) dan setelah 5 menit. Lakukan hal ini dengan
cepat, karena jika niainya rendah, berarti bayi tersebut membutuhkan tindakan
segera. (Wagino dan Putrono, 2016).
Indikator metode APGAR adalah sebagai berikut :
1. A = “Appearance” (warna kulit), perhatikan warna tubuh bayi.
2. P = “Pulse” (denyut), dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau
palpasi denyut jantung dengan jari.
3. G = “Grimace” (seringai), gosok berulang-ulang dasar kedua tumit kaki
bayi dengan jari. Perhatikan reaksi pada muka, ketika lender pada mukanya
dibersihkan, atau ketika lender dari mulu dan tenggorokannya dihisap.
4. A = “Activity”, perhatikan cara bayi baru lahir menggerakkan kaki dan
tangannya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.
5. R = “Respiration” (pernafasan), perhatikan dada dan abdomen bayi atau
perhatikan upaya bernafasnya.

Tabel 2.1 APGAR

Nilai 0 1 2
Appearance Color Seluruh badan biru Warna kulit tubuh Warna kulit tubuh,
(warna kulit) atau pucat normal merah muda, tangan dan kaki
tetapi tangan dan normal merah
kaki kebiruan muda, tidak ada
sianosis
Pulse (heart rate) Tidak ada < 100x/menit 100x/menit
atau frekuensi
jantung
Grimace (reaksi Tidak ada respon Meringis atau Meringis atau
terhadap terhadap stimulasi menangis lemah bersin atau batuk
rangsangan) ketika distimulus saat stimulasi
saluran nafas
Activity (tonus Lemah atau tidak Sedikit bergerak Bergerak aktif
otot) ada
Respiration (usaha Tidak ada Lemah atau tidak Menangis kuat,
nafas) teratur pernafasan baik
dan teratur

23
Kriteria penilaian APGAR adalah :
a. Jika skor APGAR 7-10 : bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa.
b. Jika skor APGAR 4-6 : Asfiksia neonatorum sedang, pada
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
c. Jika skor APGAR 0-3 : asfiksia neonatorum berat, pada pemeriksaan
fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot
buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas
tidak ada.

C. Konsep Dasar Hipotermi


1. Pengertian Hipotermi
Hipotermi adalah suatu kondisi suhu tubuh yang berada dibawah
rentang normal tubuh. edangkan hipotermi pada bayi baru lahir merupakan
kondisi bayi dengan suhu dibawah 36,5 C, terbagi kedalam tiga jenis
hipotermi, yaitu Hipotermi ringan atau Cold Stress dengan rentangan suhu
antara 36-36,5 ᵒC, Hipotermi sedang yaitu suhu tubuh bayi antara 32-36,5 ᵒC
dan terakhir yaitu Hipotermi berat dengan suhu <32 ᵒC. Suhu normal bayi
baru lahir berkisar 36,5 ᵒC – 37,5 ᵒC (Umi a’adah, 2018).
2. Penyebab Hipotermi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016, penyebab hipotermi yaitu :
a. Kerusakan hipotalamus
b. Berat badan ekstrem
c. Kekurangan lemak subkutan
d. Terpapar suhu lingkungan rendah
e. Malnutrisi
f. Pemakaian pakaian tipis

24
g. Penurunan laju metabolism
h. Transfer panas (mis. Konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
i. Efek agen farmakologis
3. Tanda dan Gejala Hipotermi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016, tanda dan gejala hipotermi yaitu :
a. Mayor
1) Kulit teraba panas
2) Menggigil
3) Suhu tubuh dibawah nilai normal
b. Minor
1) Akrosianosis
2) Brdikardi
3) Dasar kuku siatonik
4) Hipoglikemia
5) Hipoksia
6) Pengisisan kapiler >3 detik
7) Konsumsi oksigen meningkat
8) Ventilasi menurun
9) Piloereksi
10) Takikardi
11) Vasokontriksi perifer
12) Kutis memorata (pada neonatus)
4. Klasifikasi Hipotermi
a. Hipotermi Sedang
Merupakan hipotermi akibat bayi terpapar suhu lingkungan yang
rendah, waktu timbulnya hipotermi sedang adalah kurang dari 2 hari
dengan ditandai suhu 32 ºC – 36 ºC, bayi mengalami gangguan
pernafasan, denyut jantung kurang dari 100x/menit, malas minum dan
mengalami latergi, selain itu kulit bayi akan berwarna tidak merata atau

25
disebut cutis marmorata, kemampuan menghisap yang dimiliki bayi
lemah serta kaki akan teraba dingin.
b. Hipotermi Berat
Hipotermi ini terjadi karena bayi terpapar suhu lingkungan yang
rendah cukup lama akan timbul selama kurang dari 2 hari dengan tanda
suhu tubuh bayi mencapai 32 ºC atau kurang, tanda lain seperti hipotermi
sedang kulit bayi teraba keras, nafas bayi tampak pelan dan dalam, bibir
dan kuku bayi akan berwarna kebiruan. Pernafasan bayi melambat, pola
pernafsan tidak teratur dan bunyi jantung melambat.
c. Hipotermi dengan Suhu Tidak Stabil
Merupakan gejala yang timbul tanpa terpapar dengan suhu dingin
atau panas yang berlebihan dengan gejala suhu bisa berada pada rentang
36 ºC – 39 ºC meskipun dengan suhu ruangan yang stabil.
5. Mekanisme kehilangan pada bayi melalui :
a. Konveksi
Hilangnya panas tubuh karena aliran udara disekeliling bayi atau dengan
kata lain aliran panas hilang dari permukaan tubuh ke udara sekitar yang
lebih dingin.
b. Konduksi kehilangan panas dari permukaan tubuh bayi atau kulit bayi ke
permukaan yang lebih dingin melalui kontak langsung satu sama lain.
c. Radiasi
Kehilangan panas dari permukaan tubuh bayi memancar ke lingkungan
sekitar yang lebih dingin.
d. Evaporasi
Kehilangan panas yang terjadi karena cairan berubah menjadi gas yang
menguap, contohnya air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap.
6. Penanganan Bayi Hipotermi
a. Ketika terjadi hipotermi maka tindakan yang harus dilakuakn pertama
adalah hangatkan bayi dengan penyinaran atau inkubator.

26
b. Selanjutnya bisa dilakukan dengan metode kangguru, yaitu metode
dengan memanfaatkan panas tubuh dari ibu.
c. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya akan mengalami hipoglikemi
sehingga ibu harus memberikan bayinya ASI sedikit-sedikit tapi sering.

D. Konsep Dasar Risiko Infeksi Tali Pusat


1. Pengertian Risiko Infeksi Tali Pusat
Risiko infeksi tali pusat adalah infeksi tali pusat yang terjadi
pembengkakan, pada ujung tali pusat akan mengeluarkan nanah dan pada
sekitar pangkal tali pusat akan memerah dan disertai edema, pada keadaan
infeksi berat, infeksi dapat menjalar hingga ke hati (hepar) melalui
ligamentum (falsiforme) dan menyebabkan abses yang berlipat ganda.
2. Faktor Penyebab Terjadinya Risiko Infeksi Tali Pusat
Menurut Ismi 2015, ada beberapa faktor penyebab terjadinya risiko infeksi tali
pusat, yaitu :
a. Faktor Kuman
Staphyloccus aereus ada dimana-mana dan didapat pada awal kehidupan
hampir semua bayi saat lahir atau selama masa perawatan. Staphyloccus
aereus sering dijumpai pada kulit, saluran pernafasan dan saluran cerna
terkolonisasi.
b. Faktor Maternal
Status sosial dan ekonomi ibu, ras dan latar belakang mempengaruhi
kecenderungan terjadinya risiko infeksi dengan alasan yang tidak
diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio dan ekonomi rendah
mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis.
c. Faktor Neonatal
Prematuritas (berat badan bayi kurang dari 1500 gram), defesiensi imun,
laki-laki dan kehamilan kembar.

27
d. Faktor Lingkungan
Penggunaan kateter vena/arteri maupun kateter nutrisi parenteral
merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi
juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
e. Faktor Tradisi
Sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai ramuan-
ramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu mempercepat
kering dan lepasnya potongan tali pusat. Hal tersebut tidak boleh dilakukan
karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan
terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus neonatorum ini
cepat menyerang bayi.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala infeksi tali pusat menurut Ismi 2015, yaitu :
a. Tali pusat bernanah
b. Bau tidak sedap pada tali pusat
c. Bayi tidak banyak menangis
d. Suhu tubuh bayi meningkat

E. Konsep Bounding Attachment


1. Pengertian Bounding Attachment
Bounding Attachment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara
ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai bebrapa jam kelahiran bayi,
dalam hal ini kontak ibu dan ayah akan menentukan tumbuh kembang anak
menjadi optimal. Pada proses ini, terjadi penggabungan berdasarkan cinta dan
penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan
dukungan asuhan dalam perawatannya (Winani & Wanufika, 2020).
2. Tahap Bounding Attachment
Tahap-tahap dalam melakukan Bounding Attachment (Lydia, 2017) adalah
sebagai berikut :

28
a. Perkenalan dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara dan
mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
b. Ketertarikan (bounding).
c. Ikatan (Attachment) adalah ikatan perasaan kasih saying yang mengikat
individu dengan individu.
Adapun interaksi yang menyenangkan, misalnya :
a. Sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan ibu.
b. Sentuhan pada pipi dapat menstimulasi respons yang menyebabkan
terjadinya gerakan muka bayi kea rah muka ibu atau kearah payudara
sehingga bayi akan mengusap-usap menggunakan hidung serta menjilat
putingnya, dan terjadilah rangsangan untuk sekresi prolactin.
c. Ketika mata bayi dan ibu saling tatap pandang, menimbulkan perasaan
saling memiliki antara ibu dan bayi.
3. Cara Melakukan Bounding Attachment
a. Pemberian ASI Eksklusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara eksklusif segera setelah lahir,
secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang
menjadikannya ibu merasa bangga, rasa yang dibutuhkan oleh semua
manusia.
b. Rawat Gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar
antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding)
akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya.
c. Kontak Mata (Eye to Eye Contact)
Bayi baru lahir diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat ada
orangtuanya. Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan karena
kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan
dimulainya hubungan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam
hubungan manusia pada umumnya.

29
d. Suara (Voice)
Suara tangisan pertama bayi membuat orangtua tegang dan mayakini suara
tangisan bayinya dalam keadaan yang sehat.
e. Aroma (Odor)
Indera penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat
memberikan perilaku lain yang terjalin antara orangtua dan bayi ialah
respon terhadap aroma atau bau masing-masing.
f. Gaya Bahasa (Entrainment)
Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Bayi baru lahir menemukan
perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa. Artinya
perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi oleh budaya, jauh sebelum
ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi.
g. Bioritme (Biorhytmicity) salah satu tugas bayi setelah lahir adalah
menyesuaikan irama dengan dirinya sendiri. Hal ini dapat meningkatkan
respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan bayi untuk belajar.
h. Kontak Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan
merangkak dan mencari putting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat
melakukan refleks sucking dengan segera.
4. Manfaat Bounding Attachment
Manfaat bounding attachment yaitu :
a. Air liur bayi membersihkan dada ibu dari bakteri
b. Tubuh ibu mampu berfungsi sebagai natural penyesuaian suhu tubuh
c. Bunyi detak jantung ibu ketika bayi berada di dadanya mampu membuat
nafas bayi menjadi stabil
d. Bounding attachment dan inisiasi menyusui dini dapat menurunkan angka
kematian pada bayi
e. Bayi akan merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai dan menumbuhkan
sikap sosial

30
f. Bayi akan merasa aman dan berani mengadakan eksplorasi
5. Hambatan Bounding Attachment
Ada beberapa yang dapat menghambat bounding attachment antara
lain kurangnya support system, bayi dengan risiko (prematur, bayi sakit, bayi
dengan cacat fisik). Persalinan sesar dapat menghambat jalinan kasih sayang
antara ibu dan bayi. Bounding attachment terhambat karena frekuensi
pemberian ASI yang kurang, bayi lebih banyak tidur akibat dari obat bius.
Keluhan utama ibu post SC antara lain nyeri luka bekas jahitan SC dan
gangguan mobilisasi, hal ini dapat menghambat proses bounding attachment.
Sedangkan pada persalinan normal ibu akan lebih cepat melakukan mobilisasi
dini post partum. Ibu sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur yaitu
dalam 24-28 jam dan dianjurkan agar secepat mungkin ibu segera berjalan.
Mobilisasi yang dini setelah melahirkan akan memungkinkan ibu dapat segera
merawat sendiri bayinya termasuk bounding attachment.
6. Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan Bounding Attachment
Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment yaitu :
a. Dilakukan segera (menit pertama, jam pertama)
b. Sentuhan orang tua pertama kali
c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan bayi dan orang
tua
d. Kesehatan emosional orang tua
e. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan
f. Persiapan post neonatal care sebelumnya
g. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat
bayinya
h. Kontak dini sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberikan
kehangatan pada bayi
i. Fasilitas untuk kontak lebih lama
j. Penekanan pada hal-hal positif

31
k. Perawat maternitas khusus bidan
l. Libatkan anggota keluarga lainnya / dukungan sosial dan keluarga, teman
dan pasangan
m. Informasi bertahap mengenai bounding attachment

F. Konsep Inisiasi Menyusui Dini


1. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (MD)
Inisiasi Menyusui Dini (early initiation) adalah suatu tindakan atau
langkah awal yang dilakukan ibu dan bayi setelah lahir, dimana bayi
diletakkan diatas dada ibu dan dibiarkan mencari putting ibunya, dinamakan
The Breast Crawl atau merangkak mencari payudara (Ii et al., 2018).
2. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini
Manfaat inisiasi menyusui dini menurut Wulandari, 2018 yaitu :
a. Manfaat untuk ibu yaitu :
1) Ibu dan bayi merasa lebih tenang
2) Jalinan kasih saying antara ibu dan bayi lebih baik karena bayi siaga
dalam 1-2 jam pertama setelah lahir
3) Sentuhan, jilatan serta asupan pada putting susu ibu akan merangsang
pengeluaran hormone oksitosin
4) Membantu kontraksi, mengurangi risiko perdarahan dan mempercepat
pelepasan plasenta
5) Pengalihan rasa nyeri
b. Manfaat untuk bayi yaitu :
1) Menurunkan angka kematian bayi karena hipotermi
2) Mengahngatkan bayi melalui dada ibu dengan suhu yang tepat
3) Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi
4) Bayi dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri yang aman
5) Menyebabkan kadar glukosa darah pada bayi menjadi lebih baik pada
beberapa jam setelah kelahiran

32
6) Pengeluaran mekonium (kotoran bayi) lebih dini, sehingga terjadi
penurunan intensitas ikterus (kuning) pada bayi.
3. Tahapan Inisiasi Menyusui Dini
a. Dalam 30-45 menit pertama
1) Bayi akan diam dalam keadaan siaga
2) Sesekali matanya membuka lebar dan melihat ke ibunya
3) Masa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam
kandungan keluar kandungan dan merupakan dasar pertumbuhan rasa
aman bayi terhadap lingkungannya.
4) Hal ini juga akan meningkatkan rasa percaya diri ibu akan
kemampuannya menyusui dan mendidik bayinya
5) Demikian pula halnya ayah, dengan melihat bayi dan istrinya dalam
suasana menyenangkan ini akan tertanam rasa percaya diri ayah
untuk ikut membantu keberhasilan ibu menyusui dan mendidik
anaknya.
b. Antara 45-60 menit pertama
1) Bayi akan menggerakkan mulutnya seperti mau minum, mencium,
kadang mengeluarkan suara dan menjilat-jilat tangannya
2) Bayi kaan mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada
ditangannya
3) Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu dan
bau serta rasa ini yang akan mebimbing bayi untuk menemukan
payudara dan putting susu ibu.
4) Itulah sebabnya tidak dianjurkan mengeringkan tangan bayi pada saat
bayi baru lahir
c. Mengeluarkan liur
Saat bayi siap dan menyadari ada makanan di sekitarnya bayi
mulai kaan mengeluarkan liur.

33
d. Bayi bergerak kearah areola
1) Areola payudara akan menjadi sasarannya dengan kaki bergerak
menekan perut ibu.
2) Bayi akan melihat kulit ibu, menghentikan kepala ke dada ibu,
menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah
putting susu dan sekitarnya dengan tangannya.
e. Menyusu
Akhirnya bayi menemukan, menjilat, mengulum putting,
membuka mulut lebar-lebar dan meletakkan tangan baik serta mulai
menyusu.
4. Penghambat Inisiasi Menyusui Dini
a. Bayi kedinginan
b. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya
c. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk
d. Ibu harus dijahit
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi IMD
a. Faktor Predisposisi
1) Pengetahuan : hasil tahu ini setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu.
2) Sikap : merupakan penerapan perilaku dari hasil tahu yang didapat ibu
mengenai IMD.
3) Kepercayaan : merupakan tradisi masyarakat tentang IMD
b. Faktor Pendukung
Faktor pendukung adalah faktor yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana prasarana
kesehatan.

34
c. Faktor Pendorong
Faktor pendorong adalah yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan, keluarga yang merupakan kelompok referensi dan
perilaku kesehatan (Ii et al., 2018)

G. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber dan untuk mengevaluasi status kesehatan klien (Nursalam,
2001).
a. Data Subjektif
1) Identitas bayi
2) Identitas orang tua
3) Nama, umur, ras atau suku, agama, status perkawinan, pekerjaan. Maksud
ini adalah untuk identitas (mengenal) klien dan menentukan status sosial
ekonominya yang harus kita ketahui.
4) Keluhan utama keadaan bayi saat dilihat
5) Riwayat kesehatan (riwayat kesehatan sekarang dan riwayat kesehatan
keluarga)
6) Riwayat kehamilan dan persalinan
7) Riwayat kebidanan yang lalu meliputi jumlah anak, perjalanan persalinan
aterm, berat badan bayi, dan masalah-masalah yang dialami ibu.
8) Riwayat Natal
9) Riwayat sosial dan ekonomi
Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon ibu dan
keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi dan
kebiasaan makan, kebiasaan hidup sehat, merokok dan minuman keras,

35
mengkonsumsi obat-obat terlarang, kegiatan sehari-hari, tempat dan
petugas kesehatan yang di inginkan.
b. Data Objektif
1) Pengkajian fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses
dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam media.
Rekam medis dari pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakan
diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Pemeriksaan fisik pada bayi
dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter untuk menilai status
kesehatannya.
Waktu pemeriksaan dapat dilakukan saat bayi baru lahir, 24 jam
setelah lahir (sesaat sesudah bayi lahir pada saat kondisi atau suhu tubuh
sudah stabil dan setelah dilakukan pembersihan jalan nafas atau
resusitasi,pembersihan badan bayi, perawatan tali pusat) dan akan pulang
dari rumah sakit.
2) Tujuan prinsip pemeriksaan fisik
a) Menentukan status kesehatan
b) Mengidentifikasi masalah
c) Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
d) Untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat
tindakan segera
e) Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan klien
3) Prinsip Pemeriksaan Fisik
a) Jelaskan tuujuan dan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan
tindakan.
b) Cuci dan keringkan tangan pakai sarung tangan.
c) Pastikan pencahayaan baik.

36
d) Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan
diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu
pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat.
e) Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
4) Persiapan peralatan dan perlengkapan
5) Prosedur pelaksanaan
Penilaian APGAR dilakukan dengan cara memeriksa warna kulit,
denyut jantung, refleks terhadap stimulus taktil, tonus otot, dan
pernapasan. Masing- masing aspek akan diberikan poin tergantung
kondisi bayi.
6) Pengukuran Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi : lingkar kepala (33-35 cm),
lingkar dada (30-33 cm), berat badan (2500-4000 gram) dan panjang
badan (45-50 cm).
7) Head to toe
a) Postur
Inspeksi bayi baru lahir akan memperlihatkan posisi di dalam
Rahim selama beberapa hari, tanyakan atau periksa status bayi dan
pelajari riwayat persalinan. Tekanan saat dalam Rahim pada anggota
gerak atau bahu dapat menyebabkan ketidaksimetrisan wajah untuk
sementara atau menimbulkan tahanan saat ekstremitas ekstensi.
b) Tanda –tanda vital
a. Pernapasan : < dari 30x/menit normal frekuensinya (40-60x/menit)
b. Nadi : takikardi 170x/menit normal frekuensinya (100-160x/menit)
c. Suhu : 35,0 derajat selsius normalnya (36,5 – 37,5 derajat selsius)
c) Pengukuran Umum
Berat badan lahir 2500-4000 gram, panjang badan dari kepala
sampai tumit 45-55 cm, lingkar kepala diukur pada bagian yang
terbesar yaitu oksipito-frontalis 33-35 cm, lingkar dada mengukur

37
pada garis buah dada sekitar 30-33 cm, lingkar abdomen mengukur
di bawah umbilicus, ukuran sama dengan lingkaran dada.
d) Integumen
Warna kulit biasanya merah muda, ikterik fisiologis dialami
oleh 50% bayi cukup bulan dan hiperpigmentasi pada areola,
genetalia dan linia nigra. Perubahan warna normal seperti
akrosianosis-sianosis tangan dan kaki dan kurtis marmorata-motting
sementara ketika bayi terpapar suhu rendah. Kondisi hari kedua
sampai ketiga, mengelupas, kering, tidak terdapat edema kulit,
beberapa pembuluh darah terlihat jelas di abdomen.
e) Kepala
Lakukan inspeksi pada daerah kepala. Raba sepanjang garis
sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura
yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm, moulding yang
buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.
Keadaan ini normal kembali setelah beberapahari sehingga ubun-ubun
mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya.
f) Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak
asimetris hal ini dikarenakan karena posisi bayi di intrauteri,
perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau
sindrom plere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma
lahir seperti laserisasi, paresi N. Fasialis.
g) Mata
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata
terbuka, lakukan inspeksi daerah mata, periksa jumlah, posisi atau
letak mata, periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang
belum sempurna, periksa adanya glaucoma kongital. Mulanya akan

38
tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea,
katarak kongital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih.
Pupil harus tampak bulat, terkadang ditemukan bentuk seperti
lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek
retina, periksa adanya trauma seperti palpebral, perdarahan
konjungtiva atau retina, periksa adanya secret pada mata, konjungtivis
oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoflalmia dan menyebabkan
kebutaan dan apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan
bayi mengalami sindrom down.
h) Hidung
Bentuk hidung utuh/simetris, sianosis dan adanya sekret.
i) Mulut
Warna sianosis dan tekstur lembab, apakah ada secret dijalan
napas.
j) Telinga
Telinga simetris kiri kanan, tidak ada lesi, tidak ada cairan yang
keluar dari lubang telinga, bersih dan tidak ada cidera.
k) Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal.
Leher berselaput berhubungan dengan abnormalitas kromoson. Periksa
kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik, jika terdapat keterbtasan
pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya
trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus
brakhialis. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya
pembengkakan. Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis.
l) Dada, Paru dan Jantung
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas, apabila tidak
simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma

39
atau hernia diafragmatika. Pernafasan bayi yang normal dinding dada
dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tekanan sternum atau
intercostal pada saat bernafas bersamaan. Tekanan sternum atau
intercostal pada saat bernafas perlu diperhatikan.
Frekuensi pernafasan bayi normal antara 40-60x/menit.
Perhitungannya harus sampai satu menit penuh karena terdapat
periodeic breathing, di mana pola pernafasan pada neonatus terutama
pada premature ada henti napas yang berlangsung 20 detik dan terjadi
sacara berkala. Pada bayi cukup bulan, putting susu sudah terbentuk
dengan baik dan tampak simetris. Payudara dapat tampak membesar
tetapi ini normal.
Lakukan palpasi pada daerah dada, untuk menentukan ada
tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba ictus cordis dengan
menentukan posisi jantung dan lakukan auskultasi paru dan jantung
dengan menggunakan stetoskop untuk menilai frekuensi dan suara
napas/jantung. Secara normal, frekuensi denyut jantung antara 120-
160x/menit.
m) Abdomen
Bentuk simetris, bising usus normalnya 5-15x/menit, masa tidak
ada.
n) Tali pusat
Pemeriksaan tali pusat apakah tali pusat terbungkus kassa steril
atau tidak, kering atau basah, ada kemerahan, bengkak da nada cairan
berbau.
o) Ekstremitas Atas
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara
meluruskan kedua lengan kebawah, kedua lengan harus bebas bergerak.
Jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau
fraktur. Periksa jumlah jari apakah adanya polidaktili atau sidaktili,

40
telapak tangan harus terbuka, garis tangan yang hanya satu buah
berkaitan dengan abnormalitas kromoson, seperti trisomy 21, amati
adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga
menimbulkan luka dan perdarahan.
p) Ekstremitas Bawah
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki, panjang kedua kaki
dengan meluruskan keduanya dan bandingkan, kedua tungkai harus
dapat bergerak bebas jika ruang gerak berkurang berkaitan dengan
adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis. Periksa adanya
polidaktili dan sidaktili pada jari kaki.
q) Spinal
Periksa spinal dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya
tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung
atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya
abnormalitas medulla spinalis atau kolumna vertebra.
r) Genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.
periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan
menyebabkan fimosis, periksa adanya hipospadia dan epispadia,
skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua.
Pada bayi perempuan cukup bulan, labia mayora menutupi labia
monora, lubang uretra terpisah dengan lubang vagina, terkadang tampak
adanya secret yang berdarah dari vagina. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormone ibu (Withdrwl bedding).
s) Anus
Pemeriksaan anus untuk mengetahui ada tidaknya atresiani.
t) Kulit
Perhatikan kondisi kulit bayi, periksa adanya ruam dan bercak
atau tanda lahir, periksa adanya pembengkakan, perhatikan adanya

41
vernik kaseoasa (zat yang bersifat lemak yang berfungsi sebagai
pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi cukup
bulan). Perhatikan adanya lanugo (rambut halus yang terdapat pada
punggung bayi) jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan
daripada bayi cukup bulan.

H. Refleks Pada Neonatus


Yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa
disadari pada bayi normal, dibawah ini beberapa penampilan dan perilaku bayi,
baik secara spontan karena adanya rangsangan atau bukan.
1. Tonik neek reflex, yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila
ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya.
2. Rooting reflex, yaitu bila jari menyentuh daerah sekitar mulut bayi membuka
mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah maka ia akan datangnya jari.
3. Grasping reflex, bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari
jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat.
4. Moro reflex, reflek yang timbul diluar kemauan, kesadaran bayi.
5. Starle reflex, reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti
mengejang pada lengan dan tangan dan sering diikuti dengan nangis.
6. Stapping reflex, reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan
kakinya satu persatu disentuhkan pada dasar muka bayi seolah olah berjalan.
7. Refleks mencari putting (rooting), yaitu bayi menoleh kearah sentuhan di
pipinya atau didekat mulut, berusaha untuk menghisap.
8. Refleks menghisap (suckling), yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi,
lidah dan langit-langit sehinggasinus laktiferus tertekan dan memancarkan
ASI.
9. Refleks menelan (swallowing), dimana ASI dimulut bayi mendesak otot
didaerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan
mendorong ASI kedalam lambung (Rukhiyah, Yulianti, 2012).

42
Tabel 2.2 Indikator Pemeriksaan Refleks Neonatus

Pemeriksaan Kondisi
Cara Pengukuran Kondisi Normal
Refleks Patologis
Berkedip Sorotkan cahaya ke Dijumpai pada Jika tidak
mata bayi tahun pertama dijumpai
menunjukkan
kebutaan
Tanda Babinski Gores telapak kaki Jari kaki Bila
sepanjang tepi luar, mengembang dan pengembangan
di mulai dari tumit ibu jari kaki jari kaki
dorsofleksi, di dorsofleksi
jumpai sampai setelah umur 2
umur 2 tahun tahun adanya lesi
ekstrapiramidal
Moro’s Ubah posisi dengan Lengan ekstensi Refleks yang
tiba-tiba atau pukul jari-jari menetap lebih
meja/tempat tidur mengembang dari 4 bulan
kepala terlempar ke adanya kerusakan
belakang, tungkai otak, respons
sedikit ekstensi, tidak simetris
lengan kembali ke adanya
tengah dengan hemiparesis,
tangan fraktur klavikula
menggenggam atau cidera
tulang belakang fleksus
dan ekstremitas branchialis. Tidak
bawah ekstens. ada respons
Lebih kuat selama ekstremitas
2 bulan bawah adanya
menghilang pada dislokasi atau
umur 3-4 bulan cidera medulla
spinalis
Menggenggam Letakkan jari di Jari-jari bayi Fleksi yang tidak
(Palmars Grap’s) telapak tangan bayi melengkung di simetris
dari sisi ulnar, jika sekitar jari yang menunjukkan
refleks lemah atau diletakkan di adanya paralysis,
tidak ada berikan telapak tangan bayi refleks
bayi botol/dot, dari sisi unar, menggenggam
karena menghisap refleks ini yang menetap
akan menghilang dari menunjukkan
mengeluarakan umur 3-4 bulan ganggusan

43
reflek serebral
Rooting Gores sudut mulut Bayi yang memutar Tidak adanya
bayi garis tengah kearah pipi yang di refleks
bibir gores, refleks ini menunjukkan
menghilang pada adanya gangguan
umur 3-4 bulan. pendengaran
Tetapi bisa
menetap sampai
umur 12 bulan
khususnya tidur
Kaget Bertepuk tangan Bayi mengekstensi Tidak adanya
dengan keras dan memfleksi refleks
lengan dalam menunjukkan
berespons terhadap adanya gangguan
suara yang keras pendengaran
tangan tetap rapat,
refleks ini akan
menghilang setelah
umur 4 bulan
Menghisap Berikan bayi boto Bayi menghisap Refleks yang
atau dot dengan kuat dalam lemah atau ada
berespons terhadap menunjukkan
stimulus, reflek ini kelambatan
menetap selama perkembangan
masa bayi dan atau keadaan
mungkin terjadi neurologi yang
selama tidur tanpa abnormal
stimulus

44
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada bayi baru lahir,
diantaranya: (SDKI 2016)
Tabel 2.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Tanda dan Gejala Tanda dan Gejala
Keperawatan Mayor Minor
Risiko hipotermia Subjektif : Subjektif :
berhubungan dengan 1. Tidak tersedia 1. Tidak tersedia
bayi baru lahir (D.0140)
Objektif : Objektif :
1. Kulit terasa dingin 1. Kulit terasa dingin
2. Menggigil 2. Menggigil
3. Suhu tubuh dibawah 3. Suhu tubuh
nilai normal dibawah nilai
normal
Risiko infeksi Subjektif : Subjektif :
berhubungan dengan 1. Tidak tersedia 1. Tidak tersedia
ketidakadekuatan tubuh
primer (D.0142) Objektif : Objektif :
1. Kemerahan pada 1. Kemerahan pada
area tali pusat area tali pusat
2. Tali pusat berwarna 2. Tali pusat berwarna
kekuningan dan kekuningan berbau
berbau tidak sedap tidak sedap

45
3.Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) dengan kriteria hasil berdasarkan Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI, 2019)
Tabel 2.4 Intervensi (Perencanaan)
Diagnosa Tujuan dan
Keperawa Kriteria Hasil Intervensi (SIKI) Rasionalisasi
tan (SLKI)
Risiko Setelah Manajemen Hipotermia
hipotermia diberikan Observasi
berhubung intervensi 1. Monitor suhu tubuh 1. Penurunan suhu
an dengan keperawatan secara tiba-tiba
bayi baru selama 2 x 24 dapat terjadi
lahir jam, dikarenakan
(D.0140) termoregulasi termoregulasi yang
membaik yang belum sempurna
ditandai dengan : 2. Identifikasi penyebab 2. Penyebab
1. Suhu tubuh hipotermia (mis. Terpapar hipotermia dapat
membaik suhu lingkungan rendah, diakibatkan oleh
2. Suhu kulit pakaian tipis) paparan
membaik lingkungan dingin,
3. Pengisisn pakaian bayi yang
kapiler tipis atau basah,
membaik permukaan tubuh
4. Pucat yang luas, kurang
membaik nutrisi terutama
5. Takipnea glukosa
membaik 3. Monitor tanda dan gejala 3. Untuk mengetahui
akibat hipotermia tanda dan gejala
(Hipotermia ringan: hipotermia
takipnea,: Hipotermia
sedang: refleks menurun:
Hipotermia berat: refleks
menghilang)
Terapeutik
4. Modifikasi lingkungan 4. Agar pasien tidak
(mematikan AC, menutup kedinginan
jendela)
5. Sediakan lingkungan yang 5. Lingkungan yang
hangat (mis. Atur suhu hangat akan
ruangan, inkubator) mempertahankan
kehangatan pada
tubuh pasien

46
6. Ganti pakaian dan/atau 6. Pakaian dan linen
linen yang basah yang basah dapat
membuat bayi
kedinginan
7. Lakukan penghangatan 7. Untuk memberikan
pasif (mis. Selimut, kehangatan pada
menutup kepala, pakaian pasien
tebal)
Risiko Setelah Pencegahan Infeksi
infeksi diberikan Observasi
berhubung intervensi 1. Monitor tanda dan gejala 1. Mengetahui secara
an dengan keperawatan dini adanya
ketidakade selama 2 x 24 kemungkinan
kuatan jam, integritas Terapeutik terjadinya infeksi
pertahanan kulit dan 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Karena neonatus
tubuh jaringan lebih rentan bila
primer meningkat dipajankan pada
(D.0142) ditandai dengan : risiko infeksi
1. Elastisitas 3. Berikan perawatan kulit 3. Perawatan tali
meningkat pada area tali pusat pusat untuk
2. Hidrasi mencegah
meningkat terjadinya infeksi
3. Perfusi 4. Cuci tangan sebelum dan 4. Mencuci tangan
jaringan sesudah kontak dengan yang benar adalah
meningkat pasien dan lingkungan faktor tunggal yang
4. Tekstur pasien paling penting
meningkat dalam melindungi
bayi dari infeksi
dan meminimalkan
introduksi bakteri
dan penyebaran
infeksi
5. Pertahankan teknik aseptik 5. Untuk mencegah
pada pasien berisiko tinggi masuknya
mikroorganisme
dalam aktifitas
medis yang bisa
menyebabkan
Edukasi terjadinya infeksi
6. Jelaskan tanda dan gejala 6. Jika ada tanda dan
infeksi gejala infeksi
diharapkan
keluarga pasien
memberitahu
kepada para
perawat/bidan

47
7. Ajarkan ibu cara mencuci 7. Untuk mencegah
tangan 6 langkah dengan terjadinya infeksi
benar
8. Ajarkan ibu etika batuk 8. Untuk penyebaran
suatu penyakit
sacara luas melalui
udara bebas
9. Ajarkan ibu cara 9. Untuk mengetahui
memeriksa kondisi tali ada tau tidak tanda
pusat gejala infeksi
10. Anjurkan meningkatkan 10. Untuk
asupan nutrisi bayi melalui meningkatkan
pemberian ASI energy
11. Anjurkan ibu 11. Untuk kelancaran
meningkatkan asupan fungsi tubuh
cairan
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian 12. Untuk
imunisasi, jika perlu mendapatkan
kekebalan anak
secara individu dan
pembasmian suatu
penyakit

4. Implementasi
Menurut Patricia A. Potter (2010), implementasi merupakan pelaksanaan
dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun atau ditemukan, yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien itu sendiri ataupun perawat secara
mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti
ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan
diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :
a. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
b. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
c. Menyiapkan lingkungan terapeutik
d. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

48
e. Memberikan asuhan keperawatan langsung
f. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan kepada klien dan keluarganya
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan
klien, menelaah dan memodifikasi rencana keperawatan yang sudah ada.
Mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasi,
mengkomunikasikan intervensi keperawatan. Implementasi dari asuhan
keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilan dan
personal, setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien
deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, prosedur spesifik dan respon
klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegenasikan
implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastikan bahwa orang
yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai
dengan standar keperawatan.
5. Evaluasi
Menurut Potter (2010), evaluasi merupakan proses yang dilakukan
untuk menilai pencapaian tujuan atau menilai respon klien terhadap tindakan
keperawatan seberapa jauh tujuan keperawatan telah terpenuhi. Evaluasi
formatif adalah pengumpulan informasi dengan tujuan memperbaiki pelajaran
yang telah diberikan, sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu metode
pengambilan keputusan diakhir pembelajaran yang memfokuskan pada hasil
belajar. Adapun langkah-laangkah evaluasi keperawatan adalah sebagai
berikut :

1. Mengumpulkan data keperawatan pasien


2. Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien
3. Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
dengan menggunakan kriteria pencapaian tuuan yang telah ditetapkan
4. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar
normal yang berlaku

49

Anda mungkin juga menyukai