Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan

Kumpulan Materi Referensi Keperawatan Anak, Jiwa, Medikal Bedah, Maternitas, Komuniitas

ASUHAN KEPERAWATAN FLU BURUNG


A. Defenisi
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang dikarenakan oleh virus influenza yang ditularkan
oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini antara lain avian
influenza. Penyakit flu burung atau flu unggas adalah suatu penyakit menular yg dikarenakan
oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini, yaitu; dapat bertahan hidup di
air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Di dalam tinja unggas dan dalam
tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30
menit. Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu; tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe
A terdiri dari beberapa strain, yaitu; H1N 1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain. Saat ini,
penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1
(H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari basil studi yang ada menunjukkan
bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam
kotorannya. Virus Inluenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas. Secara
umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami
mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.
Penyebab
• Virus influenza tipe A
• Termasuk famili orthomyxoviridae
• Dapat berubah ubah bentuk
• Terdiri dari hemaglutinin (H) Neuramidase (N). Kedua huruf diberdayakan sbg identifikasi
kodesubtipe flu
burung yang banyak jenisnya
• Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7,sedangkan pada
binatang H1H5
dan N1N9
• Strain yg sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dr sub tipe A H5N1
• Virus tsb dpt bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pd 0°C
• Virus akan mati pd pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°C selama 3 jam dan dgn
ditergent,desinfektan misal formalin cairan yang mengandung iodine
C. Manifestasi Klinik
1) Pada Unggas
 Jengger berwarna biru
 Borok dikaki
 Kematian mendadak
2) Pada manusia
 Demam (suhu > 38°C)
 Batuk & nyeri tenggorokan
 Radang saluran pernapasan atas
 Pneumonia
 Infeksi mata
 Nyeri otot
Masa inkubasi
1. Pada unggas
 I minggu
2. Pada manusia
 1-3 hari
 Masa infeksi 1 hari sblm sampai 3-5 hr sesudah timbul gejala
 Pada anak 21 hari
D. Patofisiologi
1) Unggas → ke unggas, unggas →ke manusia
2) Melalui udara yg tercemar virus H5N1 yg berasal dari :
 Kotoran / sekreta burung / unggas yg menderita flu burung
 Penularan dr unggas kemanusia jg tjd jika manusia tlh menghirup udara yg mengandung virus
flu brng atau kontak langsung dgn unggas yg terinfeksi flu brngh
 Penularan dari manusia kemanusia → belum ada bukti
E. Pencegahan
 Pada unggas :
1) Pemusnahan unggas / burung yg terinfeksi
2) Vaksinasi pd unggas yg sehat
 Pada manusia :
1) Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)
 Mencuci tgn dgn desinfektan dan mandi sehabis bekerja
 Hindari kontak langsung dgn ayam /unggas yg terinfeksi flu burung
 Memanfaatkan alat pelindung diri (ex: masker dan pakaian krja)
 Meninggalkan pakaian kerja di tempat krja
 Membersihkan kotoran unggas setiap hari
 imunisasi
2) Masyarakat umum
 Menjaga daya tahan tbh dgn memakan makanan bergizi & istirahat cukup
 Mengolah unggas dgn cara yg benar yaitu :
 Pilih unggas yg sehat
 Memasak daging unggas dengan suhu ± 80°C selama 1 mnt dan pd telur sampai dgn suhu 64°C
selama 4,5 mnt
F. Penatalaksanaan
1) Oksigenasi bila trdpt sesak napas
2) Hindari dgn pemberian cairan parenteral (infus)
3) Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hr
4) Amantadin diberikan pd awal infeksi,sedapat mungkin dlm waktu 48 jam I selama 3-5 hr dgn
dosis 5 mg/kgBB/hr dlm 2 dosis.bila BB > 45 kg diberikan 100 mg 2 x sehari
Tindakan depkes
1) Melakukan infestigasi pd pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di bbrp daerah KLP flu
burung pd ayam di indonesia ( utk mengetahui infeksi flu burung pd manusia)
2) Melakukan monitoring sec. ketat thd org2 yg pernah kontak dgn org yg diduga terkena flu
burung hingga terlewati 2x masa inkubasi yaitu 14 hr
3) Menyipakan 44 RS diseluruh indonesia utk menyiapkan ruangan observasi thdp px yg di curigai
mengidap avian influienza
4) Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko yaitu prov. Jabar, DKI Jakarta
dan banten serts membentuk Posko di Ditjen PP & pl DENGAN Telp/ fax : ( 021 ) 4257125
5) Menginstruksikan kepada gebernur pemerintah propinsi untuk menibgkatkan kewaspadaan dan
kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu burung di wilayah masing- masing
6) Menigkatkan upaya penkes masyarakat dan membangun jejaring kerja ddengan berbagai pihak
untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat waspada dan tidak panic
7) Meningkatkan koordinasi dan kerja sama denagn departemen pertanian dan pemda dalam upaya
penanggulangan flu burung
8) Mengupayakan informasi yang meliputi aspek lingkungan dan faktor resiko untuk mencari
kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang terdiri dari depkes , deptan, dan WHO.
G. Pengobatan Pada Pasien Flu Burung
• Oksigenasi bila trdpt sesak napas
• Hindari dgn pemberian cairan parenteral (infus)
• Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hr
• Amantadin diberikan pd awal infeksi,sedapat mungkin dlm waktu 48 jam I selama 3-5 hr dgn
dosis 5 mg/kgBB/hr dlm 2 dosis.bila BB > 45 kg diberikan 100 mg 2 x sehari
Tindakan depkes
• Melakukan infestigasi pd pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di bbrp daerah KLP flu
burung pd ayam di indonesia ( utk mengetahui infeksi flu burung pd manusia)
• Melakukan monitoring sec. ketat thd org2 yg pernah kontak dgn org yg diduga terkena flu
burung hingga terlewati 2x masa inkubasi yaitu 14 hr
• Menyipakan 44 RS diseluruh indonesia utk menyiapkan ruangan observasi thdp px yg di
curigai mengidap avian influienza
• Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko yaitu prov. Jabar, DKI
Jakarta dan banten serts membentuk Posko di Ditjen PP & pl DENGAN Telp/ fax : ( 021 )
4257125
• Menginstruksikan kepada gebernur pemerintah propinsi untuk menibgkatkan kewaspadaan dan
kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu burung di wilayah masing- masing
• Menigkatkan upaya penkes masyarakat dan membangun jejaring kerja ddengan berbagai pihak
untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat waspada dan tidak panic
• Meningkatkan koordinasi dan kerja sama denagn departemen pertanian dan pemda dalam
upaya penanggulangan flu burung
• Mengupayakan informasi yang meliputi aspek lingkungan dan faktor resiko untuk mencari
kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang terdiri dari depkes , deptan, dan WHO
PENGKAJIAN

a) Data Dasar Pengkajian Pasien

 Aktivitas/istirahat
Gejala: batuk panjang, kelelahan, demam ringan

Tanda: sesak, kelelahan otot dan nyeri

 Makanan/cairan
Gejala: nafsu makan hilang, mual/muntah, penurunan BB.

Tanda: turgor kulit buruk, penurunan massa otot.

 Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri dada berkembang/berubah naik karena batuk berulang.

 Integritas ego
Tanda: gelisah

 Pernafasan
Gejala : batuk, tarikan nafas panjang.

Tanda : muka merah, sianotik

b) Pemeriksaan diagnostik

 Pemeriksaan sputum
Pengelompokan Data

a) Data Subyektif
 Pasien mengeluh batuk
 Pasien mengeluh nyeri pada dadanya
 Pasien mengeluh sesak
b) Data Obyektif

 Suhu badan berkembang/berubah naik


 Penurunan berat badan
 Turgor kulit buruk
 Mual-muntah
 Nafsu makan hilang
 Pasien tampak gelisah

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, berihubungan dengan
peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental akibat influenza.
Intervensi:
• Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak
dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronkitis);
bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas (asma
berat).
• Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan
atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.
• Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah, ansietas, distres pernapasan,
penggunaan otot bantu.
Rasional : Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain
proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.
• Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk pada
sandaran tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan
memanfaatkan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling
mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu
menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
• Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan
dengan kondisi individu
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
• Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan udara.
2. Diagnosa Keperawatan: Pertukaran gas, kerusakan dapat dihubungkan dengan gangguan
suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi).
Intervensi:
• Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir,
ketidakmampuan bicara/berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses
penyakit.
• Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas.
Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas
untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
• Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau
daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
• Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas
pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
• Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.
• Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk
disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan
hipoksemia.
• Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi aktivitas
pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan
aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu.
Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas
perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan untuk
meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat
meningkatkan rasa sehat.
3. Diagnosa Keperawatan: Nutrisi, perubahan, minus dari kebutuhan tubuh dapat dihubungkan
dengan dispnea.
Intervensi:
• Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat
badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan
obat.
• Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan
konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan
makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
• Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap napsu makan dan
dapat
membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
• Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi
kecil tapi sering.
Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan
untuk meningkatkan masukan kalori total.
• Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Rasional : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan
diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
• Hindari makanan yang sangat pedas atau sangat dingin.
Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
• Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan
evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Catatan: Penurunan berat badan dapat berlanjut, meskipun
masukan adekuat sesuai teratasinya edema.
IMPLEMENTASI
Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi
berat badan dan ukuran tubuh
Mengkaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir,
ketidakmampuan bicara/berbincang
Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi aktivitas
pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan
aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu.
Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak
dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronkitis);
bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas (asma
berat).
Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk pada
sandaran tempat tidur
Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil
tapi sering.
EVALUASI
Setelah melakukan implementasi diharapkan pasien mengalami perubahan yang
diinginkn sesuai dengan intervensi yang dibuat.

Jika pasien tidak mengalami perubahan apapun segera kaji kembali intervensi dan kemudian buat
intervensi yang baru.
Documents.tips
Login / Signup


 Leadership
 Technology
 Education
 Marketing
 Design
 More Topics

 Search

1. Home
2. Documents
3. BAB 3. Askep Flu Burung

Download
of 12

BAB 3. Askep Flu Burung


by kurnia-juliarthi

on Oct 09, 2015

Report

Category:

Documents

Download: 6

Comment: 0

90
views

Share

Comments

Description

flu burung
Download BAB 3. Askep Flu Burung

Transcript

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian 3.1.1 Anamnesa Identitas pasien Nama :
..................... Umur : ..................... Suku / Bangsa : ..................... Agama : .....................
Pendidikan : ..................... Alamat : ..................... 3.1.2 Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan
Sekarang Riwayat penyakit sekarang ditemukannya demam (suhu>37o C), sesak napas, sakit
tenggorokan, batuk, pilek dan diare. b. Riwayat Kesehatan Dahulu Mengkaji apakah ada riwayat
sakit paru-paru atau tidak. Serta mengkaji riwayat perjalanan dalam waktu 7 hari sebelumnya
apakah melakukan kunjungan ke daerah atau bertempat tinggal di wilayah yang terjangkit flu
burung, mengkonsumsi unggas sakit, kontak dengan unggas / orang yang positif flu burung. c.
Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat kesehatan keluarga dilihat dengan cara anamnesa maupun
melihat data kesehatan keluarga bila ada. Mengkaji apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama. Selain itu, kondisi lingkungan rumah juga mempengaruhi, apakah dekat
dengan pemeliharaan unggas dan memelihara unggas. 3.1.3 Pengkajian Pola Gordon 1) Persepsi
kesehatan dan pemeliharaan kesehatan Sebelum sakit: Bagaimana klien menjaga kesehatan?
Bagaimana cara menjaga kesehatan? Saat sakit: Apakah klien tahu tentang penyakitnya? Tanda
dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit? Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya
timbul? Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya? Tanda dan gejala apa yang sering
muncul jika terjadi rasa sakit? 2) Nutrisi metabolik Sebelum sakit: Makan/minum; frekuensi,
jenis, waktu, volume, porsi? Apakah ada mengkonsumsi obat-obatan seperti vitamin? Saat sakit:
Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan? Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minum: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi? 3) Eliminasi Sebelum sakit: Apakah
buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
Apakah mengejan saat buang air besar atau buang air kecil sehingga berpengaruh pada
pernapasan? Saat sakit: Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, waktu,
warna, konsistensi, keluhan nyeri? 4) Aktivitas dan latihan Sebelum sakit: Apakah bisa
melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari? Apakah mengalami
kelelahan saat aktivitas? Apakah mengalami sesak nafas saat beraktivitas? Saat sakit: Apakah
memerlukan bantuan saat beraktivitas (pendidikan kesehatan, sebagian, total)? Apakah ada
keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)? 5) Tidur dan istirahat Sebelum sakit: Apakah tidur klien
terganggu? Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/atau malam ? Kebiasaan sebelum tidur? Saat
sakit: Apakah tidur klien terganggu, penyebab? Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/ atau
malam) ? Kebiasaan sebelum tidur? 6) Kognitif dan persepsi sensori Sebelum sakit: Bagaimana
menghindari rasa sakit? Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja? Apakah
menggunakan alat bantu (kacamata)? Saat sakit: Bagaimana menghindari rasa sakit? Apakah
mengalami nyeri (PQRST)? Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja? Apakah
merasa pusing? 7) Persepsi dan konsep diri Sebelum sakit: Bagaimana klien menggambarkan
dirinya? Saat sakit: Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?
Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya? 8) Peran dan hubungan dengan sesama
Sebelum sakit: Bagaimana hubungan klien dengan sesama? Saat sakit: Bagaimana hubungan
dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, dan dokter)? Apakah peran/pekerjaan terganggu,
siapa yang menggantikan? 9) Reproduksi dan seksualitas Sebelum sakit: Apakah ada gangguan
hubungan seksual klien? Saat sakit: Apakah ada gangguan hubungan seksual klien? 10)
Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres Sebelum sakit: Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya? Bagaimana klien mengatasinya? Siapa yang biasa
membantu mengatasi/mencari solusi? Saat sakit: Bagaimana menghadapi masalah? Apakah klien
stres dengan penyakitnya? Bagaimana klien mengatasinya? Siapa yang biasa membantu
mengatasi/mencari solusi? 11) Nilai dan kepercayaan Sebelum sakit: Bagaimana kebiasaan
dalam menjalankan ajaran Agama? Saat sakit: Apakah ada tindakan medis yang bertentangan
kepercayaan? Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama
yang dianut? Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut
pandang nilai dan kepercayaan? 3.1.4 Pemeriksaan Fisik 1) Aktivitas: lelah, dan tidak bertenaga.
2) Sirkulasi: sirkulasi O2 < 95% , sianosis, nadi mungkin tidak teratur. 3) Eliminasi: diare, bising
usus hiperaktif, karakteristik feces encer, defekasi > 3x/hari . 4) Nyeri atau ketidaknyamanan:
nyeri otot, sakit pada mata, konjungtivitis. 5) Respirasi: sesak napas, ronchi, penggunaan otot
bantu napas, takipnea, RR > 20x/menit, batuk berdahak. 6) Kulit: tidak terjadi infeksi pada
sistem integument. 7) Psikososial: gelisah, cemas. 8) Makanan/cairan: hilang nafsu makan,
anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan
kelembaban kulit. 3.1.5 Analisa Data dan Masalah Data Fokus Problem Etiologi DS : Pasien
mengatakan dadanya terasa nyeri dan sesak saat bernafas DO : 1) Â Pasien mengatakan nyeri
pada tenggorokannya 2) Pasien tampak batuk dan mengeluarkan sputum 3) Pasien tampak sesak
dengan RR diatas 20 x/menit 4) PaO2 atau FiO2 < 250 mmHg Bersihan jalan napas tidak efektif
Peningkatan produksi sputum, penurunan energi, kelemahan. DS : Pasien mengatakan dadanya
terasa nyeri dan sesak saat bernafas DO : 1) Pasien tampak sesak dengan RR diatas 20 x/menit 2)
PaO2 atau FiO2 < 250 mmHg Gangguan pertukaran gas Perubahan membran alveolar, gangguan
kapasitas pembawa O2 darah, gangguan pengiriman O2. DS : 1) Pasien mengatakan badannya
terasa panas 2) Pasien mengatakan nyeri pada tenggorokannya 3) Pasien mengatakan dadanya
terasa nyeri dan sesak saat bernafas DO : 1) Suhu badan pasien meningkat diatas 38 0 C 2) Pada
pemeriksaan photo thorax terdapat infiltrate di paru Resiko tinggi penularan infeksi Perjalanan
penyakit DS: 1) Pasien mengatakan nyeri di daerah persendian 2) Pasien mengatakan sakit
kepala DO: 1) Pasien nampak lemah 2) Pasien tampak sesak dengan RR diatas 20 x/menit
Intoleran aktifitas Kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 DS: 1) Pasien
mengatakan badannya terasa panas 2) Pasien mengatakan nyeri pada tenggorokannya 3) Pasien
mengatakan dadanya terasa nyeri dan sesak saat bernafas DO: 1) Suhu badan pasien meningkat
diatas 380 C Nyeri inflamasi parenkim paru, batuk menetap DS: 1) Pasien mengatakan nyeri
pada tenggorokannya 2) Pasien mengatakan dirinya sempat muntah dan diare 3) Pasien
mengatakan tidak nafsu makan DO: 1) BB menurun 2) Nyeri tekan pada perut Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder, anoreksia,
distensi abdomen DS: 1) Pasien mengatakan badannya terasa panas 2) Pasien mengatakan tidak
nafsu makan 3) Pasien mengatakan dirinya sempat muntah dan diare Resiko tinggi kekurangan
volume cairan dengan kehilangan cairan berlebihan 3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, penurunan energi,
kelemahan. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar,
gangguan kapasitas pembawa O2 darah, gangguan pengiriman O2. 3. Resiko tinggi penularan
infeksi berhubungan dengan proses penyakit. 4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan
kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. 5. Nyeri berhubungan dengan
inflamasi parenkim paru, batuk menetap. 6. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder, anoreksia, distensi abdomen.
7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan
(demam, berkeringat banyak, muntah, hiperventilasi). 3.3 Perencanaan Keperawatan Dx Tujuan
dan Kriteria Intervensi Rasional 1. Dx: Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum, penurunan energi, kelemahan. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan : 1) Frekuensi napas dalam batas normal (16-20
x/menit) 2) Bunyi napas vesikuler 3) Bernapas tidak menggunakan alat bantu napas 4) Tidak ada
dispnea dan sianosis 1. Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada 2. Auskultasi
area paru, catat adanya ronki, mengi, dan krekels. 3. Observasi dan catat batuk yang berlebihan,
peningkatan frekuensi napas, sekret yang berlebihan. 4. Penghisapan sesuai dengan indikasi. 5.
Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari. 6. Bantu mengawasi efek penggunaan nebulizer. 7.
Berikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik. 1. Takipnea,
pernapasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris karena ketidaknyamanan gerakan dinding
dada. 2. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. 3. Batuk adalah
mekanisme pembersihan jalan napas secara alami. 4. Merangsang batuk/pembersihan secara
alami 5. Cairan yang hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret 6. Memudahkan
pengenceran dan pembuangan sekret. 7. Obat untuk menurunkan spasme bronkus dengan
mobilisasi sekret. 2. Dx: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar, gangguan kapasitas pembawa O2 darah, gangguan pengiriman O2. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan : 1) Oksigenasi jaringan dengan AGD dalam
batas normal 2) Tak ada distress pernafasan 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan
bernapas. 2. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis. 3. Awasi
suhu tubuh, bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam. 4. Observasi penyimpangan
kondisi, catat hipotensi, banyaknya jumlah sputum, perubahan tingkat kesadaran. 5. Berikan
terapi O2 dengan benar. 6. Awasi AGD dan sturasi oksigen dengan pulse oksimeter. 1.
Manifestasi distress pernapasan tergantung padaderajat keterlibatan paru dan status kesehatan
umum. 2. Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi, sianosis membran mukosa menunjukkan
hipoksemia sistemik. 3. Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan O2. 4.
Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia. 5. Mempertahankan
PaO2 diatas 60 mmHg. 6. Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru. 3. Dx:
Resiko tinggi penularan infeksi berhubungan dengan proses penyakit. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan : 1) Tidak terdapat tanda-tanda penularan infeksi dari
pasien ke pasien lain, keluarga dan petugas kesehatan. 2) Mencapai waktu perbaikan infeksi
berulang tanpa komplikasi. 1. Pantau ketat tanda-tanda vital, khususnya pada awal terapi. 2.
Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sputum dan melaporkan perubahan warna, jumlah
dan bau sputum. 3. Cegah penyebaran infeksi dari pasien lain, keluarga dan petugas kesehatan
dengan mencuci tangan secara konsisten sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
menggunakan APD. 1. Selama periode waktu ini potensial komplikasi fatal dapat terjadi. 2.
Perubahan karakteristik sputum menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi
sekunder. 3. Organisme yang mudah menular dapat ditularkan melalui kontak langsung. Teknik
mencuci tangan penting dalam mengurangi transian lapisan luar kulit dan menurunkan
penyebaran/tambahan infeksi. 4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, diharapkan : 1) Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas. 2)
Tanda vital dalam rentang normal. 1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporan
dispnea, peningkatan kelemahan . 2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama
fase akut sesuai indikasi. 3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat/tidur. 4. Bantu
perawatan diri yang tidak dapat di lakukan pasien. 1. Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien.
2. Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat. 3. Tirah baring
dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energi untuk
menyembuhkan. 4. Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
O2 5. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan : 1) Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol.
2) Menunjukkan rileks, peningkatan aktifitas dengan tepat. 1. Tentukakan karakteristik nyeri
misalnya tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri. 2. Pantau
tanda-tanda vital. 3. Kolaborasi pemberian analgesic dan antitusif. 1. Nyeri dada biasanya ada
dalam beberapa derajat pada pneumonia. 2. Perubahan frekuensi jantung/TD menunjukkan
bahwa pasien mengalami nyeri. 3. Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk nonproduktif
atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan 6. Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic sekunder,
anoreksia, distensi abdomen Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan : 1) Menunjukkan peningkatan berat badan 2) Menunjukkan peningkatan nafsu
makan 3) Makan habis 1 porsi 4) Tidak ada mual 1. Auskultasi bising usus. 2. Berikan makanan
porsi kecil dengan frekuensi sering. 3. Sajikan makanan dalam keadaan hangat. 4. Berikan
perawatan mulut. 5. timbang berat badan setiap hari. 1. Bising usus mungkin menurunkan bila
proses infeksi berat. 2. Meningkatkan masukan meskipun nafsu makan lambat untuk kembali. 3.
Mengurangi rasa mual. 4. Menghilangkan rasa tidak enak dan bau mulut. 5. Mengetahui
perkembangan status nutrisi 7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berlebihan berhubungan
dengan kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, muntah, hiperventilasi)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan : 1) Membran mukosa
lembab 2) Tugor kulit baik 3) Pengisian kapiler kurang dari 3 detik 4) Tanda-tanda vital stabil 1.
Kaji tanda-tanda vital setiap 4 jam. 2. Kaji tugor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir dan
lidah). 3. Kaji adanya mual/muntah. 4. Tingkatkan pemasukan cairan minimal 2500 ml/sesuai
kondisi pasien. 5. Pantau intake dan output cairan 1. Peningkatan suhu atau demam meningkat
laju metabolic melalui evaporasi. 2. Merupakan indicator langsung keadekuatan volume cairan.
3. Adanya gejala ini menurunkan masuknya oral. 4. Menurunkan resiko dehidrasi. 3.4
Implementasi Keperawatan Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Ttd 13 November 2014 09.00 09.05
09.15 09.30 10.30 10.40 Memantau TTV Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan
dada Mengauskultasi area paru Memberikan cairan hangat 2500 ml/hari untuk memudahkan
pengeluarkan sekret Mengawasi AGD dan sturasi oksigen dengan pulse oksimeter. Memberikan
obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik sesuai advis dokter. 3.5
Evaluasi Keperawatan Tanggal Jam Evaluasi Ttd 13 November 2014 13.00 S: Klien mengatakan
masih sakit kepala, dada masih terasa nyeri, masih sesak nafas, batuk dan lelah. O: Sputum dapat
di keluarkan namun masih sedkit, RR 22 x/menit A: Masalah keperawatan belum tercapai. P:
Intervensi dilanjutkan. DAPUS: Ester, Monica. 2011. NANDA Internasional Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai