Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PENILAIAN WABAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Surveilans Kesehatan Masyarakat


Dosen pengampu : Forman Novrindo Sidjabat, S.KM., M.Kes (Epid)

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Amilatus Sholehah (10320009)


2. Ananda Azmi Mufida (10320010)
3. Dwi Zahra Rizquna Fatori (10320018)
4. Fahmi Griseldis Agripina (10320021)
5. Melinda Dwi Agustina (10320035)
6. Syahzani Herla Anggitha (10320050)
7. Tianna Heni Cahyaningtyas (10320051)
8. Zuzna Qurotul Ainia (10320053)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYRAKAT


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2022/2023
A. Pengertian Wabah

Dalam UU No.4 1984 wabah penyakit merupakan kejadian berjangkitnya suatu


penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderritanya meningkat secara nyata
melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.

Wabah juga dapat diartikan sebagai penyebaran penyakit pada masyarakat yang
mana jumlah orang terjangkit lebih banyak dari biasanya pada komunitas atau musim
tertentu. Wabah dapat terjadi secara terus-menerus, mulai hitungan hari hingga tahun.
Wabah tidak hanya dapat terjadi pada satu wilayah, akan tetapi dapat menyebar ke
wilayah lain bahkan ke negara lain.

Masyarakat umumnya beranggapan bahwa setiap kali terjadi penyebaran penyakit


menular, masyarakat akan menyebutkan bahwa itu adalah wabah. Pada kenyataannya
penyakit dapat dikatakan sebagai wabah apabila :

1. Sudah lama tidak terjangkit di masyarakat


2. Muncul penyakit baru yang tidak pernah diketahui sebelumnya
3. Penyakit tersebut baru pertama kali menjangkiti masyarakat suatu daerah

Dari pengertian wabah diatas dapat disimpulkan bahwa wabah dapat segera
ditetapkan apabila ditemukan suatu penyakit yang menimbulkan wabah. Walaupun
penyakit tersebut belum menimbulkan malapetaka besar di masyarakat. Adanya kasus
penyakit menular yang besar dalam masyarakat yang sudah lama tidak ditemukan atau
adanya penyakit baru yang belum pernah diketahui sebelumnya di daerah trsebut, maka
segera dibutuhkan laporan disertai penyelidikan epidemiologis. Penyakit yang sama dan
diperkirakan penyakit ini dapat menimbulkan malapetaka, keadaan tersebut sudah
merupakan indikasi untuk menetapkan daerah tersebut telah terjangkit wabah.

B. Tujuan Penyelidikan Epidemiologi Wabah


Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan perkembangan penyakit
dan kebutuhan upaya penanggulangan wabah. Berdasarkan Permenkes Nomor 1501
Tahun 2010 disebutkan tujuan dilaksanakan penyelidikan epidemiologi wabah adalah
untuk:
a. Mengetahui gambaran epidemiologi wabah
b. Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam penyakit wabah
c. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit wabah termasuk
sumber dan cara penularan penyakitnya
d. Menentukan cara penanggulangan wabah
Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan tata cara penyelidikan
epidemiologi untuk mendukung upaya penanggulangan wabah, termasuk tata cara bagi
petugas penyelidikan epidemiologi agar terhindar dari penularan penyakit wabah.
Selain tujuan diatas, berdasarkan Kemenkes RI (2011) dalam melakukan
penyelidikan wabah juga memiliki prinsip yang perlu utnuk diperhatikan oleh tim
penyelidik, yaitu:
a. Lakukan dengan sistematik
b. Berhenti sejenak, lakukan penilaian kembali terhadap informasi yang diperoleh
c. Koordinasi dengan tim penyelidik
Surveilans di daerah wabah dan daerah – daerah yang berisiko terjadi wabah
dilaksanakan lebih intensif untuk mengetahui perkembangan penyakit menurut waktu dan
tempat dan dimanfaatkan untuk mendukung upaya penanggulangan yang sedang
dilaksanakan, meliputi kegiatan – kegiatan sebagai berikut:
a. Menghimpun data kasus baru pada kunjungan berobat di pos – pos kesehatan dan unit
– unit kesehatan lainnya, membuat tabel, grafik dan pemetaan dan melakukan analisis
kecenderungan wabah dari waktu ke ke waktu dan analisis data menurut tempat, RT,
RW, desa dan kelompok – kelompok masyarakat tertentu lainnya.
b. Mengadakan pertemuan berkala petugas lapangan dengan kepala desa, kader dan
masyarakat untuk membahas perkembangan penyakit dan hasil upaya
penanggulangan wabah yang telah dilaksanakan.
c. Memanfaatkan hasil surveilans tersebut dalam upaya penanggulangan wabah.
Hasil penyelidikan epidemiologi dan surveilans secara teratur disampaikan
kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi dan
menteri up.

C. Langkah-langkah Investigasi Wabah


1. Langkah 1 Persiapan investigasi di lapangan
Dalam persiapan investigasi terdapat 3 kategori yaitu:
a. Persiapan Investigasi
Mempersiapkan pengetahuan tentang berbagai penyakit yang potensial menjadi
KLB/wabah dan pengetahuan ilmiah yang sesuai perlengkapan dan alat.
b. Persiapan Administrasi
Dalam kategori ini tim kesehatan harus mempersiapkan aspek administratif dari
investigasi seperti, penyediaan perijinan, surat-surat atau dokumen formal/legal
dalam melakukan investigasi, penyediaan dana yang memadai, transportasi yang
dapat diandalkan, kerapian dalam dokumentasi, pembagian tugas dan koordinasi
dalam tim kesehatan.
c. Persiapan Konsultasi
Pada tahap ini sudah harus dipikirkan peran dan posisi tim kesehatan dalam proses
investigasi. Sebelum melakukan investigasi harus jelas, apakah tim kesehatan
memiliki peran langsung memimpin investigasi, atau hanya mitra dari
pejabat/petugas kesehatan setempat, misalnya tim atau organisasi kesehatan.
2. Langkah 2 Memastikan Adanya Wabah
a. Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah secara bermakna melampaui
jumlah yang biasa
b. Dilakukan dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlahnya
beberapa minggu atau bulan sebelumnya
c. Atau dengan jumlah yang ada pada periode waktu yang sama di tahun-tahun
sebelumnya
3. Langkah 3 Memastikan Diagnosis
Tujuan dalam pemastian diagnosis adalah
a. untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut
b. untuk menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang menyebabkan
peningkatan kasus yang dilaporkan

Selain itu semua temuan klinis harus disimpulkan dalam distribusi frekuensi.
Distribusi gejala klinis penting untuk mengambarkan spektrum penyakit, menentukan
diagnosis, dan mengembangkan definisi kasus.

4. Langkah 4 Mengidentifikasi dan Menghitung Kasus atau Paparan


Definisi kasus meliputi kriteria klinis dan terutama dalam penyelidikan wabah dibatasi
oleh waktu, tempat, dan orang. Dalam menghitung kasus dapat dikumpukan informasi
berikut ini dari setiap kasus:
a. Data identifikasi (nama, alamat, nomor telepon)
b. Data demografi (umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan)
c. Data klinis
d. Faktor Risiko( harus dibuat khusus untuk tiap penyakit)
e. Informasi pelapor (mencari informasi tambahan atau memberikan umpan balik)
5. Langkah 5 Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, tempat,dan waktu
a. Gambaran kejadian wabah berdasarkan orang yaitu, umur, jenis kelamin, dan
ras/suku
b. Gambaran kejadian wabah berdasarkan tempat
a) Memberikan informasi tentang luasnya wilayah yang terserang
b) Menggambarkan pengelompokan atau pola lain ke arah penyebab dan
sumber penularan
c) Spot mate merupakan peta sederhana yang berguna untuk menggambarkan
tempat para penderita tinggal, bekerja, atau kemungkinan terpapar
c. Gambaran kejadian wabah berdasarkan waktu
Waktu dibuat dengan kurva epidemik, menggambarkan perjalanan suatu letusan,
berupa histogram dari jumlah kasus berdasarkan waktu timbulnya gejala pertama.

6. Membuat hipotesis

Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya petugas


memformulasikan hipotesis meliputi sumber agen penyakit, cara penularan, dan
pemaparan yang mengakibatkan sakit.

Hipotesis dapat dikembangkan dengan cara:

a. Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:


1) Apa reservoir utama agen penyakitnya?
2) Bagaimana cara penularannya?
3) Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?
4) Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
b. Wawancara dengan beberapa penderita
c. Mengumpulkan beberapa penderita untuk mencari kesamaan pemaparan
d. Kunjungan rumah penderita
e. Wawancara dengan petugas kesehatan setempat
f. Epidemiologi diskriptif

7. Menguji Hipotesis
a. Hipotesis merupakan pernyataan yang mencakup sumber dan cara penularan yang
menghasilkan harapan distribusi kasus yang paling mendekati distribusi yang
diketahui adalah sumber dan cara penularan yang sesungguhnya pada suatu
KLB/wabah
b. Pada investigasi wabah hewan, dirumuskan hipotesis pada kasus penyakit menular
hewan berdasarkan identitas penyakit, sumbernya, dan factor presdisposisi, maka
dilakukan pengujian hipotesis. Uji hipotesis ini dilakukan dengan membandingkan
hewan dengan dan tanpa penyakit (studi kasus-kontrol) atau hewan dengan atau
tanpa paparan (penelitian kohort).
c. Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari dua
cara ini:
1) Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada
2) Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan (ukuran
asosiasi) dan uji statistik.

8. Memperbaiki Hipotesis dan Mengadakan Penelitian Tambahan

a. Dilakukan jika hasil analisis tidak maksimal sehingga hipotesis awal tidak
dikembangkan dengan baik.
b. Jika saat proses pengumpulan data dan analisis deskriptif epidemiologi terdapat
kesalahan, maka dapat menghasilkan hipotesis yang kurang baik. Contohnya saat
tim pengumpulan data tidak cermat terhadap outliers, atau kasus-kasus yang tidak
sesuai dengan definisi kasus yang telah ditetapkan.
c. Yang dapat dilakukan adalah merumuskan kembali hipotesis dengan
mempertimbangkan untuk mewawancara kembali masyarakat setempat di daerah
kasus KLB/wabah. Contohnya ketika hipotesis cara penularan penyakitnya kurang
tepat, maka harus dilihat kembali cara penularan lain yang mungkin terjadi dalam
kasus. Begitupun juga hipotesis yang berkaitan dengan karakteristik agen penyakit
dan host nya perlu ditinjau kembali.
d. Dalam hal ini penelitian tambahan yaitu penelitian epidemiologi (epidemiologi
analitik), penelitian laboratorium (pemeriksaan serum) dan lingkungan
(pemeriksaan tempat pembuangan tinja).

9. Melaksanakan Pengendalian dan Pencegahan

a. Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin.


b. Upaya penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah
diketahui.
c. Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah
dalam penularan penyakit.
d. Upaya pengendalian diarahkan pada agen penyakit, sumbernya atau reservoirnya.

10. Menyampaikan hasil penyelidikan

a. Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan.
b. Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran
harus dapat dipertahankan secara ilmiah.
c. Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan
tulisan ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi,
kesimpulan, dan saran).
d. Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan.
e. Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan
rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa datang.

D. Penanggulangan Wabah

Upaya Penanggulangan merupakan segala upaya yang dilakukan untuk


memperkecil angka kematian, membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar
wabah tidak meluas ke daerah lain. Tujuan pokok upaya penanggulangan wabah ada 2
yaitu:

1. Berusaha memperkecil angka kematian akibat wabah dengan pengobatan.


2. Membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar penderita tidak bertambah
banyak, dan wabah tidak meluas ke daerah lain.
Upaya penanggulangan wabah di suatu daerah wabah haruslah dilakukan dengan
mempertimbangkan keadaan masyarakat setempat antara lain: agama, adat, kebiasaan,
tingkat pendidikan, sosial ekonomi, serta perkembangan masyarakat. Menurut undang-
undang nomor 4 tahun 1984 pasal 5 ayat 1 tentang wabah penyakit menular menyatakan
bahwa Upaya penanggulangan wabah yaitu:
a. Penyelidikan Epidemiologis
Penyelidikan epidemiologis merupakan penyelidikan yang dilakukan untuk
mengenatahui sifat-sifat penyebab wabah dan faktor yang dapat mempengaruhi
timbulnya wabah. Setelah dilakukan penyelidikan, maka dapat dilakukan tindakan-
tindakan penanggulangan yang tepat. Sehingga wabah dapat dapat ditanggulangi
dalam waktu yang secepatnya dan perluasan wabah dapat dicegah serta jumlah korban
dapat di tekan serendah-rendahnya.
b. Pemeriksaan, Pengobatan, Perawatan, dan Isolasi Penderita, Termasuk Tindakan
Karantina
Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan
karantina merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap penderita dengan
tujuan :
1. Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan mencegah
agar mereka tidak menjadi sumber penularan
2. Menemukan dan mengobati orang yang terlihat sehat, tetapi membawa
penyebab penyakit sehingga secara potential dapat menularkan penyakit
("carrier").
c. Pencegahan dan Pengebalan
Pencegahan dan pengebalan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan
untuk memberi perlindungan kepada orang-orang yang belum sakit, akan tetapi
mempunyai risiko untuk terkena penyakit.
d. Pemusnahan Penyebab Penyakit
Yang dimaksud dengan penyebab penyakit adalah bibit penyakit yaitu bakteri,
virus, dan lain-lainnya yang dapat menyebabkan penyakit. Dalam pemusnahan
penyebab penyakit, kadang-kadang harus dilakukan pemusnahan terhadap benda-
benda, tempat-tempat dan lain-lain yang mengandung kehidupan penyebab penyakit
yang bersangkutan, misalnya sarang berkembang biak nyamuk, sarang tikus, dan lain-
lain.
e. Penanganan Jenazah Akibat Wabah
Penanganan jenazah dilakukan jika kematiannya disebabkan oleh penyakit
yang menimbulkan wabah atau jenazah tersebut merupakan sumber penyakit yang
dapat menimbulkan wabah harus dilakukan secara khusus menurut jenis penyakitnya
tanpa meninggalkan norma agama serta harkatnya sebagai manusia.
f. Penyuluhan Kepada Masyarakat
Penyuluhan kepada masyarakat merupakan suatu kegiatan komunikasi yang
bersifat persuasif edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah agar
mereka mengerti sifat-sifat penyakit, sehingga dapat melindungi diri dari penyakit
tersebut dan jika terkena penyakit, tidak menular kepada orang lain. Selain itu
penyuluhan dilakukan agar masyarakat dapat berperan secara aktif dalam
menanggulangi wabah.
g. Upaya Penanggulangan Lainnya.
Upaya penanggulangan lainnya merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan
dalam rangka penanggulangan wabah, bahwa untuk setiap masing-masing penyakit
dilakukan tindakan- tindakan khusus.

E. Upaya Pencegahan Wabah

Upaya pencegahan dilakukan dengan upaya mencegah kondisi wabah agar tidak
terjadi. Oleh karena itu upaya yang dilakukan adalah bagaimana menangani terjadinya
KLB (kondisi sebelum wabah terjadi) di Indonesia. Bahkan dalam pelaksanaanya upaya
pencegahan tersebut dilakukan jauh lebih awal yaitu mencegah agar KLB tidak terjadi,
melalui Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB). Penyelenggaraan
SKD-KLB secara jelas telah diatur dalam PERMENKES No. 949/Menkes/SK/VIII/2004
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistim Kewaspadaan Dini KLB.

1) Kajian Epidemiologi Ancaman KLB


Untuk mengetahui adanya ancaman KLB, maka dilakukan kajian secara terus
menerus dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit berpotensi KLB dengan
menggunakan bahan kajian:
a. Data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi klb,
b. Kerentanan masyarakat, antara lain status gizi dan imunisasi,
c. Kerentanan lingkungan,
d. Kerentanan pelayanan kesehatan,
e. Ancaman penyebaran penyakit berpotensi klb dari daerah atau negara lain,
serta
f. Sumber data lain dalam jejaring surveilans epidemiologi.
2) Peringatan Kewaspadaan Dini KLB
Peringatan kewaspadaan dini KLB dan atau terjadinya peningkatan KLB pada
daerah tertentu dibuat untuk jangka pendek (periode 3-6 bulan yang akan datang) dan
disampaikan kepada semua unit terkait di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Propinsi, Departemen Kesehatan, sektor terkait dan anggota masyarakat,
sehingga mendorong peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan serta peningkatan
kewaspadaan masyarakat perorangan dan kelompok. Peringatan kewaspadaan dini
KLB dapat juga dilakukan terhadap penyakit berpotensi KLB dalam jangka panjang
(periode 5 tahun yang akan datang), agar terjadi kesiapsiagaan yang lebih baik serta
dapat menjadi acuan perumusan perencanaan strategis program penanggulangan
KLB.
3) Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap KLB
a. Kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB meliputi
b. Peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini kondisi rentan KLB
c. Peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini KLB
d. Penyelidikan epidemiologi adanya dugaan KLB
e. Kesiapsiagaan menghadapi KLB
f. Mendorong segera dilaksanakan tindakan penanggulangan KLB.
DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, M. (2021). Metode Penyelidikan KLB (Outbreaks). Uji Hedonik Dan Kandungan
Zat Gizi Protein, Kalsium (Ca), Fosfor (P) Nugget Ikan Teri (Stolephorus Sp).,
Udayana University, 1–56.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/e4193ecae4b248ff0370144e2
9e357bb.pdf
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan (Pedoman
Epidemiologi Penyakit)
KEMENKES, R. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011. 2008, 1-30

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010


Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangan
Santoso, H., & Epid, M. (2005). Tentang Wabah Penyakit Menular. Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia RI, 1–44.
Sumampouw, Oksfriani Jufri. 2017. Pemberantasan Penyakit Menular. Yogyakarta: CV
Budi Utama.

Anda mungkin juga menyukai