Anda di halaman 1dari 6

Nama: Maya Fitriani

Kelas: alpha 2014


NIM: 04011181419069
a. Apa makna suara mengi semakin berat sampai harus duduk?5,6
Makna suara mengi semakin berat sampai harus duduk ialah
menandakan serangan asma yang dialami Ny. Yati derajat sedang. Pada
pasien dengan asma derajat sedang pasien lebih nyaman dengan posisi
duduk.
b. Apa dampak penggunan inhaler hanya saat gejala sesak timbul tanpa
obat inhaler pencegah serangan?4,5

Selama penggunaannya tidak melebihi dosis, inhaler pereda merupakan pengobatan


yang aman yang tidak memiliki banyak efek samping. Efek samping yang mungkin
muncul dalam penggunaan dosis tinggi di antaranya adalah sakit kepala, kram otot,
dan sedikit gemetar (tremor) pada tangan. Efek samping tersebut biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit.

Sama seperti inhaler pereda, penanganan asma dengan inhaler pereda juga terbukti
sangat aman pada dosis reguler. Efek samping biasanya terjadi pada penggunaan
dosis tinggi dan dalam penggunaan jangka panjang. Efek samping tersebut adalah
infeksi jamur di dalam mulut atau tenggorokan yang disebut juga sebagai kandidiasis
oral. Efek samping lainnya adalah suara Anda menjadi serak. Namun efek samping
ini bisa dicegah jika Anda menggunakan spacer. Selain itu, dianjurkan untuk
berkumur dengan air bersih setelah menggunakan inhaler pencegah.

Untuk penggunaan inhaler pereda reaksi lambat, efek samping yang mungkin
muncul adalah sakit kepala, kram otot, dan sedikit gemetar pada tangan. Dokter
biasanya akan menjelaskan kepada Anda mengenai manfaat dan risiko dari
pengobatan tersebut. Biasanya kondisi Anda akan dipantau diawal pengobatan dan
ditinjau ulang secara rutin.

c. Bagaimana mekanisme Ny. Yati sering bersin-bersin dan hidung


mengeluarkan secret encer jika tercium debu atau tercium bau
menyengat?5,6
Asma bronkial dan rhinitis alergi, termasuk dalam golongan penyakit atopi. Sebagai
penyakit atopi keduanya sering dijumpai pada seorang penderita. Pada penelitian
didapatkan 48% pasien mempunyai riwayat atopi. Riwayat atopi keluarga ditemukan
pada ibu (42%); ayah (40%), dan pada saudara kandung (24%). Atopi merupakan
predisposisi genetik untuk membentuk antibodi alergi (IgE) dalam memberikan
respons terhadap alergen spesifik. Atopi merupakan faktor risiko terjadinya asma dan
rinitis alergi. Periode kritis sensitisasi alergen terjadi sampai usia dua atau tiga tahun.
Nama: Maya Fitriani
Kelas: alpha 2014
NIM: 04011181419069
Apabila didapatkan riwayat atopi pada kedua orang tuanya, kemungkinan risiko
rinitis alergi lebih besar dibandingkan apabila salah satu dari orang tuanya yang atopi,
namun perlu diketahui bahwa rinitis alergi disebabkan multifaktorial. Seseorang tanpa
riwayat keluarga atopi dapat menderita rinitis alergi. Individu atopi mewariskan
kecenderungan terjadinya respons imun limfosit Th2 dengan pembentukan IgE-sel
mast. Reaksi alergi merupakan reaksi yang kompleks. Pertama-tama terjadi interaksi
antara alergen dengan Ig E, dilanjutkan dengan mulai berfungsinya seluruh
mediatorinflamasi. Mediator yang dilepaskan adalah histamin, leukotrin, sitokin dan
kemokin, kemudian terjadi akumulasi sel-sel inflamasi pada jaringan tempat reaksi
alergi. Proses berikutnya adalah adesi selektif pada sel-sel epitel dilanjutkan dengan
diapedesis ke jaringan di bawahnya karena pengaruh kemotaksis. Reaksi alergi
ditandai dengan peningkatan IgE yang menyebabkan reaksi sistim imun sehingga
terjadi peradangan. Paparan terhadap alergen tungau debu rumah, kecoa, kucing,
anjing dan hewan piaraan lain, serbuk sari atau alergen lain untuk jangka lama dengan
konsentrasi rendah menyebabkan presentasi alergen oleh antigen presenting cell
(APC) terhadap CD41 limfosit, yang akan melepaskan IL3, IL4, IL5, GM-CSF dan
sitokin lainnya. Hal ini meningkatkan produksi IgE terhadap alergen tersebut oleh sel
plasma, proliferasi sel mast dan infiltrasi mukosa saluran napas, dan eosinofilia.
Proses imunopatologi pada rhinitis dan asma juga hampir serupa. Hal ini melibatkan
tidak hanya hipersensitivas yang segera terhadap alergi, tetapi juga inflamasi alergi
yang menetap. Perangsangan saluran nafas atas, pada hidung akan diteruskan melalui
refleks vagus yang diteruskan melalui serabutsi. Refleks vagus ini akan
mempengaruhi pembuluh darah atas dan bawah, dan mempengaruhi kembali sel mast
untuk mengeluarkan mediator-mediator inflamasi. Mediator yang dihasilkan oleh sel
mast, basofil dan eosinofil ini kemudian merangsang asetikolin untuk mempengaruhi
serabut-serabut pembuluh atas dan bawah yang menimbulkan gejala-gejala.
Masuknya alergen yang menghasilkan dominasi sel mast oleh glandula-glandula
mengakibatkan terjadinya perangsangan serabut saraf-saraf sensoris. Hal ini akan
menyebabkan gejala-gejala dengan pengeluaran mediator-mediator seperti histamin,
kinin, kemudian mediator yang terbentuk akan menyebabkan sumbatan pada hidung.
Selanjutnya histamin ini akan merangsang serabut saraf sensoris, yang menyebabkan
gejala gatal di hidung dan kulit sekitarnya. Histamin juga merangsang refleks bersin.
Mediatormediator ini juga merangsang ekskresi kelenjar. Hubungan antara rinitis
dengan saluran nafas atas dan bawah, dengan adanya gejala inflamasi pada hidung,
pengeluaran mediator-mediator yang menyebabkan alergen ini menyebabkan
gangguan fungsi pada saluran nafas atas yang akan mempengaruhi saluran nafas
bawah. Beberapa inflamasi yang terjadi pada saluran nafas bawah terjadi juga pada
saluran nafas atas karena struktur fisiologisnya mirip. Ini terjadi pada keadaan normal
yaitu bronkusnya normal berkontak dengan alergen di saluran nafas atas, juga akan
mempengaruhi saluran nafas bawah bila tersensitisasi. Terjadilah suatu fase awal
asma yang berlanjut. Dari mediator-mediator fase awal atau fase lambat akan
terbentuk fase intermediet. Bila lebih dari 8 jam akan menjadi fase lambat dengan
gejala lebih hebat dibandingkan fase pertama.
Asma sering disebabkan oleh alergen dalam ruang atau dalam rumah. Berbeda
dengan rhinitis disebabkan oleh alergen dari luar. Beberapa peneliti mengobservasi
pasien yang mengalami sensitisasi dengan binatang dalam rumah. Ditemukan adanya
Nama: Maya Fitriani
Kelas: alpha 2014
NIM: 04011181419069
peningkatan reaktivitas bronkus dan didapatkan sputum yang mengandung banyak
eusinofila dibandingkan pasien alergi yang dicetuskan oleh polen atau alergen dalam
rumah. Banyak pasien tidak secara jelas menderita asma pada waktu yang sama, ini
juga merupakan bukti bahwa ada hubungan antara rinitis dan asma. Dan ini terjadi
bisa sebelum dan setelah adanya rhinitis alergi. Banyaknya pasien asma yang juga
alergi sekitar sepertiga dari pasien asma. Asma yang hebat perlu dikatakan sebagi
asma hebat untuk menentukan pemilihan pengobatan. Untuk asma biasa diberikan
obat-obat biasa, Untuk asma hebat diberikan obat yang lebih kuat. Mengenai tata
laksana, hal pertama yang harus dilakukan secara umum untuk pasien penyakit alergi
adalah menghindari pencetus dan membersihkan lingkungan.

d. Sensorium4,5
Pemeriksa Analisis Nilai normal Interprestasi Mekanisme
an fisik
Sensorium Gelisah Compos mentis Abnormal Sensorium gelisah dikarenakan
hipereaktivitas pada bronkus
menyebabkan penyempitan saluran
nafas sehingga menimbulkan sesak
nafas.

e. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari:


Kepala 5,6
Keadaan Analisis Nilai normal Interprestasi Mekanisme
Spesifik
Keadaan Konjugtiva pucat (-), Konjuntiva tidak Normal Normal
spesifik: ikterik (-) pucat, tidak ikterik,
Kepala: Leher: JVP (5-2) JVP 5-2cmH2O
cmH2O

Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari:


Diff. count 4,5

Pemeriksaan Pada kasus Nilai normal Interpretasi


Laboratorium
Hitung Jenis Basofil : 0 Basofil :0–1 Peningkatan
Eosinofil : 5 Eosinofil :1–3 eosinofil,
Batang : 6 Batang :2–6 peningkatan
Segmen : 78 Segmen : 50 – 70 neutrofil
Limfosit : 10 Limfosit : 20 – 40 batang, dan
Monosit : 1 Monosit :2–8 penurunan
monosit
Nama: Maya Fitriani
Kelas: alpha 2014
NIM: 04011181419069

apa faktor risiko dari penyakit pada kasus? 5,6


Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor
pejamu (host factor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini
termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk
berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi), hipereaktivasi
bronkus, jenis kelamin, dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi
individu dengan kecenderungan/ predisposisi asma untuk berkembang
menjadi asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau
menyebabkan gejala-gejala asma menetap.

Faktor Pejamu
Prediposisi genetic
Atopi
Hiperesponsif jalan napas
Jenis kelamin
Ras/ etnik
Faktor Lingkungan
Mempengaruhi berkembangnya asma pada individu dengan predisposisi asma
Alergen di dalam ruangan.
 Mite domestic
 Alergen binatang
 Alergen kecoa
 Jamur (fungi, molds, yeasts)
Alergen di luar ruangan
 Tepung sari bunga
 Jamur (fungi, molds, yeasts)
Bahan di lingkungan kerja
Asap rokok
Nama: Maya Fitriani
Kelas: alpha 2014
NIM: 04011181419069
 Perokok aktif
 Perokok pasif
Polusi udara
 Polusi udara di luar ruangan
 Polusi udara di dalam ruangan
Infeksi pernapasan
 Hipotesis hygiene
Infeksi parasit
Status sosioekonomi
Besar keluarga
Diet dan obat
Obesiti
Faktor Lingkungan
Mencetuskan eksaserbasi dan atau`menyebabkan gejala-gejala asma menetap
Alergen di dalam dan di luar ruangan
Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
Infeksi pernapasan
Exercise dan hiperventilasi
Perubahan cuaca
Sulfur dioksida
Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan
Ekspresi emosi yang berlebihan
Asap rokok
Iritan (a.l. parfum, bau-bauan merangsang, household spray)

Bagaimana prognosis dari penyakit pada kasus? 4,5


Di AS, sekitar 5000 kematian per tahun dikaitkan dengan asma, dan
sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pengobatan. [32]
Prognosis untuk eksaserbasi baik dengan segera mengenali gejala dan
akses terhadap perawatan. Pasien dengan asma yang tidak terkontrol
Nama: Maya Fitriani
Kelas: alpha 2014
NIM: 04011181419069
beresiko mengalami perubahan jalan nafas jangka panjang dari waktu ke
waktu yang mungkin tidak dapat diubah lagi .

Faktor risiko kematian terkait asma termasuk meningkatnya kebutuhan


kortikosteroid oral sebelum dirawat di rumah sakit, rawat inap di masa
lalu untuk eksaserbasi akut, dan arus puncak yang rendah saat
presentasi. Penggunaan kortikosteroid inhalasi telah ditunjukkan dalam
beberapa penelitian untuk mengurangi angka masuk rumah sakit dan
tingkat kematian.

DAPUS:
https://online.epocrates.com/diseases/4551/Acute-asthma-exacerbation-in-adults/
Prognosis diakses 3 Oktober 2017 pukul 22.00 WIB
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Konsensus Asma : Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Asma di Indonesia. Jakarta, 2008.

Global Initiative for Asthma. At a Glance Asthma : Management Reference. 2009.

Fanta CH. Drug Therapy : Asthma. N Engl J Med 2009;360:1002-14.

Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Edisi ke-1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2009.

Gunardi S, Salim D, Husin E, Lumbanraja SM, Hartati T, Wimbawani N, et al. Sistem repirasi-1.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana; 2012

Anda mungkin juga menyukai