Disusun oleh :
Kelompok 3
Wabah juga dapat diartikan sebagai penyebaran penyakit pada masyarakat yang
mana jumlah orang terjangkit lebih banyak dari biasanya pada komunitas atau musim
tertentu. Wabah dapat terjadi secara terus-menerus, mulai hitungan hari hingga tahun.
Wabah tidak hanya dapat terjadi pada satu wilayah, akan tetapi dapat menyebar ke
wilayah lain bahkan ke negara lain.
Dari pengertian wabah diatas dapat disimpulkan bahwa wabah dapat segera
ditetapkan apabila ditemukan suatu penyakit yang menimbulkan wabah. Walaupun
penyakit tersebut belum menimbulkan malapetaka besar di masyarakat. Adanya kasus
penyakit menular yang besar dalam masyarakat yang sudah lama tidak ditemukan atau
adanya penyakit baru yang belum pernah diketahui sebelumnya di daerah trsebut, maka
segera dibutuhkan laporan disertai penyelidikan epidemiologis. Penyakit yang sama dan
diperkirakan penyakit ini dapat menimbulkan malapetaka, keadaan tersebut sudah
merupakan indikasi untuk menetapkan daerah tersebut telah terjangkit wabah.
Selain itu semua temuan klinis harus disimpulkan dalam distribusi frekuensi.
Distribusi gejala klinis penting untuk mengambarkan spektrum penyakit, menentukan
diagnosis, dan mengembangkan definisi kasus.
6. Membuat hipotesis
7. Menguji Hipotesis
a. Hipotesis merupakan pernyataan yang mencakup sumber dan cara penularan yang
menghasilkan harapan distribusi kasus yang paling mendekati distribusi yang
diketahui adalah sumber dan cara penularan yang sesungguhnya pada suatu
KLB/wabah
b. Pada investigasi wabah hewan, dirumuskan hipotesis pada kasus penyakit menular
hewan berdasarkan identitas penyakit, sumbernya, dan factor presdisposisi, maka
dilakukan pengujian hipotesis. Uji hipotesis ini dilakukan dengan membandingkan
hewan dengan dan tanpa penyakit (studi kasus-kontrol) atau hewan dengan atau
tanpa paparan (penelitian kohort).
c. Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari dua
cara ini:
1) Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada
2) Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan (ukuran
asosiasi) dan uji statistik.
a. Dilakukan jika hasil analisis tidak maksimal sehingga hipotesis awal tidak
dikembangkan dengan baik.
b. Jika saat proses pengumpulan data dan analisis deskriptif epidemiologi terdapat
kesalahan, maka dapat menghasilkan hipotesis yang kurang baik. Contohnya saat
tim pengumpulan data tidak cermat terhadap outliers, atau kasus-kasus yang tidak
sesuai dengan definisi kasus yang telah ditetapkan.
c. Yang dapat dilakukan adalah merumuskan kembali hipotesis dengan
mempertimbangkan untuk mewawancara kembali masyarakat setempat di daerah
kasus KLB/wabah. Contohnya ketika hipotesis cara penularan penyakitnya kurang
tepat, maka harus dilihat kembali cara penularan lain yang mungkin terjadi dalam
kasus. Begitupun juga hipotesis yang berkaitan dengan karakteristik agen penyakit
dan host nya perlu ditinjau kembali.
d. Dalam hal ini penelitian tambahan yaitu penelitian epidemiologi (epidemiologi
analitik), penelitian laboratorium (pemeriksaan serum) dan lingkungan
(pemeriksaan tempat pembuangan tinja).
a. Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan.
b. Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran
harus dapat dipertahankan secara ilmiah.
c. Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan
tulisan ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi,
kesimpulan, dan saran).
d. Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan.
e. Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan
rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa datang.
D. Penanggulangan Wabah
Upaya pencegahan dilakukan dengan upaya mencegah kondisi wabah agar tidak
terjadi. Oleh karena itu upaya yang dilakukan adalah bagaimana menangani terjadinya
KLB (kondisi sebelum wabah terjadi) di Indonesia. Bahkan dalam pelaksanaanya upaya
pencegahan tersebut dilakukan jauh lebih awal yaitu mencegah agar KLB tidak terjadi,
melalui Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB). Penyelenggaraan
SKD-KLB secara jelas telah diatur dalam PERMENKES No. 949/Menkes/SK/VIII/2004
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistim Kewaspadaan Dini KLB.
Anugrah, M. (2021). Metode Penyelidikan KLB (Outbreaks). Uji Hedonik Dan Kandungan
Zat Gizi Protein, Kalsium (Ca), Fosfor (P) Nugget Ikan Teri (Stolephorus Sp).,
Udayana University, 1–56.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/e4193ecae4b248ff0370144e2
9e357bb.pdf
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan (Pedoman
Epidemiologi Penyakit)
KEMENKES, R. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011. 2008, 1-30