Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
TINJAUAN TEORI

1.1 Pengertian
Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas sepontan dan teratur,
sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatnya CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2010)

1.2 Gambaran Klinis


Menurut Mochtar (1998) Ada 2 macam yaitu :
1. Asfiksia Livida (Biru)
2. Asfiksia Palida (Putih)
Tabel 1.1 Pembedaan Asfikia polida dan livida
Perbedaan Asfiksia Palida Asfiksia Livida
Warna kulit Pucat Kebiru-biruan
Tonus otot Sudah kurang Masih baik
Reaksi rangsangan Negatif Positif
Bunnyi jantung Tidak teratur Masih teratur
Prognosis Jelek Lebih baik
Sumber : Mochtar, 1998

Tabel 1.2 Nilai Apgar


Nilai Apgar menurut Manuaba (2012) yaitu :
Skor 0 1 2
A : Appearance Pucat Badan merah Seluruh tubuh
Colour (warna kulit) ekstremitas biru kemerah-merahan
P : Pulse (heart rate) Tidak ada Di bawah 100 Diatas 100
(frekuensi jantung)
G : Grimance (reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Menangis, batuk
terhadap rangsangan) mimic atau bersin
A : Activity (tonus Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
2

otot) dalam fleksi


sedikit
R : Respiration (usaha Tidak ada Lemah dan tidak Menangis kuat
nafas) teratur

1.3 Etiologi
Menurut Manuaba (2010) faktor yang dapat menimbulkan gawat janin
(asfiksia) diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Gangguan sirkulasi menuju janin :
a. Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat,
tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu)
b. Pengaruh obat karena narkosa saat persalinan
2. Faktor ibu :
a. Gangguan his (tetania uteri/hipertoni)
b. Peurunan tekanan darah mendadak : pendarahan pada plasenta dan
solusio plasenta
c. Vasokonstriksi arterial : hipertensi pada hamil dan gestasis pre-
eklampsia dan eklampsia
d. Gangguan pertukaran nutrisi atau O2 (solusio plasenta)

1.4 Diagnosis
Menurut Manuaba (2010) untuk dapat menegakkan diagnosis gawat janin
dapat ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin normal antara 120-160 kali/menit. Terjadinya gawat
janin menimbulkan perubahan denyut jantung janin :
a. Meningkat 160 kali/menit tingkat permulaan
b. Mungkin jumlah sama dengan normal tapi tidak teratur
c. Frekuensi denyut menurun kurang dari 100 kali/menit apalagi disertai
irama yang tidak teratur
2. Mekonium didalam air ketuban
3

Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin


karena terjadi rangsangan hervus X sehingga peristaltik usus meningkat
dan sfinkter ani terbuka.

1.5 Penanganan
Menurut JNPK-KR (2008) prinsip dasar yang perlu diingat :
1. Menciptakan lingkungan yang baik dan mengusahakan tetap bebasnya
jalan nafas
2. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi dengan usaha
pernafasan buatan
3. Memperbaiki asidosis yang terjadi
4. Menjaga peredaran darah tetap baik
Menurut JNKR.KR (2008) Tindakan dapat di bagi menjadi 2 golongan :
1. Tindakan umum
a. Melakukan penilaian
Sebelum bayi lahir :
1) Apakah kehamilan cukup bulan ?
2) Apakah air ketuban jernih ?
Setelah bayi lahir (segera) :
1) Apakah bayi bernafas/tidak, megap-megap atau menangis ?
2) Apakah tonus otot bayi naik atau bayi bergerak atau bayi bergerak
aktif ?
b. Tindakan resusitasi bayi baru lahir
Dilakukan apabila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernafas atau
bernafas megap-megap dan atau tonus otot tidak baik. Sambil memulai
untuk melakukan langkah awal :
1) Beritahukan ibu dan keluarga bayi mengalami kesulitan bernafas
dan akan segera ditolong
2) Minta salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk memberi
dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan
Tahap 1 : Langkah awal
4

Langkah awal diselesaikan dalam waktu < 30 detik. Bagi kebanyakan


bayi baru lahir, 5 langkah awal cukup untuk merangsang bayi bernafas
spontan dan teratur.
Langkah tersebut meliputi :
1) Jaga bayi tetap hangat
a) Letakkan bayi diatas kain ke 1 yang ada diatas perut ibu atau
sekitar 45 cm dari perineum
b) Selimuti bayi dengan kain tersebut, wajah, dada, dan perut
tetap terbuka, potong tali pusat
c) Pindahkan bayi yang telah diselimuti kain 1 ke atas kain ke 2
yang telah digelar ditempat resusitasi
d) Jaga bayi tetap diselimuti dengan wajah dan dada terbuka di
bawah pemancar panas
2) Atur posisi bayi
a) Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong
b) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan
menempatkan ganjal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi
3) Isap lender
Gunakan alat penghisap lendir de-le dengan cara sebagai berikut :
a) Isap lendir mulai dari mulut dahulu kemudian dari hidung
b) Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak
pada waktu memasukkan
c) Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5
cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung), hal
ini dapat menyebabkan denyut jantung janin menjadi lambat
atau bayi tiba-tiba berhenti nafas
Bila dengan balon karet lakukan sebagai berikut :
a) Tekan bola dari luar mulut
b) Masukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan
c) Untuk hidung masukkan di lubang hidung
4) Keringkan dan rangsang taktil
5

a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh


lainnya dengan sedikit tekanan
b) Lakukan rangsangan taktil dengan :
(1) Menepuk/menyentil telapak kaki atau
(2) Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan
telapak tangan
5) Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi
a) Ganti kain yang telah basah dengan kain kering di bawahnya
b) Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi
muka dan dada agar bisa memantau pernafasan bayi
c) Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi
c. Lakukan penilaian bayi
Apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-megap. Bila
bayi bernafas normal maka lakukan asuhan pasca resusitasi. Bila bayi
megap-megap atau tidak bernafas maka mulai lakukan ventilasi bayi.
2. Tindakan khusus
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memastikan sejumah
volume udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur. Langkah-langkah
ventilasi sebagai berikut :
a. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung
b. Ventilasi 2 kali
1) Lakukan tiupan/pemompaan dengan tekanan 30 cm air
2) Lihat apakah dada bayi mengembang saat dilakukan
peniupan/pemompaan. Bila tidak mengembang :
a) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor
b) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah mneghidu
c) Periksa cairan atau lendir di mulut, bila ada lendir atau cairan
lakukan penghisapan
6

d) Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan) bila


dada mengembang lakukan tahap berikutnya
c. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
d. Ventilasi setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas
e. Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas spontan sesudah 2 menit
resusitasi
f. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi

1.6 Pengkajian data


1. Data Subyektif
a. Identitas bayi dan orangtua
Diperlukan alat pengenal yang efektif yang harus diberikan kepada bayi
segera setelah persalinan untuk memudahkan identifikasi bayi
(Saifuddin, 2002).
b. Riwayat antenatal
Periksa hamil sedikitnya 4 kali kunjungan kehamilan yaitu 1x
kunjungan selama trimester pertama, 1x kunjungan selama trimester
kedua dan 2x kunjungan selama trimester ketiga (Prawirohardjo,
Sarwono, 2002)
Penyakit atau Riwayat yang dapat mempengaruhi terjadinya asfiksia
antara lain post date, preeklamsia, eklamsia.
c. Riwayat natal
Pada bayi asfiksia biasanya diakibatkan oleh partus lama, persalinan
dengan tindakan, premature, BBLR dan air ketuban bercampur
mekonium (JNPK-KR, 2008)
d. Riwayat postnatal
Bidan harus meninjau catatan perawat tentang tanda-tanda vital dan
perilaku bayi setelah kelahiran (Varney, 2001:917).
7

e. Pola kebiasaan sehari-hari


1) Nutrisi
Bayi akan lapar setiap 2-4 jam sepanjang hari. Bayi hanya
memerlukan ASI atau susu formula selama 6 bulan pertama
(Varney, 2001:897).
2) Tidur/istirahat
Bayi perlu banyak tidur (Varney, 2001:897).
3) Eliminasi
BAB : Bayi mempunyai feces lengket berwarna hitam kehijauan
selama dua hari pertama, ini disebut mekoneum. Feces
bayi yang diberi ASI akan berubah warna jadi hijau-
emas, lunak dan terlihat seperti bibit (seedy). Bayi yang
diberi susu formula memiliki feces berwarna coklat
gelap, seperti pasta atau padat. Bayi akan BAB 1 sampai
4 kali per hari (Varney, 2001:897).
BAK : Bayi BAK 4-5 kali/hari (Varney, 2001:897).
4) Personal hygiene
Memandikan bayi dengan sabun lembut. Jangan merendam seluruh
tubuh bayi sampai tali pusat kering dan terlepas (Varney,
2001:897).
f. Latar belakang sosial budaya
Meliputi informasi tempat tinggal ibu, siapa yang tinggal dirumah,
siapa yang akan memberi perawatan utama bagi bayi, siapa pembuat
keputusan dalam keluarga (Varney, 2001:916).
g. Data psikososial
Ibu dan bayi membentuk perlekatan psikologis satu sama lain. Bayi
menganggap ibu sebagai tempat yang aman sehingga bayi merasa
aman masuk ke dalam dunia yang lebih besar (Varney, 2001:923-933).
8

2. Data Obyektif
a. Keadaan umum
- Bayi tampak pucat, tidak menangis serta tidak bernafas (Mochtar,
1998)
- Pada bayi asfiksia bayi tidak bernafas spontan dan teratur segera
setelah lahir (JNPK-KR, 2008)
b. Tanda-tanda vital bayi menurut Varney (2001:891) dalam keadaan
asfiksia diketahui :
Suhu : <36oC
Nadi : <100 x/menit / >100 x/menit
RR : lambat (420 x/menit), tidak teratur bahkan tidak bernafas
c. Untuk antropometri bayi asfiksia kurang normal karena sering terjadi
pada bayi premature atau BBLR, Untuk atropometri pada BBL normal
Menurut Wiknjosastro, 2007 adalah sebagai berikut :
1) Lingkar kepala 33-35 cm.
2) Sirkumferensia suboccipito bregmatika 32 cm.
3) Sirkumferensia mento occipito 34 cm.
4) Lingkar dada 30-38 cm.
5) Lingkar lengan ± 11 cm.
6) Panjang badan 48-52 cm.
7) Berat badan 2500-4000 gram.
8) Pemeriksaan pertama penurunan fisiologis karena mengeluarkan air
kencing dan mekonium, hari ke-empat badan naik lagi
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Besar, bentuk, molding, sutura
tertutup/melebar, kaput suksadenum,
hematoma, dsb (Winkjosastro, 2007:251).
2) Mata : Kelopak mata menutup dan membuka ketika
dirangsang dengan cahaya atau sentuhan
(Hamilton, 1995:225).
3) Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada polip,
9

tidak ada sekret, tidak ada pernapasan


cuping hidung (Saifuddin, 2002:N-33).
4) Mulut : Bibir harus kemerahan dan lidahnya harus
rata dan simetris. Lidah tidak boleh
memanjang atau menjulur diantara bibir
(Hamilton, 1995:222).
5) Telinga : Pemeriksa dalam hubungan letak dengan
mata dan telapak (Saiffudin, 2002:N-33)
6) Leher : Kelihatan relatif pendek (Nelson, 1992:574).
7) Dada : Bentuk, puting, bunyi napas, bunyi jantung
(Saifuddin, 2002:N-33).
Tampak pembesaran payudara karena
banyaknya hormon wanita dari ibu, hilang
setelah lahir (Hamilton, 1995:221).
Terdapat whezzing dan retraksi intercoste.
8) Abdomen : Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat saat
menangis, perdarahan tali pusat, lembek saat
menangis (Saifuddin, 2002:N-33–N-34).
9) Genetalia
a) Laki-laki : Testis sudah turun ke kantong skrotum,
tidak ada hydrocele, tidak ada fimosis
(Hamilton, 1995:221).
b) Perempuan : Vagina berlubang, urethra berlubang,
terdapat labia minora dan mayora
(Saifuddin, 2001:N-24).
10) Anus : Anus berlubang (Saifuddin, 2002:N-34).
11) Ekstremitas : Adakah cacat bawaan dan jumlah normal
bagian-bagiannya (Hamilton, 1995:221).
12) Kulit : Kulit tampak kebiru-biruan (Mochtar, 1998)
10

e. Pemeriksaan neurologis
Pengkajian reflek, saraf kranial dan indera khusus (Varney, 2001:923).
Pada bayi dilengkapi dengan sejumlah reflek-reflek menurut Hamilton
(1995:225) yaitu:
1) Reflek pelindung
a) Moro : rangsangan mendadak yang menyebabkan lengan
terangkat keatas dan kebawah, terkejut, dan relaksasi dengan
lambat.
b) Tonus leher : respon “fencing” postural ; kepala, lengan dan
tungkai mengarah ke salah satu sisi, relaksasi dengan lambat.
c) Menggenggam : bayi menggenggam setiap benda yang
diletakkan kedalam tangan cukup kuat sehingga dapat
menyebabkan tubuhnya terangkat.
d) Mata berkedip : kelopak mata menutup dan membuka ketika
dirangsang dengan cahaya atau sentuhan.
e) Menangis : sakit mendadak, dingin, lapar karena udara masuk
melalui pita suara.
2) Refleks makan
a) Rooting : sentuhan pada pipi atau bibir menyebabkan kepala
menoleh kearah sentuhan.
b) Menghisap : bibir monyong, lidah melipat, menarik ke dalam
atau menghisap disebabkan karena lapar, rangsangan bibir.
c) Menelan : otot-otot tenggorokan menutup trakea dan membuka
esofagus ketika makanan berada dalam mulut.
3) Refleks bernapas
a) Gerakan pernapasan : otot-otot dada dan abdomen
menyebabkan gerakan otot inspirasi dan ekspirasi.
b) Bersin : aliran udara yang keras melalui hidung dan
tenggorokan.
c) Batuk : aliran udara yang kuat dari tenggorokan dan paru-paru.
11

3. Analisa Data
Hasil analisa merupakan langkah awal dari penentuan perumusan
masalah untuk menentukan diagnosa kebidanan (Depkes RI, 1995: 9).

1.7 Diagnosa Kebidanan


Bayi baru lahir, usia 0 jam, jenis kelamin laki-laki / perempuan AS 0-3
(Asfiksia berat), AS 4-6 (Asfiksia sedang) Prognosa baik / buruk.
Kemungkinan masalah yang timbul pada neonatus adalah :
1. Gangguan pemenuhan O2 sehubungan dengan asfiksia
2. Resiko terjadi hipotermi sehubungan dengan adanya proses persalinan
yang lama ditandai dengan suhu tubuh di bawah 36,5oC

1.8 Perencanaan
Bayi baru lahir, usia 0 jam, jenis kelamin laki-laki / perempuan AS 0-3
(Asfiksia berat), AS 4-6 (Asfiksia sedang) keadaan umum lemah.
Tujuan : - keadaan bayi menjadi lebih baik
- Asfiksia Teratasi
Kriteria : - TTV normal
- Bayi bergerak aktif
- bayi menangis kuat
Intervensi :
1. Beritahu ibu bahwa bayi telah lahir namun harus dilakukan tindakan yaitu
resusitasi atau HAIKAP
R/ ibu mengerti tindakan yang akan dilakukan sehingga akan lebih
kooperatif
2. Hangatkan bayi dengan menyelimuti dengan handuk atau kain
R/ mencegah hipotermi pada bayi
3. Atur kepala bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu
R/ posisi ekstensi dapat membantu bai bernapas spontan dan jalan nafas
tidak terganggu
12

4. isap atau bersihkan jalan nafas dari mulut dan hidung dan gosok
muka/dada/ perut/ punggung
R/ Membersihkan jalan nafas dan memberikan rangsangan awal pada bayi
5. Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan ) sambil melakukan rangsangan
taktil dengan gosok muka/dada/ perut/ punggung
R/ memberikan rangsangan supaya dapat berusaha nafas
6. Atur posisi kepala bayi dengan ekstensi ringan
R/ Jalan nafas tidak terganggu
7. Lakukan penilaian
R/ deih lanjutteksi dini untuk intervensi lebih lanjut

1 Masalah 1 : Gangguan pemenuhan O2 sehubungan dengan asfiksia


.
Tujuan : - Neonatus dapat bernafas normal
- Tidak terjadi gangguan pernafasan O2 / gangguan
pernafasan O2 teratasi
Kriteria : - Pernafasan normal 40-60 kali/menit
- Irama nafas teratur
- Bayi menangis kuat
- Tidak terjadi komplikasi pada bayi.
Intervensi :
a. Letakkan bayi telentang dengan alas datar, kepala lurus dan leher
sedikit ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu
bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm
R/ Posisi kepala amat penting untuk kelancaran jalan nafas
sehingga dapat membantu pernafasan bayi
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian O2 dengan nasal
sebanyak 2 liter
R/ Merangsang dan membantu bayi bernafas normal
c. Observasi tanda-tanda sianosis tiap 4 jam, Observasi nadi dan
pernafasan
13

R/ Mengetahui perkembangan bayi

2 Masalah 2 : Resiko terjadi hipotermi sehubungan dengan adanya proses


. persalinan yang lama ditandai suhu tubuh dibawah 36,5oC
Tujuan : - Neonatus dalam keadaan hangat
- Tidak terjadi hipotermi
Kriteria : - Suhu normal 36-37,5o
- Akral hangat
- Tidak sianosis

Intervensi:
a. Keringkan dan bungkus bayi dengan kain bersih dan hangat.
R/ Mencegah dan bungkus bayi dengan kain bersih dan hangat.
b. Ganti segera pakaian/popok yang basah akibat air kencing, feses
atau keringat.
R/ Mengurangi kehilangan panas secara evaporasi.
c. Mandikan bayi dengan air hangat setelah 6 jam.
R/ Mengurangi kehilangan panas secara konduksi.
d. Observasi suhu tiap 3 jam.
R/ Mengetahui kelainan secara dini.

3.Masalah III : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi


sehubungan dengan reflek menghisap lemah
Tujuan : Neonates dapat memenuhi kebutuhan nutrisi secara
adekuat
Krieria : - Reflek rooting, sucking, swalhowing baik
- Kebutuhan cairan (susu) dapat dikonsumsi
Intervensi :
a. Lakukan observasi BAK dan BAB (Jumlah, Frekuensi dan
konsistensi)
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut
b. Monitor turgor dan mukosa mulut
14

R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut


c. Monitor intake dan output
R/ deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut
d. Beri PASI atau ASI sesuai kebutuhan
R/ pemenuhan kebutuhan nutrisi
(Wiknjosastro, 2008 : 144)

1.9 Pelaksanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan secara efisien dan
aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien/anggota
keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul
tanggung-jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan. Manajemen yang
efisien akan menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan
(Purwanti, 2012)

1.10 Evaluasi
Menurut Purwanti (2012) evaluasi adalah langkah akhir dari proses
manajemen kebidanan. Dalam evaluasi harus dicantumkan juga :
S : Data Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil melalui anamnesa.
O : Data Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian laboratorium tes, diagnosa yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment.
A : Assesment
Menggambarkan hasil analisa data dan interprestasi data subyektif dan
obyektif dalam suatu identifikasi.
1. Diagnosa/masalah.
2. Antisipasi diagnosa lain/masalah potensial.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian, perencanaan, tindakan, evaluasi
berdasarkan assesment.
15

BAB II
TINJAUAN KASUS

2.1 Pengkajian Data


Tanggal Pengkajian : 5 - 04 - 2019, pukul 01.30 WIB
Tempat Pengkajian : RSUD dr SOEROTO, NGAWI
1. Data Subyektif
a. Biodata bayi
Nama : Bayi Ny. “S”
Tanggal lahir : 5 - 04 - 2019, pukul 01.30 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 0 jam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Anak ke : 2
b. Biodata orang tua
Istri Suami
Nama : Ny. “S” Tn. “S”
Umur : 26 tahun 27 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : IRT Pekerja toko besi
Penghasilan : - ± Rp.1.000.000/bulan
Umur menikah : 25 tahun 26 tahun
Lama/Berapa kali : 1 tahun/1x 1 tahun/1x
Alamat : Karangrejo

c. Keluhan Utama
-
16

15
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga yang tinggal serumah tidak ada yang
menderita penyakit menurun dengan gejala banyak makan, banyak
minum, luka yang tidak sembuh-sembuh, sering kencing (DM),
jantung berdebar-debar, mudah lelah (jantung), sesak nafas (asma),
darah sukar membeku bila terluka (Hemofilia) Dalam keluarga juga
tidak ada yang menderita penyakit menular dengan gejala batuk lama
tak sembuh-sembuh lebih dari 1 bulan, batuk berdarah, batuk disertai
atau tidak disertai dahak (TBC), sakit dengan gejala mata kuning,
kuku dan kulit kuning, warna air kencing seperti teh (hepatitis).
e. Riwayat Antenatal yang lalu
Ibu hamil anak pertama, ibu mengalami keguguran pada usia
kehamilan 2 bulan.
f. Riwayat Antenatal sekarang
Ibu hamil anak kedua dengan usia kehamilan 39-40 minggu. Selama
hamil ibu tidak ada keluhan, ibu dalam keadaan sehat, selama hamil
ibu periksa rutin ke bidan dimulai pada usia 5 minggu. ibu
mendapatkan tablet tambah darah dan vitamin dari bidan dan
diminum secara teratur. Ibu juga mendapat penyuluhan tentang
perawatan payudara, gizi ibu hamil.
g. Riwayat Natal sekarang
Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng pada tanggal 04-04-2019
pukul 18.00 WIB, kemudian pada pukul 20.30 WIB, ibu datang
keponek untuk periksa, oleh bidan dilakukan pemeriksaan didapatkan
hasil pembukaan 6-7 cm, dilakukan pemeriksaan dalam lagi oleh
bidan pukul 23.30 WIB, didapatkan hasil pembukaan 10 cm dan
dilakukan pimpinan persalinan, tenaga ibu tidak cukup kuat lalu
dipasang O2 5 tpm dan infuse RL 20 tpm. Pada jam 01.00 WIB bayi
lahir spontan belakang kepala tidak langsung menangis, gerak lemah,
17

ekstremitas kulit kebiruan, jenis kelamin perempuan ada caput


suksedanium, tidak ada perdarahan.
h. Latar Belakang Sosial Budaya
Setelah pulang nanti, bayi akan tinggal dirumah bersama orang tua,
bayi akan dirawat oleh orang tuanya, dalam keluarga ada kebiasaan
brokohan setelah bayi lahir dan kebiasaan membedong bayi.
i. Data Psikososial dan Spiritual
Ibu dan keluarga senang atas kelahiran bayinya.

2. Data Obyektif
a. Keadaan umum lemah, bayi tampak pucat, kulit agak sianosis, gerak
lemah, menangis lemas.
b. Tanda-tanda vital:
S : 36ºC
N : 136 x/menit
RR : 36 x/menit
c. Apgar Score : 5-6
3. Analisa Data
No Diagnosa/Masalah Data Dasar
.
1. BBL spontan dengan DS :
asfiksia sedang. - Pada pukul 23.30 WIB, dilakukan
pemeriksaan dalam oleh bidan
didapatkan hasil pembukaan 10 cm dan
dilakukan pimpinan persalinan, tenaga
ibu tidak cukup kuat lalu dipasang O2
5 tpm dan infuse RL 20 tpm. Pada jam
01.00 WIB bayi lahir spontan belakang
kepala tidak langsung menangis, gerak
lemah, ekstremitas kulit kebiruan, jenis
kelamin perempuan ada caput
18

suksedanium.

DO :
- KU lemah, kesadaran komposmentis.
- Tanda-tanda vital (TTV)
S : 36ºC
N : 136 x /menit
R : 36 x /menit

2.2 Diagnosa Kebidanan


Bayi baru lahir dengan asfiksia sedang, jenis kelamin perempuan, KU lemah.
Prognosa baik.

2.3 Tindakan Segera


1. Meletakan diatas perut ibu, keringkan dengan handuk
2. Jepit potong tali pusat tanpa diikat
3. Tempatkan bayi pada tempat resusitasi
4. Hangatkan dengan lampu 60 wath dengan jarak 60 cm
5. Atur posisi kepala bayi dengan bedong dibawah bahu sehingga sedikit
ekstensi
6. Isap lender dengan de le dari hidung 2 cm dan mulut 3 cm, kleuarkan
lender, warna putih kental ± 1 cc
7. Keringkan bayi dengan bedong yang kering, bersih sambil dilakukan
rangsangan takstil pada punggung dan telapak kaki
8. Atur posisi kepala sedikit ekstensi
9. Menilai bayi sudah menangis kuat dan bergerak aktif

2.4 Antisipasi Masalah Potensial


Tidak ada

2.6 Perencanaan
19

Tanggal : 05 - 04 - 2019
1. Diagnosa : Bayi Ny. “S” usia 0 jam dengan asfiksia sedang, jenis
kelamin perempuan, KU lemah. Prognosa baik.
Tujuan : a) Kondisi tubuh stabil
b) Asfiksia teratasi
c) Bayi bisa melewati masa neonatus tanpa komplikasi.
Kriteria : a) KU baik
b) TTV normal :
S : 365ºC-37ºC
N : 120-160x /menit
RR : 30-60x /menit
c) Akral hangat
d) Kulit kemerahan
e) Bayi tidak mengalami gangguan penafasan
f) Bayi bergerak aktif dan menangis kuat
Intervensi :
1. Lakukan thermoregulasi dengan memasukkan bayi dalam incubator
dengan suhu antara 30-32oC
R/ Mencegah hipotermi
2. Lakukan perawatan BBL
- Pemeriksaan fisik
- Pengukuran antropometri
- Perawatan tali pusat
- Pemberian salep mata, vit K setelah 1 jam bayi lahir
- Pemberian HB0 1 jam setelah Vit K
3. Ganti pakaian bayi setap kali basah dengan baju kering, bedong dan beri
penutup kepala
R/ Menghangatkan bayi agar tidak memperparah gangguan nafas
4. Observasi terhadap keadaan umum bayi, suhu tubuh setiap 3 jam,
pernafasan, nadi, perubahan warna kulit
R/ Mengetahui apabila terdapat keadaan abnormal
20

2.7 Pelaksanaan
Tanggal : 05-04-2019 Pukul : 02.00 WIB
Diagnosa : Bayi Ny. “S” usia 0 jam dengan asfiksia sedang, jenis kelamin
perempuan, KU lemah. Prognosa baik.
Implementasi
a. Melakukan thermoregulasi dengan memasukkan bayi kedalam incubator
dengan suhu antara 30-32oC
b. Mengganti pakaian bayi yang basah dengan pakaian kering lalu dibedong

2.8 Evaluasi
Tanggal : 05-04-2019 Pukul : 02.30 WIB
S : Ibu mengatak lega bayinya sudah dalam keadaan baik
O : - Bayi mau menetek
- Warna kulit kemerahan
- Bayi belum BAB dan BAK
- Akral hangat
- pengukuran antropometri
a. BB : 3000 gram
b. PB : 50 cm
c. LIKA : 33 cm
d. LIDA : 32 cm
- Pemeriksaan fisik
1) Kepala : warna rambut hitam, penyebaran
merata, ada caput succadaneum,
tidak ada benjolan abnormal.
2) Mata : simetris, konjungtiva palpebra
merah muda, sklera putih, tidak
ikterus, tidak ada pengeluaran
21

sekret berlebih.
3) Hidung : Simetris, tidak ada polib, tidak ada
pernapasan cuping hidung.
4) Mulut : Bibir basah kemerahan, lidah
bersih.
5) Telinga : simetris, tidak ada serumen.
6) Leher : Simetris, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe dan tiroid
7) Dada : simetris, tidak ada benjolan
abnormal, putting susu menonjol,
areola warna kecoklatan, tidak ada
whezzing dan ronchi.
8) Abdomen : simetris, tidak buncit, tali pusat
basah, terbungkus kasa kering dan
bersih, warna putih kekuningan,
tidak ada perdarahan dan pus pada
tali pusat.
9) Genetalia : labia mayor belum menutupi labia
minor, bersih, tidak ada kelainan.
10) Anus : Terdapat lubang anus ditandai
dengan sudah BAB.
11) Ekstremitas
Atas : Simetris, normal, tidak andaktili,
sindaktili dan polidaktili, tidak ada
kelainan bawaan.
Bawah : Simetris, normal, tidak andaktili,
sindaktili dan polidaktili, tidak ada
kelainan bawaan.

12) Kulit : pucat, kulit halus, lembut, tidak ada


22

pengelupasan kulit, turgor kulit


baik.
- Pemeriksaan neurologik
Reflek rooting : lemah
Reflek sucking : lemah
Reflek swallowing : lemah
Reflek morro :+
Reflek grasping :+
Reflek berkedip :+
Reflek tonickneck :+
Reflek glabella :+

A : Bayi Ny. “S” usia 1 jam dengan asfiksia sedang, jenis kelamin
perempuan, KU baik. Prognosa baik.
P : - Memberitahu ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan bayi
sudah cukup baik
- Menganjurkan ibu untuk meneteki bayi sesuai permintaan
bayi secara on demand
- Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi
- Merawat tali pusat bayi secara steril
- Memberikan salep mata dan injeksi vit K
- Menyarankan ibu untuk segera lapor jika keadaan bayi lemas,
tidak mau meneteki, nafas tidak teratur dan lambat, suhu
meningkat, ibu mnegrti penjelasan bidan
- Memandikan bayi besok pagi tgl 05-04-2019 pukul 08.30
WIB
- Observasi ibu dan bayi selama 24 jam post partum
Mahasiswa

Lailul Mahbubah

Anda mungkin juga menyukai