PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dispepsia adalah keluhan umum yang disampaikan oleh individu-individu
dalam suatu populasi umum yang mencari pertolongan medis. Dispepsia
merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut
bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa
penuh saat makan, cepat kenyang, kembung, sendawa, anoreksia, mual,
muntah,nyeri belakang sternum (heart burn), regurgitasi. Perubahan gaya hidup
dan pola konsumsi makanan menjadi salah satu penyebab terjadinya masalah
pencernaan. Dispepsia merupakan salah satu masalah pencernaan yang paling
umum ditemukan.
Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15-30%
orang dewasa pernah mengalami
terakhir. Dapat dilihat pada tahun 2010 tabel 2. (lampiran) dyspepsia berada pada
peringkat ke 8 dengan jumlah kasus 404, pada tahun 2011 dispepsia naik pada
urutan ke 5 dengan jumlah kasus 2491 tabel 3 (lampiran), dan pada tahun 2012
naik menjadi urutan ke 4 dengan jumlah kasus 3668 tabel 4. (lampiran) dapat
disimpulkan bahwa dispepsia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Maka
dengan ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai system survailans
penyakit dyspepsia. Survailans dyspepsia pada umumnya tidak jauh berbeda
dengan survailans penyakit lainnya. Surveilans epidemiologi dan dispepsia
meliputi kegiatan pengumpulan, pencatatan,
suatu
kesakitan
atau
kematian yang
data
dalam
surveilans
epidemiologi
(Kepmenkes RI No.1116/Menkes/SK/VIII/2003) :
a. Data kesakitan yang diperoleh dari pelayanan kesehatan.
b. Data kematian yang diperoleh dari pelayanan kesehatan serta laporan
kantor pemerintah dan masyarakat.
c. Data demografi yang diperoleh dari unit statistik kependudukan dan
d.
e.
f.
g.
h.
masyarakat
Data geografi dari unit unit meteorologi dan geofisika.
Data laboratorium dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
Data kondisi lingkungan yang diperoleh dari BMKG
Laporan wabah yang diperoleh dari pelayanan kesehatan.
Laporan penyelidikan wabah/KLB yang diperoleh dari pelayanan
i.
kesehatan.
Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan yang diperoleh dari
j.
pelayanan kesehatan.
Studi epidemiology dan hasil penelitian lainnya yang diperoleh dari
4. Atribut Survailans
Dalam menilai suatu sistem surveilans digunakan atribut-atribut
sebagai berikut:
a. Kesederhanaan (Simplicity)
Kesederhanaan suatu sistem surveilans mencakup kesederhanaan
struktur dan kemudahan pengoperasionnya yang dapat dilihat dari diagram
alur informasi dan umpan balik dalam suatu sistem surveilans. Ukuran
kesederhanaan suatu surveilans antara lain dapat dinilai melalui ukuran
ukuran sebagai berikut :
5
berpartisipasi
dalam
melaksanakan/
memanfaatkan
sistem
pengoperasian
dari
Puskesmas
ke
Dinas
Kesehatan
untuk
dispepsia
fungsional didefinisikan sebagai sindrom yang mencakup satu atau lebih dari
gejala-gejala berikut: perasaan perut penuh setelah makan, cepat kenyang,
atau rasa terbakar di ulu hati, yang berlangsung sedikitnya dalam tiga bulan
terakhir, dengan awal mula gejala sedikitnya timbul enam bulan sebelum
diagnosis.
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan. Dispepsia juga diartikan sebagai kumpulan gejala atau sindrom
yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh atau cepat
kenyang, dan sendawa. (Djojoningrat, 2001).
Dispepsia merupakan keluhan umum yang dalam waktu tertentu
dapat dialami oleh seseorang. Berdasarkan penelitian pada populasi umum
didapatkan bahwa 15-30% orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam
beberapa hari. Prevalensi kejadian dispepsia di Amerika Serikat, India,
Hongkong, Australia, Cina cukup tinggi dan 27% yang menderita dispepsia
adalah remaja putri dan 16% remaja putra (Dwijayanti, Ratnasari &
Susetyowati 2008, dalam Susanti, 2011).
2. Klasifikasi Dispepsia
Dispepsia terbagi atas dua subklasifikasi, yakni dispepsia organik dan
dispepsia fungsional. Disebut dispepsia organik jika telah diketahui adanya
kelainan organik sebagai penyebabnya, sedangkan dispepsia fungsional atau
nonorganik jika tidak jelas penyebabnya (Mansjoer, 2001).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Davidson (1975) bahwa dispepsia dapat
muncul meskipun tidak ada perubahan structural pada saluran cerna, yang
biasanya dikenal sebagai fungsional dan gejalanya dapat berasal dari
10
Pankreas
- Pankreatitis
- Keganasan
Keadaan sistemik
-
Diabetes mellitus
Penyakit tiroid
Gagal ginjal
Kehamilan
Penyakit Jantung iskemik
Gangguan fungsional
- Dispepsia fungsional
Hepato-bilier
11
Hepatitis
- Sindrom kolon iritatif
Kolesistitis
Kolestiasis
Keganasan
- Disfungsi sphincter Odii
Sumber: Buku Ilmu Penyakit Dalam 2011
4. Patofisiologi Dispepsia
Dari sudut pandang patofisiologis, proses yang paling banyak
dibicarakan dan potensial berhubungan dengan dispepsia fungsional adalah
hipersekresi asam lambung, infeksi Helicobacter pylori, dismotilitas
gastrointestinal, dan hipersensitivitas viseral.
a. Sekresi asam lambung
Kasus dispepsia fungsional, umumnya mempunya tingkat sekresi
asam lambung, baik sekresi basal atau dengan stimulasi pentagastrin yang
rata-rata normal. Terjadinya peningkatan sensitivitas mukosa lambung
terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak di perut.
b. Infeksi Helicobacter pylori (Hp)
Korelasi
Hp
sebagai
faktor
penyebab
dyspepsia
masih
populasi dengan dispepsia fungsional timbul rasa nyeri atau tidak nyaman
di perut pada inflansi balon dengan volume yang lebih rendah
dibandingkan dengan volume yang menimbulkan nyeri pada populasi
kontrol.
e. Diet dan lingkungan
Berbagai jenis makanan dilaporkan oleh pasien sebagai hal yang
mencetuskan serangan dyspepsia antara lain asinan, kopi, alcohol,
makanan berlemak dan pedas dan lain-lain. Intoleransi makanan
dilaporkan lebih sering terjadi pada kasus dispepsia fungsional dibanding
kasus control.
f. Psikologi
Adanya stres akut dapat memengaruhi fungsi gastrointestinal dan
mencetuskan keluhan pada orang sehat. Dilaporkan adanya penurunan
kontraktilitas lambung yang mendahului keluhan mual setelah pemberian
stimulus berupa stres. Kontroversi masih banyak ditemukan pada upaya
menghubungkan faktor psikologis stres kehidupan, fungsi autonom, dan
motilitas.
5. Simptompatologi Dispepsia
Dispepsia bukanlah sebuah penyakit, melainkan kumpulan gejala
akibat masalah pencernaan yang buruk. Gejala yang timbul pada dispepsia
diantaranya adalah
mual
setelah gejala nyeri. Dispepsia sering terjadi karena adanya hipersekresi asam
lambung yang menyebabkan meningkatnya asam lambung menyebabkan rasa
tidak enak pada perut berupa rasa mual Sehingga gejala yang ditimbulkan
dispepsia antara lain:
a. Rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas
b. Rasa panas pada dada dan perut
13
c.
d.
e.
f.
g.
h.
6. Epidemiologi Dispepsia
a. Distribusi menurut orang
1) Umur
Dispepsia terdapat pada semua golongan umur dan yang paling
beresiko adalah diatas umur 45 tahun. Penelitian yang dilakukan di
Inggris ditemukan frekuensi anti Helicobacter pylori pada anak-anak
di bawah 15 tahun kira-kira 5% dan meningkat bertahap antara 50%75% pada populasi di atas umur 50 tahun. Di Indonesia, prevalensi
Helicobacter pylori pada orang dewasa antara lain di Jakarta 40-57%
dan di Mataram 51%-66%.
2) Jenis Kelamin
Kejadian dispepsia lebih banyak diderita perempuan daripada
laki-laki. Perbandingan insidennya 2 : 1.5 Penelitian yang dilakukan
Tarigan di RSUP. Adam Malik tahun 2001, diperoleh penderita
dispepsia fungsional laki-laki sebanyak 9 orang (40,9%) dan
perempuan sebanyak 13 orang (59,1%).
3) Etnik
Di
Amerika,
prevalensi
dispepsia
meningkat
dengan
15
8. Pengobatan Dispepsia
Untuk penanganan dyspepsia diperlukan anamnesis yang baik,
pemeriksaan fisis yang akurat serta pemeriksaan penunjang untuk menekslusi
penyakit organic/structural. Pedoman terbaru pengelolaan uninvestigated
dyspepsia merekomendasikan pemeriksaan
yang baru muncul pada usia lebih dari 55 tahun, penurunan berat badan yang
tidak
antara
lain
sisaprid,
domperidon
dan
BAB III
18
METODOLOGI
A. Jenis Pengamatan
Jenis pengamatan yang dilakukan pada survailans ini yaitu jenis
pengamatan deskriptif. Pengamatan deskriptif merupakan pengamatan yang
bertujuan untuk menggambarkan frekuensi dan distribusi kejadian Dispepsia.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam praktik survailans penyakit dispepsia
adalah:
1. Data Primer
Data yang dikumpulkan dan diolah sendiri, yang dapat diperoleh dari
wawancara langsung terhadap petugas survailans untuk mendapatkan
informasi mengenai pelaksanaan survailans penyakit dispepsia di Puskesmas
Malimongan baru Kota Makassar tahun 2010-2012.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Puskesmas, meliputi data dari Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesams (SP2TP) mengenai kejadian
dispepsia serta data yang berasal dari pencatatan Puskesmas Malimngan Baru
tahun 2010-2012. Selain data yang diperoleh dari Puskesmas, data-data
lainnya yang diperoleh dari hasil penelusuran internet, mengenai informasiinformasi yang berkaitan dengan kejadian dispepsia, baik mengenai angka
kesakitan serta kematian akibat penyakit tersebut. Data-data yang diperoleh
dari Puskesmas kemudian ditabulasi sehingga menjadi lebih informatif.
Adapun sumber data yang akan digunakan antara lain dari Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesams (SP2TP) mengenai angka
kejadian dispepsia serta data yang berasal dari pencatatan khusus dan laporan
bulanan data kesakitan (LB1) di Puskesmas Malimongan Baru Kota
Makassar.
C. Sampel dan Informan
1. Sampel
19
data
akan
dilakukan
secara
komputerisasi
dengan
Malimongan baru Kota Makassar pada tahun 2010, 2011 dan 2012. Kemudian
pada tanggal dan 5 Oktober 2013 untuk mengetahui system survailans di
Puskesmas Malimongan Baru Kota Makassar.
Pelaksanaan praktik survailans selanjutnya dilaksanakan mulai pada
tanggal 21 Oktober hingga 8 November 2013 untuk mendapatkan informasi
tentang pelaksanaan survailans penyakit dispepsia selama tiga tahun terakhir
yakni 2010,2011 dan 2012 melalui wawancara dan observasi. Lokasi pelaksanaan
praktik survailans ini dilaksanakan di Puskesmas Malimongan baru Kota
Makassar yang bertempat di Jl. Sultan Dg. Raja No.32 Kel. Malimongan Baru
Kec. Bontoala.
turun lapangan sesuai dengan rencana kegiatan dan pedoman wawancara yang
terlampir.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN\
A. Gambaran Umum Lokasi
1. Kondisi Geografi
2. Kondisi Demografi
3. Data Ketenagaan
B. Gambaran Epidemiologi Penyakit Dispepsia Tahun 2010-2012
1. Distribusi Menurut Orang
a. Menurut Umur
b. Menurut Jenis Kelamin
2. Distribusi Menurut Tempat
3. Distribusi Menurut Waktu
21
d.
e.
f.
g.
Sensivitas
Nilai Prediktif Positif
Kerepresentatifan
Ketepatan Waktu
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Annisa. (2009). Hubungan Ketidakteraturan Makan Dengan Sindroma Dispepsia
Remaja Perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan. [online].
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf
Diakses 20 September 2013.
Abdullah,
Murdani,
dkk.
2012.
Dispepsia.
[online].http://www.kalbemed.com/Portals/6/197_CME-Dispepsia.pdf.
Diakses 20 September 2013.
Djojoningrat, D. 2001. Dispepsia Fungsional. In: Suyono, S.H, Buku Ajar: Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Dwijayanti, dkk. 2008. Dalam: Susanti, A. (2011). Faktor risiko dispepsia pada
mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB). [online]. http://jkiina.com/index.php/jki/article/view/14/13. Diakses 20 September 2013
Hariyana, Bambang. 2007. Pengembangan Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi
Demam Berdarah Dengue Untuk Kewaspadaan Dini Dengan Sistem
Informasi Geografis Di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara (Studi
Kasus Di Puskesmas Mlonggo I).Tesis. Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro: Semarang
Khotimah, Nurul dkk. 2012. Sindroma Dispepsia Mahasiswa Fakultas Keperawatan
Universitas
Sumatera
Utara.
[online].
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkh/article/view/48/66 Diakses 20 September
2013. Di akses 20 September 2013
Mansjoer, Arif. 2001. Gastroenterologi, Dispepsia. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I
Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
25
Media,
Farma.
2012.
Dispepsia.
[online].
http://www.farmamedia.net/2012/07/dispepsia.html Diakses 18 September
2013.
Rukmini, dkk. 2011. Analisis Sistem Surveilans Diare Puskesmas Tambakrejo Kota
Surabaya. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 14 No. 2 April
2011.:Surabaya
Tarigan, Citra J. 2001. Perbedaan Depresi pada Pasien Dispepsia Fungsional dan
Dispepsia
Organik.
[online]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6316/1/psikiatri-citra.pdf.
Diakses 20 September 213
Wulandari, Fenny dkk. 2011. Analisa Drug Related Problems pada Pasien Dispepsia
di Bangsal Rawat Inap dan Rawat Jalan Penyakit dalam RSUP DR. M.
Djamil
Padang.
[online]
http://pasca.unand.ac.id/id/wpcontent/uploads/2011/09/artikel-tesis-fenny1.pdf. Diakses 20 September 2013
26