PENDAHULUAN
Banyak kematian anak di rumah sakit terjadi pada 24 jam pertama perawatan.
Beberapa kasus kematian tersebut sebetulnya dapat dicegah apabila penyakit
anak tersebut dapat diidentifikasi dengan cepat sejak kedatangannya di rumah
sakit dan diberikan tatalaksana sesegera mungkin, tanpa keterlambatan
penanganan. Anak-anak tersebut tidak jarang meninggal akibat penyakit atau
keadaan yang sebenarnya dapat dicegah bila ditangani dengan segera.
Kegawatan pada bayi dan anak adalah kasus penyakit gangguan
respirasi dan gangguan sirkulasi yang mengancam kematian bayi maupun
anak. Penyebab henti kardiorespirasi tersering pada anak adalah trauma,
infeksi, aspirasi benda asing, sindroma kematian bayi mendadak, kekurangan
volume cairan intravaskular, sepsis dan meningitis. Henti jantung primer
pada anak jarang terjadi, dapat disebabkan oleh penyakit jantung bawaan,
miokarditis, atau distrimia. Pada umumnya henti jantung pada anak terjadi
sekunder setelah henti nafas primer.
Di unit gawat darurat, perawat atau dokter harus mampu melakukan
triase dengan tujuan mengetahui dengan cepat pasien yang jiwanya dalam
keadaan terancam, untuk menentukan pasien mana yang harus lebih dahulu
diperiksa dan mendapat prioritas penanganan. Triase pada anak berbeda
dengan triase pada orang dewasa karena perbedaan faktor anatomi dan
fisiologi anak. Dalam triase anak harus diperhatikan usia, tingkat
perkembangan dan penyakit yang diderita anak. Penilaian ini umumnya
didasarkan pada evaluasi singkat pasien dan tanda vitalnya.
KOMPONEN PENILAIAN
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menilai kasus-kasus pediatrik
digambarkan sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Terdapat
beberapa langkah yang dapat dilakukan secara simultan, terutama bila
terdapat asisten tenaga medis terlatih yang membantu.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian kegawatdaruratan
pada anak adalah sebagai berikut:
1. Penilaian awal (initial assesment)
Komponen-komponen dalam penilaian awal diantaranya adalah:
Pediatric Assesment Triangle (PAT), sebagai first impression
dalam penanganan kasus kegawatdaruratan pada anak
Penilaian primer/ Primary survey, berupa penilaian ABCDE
(Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure)
Penilaian sekuder/ secondary survey, yang meliputi penilaian
tanda vital,anamnesis, dan pemeriksaan fisik yang mendetail
2. Penilaian lanjutan (ongoing assesment)
Appearance Work of
breathing
Circulation to skin
Appearance / Penampilan
Penampilan anak mencerminkan kecukupan oksigenasi, ventilasi, perfusi
otak, homeostasis dan fungsi system saraf.
Metode penilaian penampilan menggunakan metode TICLS
(Tone/Tonus, Interactivity/ status mental, Consolability/ kenyamanan, Look
or gaze/cara memandang, dan Speech or cry/cara bicara atau menangis).
Work of Breathing
Upaya nafas anak mencerminkan jalan napas, ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat. Beberapa hal yang dinilai adalah posisi tubuh, pergerakan yang
terlihat/ visible movement (dada dan perut), freksuensi napas, usaha napas,
suara dari jalan napas
Untuk mempertahankan bebasnya jalan nafas atau untuk membantu
mengurangi kerja pernafasan, anak akan berada pada posisi tertentu seperti
posisi tripod (duduk dengan condong ke depan) menandakan adanya
ketidakmampuan untuk menelan saliva, keadaan ini dapat terjadi pada
obstruksi saluran nafas bagian atas, adanya benda asing, atau infeksi seperti
epiglotitis atau abses retrofaring.
Circulation to skin
Penilaian sirkulasi ke kulit dilakukan untuk menentukan status sirkulasi
berdasarkan: warna lidah, bibir dan telapak tangan. Karakteristik: pucat,
mottling (warna bercak kemerahan yang disebabkan vasokonstriksi atau
sianosis (warna kebiruan pada kulit dan membran mukosa). Sianosis
merupakan tanda lanjut adanya gagal nafas. Nadi yang lemah dan pengisian
kapiler kulit yang lambat menunjukkan adanya penurunan perfusi kapiler dan
syok.
DISTRESS PERNAFASAN
GAGAL NAFAS
SYOK
ATAU
GANGGUAN PRIMER
Sirkulasi kulit (N)
SUSUNAN SARAF PUSAT
Airway
Penilaian saluran nafas adalah penting untuk menentukan apakah terbuka
atau obstruksi. Untuk menilai keutuhan saluran nafas lakukan metode: Look
untuk melihat pergerakan dada dan perut, Listen untuk mendengarkan suara
nafas dan pengaliran udara, Feel untuk merasakan pergerakan udara yang
mengalir dari hidung dan mulut.
Tanda yang menyokong adanya obstruksi saluran nafas:
Meningkatnya upaya nafas yang ditandai dengan retraksi
Suara inspirasi abnormal (mengorok atau stridor)
Tidak ada suara pernafasan walaupun masih ada upaya nafas
(obstruksi total saluran pernafasan)
Jika terjadi obstruksi saluran pernafasan bagian atas, tindakan selanjutnya
adalah menentukan apakah dapat dipertahankan dengan tindakan sederhana
atau perlu intervensi lebih lanjut.
Tindakan sederhana meliputi:
Memberikan posisi yang nyaman kepada anak untuk meningkatkan
keutuhan saluran nafas
Melakukan head tilt chin lift untuk membukan saluran nafas jika tidak
dicurigai fraktur leher
Menghisap dari hidung dan orofaring
Melakukan tindakan menghilangkan obstruksi saluran nafas karena
benda asing:
- Usia < 1 tahun : Menepuk punggung (Back slaps/blows) dan pijat
dada (Chest thrusts)
- Usia > 1 tahun: Haemlich maneuver atau Abdominal thrusts
Gambar 5. Look-Listen-Feel
Gambar 6. Back Blow Manouver
Breathing
Penilaian pernafasan meliputi evaluasi: frekuensi pernafasan, upaya
pernafasan, suara pernafasan, pulse oxymetry.
Ventilasi spontan yang normal adalah upaya nafas yang minimal
ditandai dengan nafas yang tenang dengan inspirasi yang mudah dan
ekspirasi secara pasif. Frekuensi pernafasan yang normal berbanding terbalik
terhadap umur. Neonatus memiliki frekuensi yang cepat kemudian menurun
pada masa bayi dan anak.
Circulation
Penilaian sirkulasi meliputi evaluasi dari fungsi kardiovaskular dan target
organ. Penyebab renjatan tersering pada anak adalah syok hipovolemik
(perdarahan, diare) dan syok septik.
1. Evaluasi Fungsi Kardiovaskuler
Warna kulit dan temperatur
Membran mukosa, ujung jari, telapak tangan dan kaki normalnya
berwarna merah muda. Ketika perfusi terganggu, yang pertama kali
terganggu adalah pada telapak tangan dan kaki akan teraba dingin, pucat,
agak kebiruan atau berbercak. Bila hal ini berlanjut maka kulit di badan
dan ekstremitas akan mengalami perubahan yang sama.
Frekuensi Bunyi Jantung
Takikardia adalah frekuensi jantung yang cepat melebihi frekuensi
normal sesuai usia. Keadaan ini sering ditemukan, namun merupakan
respon yang tidak spesifik. Takikardia sering berhubungan dengan anak
yang mengalami sakit kritis atau trauma. Evaluasi anamnesa, kondisi
klinis anak dan EKG diperlukan untuk menentukan apakah sinus
takikardia atau adanya gangguan irama jantung primer. Bradikardia
adalah frekuensi jantung yang lebih lambat dari frekuensi normal sesuai
usia. Keadaan ini dapat menjadi tanda perburukan dan mengindikasikan
akan terjadi henti jantung. Hipoksia merupakan penyebab tersering
terjadinya bradikardia pada anak. Bila anak yang mengalami bradikardia
disertai dengan penurunan kesadaran atau ditemukan tanda perfusi yang
buruk, maka harus segera dilakukan bantuan ventilasi dan oksigenasi.
Bila anak dengan bradikardia tetap sadar dan responsif maka
pertimbangkan penyebab lainnya seperti blokade jantung atau kelebihan
dosis obat.
Irama jantung
Gambaran abnormal dari denyut jantung dapat dikatakan suatu aritmia.
Pada anak yang normal frekuensi jantung dapat dipengaruhi oleh siklus
pernafasan, frekuensi jantung akan meningkat saat inspirasi dan
melambat saat ekspirasi. Keadaan ini dikatakan sinus aritmia. Namun
harus dicatat sebagai gangguan irama jantung bila irama jantung ireguler
ini tidak berkaitan dengan pernafasan.
Tekanan Darah
Pengukuran harus menggunakan cuff yang sesuai dan dilakukan serial.
Tekanan darah tidak dapat dijadikan parameter awal. Hipotensi
merupakan tanda syok lanjut. Pada bayi kecil dan syok yang sudah
berlangsung lama pemeriksaan tekanan darah menjadi sulit dilakukan.
Hipotensi ditentukan oleh ambang batas tekanan darah sistolik.
Tabel 10. Tekanan darah normal pada anak berdasarkan umur
Tekanan Darah Tekanan Darah
Umur Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Perempuan Laki- Perempuan Laki-laki
laki
Neonatus 60-76 60-74 31-45 30-44
(hr ke-1)
Neonatus 67-83 68-84 37-53 35-53
(hr ke-4)
Bayi (1 bln) 73-91 74-94 36-56 37-55
Bayi (3 bln) 78-100 81-103 44-64 45-65
Bayi (6 bln) 82-102 87-105 46-66 48-68
Bayi (1 thn) 68-104 67-103 22-60 20-58
Anak (2 thn) 71-105 70-106 27-65 25-63
Anak (7 thn) 79-113 79-115 39-77 38-78
Remaja (15 93-127 95-131 47-85 45-85
thn)
Nadi
Nadi sentral: Femoral, Aksilla, Karotis (pada anak yang lebih besar)
Nadi perifer: Brakhialis, Radialis, Dorsalis pedis, Tibia posterior
Takikardia adalah respons awal terhadap stres (demam, ansietas,
hipoksia, hipovolemia), sedangkan syok dengan bradikardia adalah
akibat lanjut dari hipoksia dan asidosis, tanda memburuknya keadaan
pasien (pre-terminal sign).
Waktu pengisian kapiler
Pengisian kapiler menunjukkan perfusi kulit dan mengindikasikan
abnormalitas cardiac output. Waktu pengisian kapiler adalah waktu yang
dibutuhkan darah untuk kembali mengisi jaringan yang pucat karena
tekanan. Waktu pengisian kapiler yang normal adalah kurang dari 2
detik. Untuk mengevaluasi pengisian kapiler, angkat ekstremitas sedikit
diatas jantung dan dalam suhu ruangan yang normal. Pemanjangan
waktu pengisian kapiler lebih dari 2 detik sering ditemukan pada
keadaan dehidrasi, syok dan hipotermia. Syok dapat terjadi walaupun
waktu pengisian kapilernya normal seperti pada anak yang mengalami
syok septik (warm syok).
Perfusi Ginjal
Adekuatnya keluaran urin / diuresis selalu mengindikasikan adekuatnya
perfusi ginjal. Keluaran urin yang normal bervariasi berdasarkan usia.
Disability
Penilaian ketidakmampuan merupakan evaluasi cepat mengenai dua
komponen utama dari sistem saraf pusat yaitu korteks serebri dan batang
otak. Penilaian ini dilakukan diakhir penilaian primer, dan diulangi saat
melakukan penilaian sekunder untuk memonitor perubahan status neurologis
anak. Pemeriksaan ini untuk menentukan tingkat kesadaran pasien. Standar
evaluasi meliputi: AVPU Pediatric Response Scale, Glasgow Coma Scale
(GCS), Respon pupil terhadap cahaya.
Exposure
Pajanan merupakan komponen terakhir dari penilaian primer. Saat
pemeriksaan fisis pasien yang mengalami sakit berat atau cedera harus
dibuka bajunya. Perhatikan anak mulai dari wajah, leher, dada depan
belakang, ekstremitas dan kulit. Periksa adakah hipotermia. Gunakan selimut
dan lampu penghangat untuk mencegah hipotermia. Perhatikan apakan ada
trauma, perdarahan, luka bakar atau bentuk yang tidak lazim yang mungkin
dikarenakan penyiksaan. Palpasi semua ekstremitas dan catat adanya respon
anak. Bila jelas ditemukan adanya nyeri saat palpasi, maka kita harus
menduga adanya cedera di daerah tersebut , dan lakukan immobilisasi pada
ekstermitas tersebut. Bila pasien dicurigai mengalami cedera leher, hati-hati
dalam membalikan pasien.
KESIMPULAN
Pengenalan kegawat daruratan pada bayi dan anak dimulai dengan segera
melakukan penilaian umum (general assessment) menggunakan pediatric
assessment triangle untuk menentukan adanya kegawatan yang mengancam
jiwa. Kemudian melakukan penilaian fungsi kardiopulmonal dan neurologis
(primary assessment), anamnesis dan pemeriksaan fisis (secondary
assessment), serta pemeriksaan penunjang (tertiary assessment) untuk
mengetahui diagnosis penyakitnya. Setiap dokter hendaknya mengetahui
secara dini tentang adanya kegawatan pada bayi dan anak agar dapat
memberikan pelayanan yang lebih cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pediatric Advanced Life Support. Provider Manual. American Heart
Association 2006. Mark Ralston, Mary FH, Arno LZ, Stephen MS,
Monica EK, penyunting.
2. American Red Cross. Pediatric First Aid/CPR/AED. 2011
3. Definition of Triage. Tersedia dalam www.wordiq.com (4 November
2006).
4. Robert J, et al. Approaches to successful assessment and management of
pediatric patients. Module 2. York region base hospital program.
Markham stouffville hospital, February 2004.
5. Maldonado T, Avner JR. Triage of te pediatric in the emergency
department: are we all in agreement? Pediatrics 2004;114:356-60
6. Pediatric triage. Pediatric advanced life support course instructor
manual. Edisi ke-2, Juni, 2000.
7. Advanced paediatric life support. The practical approach. Mackway-
Jones, ed. Edisi ke-3. BMJ books, 2001: 303-5.
8. Blackstock D. Respiratory failure. Dalam: Baldwin D, penyunting.
Handbook of pediatric emergencies. Philadelphia: WB
Saunders;1977.h.3-15.
9. Haddad GG, Fontan JJP. Respiratrory failure. Dalam: Behrman RE,
Kliegman RM Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics,
edisi ke-16. WB Saunders. Philadelphia;2000;1248-50.
10. Frankel LR, Mathers LH. Shock. Dalam: Berhman RE, Kliegman RM,
Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics, edisi ke-17.
Philadelphia:Saunder, 2004; 296-301
11. McKiernan CA, Stephen MD, Lieberman. Circulatory shock in children:
an overview. Pediatric in review, 2005 (26):451-59
12. Smith L, Hernan L. Shock states. Dalam:Fuhrman BP, Zimmerman JJ,
penyunting. Pediatric critical care, edisi ke-3. Mosby: Philadelphia,
2006; 394-407.