Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN
GANGGUAN
PERNAPASAN,
KARDIOVASKULER DAN
HEMATOLOGI
KELOMPOK 1. (ASMA)
NAMA KELOMPOK :

1.Ni Made Masita Yanti KP1522009


2.Made Melia Dwi Antari KP1522024
3.Eka Putri Indrayundari KP1522039
4.I Komang Herman Permawan KP1522050
DEFINISI
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi
(peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan
hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa
mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada
terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya
bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan
(Kemenkes, 2008). Pedoman Nasional Asma Anak
(PNAA) menggunakan batasan operasional asma yaitu
mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan
karakteristik sebagai berikut: timbul secara episodik,
cenderung pada malam hari/dini hari (nokturnal),
musiman.
DEFINISI
Adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas
fisis, dan bersifat reversibel baik secara spontan
maupun dengan pengobatan, serta adanya riwayat
asma atau atopi lain pada pasien/keluarganya. Jadi
dapat kelompok simpulkan asma merupakan
penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran
napas yang ditandai adanya mengi episodik, batuk,
dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan
saluran napas, termasuk dalam kelompok penyakit
saluran pernapasan kronik.
ETIOLOG
I Ada beberapa proses yang terjadi sebelum pasien
menjadi asma:
a) Sensitisasi, yaitu seseorang dengan risiko genetik dan
lingkungan apabila terpajan dengan pemicu
(inducer/sensitisizer) maka akan timbul sensitisasi pada
dirinya.
b) Seseorang yang telah mengalami sensitisasi maka belum
tentu menjadi asma. Apabila seseorang yang telah
mengalami sensitisasi terpajan dengan pemacu
(enhancer) maka terjadi proses inflamasi pada saluran
napasnya. Proses inflamasi yang berlangsung lama atau
proses inflamasinya berat secara klinis berhubungan
dengan hiperreaktivitas bronkus.
ETIOLOG
Ic) Setelah mengalami inflamasi maka bila seseorang
terpajan oleh pencetus (trigger) maka akan
terjadi serangan asma (mengi).
Secara umum faktor risiko asma dibedakan
menjadi 2 kelompok faktor genetik dan faktor
lingkungan.
1. Faktor genetik
• Hipereaktivitas
• Atopi/alergi bronkus
• Faktor yang memodifikasi penyakit genetik
• Jenis kelamin
• Ras/etnik
ETIOLOG
I2. Faktor lingkungan
• Alergen di dalam ruangan(tungau, debu rumah, kucing,
alternaria/jamur dll)
• Alergen diluar ruangan (alternaria, tepung sari)
• Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan,
kacang, makanan laut, susu sapi, telur)
• Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, β
bloker dll)
• Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray,
dan lain-lain)
• Ekpresi emosi berlebih
• Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
• Polusi udara di luar dan di dalam ruangan
• Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika
melakukan aktifitas tertentu.

PREVALE
NSI Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
angka kejadian asma pada anak usia 0–14 tahun adalah sekitar
9,2%1. Ini menunjukkan bahwa asma merupakan salah satu
penyakit yang banyak ditemui pada anak-anak di Indonesia.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian asma pada
anak meliputi:
a) Jenis Kelamin: Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi daripada
perempuan.
b) Kondisi Sosial Ekonomi Rendah: Anak-anak dari keluarga dengan
kondisi sosial ekonomi rendah lebih rentan terhadap asma.
c) Riwayat Asma pada Orang tua: Jika orang tua memiliki riwayat
asma, anak juga berisiko lebih tinggi.
d) Merokok: Anak yang merokok atau pernah merokok, serta orangtua
yang merokok, memiliki risiko yang lebih tinggi terkena asma.
e) Pencetus Utama: Beberapa pencetus utama asma pada anak meliputi
udara dingin, flu dan infeksi, kelelahan, debu, dan asap rokok.
TANDA
GEJALA
a) Asma saat tanpa serangan
Pada anak, secara arbiteri Pedoman Nasional Asma Anak
(PNAA) mengklasifikasikan derajat asma menjadi: 1)
Asma episodik jarang 2) Asma episodik sering dan 3)
Asma.
b) Asma saat serangan
Klasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi serangan
dan obat yang digunakan sehari-hari, asma juga dapat
dinilai berdasarkan berat-ringannya serangan. Global
Initiative for Asthma (GINA) membuat pembagian
derajat serangan asma berdasarkan gejala dan tanda
klinis, uji fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium.
Derajat serangan menentukan terapi yang akan
diterapkan. Klasifikasi tersebut meliputi asma serangan
ringan, asma serangan sedang dan asma serangan berat.
PATOFISIOL
OGI Gejala asma umumnya dimulai sejak masa kanak-
kanak dan berhubungan dengan sensitisasi terhadap alergen
yang terinhalasi. Kepekaan individu terhadap alergen dapat
memicu asma alergik. Alergen dapat berupa debu, spora
jamur, serbuk sari yang dihirup, bulu halus binatang, serat
kain, bahan kimia atau yang lebih jarang adalah makanan
seperti coklat dan susu sapi. Selain itu, faktor nonspesifik
juga dapat mencetuskan asma diantaranya latihan fisik, flu
biasa dan emosi. Pajanan alergen tersebut memicu reaksi
inflamasi secara terus menerus dan menyebabkan
bronkokonstriksi, edema dan hipersekresi saluran napas
dengan hasil akhir berupa obstruksi saluran napas bawah.
Oleh karena mekanisme inflamasi yang terjadi pada
serangan asma
MANIFESTASI
KLINIS
• Secara umum asma mempunyai gejala seperti
batuk (dengan atau tampa lendir), dispnea, dan
mengi.
• Asma biasanya menyerang pada malam hari.
• Eksaserbasi sering didahului dengan
meningkatnya gejala selama berhari-hari, tapi
bisa juga terjadi secara tiba-tiba.
• Pernapasan berat dan mengi.
• Obstruksi jalan napas yang memperburuk
dispnea.
• Batuk kering pada awalnya : diikuti dengan
batuk yang lebih kuat dengan produksi sputum
yang berlebih. (Puspasari, 2019)
MANIFESTASI
KLINIS
1. Stadium Dini
A. Faktor hipersekresi yang lebih menonjol :
• Batuk berdahak lengket sulit dikeluarkan
disertai atau tidak dengan pilek
• Ronchi basah halus pada serangan kedua
atau ketiga, sifatnya hilang timbul
• Wheezing
• Belum ada kelainan bentuk thorak
• Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
• BGA belum patologis
MANIFESTASI
KLINIS
B. Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih
dominan:
• Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
• Wheezing
• Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
• Penurunan tekanan parsial O2
MANIFESTASI
KLINIS
1. Stadium lanjut/kronik :
• Batuk, ronchi
• Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
• Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
• Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent
chest)
• Thorak seperti barel chest
• Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
• Sianosis
• BGA Pa O2 kurang dari 80%
• Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri
dan kanan pada Rongen paru
• Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis
respiratorik.
PHATWA
Y
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
diagnosis asma:
• Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat
spirometer.
• Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat
peak flow rate meter.
• Uji reversibilitas (dengan bronkodilator).
• Uji provokasi bronkus, untuk menilai
ada/tidaknya hipereaktivitas bronkus.
• Uji Alergi (Tes tusuk kulit /skin prick test) untuk
menilai ada tidaknya alergi.
• Foto toraks, pemeriksaan ini dilakukan untuk
menyingkirkan penyakit selain asma.
ADA YANG
INGIN
BERTANYA?
TERIMAKA
SIH.

Anda mungkin juga menyukai