FARMAKOTERAPI TERAPAN
Oleh : Kelompok IV
Almunadia
Citra Mayang Sari
Dwi Alfiani
Grace Anastasia Br Ginting
Juli Pahrianisa
M. Luthfi Muharuli
Mona asiah
Nura Ramadhani
Rina Juwita Siregar
Vatra Marlingga
Zia Urrahmi
Pendahuluan
INFLAMASI
Pencetus
Gejala
Etiologi dan Patogenesis
mengaktifkan Eosinofil,
EOSINOF
merangsang produksi IgE oleh Limfosit
IL B,
merangsang produksi mucus oleh sel
epitel bronkus.
INFLAMASI AKUT
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh
sejumlah faktor antara lain alergen, virus, iritan yang dapat
menginduksi respons inflamasi
akut yang terdiri atas :
reaksi asma tipe cepat :
Alergen akan terikat pada IgE yang menempel pada sel mast
dan terjadi degranulasi sel mast tersebut. Degranulasi tersebut
mengeluarkan preformed mediator seperti histamin, protease dan
newly generated mediator seperti leukotrin, prostaglandin dan PAF
yang menyebabkan kontraksi otot polos bronkus, sekresi mukus
dan vasodilatasi
reaksi asma tipe lambat
Reaksi ini timbul antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan
melibatkan pengerahan serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil
dan makrofag
INFLAMASI KRONIK
Penyempitan/menguncup otot
disekitar saluran pernafasan.
Pembengkakkan otot pada saluran
pernafasan menyebabkan saluran
pernafasan menjadi lebih sempit.
Penghasilan lendir yang
berlebihan oleh saluran
pernafasan.
Faktor Resiko Asma
Faktor resiko asma dibagi atas 2 kelompok :
A. faktor pejamu (host)
B. faktor lingkungan
A. Faktor pejamu
1. predisposisi genetik asma
2. alergi
3. hipereaktifitas bronkus
4. jenis kelamin
5. ras/etnik
Lamanya batuk, sama ada batuk bertambah parah pada waktu malam atau
di awal pagi?
Adakah keluhan seperti sesak dada dan nafas berbunyi hanya berlaku pada
waktu dan musim tertentu saja?
Adakah mengalami batuk setelah melakukan senaman atau melakukan
aktivitas yang berat?
Adakah batuk setelah flu atau pilek memerlukan waktu lebih dari 10 hari
untuk sembuh?
Jenis obat-obatan yang diguna untuk melegakan pernafasan.
Adakah mempunyai saudara yang mempunyai sejarah asma atau alergi?
Bahan-bahan yang dapat menyebabkan terjadinya tanda-tanda serangan
asma.
Pemeriksaan Fisik
Pasien yang mengalami serangan asma, pada pemeriksaan
fisik dapat ditemukan (sesuai derajat serangan)
a. Inspeksi: pasien terlihat gelisah, sesak (napas cuping
hidung, napas cepat), sianosis.
b. Palpasi: Biasanya tidak ada kelainan yang nyata.
c. Perkusi: biasanya tidak ada kelainan
d. Auskultasi: ekspirasi memanjang, wheezing, suara
lendir.
Pemeriksaan Laboratorium
Darah
terutama eosinofil, Ig E
sputum (eosinofil, spiral Cursshman, Kristal
Charcot Leyden)
Pemeriksaan penunjang (Diagnosis Test)
Terdapat 6 ujian diagnosis untuk
menentukan seseorang itumenghidap
asma:
Spirometry test.
Methacholine Challenge Test.
Exercise Challenge Test.
Pemeriksaan arus puncak ekspresi dengan Peak
Expirometry Flow Rate (PEFR).
Foto Thorax (untuk menyingkirkan penyakit selain
asma)
Uji Alergi (untuk menilai adanya alergi)
Spirometri
Bila sedang menggunakan bronkodilator, diambil variasi/ perbedaan nilai APE pagi hari sebelum bronkodilator dan
nilai APE malam hari sebelumnya sesudah bronkodilator. Perbedaan nilai pagi sebelum bronkodilator dan malam
sebelumnya sesudah bronkodilator menunjukkan persentase rata-rata nilai APE harian. Nilai > 20%
dipertimbangkan sebagai asma.
APE malam - APE pagi
Variabiliti harian = -------------------------------------------- x 100 %
½ (APE malam + APE pagi)
Metode lain untuk menetapkan variabiliti APE adalah nilai terendah APE pagi sebelum bronkodilator selama
pengamatan 2 minggu, dinyatakan dengan persentase dari nilai terbaik (nilai tertinggi APE malam hari)
Contoh :
Selama 1 minggu setiap hari diukur APE pagi dan malam , misalkan didapatkan APE pagi terendah
300, dan APE malam tertinggi 400; maka persentase dari nilai terbaik (% of the recent best)
adalah 300/ 400 = 75%. Metode tersebut paling mudah dan mungkin dilakukan untuk menilai
variability
Foto Toraks
Pemeriksaan foto toraks dilakukan untuk menyingkirkan
penyakit lain yang memberikan gejala penyakit lain yang
memberikan gejala serupa seperti gagal jantung kiri,
obstruksi saluran napas, pneumothoraks,
pneimomediastinum. Pada serangan asma yang ringan,
gambaran radiologic paru biasanya tidak
memperlihatkan adanya kelainan
Klasifikasi Asma
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan
etiologi, berat penyakit dan pola
keterbatasan aliran udara.
Klasifikasi asma berdasarkan berat
penyakit penting bagi pengobatan dan
perencanaan penatalaksanaan jangka
panjang, semakin berat asma semakin
tinggi tingkat pengobatan.
Klasifikasi Asma
Derajat Asma Gejala Fungsi Paru
I. Intermitten Siang hari < 2 kali per minggu Variabilitas APE < 20%
Malam hari < 2 kali per bulan FEV1 > 80% nilai prediksi
Serangan singkat APE > 80% nilai terbaik
Tidak ada gejala antar serangan
Intensitas serangan bervariasi
II. Persisten Ringan Siang hari > 2 kali per minggu, tetapi < 1 kali per Variabilitas APE 20 - 30%
hari FEV1 > 80% nilai prediksi
Malam hari > 2 kali per bulan APE > 80% nilai terbaik
Serangan dapat mempengaruhi aktifitas
III. Persisten Sedang Siang hari ada gejala Variabilitas APE > 30%
Malam hari > 1 kali per minggu FEV1 60-80% nilai prediksi
Serangan mempengaruhi aktifitas APE 60-80% nilai terbaik
Serangan > 2 kali per minggu
Serangan berlangsung berhari-hari
Sehari-hari menggunakan inhalasi β2-agonis short
acting
IV. Persisten Berat Siang hari terus menerus ada gejala Variabilitas APE > 30%
Setiap malam hari sering timbul gejala FEV1 < 60% nilai prediksi
Aktifitas fisik terbatas APE < 60% nilai terbaik
Sering timbul serangan
Penatalaksanaan Asma
Tujuan Utama : meningkatkan dan mempertahankan
kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari hari.
Penanganan Awal
Inheler Short acting β2 agonis: Dgn MDI 2-4 puff 3 kali
dengan interval 20 menit atau sekali menggunakan
nebulizer
Bawa ke IGD
Kontak dokter untuk tindakan lanjut
Terapi Non Farmakologi
1. Edukasi pasien
bertujuan untuk :
• Meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola penyakit
sendiri)
• Meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma sendiri/asma mandiri)
2. Pengukuran peak flow meter
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Pemberian oksigen
5. Banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama
pada anak-anak
6. Kontrol secara teratur
7. Pola hidup sehat
Dapat dilakukan dengan :
Penghentian merokok
Menghindari kegemukan
Kegiatan fisik misalnya senam asma
Terapi Farmakologi
Kortikosteroid inhalasi
Kortikosteroid sistemik
Sodium kromoglikat
Nedokromil sodium
Metilsantin
Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
Agonis beta-2 kerja lama, oral
Leukotrien modifiers
Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1)
Lain-lain
Reliever
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos,
memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan
dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak
memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan hiperesponsif
jalan napas.
ADRENALIN
Zat adrenergika ini dengan efek alfa + beta adalah bronchodilator terkuat dengan kerja
cepat tetapi singkat dan digunakan untuk serangan asma yang hebat. Sering kali senyawa ini
dikombinasi dengan transquilizer peroral guna melawan rasa takut dan cemas yang
menyertai serangan. Secara oral, adrenalin tidak aktif.
Efek samping berupa efek sentral (gelisah, tremor, nyeri kepala) dan terhadap jantung
(palpitasi,
aritmia), terutama pada dosis lebih tinggi. Dosis : pada serangan asma i.v 0,3 ml dari larutan
1 : 1.000 yang dapat diulang 2 kali setiap 20 menit.
ISOPRENALIN
Derivat ini mempunyai efek β1 + β2 adrenergis dan memiliki daya bronchodilatasi baik,
tetapi resorpsinya di usus buruk dan tidak teratur. Resorpsinya dari mulut (oromukosal)
dalam bentuk tablet atau larutan sedikit lebih baik dan cepat, dan efeknya sudah timbul
setelah beberapa menit dan bertahan sampai 1 jam.
Penggunaannya sebagai obat asma sudah terdesak oleh adrenergika dengan khasiat spesifik
terhadap reseptor β2 (bronchi) dan praktis tanpa efek β1 (jantung), sehingga lebih jarang
menimbulkan efek samping.
2. Golongan Beta-Mimetika
SALBUTAMOL
Derivat isoprenalin ini merupakan adrenergikum pertama (1968) yang pada dosis biasa memiliki daya kerja yang lebih kurang spesifik
terhadap reseptor β2. Selain berdaya bronchodilatasi baik, salbutamol juga memiliki efek lemah terhadap stabilisasi mastcell, maka
sangat efektif mencegah atau meniadakan serangan asma.
Efek samping jarang terjadi dan biasanya berupa nyeri kepala, pusing-pusing, mual dan tremor tangan. Pada overdose, dapat terjadi
stimulasi reeptor β1 dengan efek kardiovaskular : tachycardia, palpitasi, aritmiadan hipotensi.
TERBUTALIN
Derivat metildari orsiprenalin (1970) ini jga berkhasiat β2 selektif. Secara oral, mulai kerjanya sesudah 1-2 jam
sedangkan lama kerjanya 6 jam. Lebih sering mengakibatkan tachycardia.
TEOFILIN
Alkaloid ini (1908) terdapat bersama kofein dan memiliki sejumlah khasiat antara lain berdaya spasmolitik terhadap
otot polos, khususnya otot bronchi, menstimulasi jantung (efek inotrop positif) dan mendilatasinya. Teofilin juga
menstimulasi SSP dan pernapasan. Kini obat ini banyak digunakan sebagai obat prevensi dan terapi serangan asma.
AMINOFILIN
Adalah garam yang dalam darah membebaskan teofilin kembali. Garam ini bersifat basa dan sangat merangsang
selaput lendir, sehingga scara oral sering mengakibatkan gangguan lambung (mual, muntah). Pada serangan asma, obat
ini digunakan dalam bentuk injeksi secara i.v
3. Golongan Antikolinergika
IPRATOPIUM
Derivat N-propil dari atropin ini (1974) berkhasiat bronchodilatasi, karena
melawan pembentukan cGMP yang menimbulkan konstriksi. Ipratropium
berdaya mengurangi hipersekresi di bronchi, yakni “efek mengeringkan”
dari obat antikolinergika, maka amat efektif pada pasien yang mengeluarkan
banyak dahak. Khususnya digunakan sebagai inhalasi, efeknya dimulai lebih
lambat (15 menit) daripada β2 mimetika. Efek maksimalnya dicapai setelah
1-2 jam dan bertahan rata-rata 6 jam.
Sangat efektif sebagai obat pencegah dan pemeliharaan, terutama pada
bronchitis kronis. Kini zat ini tidak digunakan (lagi) sebagai monoterapi
(pemeliharaan), melainkan selalu bersama kortikosteroid-inhalasi.
Kombinasinya dengan β2 mimetika memperkuat efeknya (adisi)
Resorpsinya secara oral buruk. Secara tracheal hanya bekerja setempat dan
praktis tidak diserap. Keuntungannya ialah zat ini dapat digunakan oleh
pasien jantung yang tidak tahan terhadap adrenergika. Efek sampingnya
jarang terjadi dan biasanya berupa mulut kering, mual, nyeri kepala dan
pusing.
4.Golongan Kortikosteroid-
inhalasi
BEKLOMETASON
Derivat betametason ini (1967) dimana atom fluor-nya digantikan oleh klor, mempunyai
daya larut buruk dan hanya sedikit diresorpsi oleh mukosa bronchi. Karena sebagian besar
obat ini suatu inhalasi (80%) terendap di mulut dan tenggorokan, resiko resorpsi meningkat
pada dosis tinggi dan bagi beklometason pada dosis diatas 1.000 mcg sehari.
Glukortikoid ini dapat digunakan secara lokal dalam bentuk dosis-aerosol (nebuhaler),
serbuk inhalasi (turbuhaler) atau cairan inhalasi. Dengan cara pemberian ini, efeksamping
sistemis dari penggunaan oral dapat dihindari.
FLUTIKASON
Derivat-difluor (dalam inti steroid) pada penggunaan tracheal tidak diinaktifkan dalam
paru-paru. Efeknya menjadi nyata setelah 1 minggu, daya kerjanya bertahan lebih panjang
dari kedua obat lainnya (plasma t1/2 nya 3 jam). Bagian dosis yang diminum hanya diserap
untuk sebagian kecil, kemudian dirombak dalam hati menjadi metabolit inaktif.
Efek samping : pada dosis tinggi (diatas 500 mcg/hari) ternyata menimbulkan efek sistemis;
pada anak-anak dihambat pertumbuhannya. Penyebabnya mungkin karena bersifat sangat
lipofil dengan volume pembagian lebih besar dan ikatan reseptornya yang lebih erat dari
obat lain
Kromolin Sodium dan Nedokromil
Kromolin merupakan obat antiinflamasi. Obat-obat ini
menghambat pelepasan mediator, histamin dan SRS-A (Slow
Reacting Substance Anaphylaxis, leukotrien) dari sel mast.
Kromolin bekerja lokal pada paru-paru tempat obat
diberikan.
Nedokromil merupakan anti-inflamasi inhalasi untuk
pencegahan asma. Obat ini akan menghambat aktivasi secara
in vitro dan pembebasan mediator dari berbagai tipe sel
berhubungan dengan asma termasuk eosinofil, neutrofil,
makrofag, sel mast, monosit dan platelet. Nedokromil
menghambat perkembangan respon bronko konstriksi baik
awal dan maupun lanjut terhadap antigen terinhalasi.
TERIMA KASIH