Anda di halaman 1dari 24

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur
penentu status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi
dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi periodeneonatal merupakan periode yang
paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Menurut
World Health Organization (WHO) setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6juta) dari
120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini meninggal. Di
Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal. Penyebab
kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah bayi berat lahir rendah (29%),
asfiksia (27%), traumalahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan
congenital.
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka
kematian bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi
ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal, setiap lima menit terdapat satu
neonatus yang meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah
satunya asfiksiayaitu sebesar 27% yang merupakan penyebab ke-2 kematian bayi
baru lahir setelah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Adapun penyebab langsung
kematian bayi baru lahir 29% disebabkan berat bayi lahir rendah
Berbagai faktor pada ibu dan bayi berperan sebagai faktor risiko asfiksia
perinatal. Apabila komplikasi asfiksia sudah terjadi maka diperlukan pendekatan
multi disiplin untuk mencegah kerusakan yang sudah terjadi agar tidak bertambah
berat (Prambudi, 2013). Asfiksia dapat menyebabkan kerusakan organ berat dan
berakibat fatal pada bayi baru lahir. Gangguan fungsi berbagai organ pada bayi
asfiksia tergantung pada lamanya asfiksia terjadi dan kecepatan penanganan.
Berdasarkan hasil penelitian lanjut Riskesdas, asfiksia merupakan penyebab
kematian kedua pada bayi setelah infeksi.
2

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan kebidanan kegawatdaruratan neonatal dengan asfiksia?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui asuhan kebidanan kegawatdaruratan neonatal dengan asfiksia.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan Asuhan Kebidanan ini menggunakan teknik 4 langkah yaitu : data
subjektif, obyektif, analisa data dan planning. Hasil asuhan segera dicatat dan
dikomunikasikan pada klien dan/atau keluarga. Hasil asuhan harus ditindaklanjuti
sesuai dengan kondisi klien/pasien (Kemenkes RI, 2011: 7-8).
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Asfiksia


2.1.1 Pengertian
Asfiksia neonaturum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur, sehingga dapat menurunkan O 2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2012).
2.1.2 Gambaran Klinis
Menurut Saifuddin (2014), ada 2 macam asfiksia yaitu asfiksia primer dan
asfiksia sekunder.
1. Asfiksia primer ialah bayi lahir tidak menangis, pernafasan bayi berhenti,
denyut jantung juga mulai menurun dan tonus neuromuscular berkurang secara
berangsur-angsur.
2. Asfiksia sekunder ialah bayi lahir langsung menangis tetapi semakin lama bayi
akan bernafas megap-megap, denyut jantung terus menurun, dan tekanan darah
bayi mulai menurun serta bayi menjadi lemas.
2.1.3 Klasifikasi
Menurut Saifuddin (2014), klasifikasi asfiksia yaitu sebagai berikut:
1. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau <100 x/menit,
tonus otot buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada reaksi, respirasi tidak ada.
2. Asfiksia sedang (Nilai APGAR 4-6)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung <100 x/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis (badan merah, anggota badan biru), menangis
respirasi lambat, tidak teratur.
3. Asfiksia ringan ( Nilai APGAR 7-8)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung >100 x/menit, tonus otot baik/
pergerakan aktif, seluruh badan merah, menangis kuat, respirasi baik.

3
4

2.1.4 Etiologi
Menurut Winkjosastro (2014), faktor yang dapat menimbulkan gawat janin
(asfiksia) adalah:
1. Gangguan sirkulasi menuju janin
a. Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat), simpul tali pusat, tekanan
pada tali pusat, ketuban telah pecah dan kehamilan lewat waktu.
b. Pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan
2. Faktor ibu
a. Gangguan his (tetania uteri-hipertoni)
b. Turunnya tekanan darah dapat mendadak: perdarahan pada plasenta previa
dan solusio plasenta
c. Vasokontriksi arterial: hipertensi pada hamil dan gestosis preeklampsia-
eklampsia
d. Gangguan pertukaran nutrisi atau O2 : solusio plasenta
3. Faktor bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindkaan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstrasi forcep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
2.1.5 Diagnosis
Menurut Manuaba (2012), untuk dapat mengatakan diagnosis gawat janin
dapat ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut:
1. Denyut jantung
Denyut jantung janin normal antara 120-160 kali permenit sehingga bila terjadi
gawat janin akan menimbulkan perubahan denyut jantung janin sebagai berikut
ini:
a. Meningkat 160 kali permenit (tingkat permulaan)
b. Mungkin jumlah sama dengan normal tapi tidak teratur
c. Jumlah menurun dibawah 100 kali permenit apalagi bila disertai irama yang
tidak teratur
5

2. Mekonium dalam air ketuban


Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin. Karena
terjadi rangsangan nervous X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter
ani membuka.
2.1.6 Penanganan
Menurut Winkjosastro (2014), prinsip dasar yang perlu diingat dalam
resusitasi ini adalah :
1. Menciptakan lingkungan yang baik dan mengusahakan tetap bebasnya jalan
nafas.
2. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi dengan usaha
pernafasan buatan.
3. Memperbaiki asidosis yang terjadi.
4. Menjaga agar peredaran darah tetap baik.
Menurut Winkjosastro (2014), tindakan-tindakan yang dilakukan pada bayi dapat
dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Tindakan umum
a. Melakukan penilaian
1) Sebelum bayi lahir:
a) Apakah kehamilan cukup bulan?
b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
2) Segera setelah bayi lahir:
a) Apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap?
b) Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif?
b. Tindakan resusitasi bayi baru lahir
Dilakukan bila Bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau
bernapas megap-megap danatau tonus otot tidak baik. Sambil memulai
melakukan langkah awal:
1) Beritahukan ibu dan keluarga, bayi mengalami kesulitan bernafas dan
akan segera ditolong.
2) Mintalah salah seorang keluarga mendampingi Ibu untuk memberi
dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.
6

Tahap I: langkah awal


Langkah awal diselesaikan dalam waktu <30 detik. Bagi kebanyakan bayi
baru lahir, 5 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi
bernapas spontan danteratur. Langkah tersebut meliputi:
1) Jaga bayi tetap hangat:
a) Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada diatas perut ibu atau sekitar
45 cm dariperineum.
b) Selimuti bayi dengan kain tersebut, wajah, dada dan perut tetap
terbuka, potong tali pusat.
c) Pindahkan bayi yang telah diselimuti kain ke-1 ke atas kain ke-2 yang
telah digelar di tempat resusitasi.
d) Jaga bayi tetap diselimuti dengan wajah dan dada terbuka dan di
bawah pemancar panas
2) Atur posisi bayi
a) Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong.
b) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit
ekstensi dengan mengganjal bahu.
3) Isap lender
Gunakan alat pengisap lendir DeLee dengan cara sebagai berikut:
a) Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
b) Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, tidak pada
waktu memasukkan.
c) Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 3 cm ke
dalam mulut atau lebih dari 2 cm kedalam hidung) karena dapat
menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba
berhenti bernapas. Untuk hidung, jangan melewati cuping hidung.
Jika dengan bola karet pengisap lakukan dengan cara yaitu:
a) Tekan bola di luar mulut dan hidung
b) Masukkan ujung pengisap ke mulut dan lepaskan tekanan pada bola
(lendir akan terisap)
7

c) Untuk hidung, masukkan ke dalam lubang hidung sampai cuping


hidung dan lepaskan
4) Keringkan dan rangsang taktil
a) Keringkan bayi dengan kain ke-1 mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Tekanan ini dapat merangsang
bayi baru lahir mulai bernapas.
b) Rangsang taktil berikut dapat juga dilakukan untuk merangsang BBL
mulai bernafas. Caranya adalah dengan menggosok
punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan. ganti kain
ke-1 yang telah basah dengan kain ke-2 yang kering di bawahnya lalu
selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan
dada agar bisa memantau pernapasan bayi.
5) Atur kembali posisi kepala bayi menjadi posisi sedikit ekstensi
6) Lakukan penilaian bayi.
Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau
megap-megap.Bila bayi bernapas normal makalakukan asuhan pasca
resusitasi. Bila bayi megap-megap atau tidak bernapasmulai lakukan
ventilasi bayi.
2. Tindakan khusus
Menurut Winkjosastro (2014), tindakan khusus ventilasi adalah tahapan
tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru
dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas
spontan dan teratur. Langkah – langkah:
a. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
b. Ventilasi 2 kali
1) Lakukan tiupan/pemompaan dengan tekanan 30 cm air. Tiupan awal
tabung dan sungkup atau remasan awal balon dan sungkup penting untuk
menguji apakah jalan napas bayi terbuka dan membuka alveoli paru agar
bayi bisa mulai bernapas.
2) Lihat apakah dada bayi mengembang.
8

Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah dada bayi


mengembang. Bila tidak mengembang:
a) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
b) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
c) Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan
pengisapan.
Lakukan tiupan 2 kali atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm air,bila
dada mengembang, lakukan tahap berikutnya.
c. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
Tiup tabung atau remas balon resusitasi sebanyak 20 kali, dalam 30
detik,dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai bernapas spontan
ataumenangis.Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau
peremasan, setelah 30detik lakukan penilaian ulang napas.
Jika bayi mulai bernapas normal/tidak megap-megap dan atau menangis,
hentikan ventilasi bertahap lalu
1) Lihat dada bawah apakah ada retraksi
2) Hitung frekuensi napas per menit
Jika bernapas >40 kali per menit dan tidak ada retraksi berat:
1) Jangan ventilasi lagi
2) Letakkan bayi dengan kontak kulit bayi ke kulit ibu pada dada ibu
danlanjutkan asuhan BBL. Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan
kehangatan.
Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi
d. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang napas:
1) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air).
2) Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan penilaian ulang
bayi apakah bernapas, tidak bernapas atau megap-megap:
a) Jika bayi mulai bernapas normal/tidak megap-megap dan atau
menangis, hentikan ventilasi bertahap, kemudian lakukan asuhan
pasca resusitasi.
9

b) Jika bayi megap-megap/tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali


dalam 30 detik, kemudian lakukan penilaian ulang napas setiap 30
detik.
e. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2
menitresusitasi:
1) Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang anda lakukan dan
mengapa
2) Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
3) Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
4) Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan
5) Lanjutkan ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung.
6) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air).
7) Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian nilai ulang napas dan nilai
denyut jantung.
3. Asuhan pasca resusitasi
Asuhan pasca resusitasi menurut Winkjosastro (2014), adalah sebagai berikut:
a. Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
b. Pemantauan dan perawatan tali pusat
c. Bila nafas bayi dan kulit bayi normal, berikan bayi kepada ibunya.
d. Pencegahan hipotermia
e. Pemberian vit. K1
f. Pencegahan infeksi
g. Pemeriksaan fisik
h. Lakukan pencatatan dan pelaporan
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengkajian
1. Data subyektif
a. Riwayat antenatal
Menurut penelitian Putri (2019), ada beberapa hal yang berpengaruh
terhadap asfiksia yaitu solusio plasenta, lilitan tali pusat, simpul tali pusat,
paritas dan BBLR.
10

b. Riwayat natal
Berdasarkan penelitian Putri (2019), bayi dilahirkan dengan kelainan letak
merupakan faktor dominan dengan nilai OR 1,722 artinya ibu dengan
kelainan letak memiliki resiko 1,7 kali lebih besar untuk melahirkan bayi
asfiksia dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami kelainan letak.
c. Riwayat post natal
Asuhan pasca resusitasi yaitu biasanya dilakukan kontak kulit di dada ibu
(metode kanguru), bayi berada di bawah radian heater (jika tersedia)
(Saifuddin, 2013). Menurut penelitian Felina dan Husniati (2019), metode
kanguru dapat meningkatkan frekuensi menyusui pada bayi BBLR dengan
nilai p value = 0.006.
d. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Kebutuhan minum BBL:
60 x Berat Badan
Hari pertama :
8
( 60−30 ) x Berat Badan
Hari kedua :
8
150 x Berat Badan
Begitu seterusnya sampai maksimal :
8
Bayi akan lapar setiap 2-4 jam sepanjang hari. Bayi hanya memerlukan
ASI atau susu formula selama 6 bulan pertama (Varney, Kriebs dan
Gegor, 2007).
2) Tidur/istirahat
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur, bayi
baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur 16 jam sehari (Marmi,
2012).
3) Eliminasi
Menurut penelitian Saadah (2018), umumnya pada bayi cukup bulan
akan BAK dengan volume 15-16 ml/Kg/hari dan dalam waktu 24 jam
setelah lahir, bayi harus sudah BAK. Selanjutnya bayi akan BAK 6-8 kali
sehari warna keruh/merah muda dan berangsur-angsur jernih (Walsh,
11

2008). Mekonium yang telah ada di usus besar sejak usia 16 minggu
kehamilan, dikeluarkan dalam 24 jam pertama kehidupan dan
dikeluarkan seluruhnya dalam 48–72 jam (Fraser and Cooper, 2009).
4) Personal hygiene
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setiani, Herliani dan
Rismawati (2019), menyatakan bahwa pelepasan tali pusat yang
menggunakan benang tali pusat lebih cepat dari menggunakan klem
umbilical cord dengan p value 0,008. Sedangkan perawatan tali pusat
menurut penelitian Kholidati dan Rohmawati (2019), teknik perawatan
terbuka lebih cepat membuat tali pusat kering sehingga tidak lembab,
misalnya penggunaan umbilical cord.
2. Data obyektif
a. Keadaan umum
Pada asfiksia, bayi tidak bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir
(Winkjosastro, 2014).
b. Tanda-tanda vital menurut Varney (2007) :
Dalam keadaan asfiksia diketahui:
Suhu <36oC, nadi <100 x/menit, frekuensi pernafasan <30 atau >60 x/menit,
tarikan dinding dada ke dalam atau merintih (Saifuddin, 2013).
c. Pengukuran antropometri
1) Berat badan
Bayi dengan cukup bulan umur 37–42 minggu berat badan normal
2500–4000 gram. Pada satu bulan pertama berat bayi akan mengalami
peningkatan sebesar 800 gram (Kemenkes RI, 2016).
2) Panjang badan
Menurut (Kemenkes RI, 2016b) bahwa standar panjang badan normal
untuk bayi laki-laki usia 0 bulan adalah 46,10–53,69 cm. Sedangkan
untuk bayi laki-laki normal usia 1 bulan mencapai 50,80-58,9 cm.
3) Lingkar kepala
Menurut Manuaba (2012), ukuran lingkar kepala dibagi menjadi 3 antara
lain:
12

a) Sirkumferensia suboksipito bregmatika 32 cm.


b) Sirkumferensia oksipito frontalis 33 cm.
c) Sirkumferensia mento oksipitalis 35 cm.
4) Lingkar dada
Normalnya lingkar dada pada neonatus yaitu 33-38 cm (Varney, 2008).
5) Lingkar lengan
Lingkar lengan yang normal pada neonatus yaitu ±11 cm (Varney, 2008).
d. Pemeriksaan fisik
Kepala : bentuk, molding, sutura tertutup/melebar, kaput, hematoma
(Winkjosastro, 2014)
Hidung : adanya pernpasan cuping hidung.
Mulut : sianosis (Saifuddin, 2014)
Leher : kerusakan persendian tulang leher (Manuaba, 2012)
Dada : frekuensi <30 atau >60 x per menit, tarikan dinding dada ke
dalam atau merintih (Saifuddin, 2014)
Jantung : frekuensi denyut jantung <100 x/menit bahkan detak
jantung tidak dapat terdeteksi (Saifuddin, 2014)
Integumen : sianosis sentral atau sianosis perifer (Saifuddin, 2014)
e. Pemeriksaan neuromiskuler
Berdasarkan kriteria neurologic pada bayi normal adalah; 1) posisi bayi frog
psotion (fleksi pada ekstremitas atas dan bawah), 2) Reflek moro positif dan
harus simetris, 3) reflek hisap positif pada sentuhan palatum mole, 4) refleks
menggenggam positif (Marmi, 2012).
2.2.2 Diagnosa kebidanan
Bayi baru lahir, usia <5 menit, jenis kelamin laki-laki/perempuan, lahir
spontan/dengan tindakan, aterm/prematur/postmatur, dengan AS 0-3 (asfiksia
berat), AS 4-6 (asfiksia sedang), keadaan umum lemah.
Dengan kemungkinan masalah :
1. Potensial terjadinya gangguan pemenuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia.
2. Potensial terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya perpindahan intra
uterin ke ekstra uterin.
13

3. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh


bayi.
Prognosa baik/ buruk.
2.2.3 Perencanaan
a. Tujuan : keadaan bayi menjadi lebih baik dan asfiksia teratasi.
Kriteria :
a. TTV normal
b. Bayi bergaerak aktif
c. Bayi menangis kuat
d. Bernafas spontan dan teratur (40-60 x/menit)
e. Warna kulit kemerahan
f. Denyut nadi > 100 kali/menit
g. Ada respon batuk/bersin terhadap refleks
Intervensi menurut Winkjosastro (2014) :
a. Beritahu ibu bahwa bayi telah lahir namun harus dilakukan tindakan yaitu
resusitasi awal/HAIKAP.
Rasional: penjelasan hasil pemeriksaan merupakan pendukung pengambilan
keputusan tindakan selanjutnya (Fraser and Cooper, 2009).
b. Hangatkan bayi dengan menyelimuti dengan handuk/ kain dan nyalakan
lampu 60 watt dengan jarak 60 cm.
Rasional: mencegah hipotermi
c. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu.
Rasional: jalan nafas tidak terganggu
d. Isap atau bersihkan jalan nafas dengan penghisap lender delee.
Rasional: membersihkan jalan nafas
e. Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok muka/dada/perut/
punggung.
Rasional: memberikan rangsangan supaya dapat berusaha bernafas.
f. Atur posisi kepala bayi dengan ekstensi ringan.
Rasional: jalan nafas tidak terganggu
g. Lakukan penilaian
14

Rasional: deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.


2. Masalah I : Gangguan pemenuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia.
Tujuan : Neonatus dapat bernafas normal
Kriteria :
a. Pernafasan normal 40-60 x/menit
b. Irama nafas teratur
c. Bayi menangis kuat
Intervensi menurut Winkjosastro (2014) :
a. Letakkan bayi telentang dengan alas yang datar, kepala lurus, dan leher
sedikit tenengadah / ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas
bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
Rasional: jalan nafas tidak terganggu
b. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
Rasional: jalan nafas tidak terganggu
c. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam.
Rasional: deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian O 2 dan pemeriksaan kadar
gas darah arteri.
Rasional: Kebutuhan O2 terpenuhi
3. Masalah II : Resiko terjadi hipotermi sehubungan dengan adanya proses
persalinan yang lama ditandai suhu tubuh dibawah 36ºC
Tujuan : Neonatus dalam kondisi hangat
Kriteria :
a. Tubuh bayi kemerahan
b. Akral dan tubuh bayi hangat
c. Suhu tubuh normal 36,5 ºC – 37,5 ºC
Intervensi menurut Intervensi menurut Winkjosastro (2014) :
a. Letakkan bayi telentang diatas pemancar panas.
Rasional: mencegah hipotermi
b. Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan
bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat.
15

Rasional: kondisi neonatus tetap hangat


c. Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
Rasional:deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian infus glukosa 5% bila ASI
tidak mungkin diberikan.
Rasional:pemenuhan kebutuhan nutrisi
4. Masalah III : Resiko terjadinya infeksi sehubungan dengan penurunan daya
tahan tubuh bayi.
Tujuan : Neonatus dalam kondisi sehat
Kriteria :
a. Suhu tubuh tidak meningkat (normal 365ºC - 375ºC)
b. Gerak aktif
Intervensi menurut Intervensi menurut Winkjosastro (2014) :
a. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan kebidanan
Rasional: mencegah infeksi
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Rasional: menghindarkan dari kuman dan bakteri
c. Pakai baju khusus/skort waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi).
Rasional: mencegah infeksi
d. Lakukan perawatan tali pusat minimal 2 kali sehari.
Rasional: mencegah infeksi dan menghindari perdarahan
e. Jaga kebersihan (badan, pakaian, dan lingkungan bayi)
Rasional: bayi nyaman dan terlindungi dari infeksi
f. Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala cardinal.
Rasional: deteksi dini untuk intervensi lebih lanjut
g. Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
Rasional: bayi nyaman dan terlindungi dari infeksi
h. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotic.
Rasional: mencegah terjadinya infeksi
16

2.2.4 Pelaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2013) bidan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence
based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
2.2.5 Evaluasi
Menurut Kemenkes RI (2013) bidan melakukan evaluasi secara sistematis
dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau
penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi
klien. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/atau
keluarga. Hasil evaluasi harus ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
Evaluasi ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP, yaitu sebagai berikut:
S : Adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa.
O : Adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A : Adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P : Adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penata-
laksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan
segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/ follow up dan rujukan.
17

BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 19 November 2019


Pukul : 13.05 WIB
Tempat : RSAU dr. Efram Harsana

3.1 Data Subyektif


1. Biodata
a. Biodata bayi
Nama : By. Ny “W”
Tanggal lahir : 19-11-2019 pukul : 13.00 WIB
Umur : 0 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke- : 2
b. Biodata orang tua
Ibu
Nama : Ny. W
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT

2. Bayi lahir normal, tidak menangis, bergerak lemah. Setelah dilakukan


tindakan oleh bidan, bayi hanya merintih dan gerak lemah. Kemudian bayi
langsung dibawa ke ruang Perinatologi RSAU dr. Efram Harsana.
3. Ibu dan keluarga bayi sehat.
4. Saat hamil ini keluhan mual muntah saat hamil sampai usia 3 bulan, rutin
periksa ke bidan, T5, telah ANC terpadu, mendapatkan terapi tablet tambah
darah, vitamin, kalk, gerakan janin aktif, belum pernah USG, mendapatkan

17
18

penyuluhan menggunakan pedoman buku KIA. HPHT: 7-2-2019, HPL: 14-


11-2019.
5. Ibu dirujuk dari Puskesmas Kartoharjo ke RSAU dr. Efram Harsana atas
indikasi postdate (UK 40-41 minggu) dan ketuban pecah warna keruh pukul
11.45 WIB, setelah sampai di RS pukul 12.20 WIB pembukaan 10 cm dan
presentasi kepala, bayi lahir tanggal 19-11-2019 pukul 13.00 WIB, tidak
menangis, gerak lemah, kebiruan.
3.2 Data objektif
1. Keadaan umum lemah, tidak menangis, gerak lemah.
2. Tanda-tanda vital
N: 140 x/mnt, S: 36,8oC, RR: 52 x/mnt
3. Pemeriksaan Antorpometri:
BB : 3300 gram, PB : 50 cm, LK : 34 cm, LD : 34 cm
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala tidak ada cepal hematoma, tidak ada caput, UUB belum menutup
dan tidak cekung/cembung.
b. Tidak ada sekret, konjungtiva palpebra merah muda, sklera putih.
c. Pernafasan sesak, tidak ada wheezing dan ronchi, ada tarikan dinding
dada.
d. Tali pusat basah, tidak ada perdarahan tali pusat, tidak bau, tidak
kemerahan.
e. Perut tidak kembung, rata, tidak tegang.
f. Genetalia kedua testis sudah turun di skrotum. Ada lubang anus.
g. Ekstremitas normal, jumlah jari-jari lengkap, tidak ada kelainan, gerak
lemah, akral biru dan dingin.
h. Turgor kulit baik, teraba dingin.
5. Reflek morrow (terkejut), grapping (menggenggam), rooting (mencari),
swallowing (menelan) baik, reflek sucking (menghisap) buruk.
6. APGAR Skor:
1 menit: 1-1-0-0-1=3
5 menit: 2-2-0-0-2=6
19

3.3 Assesment
By.Ny.W bayi baru lahir usia 0 hari, riwayat persalinan normal dengan asfiksia
berat, keadaan umum lemah, prognosa buruk.
3.4 Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang keadaan bayi bahwa bayi memerlukan
tindakan segera agar dapat bernafas spontan.
2. Mengeringkan tubuh bayi, hangatkan dengan kain bersih dan kering serta
meletakkan di infarm warmer.
3. Mengatur posisi kepala agar ekstensi dengan mengganjal 3 cm.
4. Mengisap lendir dari mulut kemudian hidung bayi dengan penghisap lendir
suction.
5. Mengeringkan bayi dengan kain bersih dan kering sambil melakukan rangang
taktil.
6. Mengatur posisi kepala bayi dengan ekstensi ringan, bayi merintih, sesak (+).
7. Melakukan resusitasi pada bayi, bayi menangis lemah, sesak (+), kemerahan.
8. Melakukan pemantauan tanda bahaya bayi selama 15 menit pertama dengan
observasi tanda cyanosis dan suhu tubuh bayi tiap 2 jam.
9. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi:
a. Infus D10%.
b. Memasang C-PAP.
c. Memasang OGT dialirkan  puasa.
d. Mengambil darah  cek GDA dan DL.
e. Memberi injeksi vitamin K1 1 mg secara IM dan member salep mata.
f. Rawat bayi dalam inkubator.
10. Rencana asuhan selanjutnya:
a. Pantau KU dan TTV
b. Pantau pemasangan CPAP, pemberian infus
c. Intake dan Output
d. Personal Hygine
e. Beri terapi sesuai advice dokter
20

Catatan Perkembangan Asuhan Kebidanan


1. Tanggal 20-11-2019 pukul 14.00 WIB
S : -
O : a. Keadaan umum baik
b. Bayi menangis kuat, bergerak aktif
c. S : 36,8 º C, N : 132 x/menit, R : 42 x/menit, SpO2 : 97
A : Bayi baru lahir usia 1 hari dengan asfiksia, masalah teratasi, keadaan
umum baik, prognosa baik.
P : a. Aff CPAP, maintenance infuse D10% Ns.
b. Melakukan perawatan bayi di ikubator.
c. Melakukan bilas lambung dan mengobservasi retensi cairan
OGT, keruh  puasa (+).
d. Memandikan, merawat tali puat, mengganti pakaian, mobilisasi
dan menjaga kehangatan bayi. Bayi merasa nyaman.
e. Mengobservasi KU dan TTV tiap 6 jam atau bila terdapat tanda
bahaya pada bayi.
f. Melanjutkan advice dokter
g. Mengobservasi personal hygiene.
h. Rencana asuhan selanjutnya:
1) Pantau KU dan TTV
2) Pemberian infus
3) Intake dan Output
4) Personal hygiene
5) Beri terapi sesuai kondisi dan advice dokter
Nadya alfira O
2. Tanggal 21-11-2019 Pukul 16.00 WIB
S : -
O : a. Keadaan umum baik
b. Bayi menangis kuat, bergerak aktif, tidak sesak, tidak sianosis
c. S : 37 º C, N : 140 x/menit, R : 40 x/menit
A : Bayi baru lahir usia 2 hari dengan asfiksia, masalah teratasi, keadaan
21

umum baik, prognosa baik.


P : a. Maintenance infuse D10% Ns.
b. Melatih bayi minum ASI/PASI peroral, bayi mampu menghisap
dan menelan.
c. Memandikan, merawat tali puat, mengganti pakaian, mobilisasi
dan menjaga kehangatan bayi. Bayi merasa nyaman.
d. Mengobservasi KU dan TTV tiap 6 jam atau bila terdapat tanda
bahaya pada bayi.
e. Melanjutkan advice dokter
f. Mengobservasi personal hygiene.
i. Rencana asuhan selanjutnya:
1) Pantau KU dan TTV
2) Intake dan Output
3) Personal hygiene
4) Beri terapi sesuai kondisi dan advice dokter
5) Bila kondisi baik, rawat gabung dengan ibu
Nadya Alfira o
22

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Penanganannya adalah dengan tindakan resusitasi sesuai standar.
4.2 Saran
Dengan penulisan asuhan kebidanan ini, penulis berharap agar dapat
menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis
kepada pembaca semua agar memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun.

22
23

DAFTAR PUSTAKA

Felina, M. and Husniati, N. (2019) ‘Pengaruh Perawatan Metode Kanguru


Terhadap Frekuensi Menyusu Bayi Berat Badan Lahir Rendah’, Jurnal
Kesehatan, 10(2), pp. 121–127.

Fraser, D. M. and Cooper, M. A. (2009) Myles Buku Ajar Bidan. Edisi 14. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kholidati, R. and Rohmawati, I. (2019) ‘Efektifitas Perawatan Tali Pusat dengan


Teknik Tertutup dan Terbuka Terhadap Penyembuhan Luka Tali Pusat pada
Bayi Baru Lahir di RSIA Fauziyah Tulungagung’, Jurnal Ilmu Kesehatan,
7(2), pp. 305–313.

Manuaba, I. A. chandranita, Manuaba, I. B. G. F. and Manuaba, I. B. G. (2012)


Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Marmi (2012) Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Prambudi, R. (2013) Penyakit Pada Neonatus Dalam Neonatologi Praktis.


Pertama. Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja.

Putri, N. (2019) ‘Analisis Faktor Penyebab Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru
Lahir’, Jurnal Ners dan Kebidanan, 6(2), pp. 251–162.

Kemenkes RI. (2016a) Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementerian
Kesehatan dan JICA.

Kemenkes RI. (2016b) Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi


Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Saadah, N. (2018) Asuhan Primer 2-6 Minggu, Kelainan Kongenital, Pertolongan


Pertama Dan Dokumentasi. Magetan: Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi
DIII Kebidanan Magetan.

Saifuddin, A. B. (2013) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, A. B. (ed.) (2014a) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, A. B. (ed.) (2014b) Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

23
24

Setiani, E., Herliani, Y. and Rismawati, S. (2019) ‘Perbandingan Lama Waktu


Pelepasan Tali Pusat yang Menggunakan Klem Umbilical Cord dan Benang
Tali Pusat’, Jurnal Bidan ‘Midwife Journal’, 5(1), pp. 68–76.

Varney, H., Kriebs, J. M. and Gegor, C. L. (2007) Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Volume 1. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Varney, H., Kriebs, J. M. and Gegor, C. L. (2008) Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Volume 2. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Walsh, L. V. (2008) Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Cetakan I. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Winkjosastro, G. H. (2014) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:


JNPK-KR.

Anda mungkin juga menyukai