PENDAHULUAN
C. Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini bisa membantu
mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang gangguan sistem imun rhinitis alergi dan
menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana pemberian asuhan
keperawatan pada pasien rhinitis alergi.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Epidemiologi
Rhinitis alergi merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering ditemukan dan
diperkirakan diantarai oleh reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe 1) . Penyakit ini
mengenai sekitar 8% hingga 10% dari populasi penduduk Amerika Serikat (20%-30%
penduduk remaja). Kalau tidak diobati, dapat terjadi banyak komplikasi seperti asma alergi,
obstruksi nasal kronik, otitis kronik dengan gangguan pendengaran, anosmia (ganggua
kemampuan membau), dan pada anak-anak, deformitas dental orofasial. Diagnosis dini dan
terapi yang adekuat sangat penting.
3. Etiologi
Rhinitis alergi disebabkan oleh alergen yaitu zat yang dapat menimbulkan alergi. Zat
tersebut tidak menimbulkan reaksi apapun pada orang yang tidak alergi, namun pada orang
yang alergi, ceritanya bisa berbeda. Misalnya saja debu. Pada orang yang tidak alergi debu,
paparan terhadap debu tidak menimbulkan reaksi. Namun paparan debu pada orang yang
alergi debu dapat memicu reaksi antibodi. Antibodi ini menyebabkan sel mengeluarkan zat
kimia yang menyebabkan gejala seperti hidung berair, gatal, hidung tersumbat, bersin-bersin,
bahkan sesak napas.
Orang yang sedang terkena rhinitis alergi menjadi lebih sensitif terhadap zat iritan
lainnya seperti asap rokok, udara dingin, dan polusi. Rhinitis juga dapat menjadi faktor
pemberat pada asma, sinusitis, infeksi telinga, dan menyebabkan gangguan tidur. Berbeda
dengan rinitis alergi, rinitis non-alergi timbul tanpa reaksi alergi. Rinitis jenis ini dapat timbul
akibat infeksi virus, infeksi bakteri, dipicu oleh makanan dan alkohol, polutan udara,
perubahan hormonal, dan dipicu oleh beberapa jenis obat.
1. Pertumbuhan hormonal seperti yang terjadi pada ibu hamil atau minum pil KB dan menderita
hipertiroid.
2. Psikis yang disebabkan stres, emosi meningkat, serta ada keturunan penderita alergi.
Kemudian dari luar tubuh bisa terjadi dari lingkungan seperti allergen hirupan dalam bentuk
debu rumah, tungau, jamur, binatang peliharaan seperti anjing, kucing, burung. Juga bisa
penyebabnya dari ketombe, tepung sari bunga (pollen) serta kapuk. Allergen juga bisa terjadi
terhadap makanan dan biasanya makanan yang terbuat dari susu, telur, kacang, coklat, ikan
laut, daging terigu, zat pengawet dan banyak lagi. Selain itu, ada debu dari lingkungan kerja
yang bersifat allergen. Hal itu disebabkan oleh faktor penyebab pencetus yang biasa memicu
timbulnya gejala harus diamati dan dihindari seperti bau-bau yang merangsang. Salah satunya
parfum atau minyak goreng, asap rokok, pembakaran kayu dan sejenisnya. Namun alergi juga
bisa terjadi saat suhu terlalu dingin, panas dan udara lembab.
5. Patofisiologi
Alergen diingesti oleh makrofag, sel dendrite dan limfosit B (sel pembawa antigen atau
APC). Alergen kemudian diproses dan di bawa ke permukaan sel tersebut untuk berinteraksi
dengan limfosit T helper (sel CD4). Pada pasien alergi, jumlah sel dendrite dan limfosit B di
mukosa saluran pernapasan meningkat, yang memungkinkan stimulasi imunitas humoral.
pada alergi, interleukin-4 (IL-4) secara istimewa dilepaskan oleh sel CD4 (fase TH2 pada
produksi sitokin) menghasilkan proliferasi limfosit B. Sel B mengalami “perubahan isotope”
sedemikian rupa sehingga mereka berubah dari memproduksi IgM menjadi memproduksi
sejumlah besar IgE. IgE berikatan dengan sel mast via reseptor Fc berafinitas tinggi dengan
hasil degranulasi sel mast dan pelepasan mediator vasoaktif (misalnya histamin), kemotaktik,
dan inflamasi (misalnya leukotrien). Interleukin lain (IL-8, IL-5) juga dilepaskan dan
mengaktivasi neutrofil (PMN) dan eosinofil (EOS). Tingginya tingkat aktivitas IL-5 mungkin
merupakan tahap penting dalam perpindahan dari sensitisasi alergi ke gejala penyakit aktual.
IL-4 dan IL-5 juga mendorong ekspresi adhesi molekul pada sel endotel dan epitel
mengakibatkan semakin banyak migrasi sel inflamasi, terutama netrofil dan eosinofil.
Respons alergi merupakan respons vascular dan selular yang menyebabkan inflamasi. proses
ini terjadi secara episodic sebagai respons terhadap pajanan allergen, tetapi dapat
mengakibatkan perubahan kronis dalam mukosa pernapasann dengan gejala menetap.
6. Klasifikasi
Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
a. Rinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung
dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat
mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin
dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
b. Rinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan
oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
10. Prognosis
Banyak gejala rinitis alergi dapat dengan mudah diobati. Pada beberapa kasus (khususnya
pada anak-anak), orang mungkin memperoleh alergi seiring dengan sistem imun yang
menjadi kurang sensitif pada alergen.
11. Therapy
Tujuan terapi adalah untuk meringankan gejala. Terapi dapat mencakup salah satu atau
seluruh intervensi berikut ini : tindakan menghindari alergen, farmakoterapi atau imunoterapi.
Terapi yang paling ideal untuk rinitis alergi, seperti halnya alergi pada umumnya, adalah
dengan menghindari kontak dengan alergen penyebab. Biasanya dokter akan memberikan
obat-obat antihistamin atau dikombinasi dengan dekongestan dan kortikosteroid. Setelah
gejala menghilang hendaknya kita tetap menghindari zat-zat yang sudah diketahui dapat
memicu reaksi alergi pada tubuh kita. Bila kita kembali terpapar oleh alergen tersebut maka
gejala alergi akan muncul kembali.
1) Identitas pasien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status, pendidikan, pekerjaan,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register dan dx.medis.
2) Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan dan
alamat.
2. Diagnosa
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya secret yang mengental.
b. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan. Implementasi
merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari perilaku keperawatan
dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang diperlukan
dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan
membantu dan mengarahkan kerja aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi
keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi
Evaluasi dari masalah polisitemia yaitu:
a. Masalah teratasi
b. Masalah sebagaian teratasi
c. Masalah tidak teratasi
d. Muncul masalah baru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rhinitis alergi adalah suatu kondisi klinis yang ditandai dengan peningkatan imunitas
humoral yang dimediasi oleh IgE (hipersensitivitas tipe I) dan terjadi sebagai respons
terhadap antigen lingkungan yang mengakibatkan inflamasi saluran nafas atas. Rhinitis alergi
merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering ditemukan dan diperkirakan
diantarai oleh reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe 1) . Penyakit ini mengenai sekitar
8% hingga 10% dari populasi penduduk Amerika Serikat (20%-30% penduduk remaja).
Rhinitis alergi disebabkan oleh alergen yaitu zat yang dapat menimbulkan alergi.
Faktor penyebab timbulnya gejala ada dua macam yakni dari dalam tubuh yakni
pertumbuhan hormonal seperti yang terjadi pada ibu hamil atau minum pil KB dan menderita
hipertiroid dan psikis yang disebabkan stres, emosi meningkat, serta ada keturunan penderita
alergi. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu rhinitis akut dan rhinitis kronis.
Berdasarkan waktunya rhinitis dapat digolongkan menjadi rhinitis alergi musiman, rhinitis
alergi yang terjadi terus menerus (perennial). Gejala umum rinitis diantaranya bersin, mata
berair, tenggorokan gatal, hidung gatal dan pilek. Asuhan keperawatan pada pasien rhinitis
alergi meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
B. Saran
Kita sebagai seorang perawat perlu mengetahui tentang gangguan sistem imun rhinitis
alergi selain untuk menambah wawasan pengetahuan kita sebagai seorang perawat, juga
untuk berbagi kepada masyarakat tentang informasi tentang gangguan sistem imun rhinitis
alergi. Makalah ini masih jauh dari sempurna, diharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI