PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI
RHINITIS ALERGI
Disusun Oleh
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR. HAMKA
JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWR atas berkah, rahmat dan
hidayahNya laporan praktikum farmakoterapi ini dapat diselesaikan, laporan ini
dibuat sebagai referensi dari proses pembelajaran yang akan kami lakukan dan
juga sebagai tugas mata kuliah yang bersangkutan.
Dalam laporan ini memuat materi serta pembahasan tentang farmakoterapi
khususnya dengan kasus hiperlipidemia. Hal ini diperlukan dalam proses
pembelajaran bagi mahasiswa/I program studi farmasi.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, karenanya
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan, semoga laporan ini
dapaet berguna untuk semuanya. Terima kasih
Jakarta, Desember
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rinitis didefinisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang ditandai
dengan gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala berikut :
bersin, hidung tersumbat, hidung gatal dan rinore. Mata, telinga, sinus dan
tenggorokan juga dapat terlibat. Rinitis alergi merupakan penyebab tersering dari
rinitis.
Rinitis alergi adalah peradangan pada membran mukosa hidung, reaksi
peradangan yang diperantarai IgE, ditandai dengan obstruksi hidung, sekret
hidung cair, bersin-bersin, dan gatal pada hidung dan mata. Rinitis alergi mewakili
permasalahan kesehatan dunia mengenai sekitar 10 25% populasi dunia, dengan
peningkatan prevalensi selama dekade terakhir. Rinitis alergi merupakan kondisi
kronik tersering pada anak dan diperkirakan mempengaruhi 40% anak-anak.
Sebagai konsekuensinya, rinitis alergi berpengaruh pada kualitas hidup, bersamasama dengan komorbiditas beragam dan pertimbangan beban sosial-ekonomi,
rinitis alergi dianggap sebagai gangguan pernafasan utama. Tingkat keparahan
rinitis alergi diklasifikasikan berdasarkan pengaruh penyakit terhadap kualitas
hidup seseorang. Diagnosis rinitis alergi melibatkan anamnesa dan pemeriksaan
klinis yang cermat, lokal dan sistemik khususnya saluran nafas bawah.
B. Tujuan
Yang menjadi tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu:
a. Agar mahasiswa mengetahui pengertian rhinitis alergi.
b. Agar mahasiswa mengetahui apa saja penyebab terjadinya rhinitis alergi.
c. Agar mahasiswa mengetahui bagian klasifikasi dari penyakit rhinitis
alergi.
d. Agar mahasiswa mengetahui tentang mekanisme terjadinya rhinitis alergi.
e. Agar mahasiswa mengetahui cara penanganan atau pengendalian penyakit
rhinitis alergi.
f. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tujuan terapi dan pengobatan yang
sesuai dengan penyakit rhinitis alergi.
BAB II
yang
perlu
TINJAUAN PUSTAKA
1.
A.
Definisi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada
pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia. Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and
its Impact on Asthma) tahun 2001, rinitis alergi adalah kelainan pada hidung
dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa
hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.
etika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von Pirquet,
1986).
Ingestan,
yang
masuk
ke
saluran
cerna,
berupa
Menurut lama atau tidaknya Rhinitis Alergi dapat di bagi menjadi 2 macam,
yaitu :
1. Rhinitis alergi intermiten, yang biasanya akan berlangsung sekitar 2 - 3
hari dalam satu minggu, atau kurang dari 4 minggu.
2. Rhinitis alergi persisten, yaitu rhinitis yang akan berlanjut sampai terus menerus ( lebih dari 4 hari dalam satu minggu atau lebih dari 4 minggu ).
seperti rhinitis alergi yang dialami pada orang yang alergi dengan cuaca
dingin dan berada di daerah pegunungan.
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi:
1. Ringan, bila
Respon sekunder
Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang mempunyai tiga kemungkinan ialah
sistem imunitas seluler atau humoral atau keduanya dibangkitkan. Bila Ag
berhasil dieliminasi pada tahap ini, reaksi
atau memang sudah ada defek dari sistem imunologik, maka reaksi berlanjut
menjadi respon tersier.
Respon tersier
Reaksi imunologik yang terjadi tidak menguntungkan tubuh. Reaksi ini
dapat bersifat sementara atau menetap, tergantung dari daya eliminasi Ag oleh
tubuh. Gell dan Coombs mengklasifikasikan reaksi ini atas 4 tipe, yaitu tipe 1 atau
reaksi anafilaksis (immediate hypersensitivity), tipe 2 atau reaksi sitotoksik, tipe
3
atau
reaksi
kompleks
imun
dan
tipe
atau
reaksi
tuberculin
bersin
bersin
berulang.
namun
hal
ini
bisa
merupakan
keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung
dan
Tanda gejala di mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air
mata keluar (lakrimasi). edema kelopak mata, kongesti konjungtiva, lingkar hitam
dibawah mata (allergic shiner)
Tanda pada telinga termasuk retraksi membran timpani atau otitis media
serosa sebagai hasil dari hambatan tuba eustachii.
Gejala lain yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit kepala,
Tes alergi
Naso endoskopi
2.
rhonosinositis.
3.
polip nasi.
4.
asma.
rhinitis
alergik,
seperti
: Hydroxyzine
BAB III
METODOLOGI
A.Kasus
Bapak Andi, 25 tahun mengalami Rhinitis alergi sejak 1 tahun yang lalu. Apabila
terpapar debu dan udara dingin dia selalu bersin-bersin. Oleh dokter dia
diresepkan obat sbb:
R/
Trifed no XII
S 3dd1 tab
R/
B.PERMASALAHAN
1. Apa yang dimaksud dengan Rhinitis alergi?
2. Sebutkan Komposisi dan Indikasi Obat pada kasus di atas!
3. Jelaskan mekanisme kerja obat pada resep di atas!
4. Jelaskan tatalaksana nonfamakologi pada pasien di atas!
5. Lakukan konseling untuk kasus di atas (waktu konseling 15 menit)
BAB IV
PEMBAHASAN
Indikasi
Nasonex
Komposisi
Mometason
Furoat
Indikasi
50mcg
3. Trifed
Mekanisme kerja: - Memblok reseptor H1 dengan mencegah aksi histamin
- Menekan radang dan proritis yang menyebar
Nasonex
Mekanisme kerja: - Menghambat produksi mediator (sekresi)
-
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penggunaan obat dalam jangka panjang harus dikontrol agar pasien
mengkonsumsinya dengan benar.
Penggunaan alat khusus (nasal spray) harus diberitahukan terlebih
dahulu ke pasien agar tidak salah cara penggunaan.
Menghindari paparan alergi adalah salah satu tindakan yang tepat
agar tidak terjadi rhinitis alergi.
B. Saran
.Pasien harus melakukan perbaikan kualitas hidup sehingga dapat
menjalankan aktifitas sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
DiPiro 2008 Hal 925
Pramudianto A dan Evaria. 2009. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi.
Edisi 9. Jakarta: PT. Buana Ilmu Popule
Iso Vol 44 hal 345,486
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter%20II.pdf