BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
2.1.4 Etiologi
Menurut Winkjosastro (2014), faktor yang dapat menimbulkan gawat janin
(asfiksia) adalah:
1. Gangguan sirkulasi menuju janin
a. Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat), simpul tali pusat, tekanan
pada tali pusat, ketuban telah pecah dan kehamilan lewat waktu.
b. Pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan
2. Faktor ibu
a. Gangguan his (tetania uteri-hipertoni)
b. Turunnya tekanan darah dapat mendadak: perdarahan pada plasenta previa
dan solusio plasenta
c. Vasokontriksi arterial: hipertensi pada hamil dan gestosis preeklampsia-
eklampsia
d. Gangguan pertukaran nutrisi atau O2 : solusio plasenta
3. Faktor bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindkaan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstrasi forcep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
2.1.5 Diagnosis
Menurut Manuaba (2012), untuk dapat mengatakan diagnosis gawat janin
dapat ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut:
1. Denyut jantung
Denyut jantung janin normal antara 120-160 kali permenit sehingga bila terjadi
gawat janin akan menimbulkan perubahan denyut jantung janin sebagai berikut
ini:
a. Meningkat 160 kali permenit (tingkat permulaan)
b. Mungkin jumlah sama dengan normal tapi tidak teratur
c. Jumlah menurun dibawah 100 kali permenit apalagi bila disertai irama yang
tidak teratur
5
b. Riwayat natal
Berdasarkan penelitian Putri (2019), bayi dilahirkan dengan kelainan letak
merupakan faktor dominan dengan nilai OR 1,722 artinya ibu dengan
kelainan letak memiliki resiko 1,7 kali lebih besar untuk melahirkan bayi
asfiksia dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami kelainan letak.
c. Riwayat post natal
Asuhan pasca resusitasi yaitu biasanya dilakukan kontak kulit di dada ibu
(metode kanguru), bayi berada di bawah radian heater (jika tersedia)
(Saifuddin, 2013). Menurut penelitian Felina dan Husniati (2019), metode
kanguru dapat meningkatkan frekuensi menyusui pada bayi BBLR dengan
nilai p value = 0.006.
d. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Kebutuhan minum BBL:
60 x Berat Badan
Hari pertama :
8
( 60−30 ) x Berat Badan
Hari kedua :
8
150 x Berat Badan
Begitu seterusnya sampai maksimal :
8
Bayi akan lapar setiap 2-4 jam sepanjang hari. Bayi hanya memerlukan
ASI atau susu formula selama 6 bulan pertama (Varney, Kriebs dan
Gegor, 2007).
2) Tidur/istirahat
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur, bayi
baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur 16 jam sehari (Marmi,
2012).
3) Eliminasi
Menurut penelitian Saadah (2018), umumnya pada bayi cukup bulan
akan BAK dengan volume 15-16 ml/Kg/hari dan dalam waktu 24 jam
setelah lahir, bayi harus sudah BAK. Selanjutnya bayi akan BAK 6-8 kali
sehari warna keruh/merah muda dan berangsur-angsur jernih (Walsh,
11
2008). Mekonium yang telah ada di usus besar sejak usia 16 minggu
kehamilan, dikeluarkan dalam 24 jam pertama kehidupan dan
dikeluarkan seluruhnya dalam 48–72 jam (Fraser and Cooper, 2009).
4) Personal hygiene
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setiani, Herliani dan
Rismawati (2019), menyatakan bahwa pelepasan tali pusat yang
menggunakan benang tali pusat lebih cepat dari menggunakan klem
umbilical cord dengan p value 0,008. Sedangkan perawatan tali pusat
menurut penelitian Kholidati dan Rohmawati (2019), teknik perawatan
terbuka lebih cepat membuat tali pusat kering sehingga tidak lembab,
misalnya penggunaan umbilical cord.
2. Data obyektif
a. Keadaan umum
Pada asfiksia, bayi tidak bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir
(Winkjosastro, 2014).
b. Tanda-tanda vital menurut Varney (2007) :
Dalam keadaan asfiksia diketahui:
Suhu <36oC, nadi <100 x/menit, frekuensi pernafasan <30 atau >60 x/menit,
tarikan dinding dada ke dalam atau merintih (Saifuddin, 2013).
c. Pengukuran antropometri
1) Berat badan
Bayi dengan cukup bulan umur 37–42 minggu berat badan normal
2500–4000 gram. Pada satu bulan pertama berat bayi akan mengalami
peningkatan sebesar 800 gram (Kemenkes RI, 2016).
2) Panjang badan
Menurut (Kemenkes RI, 2016b) bahwa standar panjang badan normal
untuk bayi laki-laki usia 0 bulan adalah 46,10–53,69 cm. Sedangkan
untuk bayi laki-laki normal usia 1 bulan mencapai 50,80-58,9 cm.
3) Lingkar kepala
Menurut Manuaba (2012), ukuran lingkar kepala dibagi menjadi 3 antara
lain:
12
2.2.4 Pelaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2013) bidan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence
based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
2.2.5 Evaluasi
Menurut Kemenkes RI (2013) bidan melakukan evaluasi secara sistematis
dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau
penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi
klien. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/atau
keluarga. Hasil evaluasi harus ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
Evaluasi ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP, yaitu sebagai berikut:
S : Adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa.
O : Adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A : Adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P : Adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penata-
laksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan
segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/ follow up dan rujukan.
17
BAB 3
TINJAUAN KASUS
17
18
3.3 Assesment
By.Ny.W bayi baru lahir usia 0 hari, riwayat persalinan normal dengan asfiksia
berat, keadaan umum lemah, prognosa buruk.
3.4 Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang keadaan bayi bahwa bayi memerlukan
tindakan segera agar dapat bernafas spontan.
2. Mengeringkan tubuh bayi, hangatkan dengan kain bersih dan kering serta
meletakkan di infarm warmer.
3. Mengatur posisi kepala agar ekstensi dengan mengganjal 3 cm.
4. Mengisap lendir dari mulut kemudian hidung bayi dengan penghisap lendir
suction.
5. Mengeringkan bayi dengan kain bersih dan kering sambil melakukan rangang
taktil.
6. Mengatur posisi kepala bayi dengan ekstensi ringan, bayi merintih, sesak (+).
7. Melakukan resusitasi pada bayi, bayi menangis lemah, sesak (+), kemerahan.
8. Melakukan pemantauan tanda bahaya bayi selama 15 menit pertama dengan
observasi tanda cyanosis dan suhu tubuh bayi tiap 2 jam.
9. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi:
a. Infus D10%.
b. Memasang C-PAP.
c. Memasang OGT dialirkan puasa.
d. Mengambil darah cek GDA dan DL.
e. Memberi injeksi vitamin K1 1 mg secara IM dan member salep mata.
f. Rawat bayi dalam inkubator.
10. Rencana asuhan selanjutnya:
a. Pantau KU dan TTV
b. Pantau pemasangan CPAP, pemberian infus
c. Intake dan Output
d. Personal Hygine
e. Beri terapi sesuai advice dokter
20
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Penanganannya adalah dengan tindakan resusitasi sesuai standar.
4.2 Saran
Dengan penulisan asuhan kebidanan ini, penulis berharap agar dapat
menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis
kepada pembaca semua agar memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun.
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Fraser, D. M. and Cooper, M. A. (2009) Myles Buku Ajar Bidan. Edisi 14. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Putri, N. (2019) ‘Analisis Faktor Penyebab Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru
Lahir’, Jurnal Ners dan Kebidanan, 6(2), pp. 251–162.
Kemenkes RI. (2016a) Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementerian
Kesehatan dan JICA.
Saifuddin, A. B. (ed.) (2014b) Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
23
24
Varney, H., Kriebs, J. M. and Gegor, C. L. (2007) Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Volume 1. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Varney, H., Kriebs, J. M. and Gegor, C. L. (2008) Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Volume 2. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.