PERCOBAAN 2
RINITIS ALERGI
Disusun oleh:
PURWOKERTO
2019
A. KASUS
IDENTITAS PASIEN
Usia : 60 tahun
Alamat : Sokaraja
Keluhan sering bersin-bersin dan gatal di hidung dan cairan bening ingus yang
banyak. Keluhan bersin-bersin di rasakan dan terjadi lebih sering pada pagi hari. Keluhan
disertai rasa gatal dihidung dan diikuti dengan keluarnya cairan encer bening dari hidung
yang banyak dan tidak berhenti. Pasien juga menguluh hidung tersumbat, sehingga
kemampuan membedakan bau menjadi berkurang, namun pasien masih dapat bernafas.
Kadang kadang nyeri pada sekitar hidung dan pipi terutama bila menunduk tetapi tidak
selalu. Tidak ada keluar cairan dan nyeri pada telinga. Tidak mengi, pasien tidak memiliki
alergi terhadap makanan apapun, tetapi ia memiliki riwayat alergi debu. Pasien sering
mengalami keluhan serupa sejak pasien masih kecil. Namun dirasakan hilang timbul,
biasanya keluhan muncul pagi pagi. Bersin-bersin yang terlalu sering dirasakan menganggu
pasien bekerja. Ia mengatakan bahwa dapat mengalami keluhan seperti ini 4-5x dalam
sebulan.
Riwayat penyakit dengan keluhan serupa diakui, dan memang sering kambuh. Ia juga
memiliki riwayat alergi debu. Riwayat alergi terhadap makanan dan obat tertentu tidak ada.
Riwayat asma sebelumnya tidak pernah. Pasien sering mengalami mabuk perjalanan (motion
sickness).
Riwayat keluhan serupa dalam anggota keluarga tidak ada. Tidak ada asma dan alergi
makanan atau obat dalam keluarga. Tetapi ibu memiliki alergi terhadap laktosa pada susu
Keadaan Umum
Tanda Vital
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
B. DASAR TEORI
1. DEFINISI
mengenai sampai 40% populasi di beberapa negara, dan menimbulkan dampak yang
serius pada kualitas hidup. Meskipun bermacam-macam obat dapat digunakan untuk
mengobati rinitis alergi, antihistamin yang merupakan pilihan obat pertama. Hampir
seluruh pengobatan rinitis alergi hanya ditujukan untuk mengurangi gejala tetapi tidak
interaksi antara alergen-alergen dengan IgE akan mengaktivasi sel mast yang akan
Rhinitis alergi dapat terjadi pada wanita dan pria dengan kemungkinan yang
sama. Penyakit ini herediter dengan predisposisi genetic kuat,bila dari salah satu orang
tua menderita alergi maka kemungkinan 30% bakat alergi diwariskan kepada
keturunannya, dan bila kedua orang tua menderita akan diperkirakan mengenai sekitar
50% keturunannya. Rhinitis dapat terjadi pada siapa saja baik anak, remaja maupun
dewasa, namun gejala rhinitis alergi bisa tampak pada usia remaja ataupun dewasa
muda. Gejala rhinitis alergi berupa bersin (5-10 kali berturut-turut) rasa gatal (pada
Rhinitis alergi menjadi kajian intensif oleh para peneliti untuk melihat dari
kesehatan dalam terapeutik dan prevalensi. Di lain halnya, meskipun bukan tergolong
pengobatan menjadi alasan rhinitis alergi untuk dibahas lebih lanjut, dimana
pengobatan rhinitis alergi dapat dikatakan mudah dan bisa menjauhi factor pengaruh
terjadinya rhinitis alergi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas kasus dari
Berdasarkan waktu paparan alergen, ada dua tipe rhinitis alergi yaitu (Zullies, 2016) :
1. Rhinitis seasonal (hay fever), yaitu alergi yang terjadi karena menghirup alergen
yang terpapar secara musiman, seperti serbuk sari bunga. Pada umumnya
2. Rhinitis perrenial, yaitu alergi yang terjadi tanpa tergantung musiman, misalnya
alergi debu, kutu rumah, bulu binatang, jamur, dan lain-lain , dan umumnya
menyebabkan gejala kronis yang lebih ringan. Alergennya umumnya diperoleh dari
dalam rumah.
3. Rinitis occupational, yaitu alergi yang terjadi sebagai akibat paparan allergen di
tempat kerja, misalnya paparan terhadap agen dengan bobot molekul tinggi, agen
berbobot molekul rendah, atau zat-zat iritan, melalui mekanisme imunologi atau
Definisi menurut WHO ARIA (Allergenic Rhinitis and its Impact Asthma)
tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rasa gatal dan
tersumbat setelah mukosa hidung tepapar alergen yang diperantarai oleh igE.
2. Etiologi
berperan pada ekspresi rhinitis alergi. Penyebab rhinitis alergi tersering adalah elergen
inhalan dan ingestan pada anak-anak. Pada anak-anak sering disertai gejala alergi lain,
seperti urtikaria dan gangguan pencernaan. Penyebab rhinitis alergi dapat berbeda
tergantung dari klasifikasi. Beberapa pasien sensitif terhadap beberapa alergen. Alergen
yang menyebabkan rhinitis alergi musiman biasanya berupa serbuk sari atau jamur.
Rhinitis alergi perrenial (sepanjang tahun) diantaranya debu tungau, terdapat dua
binatang peliharaan, seperti kecoa dan binatang pengerat. Factor resiko untuk
tepaparnya debu tungau biasanya karpet serta spray tempat tidur, suhu yang tinggi dan
factor kelembabpan udara. Kelembabpan yang tinggi merupakan factor resiko untuk
tumbuhnya jamur. Berbagai pemicu yang berperan dan memperberat adalah factor
nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma yang kuat merangsang dan
perubahan cuaca.
debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
Alergen injektan, yang masuk melalui sutikan atau tusukan, misalnya penisilin
Alergen kontakkan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan
Pada paparan pertama, alergen dari udara terhirup oleh hidung dan kemudian
terhadap alergen tertentu, sehingga host/inang akan tersensitisasi. IgE yang diproduksi
tersebut akan berkaitan dengan sel mast pada reseptornya. Pada paparan berikutnya, IgE
yang sudah berikatan pada sel mast tersebut akan berinteraksi dengan alergen dan
memicu pelepasan histamin dan mediator inflamasi lain yang berasal dari metabolisme
Berbagai jam setelah terjadinya reaksi awal alergi, reaksi fase lambat dapat
terjadi. Reaksi fase lambat melibatkan masuknya sel-sel inflamasi (eosinophil, monosit,
makrofag, dan basofil) menuju tempat inflamasi dan juga terjadi aktivitas limfosit. Gejala
fase lambat dalam bentuk sumbatan nasal dimulai 3-5 jam setelah paparan antigen dan
Rangkaian peristiwa yang memicu reaksi rhinitis alergi. Alergen akan berikatan
dengan sel T yang akan mengaktifkan sel B menjadi sel plasma yang akan memproduksi
Klasifikasi rhinitis alergi menurut ARIA (Allergenic Rhinitis and its Impact on Asthma)
tahun 2008
Lebih dari 4 hari seminggu, atau lebih dari 4 minggu setiap saat
Persisten
kambuh
Berdasarkan Keparahan dan Kualitas Hidup
1. gangguan tidur
Sedang
Berat
3. gangguan pada sekolah atau pekerjaan .
Klasifikasi ini sesuia dengan keadaan di indonesia, yang hanya memiliki dua musim,
yaitu musim hujan musim kemarau. Dengan dua musim tersebut sulit untuk menemukan
kejadian rhinitis musiman yang biasanya terjadi pada musim semi di Negara empat musim.
Selain itu, klasifikasi lama akan menyulitkan jika pasien memiliki sensitivitas terhadap
banyak alergen, baik yang bersal dari luar(musiman), maupun dari dalam rumah (Zullies,
2016).
Selain rhinitis alergi, dikenal pula rhinitis non alergi yang disebut rhinitis vasomotor
atau rhinitis idiopatik dan rhinitis struktural. Rhinitis vasomotor disebabkan karena
sensitivitas pembuluh darah hidung terhadap perubahan kondisi lingkungan seperti perubahan
suhu, kelembabpan, dan adanya iritan, seperti asap, bau-bauan (parfum), kabut, dan lain-lain.
Faktor Resiko
Rinitis alergi mempengaruhi sekitar 50 juta orang di Amerika pada semua rentang
usia. Di Indonesia, rinitis alergi memiliki prevalensi yang relatif rendah dibandingkan negara-
negara lain (kurang dari 5%) tetapi insidensi rinitis alergi terus mengalami peningkatan.
Rinitis alergi paling sering terjadi kondisi kronis pada anak-anak, walaupun hal tersebut dapat
berkembang kapan saja pada usia berapa pun. Sekitar 20% kasus disebabkan karena alergi
a. Riwayat Keluarga
Rinitis alergi muncul dengan melibatkan komponen genetik. Anak dari salah
satu orang tua (ayah saja atau ibu saja) yang memiliki riwayat rinitis alergi memiliki
signifikan jika kedua orang tua memiliki riwayat rinitis alergi (Zullies, 2016).
b. Paparan Lingkungan
alergi. Paparan asap rokok juga dapat meningkatkan serum IgE (>100 IU/ml) pada
mereka yang berumur dibawah 6 tahun, penderita eksim, dan pada perokok pasif
(Zullies, 2016).
c. Pemberian ASI
Pemberian ASI secara eksklusif selama 4 bulan dapat mencegah atau menunda
bersin-bersin dan dermatitis atopik pada bayi yang memiliki resiko tinggi. Beberapa
tipe susu formula anak-anak yang dibuat tanpa susu sapi dimungkinkan dapat
membantu mencegah alergi tetapi belum ada bukti mengenai apakah susu kedelai
Gejala rhinitis alergi antara lain adalah hidung berair (rhinorrhea), bersin-bersin,
hidung tersumbat, pilek, radang konjungtiva, rasa gatal dimata, hidung atau telinga.
pada banyak kasus penyebab pendukungnya adalah sinusitis atau polip. Postnasal drip
dan batuk kadang-kadang juga sangat mengganggu. Postnasal drip adalah sensasi dahak
yang kental pada tenggorokan sehingga tenggorokan dapat terinfeksi. Gejala rhinitis
alerhi ini dapat menyebabkan penderita tidak bisa tidur (insomnia), tidak enak badan,
lesu, dan efisiensi kerja berkurang. Rhinitis alergi mmerupakan factor resiko untuk asma.
Kurang lebih 90% penderita asma yang berusia kurang dari 16 tahun mengidap alergi.
Untuk rhinitis vasomotor, gejala utamma adalah hidung berair dan tersumbat, namun
tidak ada sensasi gatal atau bersin-bersin seperti pada rhinitis alergi. Dari kekerapan
Karakteristik gejala
Sifat gejala klinik pada rhinitis alergi
klinik
Intermiten Persisten
6. Diagnosis
pembengkakan selaput mukosa hidung, sekresi hidung yang encer, airmata, dan bengkak
eosinofil. Jumlah eosinofil perifer akan meningkat, tetapi hal ini tidak spesifik dan tidak
terlalu membantu. Pendukung diagnosis yang lain adalah hasil test kulit (skin prick test)
yang menunjukkan adanya reaksi terhadap IgE spesifik, atau RAST (Radio allegro
sorbent test) yaitu test alergi yang mengukur kadar IgE dalam darah (Zullies, 2016).
Algoritma tatalaksana terapi rhinitis alergi (zullies, 2016)
Lakukan kontrol lingkungan yang tepat
Untuk rhinitis perennial, sekali gejala terkontrol Untuk rhinitis musiman, sekali gejala terkontrol
dengan efek samping minimal, teruskan terapi dan dengan efek samping minimal, lanjutkan terapi
pantau dalam 6 sampai 12 bulan sapai musim alergi pasien berakhir. Diskusikan
kapan terapi harus dimulai lagi.
Jika gejala masih tidak terkontrol, pertimbangkan penggunaan montelukast. Pertimbangan tambahan :
nilai apakah pasien perlu menjalani imunoterapi jika farmakoterapi tidak cukup efektif
PTO – 2. OBJEKTIF
RR 18-24 20 x/menit
mmHg
B. STATUS THT
Telinga
Auris
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Preaurikula Kongenital - -
Trauma - -
Aurikula Kongenital - -
Trauma - -
Retroaurikula Edema - -
Hiperemis - -
Nyeri tekan - -
Sikatriks - -
Fistula - -
Fluktuasi - -
Secret - -
Serumen - -
Edema - -
Jaringan granulasi - -
Reflex cahaya + +
Hidung
Dextra Sinistra
Keadaan luar Bentuk dan ukuran
d.b.n d.b.n
Edema + +
Krusta - -
Septum Deviasi - -
Polip/Tumor - -
Pasase Udara + +
Mulut
Maksilofasial : bentuk simetris, nyeri tekan (-), paresis saraf kranial (-).
1. Pada hidung bisa dijumpai pada rhinoskopi anterior tampak mukosa edema, berwarna
pucat, dan adanya secret encer yang banyak sehingga pemeriksaan fisik diagnostic
JENIS OBAT
Nama Dagang/Generik
sint
Masalah Drug-related
(DRPs)
menyebabkan
relaksasi bronkial
Allergy Blackwell
Munksgaard, 2008).
Kuala, 2011).
memiliki Amoxan Tidak sesuai Tidak sesuai karena pada -
spectrum pemeriksaan klinik pada
antibakteri berupa pemeriksaan vital pasien
organisme gram tidak ada yang menandakan
Rhinitis positif dan gram pada pasien terinfeksi
negative, bakteri.
Alergi menghambat ( arroll B, 2002)
biosintesis
mucopeptide
dinding sel,
bioavailabilitas
dan stabil untuk
asam lambung (
arroll B, 2002)
de hingga
mengencerkan
lapisan mucus
sehingga lebih
mudah
dikeluarkan
melalui batuk.
(jurnal preshopital
and disaster
medicine,2011)
Indikasi pada Pasien dan Pemilihan Obat
Dosis
Nama Obat Dosis dari literature Rekomendasi/Saran
pemberian
Obat
keluar.
5. DRUG INTERACTIONS
Parameter
Klinik)
dengan keluarnya
cairan di hidung
Rhinitis alergi Nasonex nasal spray 1xsehari 2 Pasien mempunyai Tidak ada
spray ( 50 lanjut
mcg / spray )
pada tiap
lubang
hidung
Rhinitis alergi Stimuno forte 3x1 kapsul Pasien mempunyai Tidak ada
sickness lanjut
sickness lanjut
2. TERAPI NON FARMAKOLOGI
(dipiro,2015)
Pembahasan
yang ditandai dengan gejala kompleks terdiri dari beberapa kombinasi gejala sebagai
berikut diantaranya adalah bersin, hidung tersumbat, gatal-gatal, sinus dan sinus
(zullries, 2016)
mempertahankan kualitas hidup agar pasien rhinitis alergi. Peran apoteker dalam
penanganan penyakit rhinitis alergi adalah dapat mengatasi masalah yang terkait obat
yang timbul dalam rhinitis alergi dan dapat memberikan informasi dan konseling pada
rawat jalan dan pasien tersebut menderita penyakit rhinitis alergi. Pasien berumur 60
tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan sering bersin-bersin dan gatal di
hidung dan cairan bening ingus yang banyak. Keluhan diatas disertai rasa gatal di
hidung dan diikuti dengan keluarnya cairan encer bening dari hidung yang banyak dan
tidak berhenti. Pasien juga mengeluh hidung tersumbat, sehingga pasien tidak dapat
menghirup dan merasakan bau menjadi berkurang, namun pasien masih bisa bernapas
meskipun tidak lancar seperti biasanya. Kadang-kadang nyeri pada daerah di sekitar
hidung dan pipi terutama bila menunduk tetapi tidak selalu. pasien Tidak mengi,
pasien tidak memiliki alergi dengan makanan, tetapi pasien memiliki riwayat terhadap
alergi debu.
Tekanan Darah 140/100 mmHg, temperature suhu normal (37,20C) Denyut nadi nilai
RR normal (80x/menit dan 20x/menit), dengan status generalis dalam batas normal.
mentis dan keadaan sakit sakit ringan. dan telah dilakukan pemeriksaan THT, dan
hasil data yang diperoleh kondisi telinga bagian membrane timpani berwarna putih
keabuan yang kanan maupun kiri, dan menimbulkan refleks cahaya. Pada bagian
hidung, pada organ luar yaitu rhinooskopi anterior mukosanya tampak pucat, postif
mengandung secret, edema, dan pasase udara baik pada bagian kanan maupun kiri.
pasien mengalami bersin-bersin dan gatal di hidung dan cairan bening ingus
yang banyak, bersin –bersin, gatal pada hidung, keluar cairan encer pada hidung. dan
gejala alergi dapat menggunakan nasonex nasal spray yang berisi mometasone dengan
dosis penggunaan 1 fl 3x sehari, semprot / spray (50 mcg / spray) pada tiap lubang
dengan isi phylnthus niruri yang merupakan immunomodulator pada herbal dengan
mengurangi asam lambung naik pada saat terjadinya mual dengan cara menghambat
pengikatan histamin secara selektif di reseptor H2. dan untuk metoklorpramid dapat di
gunakan untuk pengolahan kronik danmerupakan anti emetik yang dapat di gunakan
untuk mengobati mabuk perjalanan yang dialami pasien saat pulang dari rumah sakit
sedangkan pada pemakaian antibiotik tidak di gunakan karena tidak ada karena
Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa Rinitis alergi adalah penyakit saluran
pernafasan yang tinggi prevalensinya, mengenai sampai 40% populasi di beberapa negara,
dan menimbulkan dampak yang serius pada kualitas hidup. Meskipun bermacam-macam obat
dapat digunakan untuk mengobati rinitis alergi, antihistamin yang merupakan pilihan obat
pertama. Hampir seluruh pengobatan rinitis alergi hanya ditujukan untuk mengurangi gejala
tetapi tidak merubah perjalanan penyakitnya. untuk terapi farmakologinya menggunakan obat
tremenza 3x2 tab, nasonex nasal spray 1fl S 3 d d 1 dext at sint, dexamethasone 3x2 mg,
stimuno forte 3x1 kapsul, simetidin 200 mg, dan metoklorpramid10 mg. sedangkan mucoxol
dan amoxan tidak di gunakan. dan untuk terapi non farmokologinya meliputi tidak
bersentuhan dengan orang lain, menggunakan masker pada saat keluar rumah, mengganti