Anda di halaman 1dari 48

KELOMPOK 4

TIGO RAHMANSYAH 1704015059


NUR AISYAH 1704915081
LAILLA JAMIL 1704015046
ASMA
• DEFINISI
Merupakan penyakit inflamasi kronis saluran
pernapasan. Kondisi ini ditandai dengan gejala
seperti mengi, sesak nafas, dada sesak dan batuk
terutama pada malam hari atau dini hari.
Inflamasi pada asma dapat diobati paling efektif
dengan kortikosteroid inhalasi (ICSS) yang
memiliki keamanan dalam jangka panjang.

(DiPiro et al., 2020)


• EPIDEMIOLOGY
Prevalensi asma meningkat 7,3 % dari tahun 2001.
Orang dewasa 5x lebih banyak meninggal karena
asma daripada anak- anak, dengan tingkat kematian
tertinggi pada wanita dan orang kulit hitam non-
hispanik ( yang memiliki 2-3x tingkat kematian
orang kulit putih atau hispanik). 50% anak- anak
mengalami gejala pada usia 5 tahun keatas.

(DiPiro et al., 2020)


• Faktor Pencetus
Faktor genetik : Faktor lingkungan :
 Hipereaktivitas • Alergen didalam
 Atopi / Alergi ruangan
bronkus • Alergen diluar ruangan
 Faktor yang • Makanan
memodifikasi genetik • Obat-obatan tertentu
 Jenis kelamin • Bahan yang
 Ras / etnik mengiritasi
• Asap rokok
Kemenkes RI, 2008 • Polusi udara
• Exercise induced
asthma
• Perubahan cuaca
• Patofisiologi
 Alergen yang dihirup memicu reaksi alergi ditandai dengan aktivitas sel yang
membawa Ig E spesifik alergen. Kemudian sel mast melepaskan mediator
proinflamasi.

 Reaksi inflamasi melibatkan eosinofil, limfosit T, basofil, neutrofil, dan


makrofag. Eosinofil bermigrasi ke jalan napas, kemudian aktivasi limfosit T
menyebabkan pelepasan sitokin dari sel T-helper tipe 2 yang memediasi inflamasi
alergi.
 Degranulasi sel mast sebagai respon terhadap hasil alergen dalam pelepasan
mediator seperti histamin, eosinofil, leukotriens C4, Da, dan E4. Histamin
menginduksi kontriksi otot polos dan bronkospasme, kemudian makrofag alveolar
melepaskan sejumlah mediator inflamasi.
 Produksi faktor kemotatik neutrofil dan faktor kemotatik eosinofil mempercepat
proses inflamasi.
• Patofisiologi
 Jalur 5 lipoksigenase dari metabolisme asam arakidonat bertanggung jawab untuk
produksi sisteinil leukotrien. Lk C4,D dan E dilepaskan selama proses inflamasi dan
mnghasilkan bronkospasme, sekresi lendir, dan edema saluran napas.

 Sel epitel berpartisipasi dalam peradangan menyebabkan peningkatan respon


jalan napas, kemudia kelenjar bronkial bertambah besar ukurannya, lendir yang
keluar dari penderita asma viskositasnya tinggi

 Otot polos saluran napas reseptor B-adrenergik menghasilkan bronkodilasi,


sistem saraf non adrenergik dan nonkolinergik di bronkus dapat memperkuat
peradangan asma.

Dipiro ed 7, Hlm 906


• TANDA & GEJALA
ASMA KRONIS
 Asma ditandai dengan dispnea episodik yang berhubungan
dengan mengi, tetapi gambaran klinis asma beragam. Pasien
juga mungkin mengeluhkan episode dispnea, sesak dada, batuk
(terutama di malam hari), mengi, atau suara siulan saat bernapas.
Ini sering terjadi saat olahraga tetapi dapat terjadi secara spontan
atau berhubungan dengan alergen yang diketahui.

 Tanda termasuk mengi saat auskultasi, batuk kering, atau tanda


atopi (misalnya, rinitis alergi atau eksim).

Dipiro ed 7, Hlm 906


• TANDA & GEJALA
ASMA KRONIS

Asma dapat bervariasi dari gejala harian kronis hingga hanya gejala
intermiten. Interval antara gejala mungkin beberapa hari, minggu,
bulan, atau tahun.

 Tingkat keparahan ditentukan oleh fungsi paru-paru, gejala, bangun


di malam hari, dan gangguan pada aktivitas normal sebelum terapi.
Pasien dapat hadir dengan gejala intermiten ringan yang tidak
memerlukan obat atau hanya kadang-kadang menggunakan short-
akting dihirup β 2agonis gejala asma kronis yang parah meskipun
menerima beberapa obat.

Dipiro ed 7, Hlm 907


• TANDA & GEJALA
ASMA AKUT
Asma yang tidak terkontrol dapat berkembang menjadi akut di mana
peradangan, edema saluran napas, penumpukan lendir yang berlebihan,
dan bronkospasme yang parah menyebabkan penyempitan saluran
napas yang parah yang tidak responsif terhadap terapi bronkodilator
biasa.

Pasien mungkin cemas pada distress akut dan mengeluhkan


dispnea berat, sesak napas, dada sesak, atau rasa terbakar.
Mereka mungkin hanya dapat mengucapkan beberapa kata
dalam setiap tarikan napas. Gejala tidak responsif terhadap
tindakan biasa.
Tanda termasuk mengi saat ekspirasi dan inspirasi saat
auskultasi, batuk kering, takipnea, takikardia, pucat atau
sianosis, dan dada hiperinflasi dengan retraksi interkostal dan
supraklavikula. Suara napas bisa berkurang dengan obstruksi
yang sangat parah. Dipiro ed 7, Hlm 907-908
• DIAGNOSIS
ASMA KRONIS
 Diagnosis asma ditegakkan terutama oleh riwayat episode berulang seperti
batuk, mengi, sesak dada, atau sesak napas dan spirometri konfirmatori.

 Pasien mungkin memiliki riwayat keluarga alergi atau asma atau memiliki
gejala rinitis alergi. Riwayat olahraga atau udara dingin yang memicu
dispnea atau peningkatan gejala selama musim alergen tertentu juga
menunjukkan asma.

 Spirometri menunjukkan obstruksi (volume ekspirasi paksa dalam 1 detik


[FEV1] / kapasitas vital paksa kurang dari 80%) dengan reversibilitas
setelah pemberian β 2-agonis inhalasi (setidaknya peningkatan 12% pada
FEV1). Kegagalan fungsi paru untuk membaik secara akut tidak serta
merta menyingkirkan asma. Jika spirometri dasar normal, uji tantang
dengan olahraga, histamin, atau metakolin Dipirodapat eddigunakan
7, Hlm 906 untuk
memperoleh BHR.
Dipiro ed 7, Hlm 908
• DIAGNOSIS
ASMA AKUT
 Peak Expiratory Flow (PEF) dan FEV1 kurang dari 50% dari nilai prediksi
normal. Oksimetri nadi menunjukkan penurunan oksigen arteri dan saturasi
O2. Prediktor terbaik dari hasil adalah respon awal terhadap pengobatan yang
diukur dengan peningkatan FEV1 pada 30 menit setelah βinhalasi 2- agonis.

 Tekanan darah arteri dapat dinyatakan asidosis metabolik dan rendah PaO2.

 Riwayat dan pemeriksaan fisik harusfisik harus diperoleh selama


terapi awal diberikan. Riwayat eksaserbasi asma sebelumnya
(misalnya, rawat inap, intubasi) dan penyakit yang menyulitkan
(misalnya penyakit jantung, diabetes) harus diperoleh. Pasien
harus diperiksa untuk menilai status hidrasi; penggunaan otot
aksesori pernapasan; dan adanya sianosis, pneumonia,
pneumotoraks, pneumomediastinum, dan obstruksi saluran napas
bagian atas. Hitung darah lengkap mungkin sesuai untuk pasien
dengan demam atau sputum purulen.
Dipiro ed 7, Hlm 908
• Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometer
Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter
Uji reversibilitas (dengan bronkodilator)
Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada/tidaknya hiperaktivitas
bronkus
Uji alergi (tes tusuk kulit/ skin prick test) untuk menilai ada atau
tidaknya alergi
Foto toraks, pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkiran penyakit
asma.

(KepMenKes RI Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008 tentang


pengendalian penyakit asma)

Dipiro ed 7, Hlm 908


TANDA dan GEJALA
(DIPIRO 2015 edisi 9 hal. 822)
 Asma Kronik Asma Akut

Gejala Tanda Gejala Tanda


mengi saat
dispnea, sesak ekspirasi Tanda-tanda
Pasien mungkin
dada, batuk pada gelisah dalam termasuk mengi
(terutama di auskultasi; tekanan akut dan ekspirasi dan
Indonesia) mengeluh dispnea inspirasi pada
kering, berat, sesak napas, auskultasi, batuk
malam), batuk; dan kering yang
sesak dada, atau
mengi, atau atopi terbakar. Mereka berulang,
bersiul saat (misalnya, mungkin hanya bisa takhipenia, kulit
bernafas mengucapkan pucat atau
rinitis alergi beberapa patah kata kebiruan dan
atau eksim) setiap nafas. dada
Gejalanya tidak mengembang
responsif terhadap
tindakan biasa
(tindakan singkat
dihirup β-agonis).
General Approach to the Management of Chronic
Asthma
(dipiro hal 1139, 2020)
Algoritma Penyakit Asthma
DIPIRO HAL 1153, 2020
6 Dosages of Drugs for Treatment of Acute Severe
Exacerbations of Asthma DIPIRO HAL 1156, 2020
Inhaled Corticosteroid Products, Lung Delivery,
and
Comparative Daily Dosages
Efek samping glucocorticoid systemic
(dipiro hal 1180, 2020)
Efek samping inhaler corticosteroids
(dipiro hal 1182, 2020)
Cara penggunaan
(DIPIRO HAL 1166, 2020)
KASUS

Dari hasil assessment yang dilakukan di UGD diketahui SA mengalami sesak


nafas dimana ia hanya dapat berbicara 4 sampai 5 kata dalam kalimat. SA
dilaporkan mengalami takipnea dengan RR 54x/menit. Tanda vital lainnya
menunjukkan HR 160x/menit, tekanan darah 115/59, suhu 38.℃, berat
badan 22,7kg. Pada pemeriksaan awal saturasi oksigen pasien 88% sehingga
langsung diberikan oksigen 3L/menit. Hasil x-Ray menunjukan adanya
konsolidasi pada lobus kanan bawah. Setelah mendapatkan 3x
Albuterol/Ipratropium nebulasi, suara nafasnya berbunyi dan oksigenasinya
tidak membaik; sehingga SA mulai diberikan albuterol via nebulasi kontinu
10 mg/jam, dan oksigen dititrasi 3L/menit. SA juga diberikan
metilprednisolon 25mg IV dan magnesium sulfat 600mg IV. SA kemudian
dipindahkan ke PICU untuk penanganan dan monitoring lebih lanjut
Riwayat penyakit sebelumnya :
Asma; terakhir dirawat rumah sakit 4 tahun yang lalu, dan menjalani 2 kali
pengobatan dengan kortikosteroid sebelumnya.

Riwayat Keluarga :
Ayahnya mempunyai asma.

Riwayat sosial :
Tinggal bersama orang tua, dengan dua saudara. Di rumah mempunyai
kucing. Ayah perokok.

Pengobatan yang terakhir diberikan :


Albuterol 2.5 mgnebul setiap 4-6jamPRN saat serangan
Fluticasonepropionate 44 mcg MDI 2 puff BID
Paracetamol 160 mg/5 mL-10 mL setiap 4 jam PRN demam
Ibuprofen 100 mg/5 mL-10 mL setiap 6 jam PRN demam.

Pemeriksaan fisik:
Kesulitan bernafas

Tanda Vital:
TD 125/69, T37,9oC, RR 40, saturasi O2 94% pada 3L/menit melalui nasal
cannula.
Laboratorium :
Na 141 mEq/L
K 3.1 mEq/L
Cl 104 mEq/L
CO2 29 mEq/L
BUN 16 mg/dL
Scr 0,52 mg/dL
Glu 154 mg/dL
WBC 34,2x 103 /mm3
RBC 5,07x106 /mm3
HCT 41%
Pemeriksaan X-Ray:
RLL (right lower lobe) consolidation
Assessment:
Asma exaserbasi dengan viral pneumonia

Dipiro ed 7, Hlm 912


SUBJECTIVE:

Pasien SA berusia 8 tahun Demam, malaise, batuk non-produktif, mengalami


kesulitan bernafas berupa sesak di pagi hari, kemudian memberikan Albuterol 2,5 mg
via Nebulizer 2 kali dalam 1 jam, diberikan paracetamol dan ibuprofen untuk
mengontrol demam yang dialaminya, memiliki riwayat asma dan terkontrol dengan
baik gejalanya menggunakan albuterol, berbicara 4-5 kata dalam kalimat.
 Riwayat penyakit sebelumnya:  Pengobatan yang terakhir

Asma; terakhir dirawat rumah sakit 4 diberikan:


tahun yang lalu, dan menjalani 2 kali Albuterol 2.5 mgnebul setiap 4-
pengobatan dengan kortikosteroid 6jamPRN saat serangan
sebelumnya.
Fluticasonepropionate 44 mcg MDI 2
 Riwayat Keluarga: puff BID
Ayahnya mempunyai asma. Paracetamol 160 mg/5 mL-10 mL
 Riwayat sosial: setiap 4 jam PRN demam

Tinggal bersama orang tua, dengan Ibuprofen 100 mg/5 mL-10 mL setiap
dua saudara. Di rumah mempunyai 6 jam PRN demam
kucing. Ayah perokok.
Objective:

 Tanda Vital :  Laboratorium :

TD 125/69, T37,9oC, RR Na 141 mEq/L


40, saturasi O2 94% pada K 3.1 mEq/L
3L/menit melalui nasal Cl 104 mEq/L
cannula.
CO2 29 mEq/L
BUN 16 mg/dL
 Pemeriksaan X-Ray: Scr 0,52 mg/dL
RLL (right lower lobe) Glu 154 mg/dL
consolidation WBC 34,2x 103 /mm3
RBC 5,07x106 /mm3
HCT 41%
Assasment

• • • Dipertimbangka
Dipertimbangkan Dipertimbangka n terkait
terkait pemberian n terkait pemberian ibu
dosis fluticasone pemberian dosis
propionate,
profen, karena
karena
paracetamol inj berdasarkan
berdasarkan untuk BB 27,5 literatur obat
literatur dosis kg, karena golongan NSAID
fluticasone berdasarkan akan
propionate yang literatur dosis memperburuk
diberikan kurang yang diberikan kondisi pasien
tepat. kurang tepat. asma.
DRP
No Nama Obat Tepat Tepat Tepat keterangan
Obat Dosis Aturan
penggu
naan
1 Albuterol 2,5 mg nebul    Berdasarkan literatur
setiap 4-6jam PRN (PIONAS BPOM) dosis
saat serangan albuterol inhalasi nebulizer
untuk anak diatas 18 bulan
yaitu 2,5 mg, diberikan 4
kali sehari. Bila diperlukan
dapat diberikan 5 kali
sehari.

2 Fulticasone propionate  -  Berdasarkan literatur


44mcg MDI 2ppuf BID (PIONAS BPOM) dosis
fulticasone propionate
untuk anak usia 1-4 tahun
50-100 mcg 2x sehari
DRP

3 Paracetamol    Berdasarkan literatur


160mg/5mL -10mL (Drug.com) dosis
setiap 4jam PRN paracetamol Iv untuk anak
demam usia 2-12 tahun yaitu 12,5
mg/kgBB setiap 4 jam
sekali.
4 Ibuprofen 100mg/5mL-  - - Berdasarkan literatur
10mL setiap 6jam PRN (PIONAS BPOM) pemberian
demam obat golongan NSAID dapat
menimbulkan efek
memperburuk serangan
asma.
Planning

• Disarankan untuk
• Disarankan
untuk menaikan • Disarankan
meningkatkan dosis
fluticasone dosisparasetamol untuk tidak
propionate menjadi inj menjadi memberikan
50 mcg 2x sehari 283,75 mg secara ibu profen,
IV setiap 4 jam karena
sekali dan pemberian ibu
dilakukan profen dapat
monitoring, memperburuk
apabila suhu serangan
tubuh sudah asma.
normal
pemberian
paracetamol
dapat dihentikan.
TUGAS
1) Tentukan dan tuliskan data subjective dan Objective pada lembar CPPT.
2) Tentukan DRP dari hasil analisis dari data yang tersedia dan tuliskan pada
bagian assessment pada lembar CPPT.
3) Tuliskan rekomendasi planning untuk pasien tersebut pada bagian Planning
pada CPPT.
4) Informasi apa (tanda, gejala, data labaratorium) yang menunjukkan
keparahan penyakit asma akut yang dialami pasien pada bagian pembahasan.
5) Tuliskan tujuan terapi dari kasus diatas pada bagian pembahasan.
6) Tuliskan rekomendasi non farmakologi yang dapat diberikan untuk pasien
tersebut pada bagian pembahasan.
7) Tuliskan rencana monitoring yang perlu dilakukan untuk pasien tersebut
pada bagian pembahasan.
8) Sebutkan dan Jelaskan jenis-jenis asma?
Jawaban
S O

Mengalami demam, malaise, dan Ketika di UGD : RR


batuk non-produktif. Serta sesak 54x/menit. Tanda vital
nafas hanya di pagi hari. lainnya menunjukkan HR
  160x/menit, tekanan darah
Riwayat Penyakit Sebelumnya : 115/59, suhu 38.8°C, berat
Asma, terakhir dirawat  di RS 4 badan 22,7kg.
tahun lalu dan menjalani 2x Tanda vital : TD 125/69, T
pengobatan dengan 37.9°C, RR 40, 02 sat 94%
kortikosteroid sebelumnya. pada 3L/menit melalui nasal
cannula
X-Ray : menunjukkan adanya
Riwayat Keluarga: konsolidasi pada lobus kanan
Ayahnya mempunyai asma. bawah. Setelah mendapatkan
3x Albuterol/Ipratropium
Riwayat Sosial: nebulasi
Tinggal bersama orang tua,
dengan dua saudara. Dirumah
mempunyai kucing. Ayah
perokok.
2. Assessment
Penggunaan antipiretik yang berlebihan (2 obat) adanya kemungkinan kecil terjadi
kontraindikasi antara albuterol dengan fluticasone ( bentuk MDI) yang menyebabkan
hipokalemik. (Drug.com)

 DRP : dosis albuterol kurang tepat untuk pasien dengan berat badan 22,7 kg.
Penggunaan dosis paracetamol untuk anak kurang tepat. (Dipiro,2015 hal.828) tetap
kurang tepat untuk asma akut exacerbasi (GINA 2019, hal 104-105)

3. Planning :
 Mengganti fluticasone MDI dengan obat oral kortikosteroid
 Penggunaan antipiretik sebaiknya hanya 1 obat saja dalam resep, memilih antara
ibuprofen atau paracetamol.
 Rekomendasi Sebaiknya dosis albuterol disesuaikan (dinaikkan) dengan berat badan
pasien (0,15-0,3 mg/kg BB). Disarankan dosisnya dinaikkan menjadi 3,4-6,8 mg
(Dipiro 2015, hal : 828)
 Menghentikan penggunaan ibuprofen (DIH)
 Fluticasone sebaiknya diganti dengan kortikosteroid oral yaitu dengan methyl
prednisolone 40-50 mg/hari selama 5-7 hari .

(GINA 2019, hal : 104-105)


4. Tanda dan gejala

Mengalami demam, malaise, dan batuk non-produktif. Serta sesak nafas hanya di pagi hari.
Mengalami sesak napas dimana ia hanya dapat berbicara 4 sampai 5 kata dalam kalimat.
SA dilaporkan mengalami takipnea dengan RR 54x/menit.

Hasil laboratorium
Tanda Vital:
Rate Respiratory  : 40
O₂ sat : 94% pada 3L/menit melalui nasal cannula.
Laboratorium:
CO₂  29 mEq/L
Pemeriksaan X-Ray : RLL (right lower lobe) consolidation
5. Tujuan terapi diatas adalah untuk pengobatan asma berat akut
(Dipiro,2015 hal 823)

 Memperbaiki hipoksemia yang signifikan


 Dengan cepat mengembalikan obstruksi jalan napas (dalam beberapa menit)
 Mengurangi kemungkinan kekambuhan obstruksi aliran udara yang parah

6. Rekomendasi non farmakologi (Dipiro,2015 hal 823)

 Menghindari pemicu alergi yang diketahui dapat memperbaiki gejala,


mengurangi pengobatangunakan, dan kurangi BHR. Pemicu lingkungan
(misalnya, hewan) harus dihindari dipasien yang sensitif, dan perokok harus
didorong untuk berhenti.

 Pasien dengan asma berat akut harus menerima oksigen untuk


mempertahankan PaO2 lebih besardari 90% (> 95% pada kehamilan dan
penyakit jantung). Dehidrasi harus diperbaiki;Gravitasi spesifik urin dapat
membantu mengarahkan terapi pada anak-anak ketika penilaian status
hidrasi sulit.
7. Rencana monitoring yang dilakukan untuk pasien tersebut :
 Memonitoring hasil saturasi O2
 Memonitoring nilai RR ( Rate Respiratory )
 Memonitoring hasil Rotgen
 Monitoring spirometri

8. Jenis-jenis asma (Dipiro 7th 2015 hal,822)


Asma akut
Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus diperoleh saat terapi awal diberikan. Riwayat
eksaserbasi asma sebelumnya (misalnya, rawat inap, intubasi) dan penyakit yang
menyulitkan (misalnya, penyakit jantung, diabetes) harus didokumentasikan.Pasien
harus diperiksa untuk menilai status hidrasi; penggunaan otot-otot tambahan
pernapasan; dan adanya sianosis, pneumonia, pneumotoraks, pneumomediastinum, dan
obstruksi jalan napas atas. Hitung darah lengkap mungkin sesuai untuk pasien dengan
demam atau dahak purulen.

Asma kronis
Pasien mungkin memiliki riwayat alergi atau asma keluarga atau gejala rinitis
alergi. Riwayat olahraga atau dispnea yang mengendap di udara dingin atau
peningkatan gejala selama musim alergen tertentu menunjukkan asma.
Soal Latihan
1. Sebutkan tanda dan gejala penyakit asma!
Asma Kronis Asma Akut
Asma ditandai dengan dispnea episodik Asma yang tidak terkontrol dapat
yang berhubungan dengan mengi, sesak berkembang menjadi akut di mana
dada, batuk (terutama di malam hari), peradangan, edema saluran napas,
mengi, atau suara siulan saat bernapas. penumpukan lendir yang berlebihan.
Tanda termasuk mengi saat auskultasi, Pasien mungkin cemas pada distress akut
batuk kering, atau tanda atopi (misalnya, dan mengeluhkan dispnea berat, sesak
rinitis alergi atau eksim) napas, dada sesak, atau rasa terbakar

Tanda termasuk mengi saat ekspirasi


dan inspirasi saat auskultasi, batuk
kering, takipnea, takikardia, pucat
atau sianosis, dan dada hiperinflasi
dengan retraksi interkostal dan
supraklavikula. Suara napas bisa
berkurang dengan obstruksi yang
Dipiro ed 7, Hlm 907-908 sangat parah.
• SOAL
LATIHAN
2. Sebutkan etiologi penyakit asma!
Obstruksi (berhubungan dengan bronkospasme, edema
dan hipersekresi), BHR, dan radang saluran napas.
Alergen yang dihirup menyebabkan reaksi alergi fase
awal yang ditandai dengan aktivasi sel yang membawa
antibodi imunoglobulin E (IgE) spesifik alergen.

(Dipiro ed 7, Hlm 906)


• SOAL
LATIHAN
3. Jelaskan Algoritma terapi penyakit asma!
Asma akut (saat serangan), penatalaksanaan asma
sebaiknya dilakukan oleh pasien di rumah, apabila
tidak ada perbaikan segera ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Penanganan harus cepat dan
disesuaikan dengan derajat serangan. Penilaian
berat serangan berdasrkan riwayat serangan
termasuk gejla, pemeriksaan fisik dan sebaiknya
pemeriksaan faal puri, untuk selanjutnya
diberikan pengobatan yang tepat dan cepat.
• SOAL
LATIHAN
Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya β2
agonis kerja cepat yang diberikan dalam bentuk inhalasi.
Bila tidak memungkinkan dapat diberikan secara
sistemik. Pada dewasa dapat diberikan kombinasi dengan
teofilin/aminofilin oral.

Pada keadaan tertentu (seperti ada riwayat serangan


berat sebelumnya) kortikosteroid oral (metilprednisolon)
dapat diberikan dalam waktu singkat 3-5 hari. pada
serangan sedang dapat diberikan β2 agonis kerja cepat
dan kortikosteroid oral. Pada dewasa dapat ditambahkan
ipaptropium bromida inhalasi, aminofilin IV (bolus atau
drip). Pada anak belum diberikan ipaptropium bromida
inhalasi maupun aminofilin IV
• SOAL
LATIHAN
Pada serangan berat pasien dirawat dan diberikan
oksigen, cairan IV, β2 agonis kerja cepat,
ipaptropium bromida inhalasi, kortikosteroid IV,
dan aminofilin IV.
Pada serangan asma mengancam jiwa langsung
dirujuk ke ICU
Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan
untuk mengontrol asma dan mencegah serangan.
Pengobatan asma jangka panjang disesuaikan
dengan klasifikasi bertanya asma. Prinsip
pengobatan jangka panjang meliputi : edukasi,
obat asma (pengontrol dan pelega), dan menjaga
kebugaran.
• SOAL
LATIHAN
Obat asma terdiri dari obat pelega dan
pengontrol. Obat pelega diberikan pada saat
serangan asma, sedngakn obat pegontrol
ditujukan untuk pencegahan serangan asma dan
diberikan dalam jangka panjang dan terus
menerus. Untuk mengontrol asma digunakan anti
inflamasi (kortikosteroid inhalasi).

(Kemenkes RI NO. 1023/MENKES/SK/XI/2008


tentang pengendalian penyakit asma)
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai