Anda di halaman 1dari 20

Investigasi Wabah

a. Pengertian Wabah
Kejadian terjangkitnya suatu penyakit pada masyarakat yang jumlahnya meningkat secara
nyata melebihi pada waktu dan daerah tertentu serta menimbulkan petaka. (PMK: 949,tahun
2004)
KLB (Kejadian Luar Biasa) : Timbulnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna
secara epidemiologis pada suatu tempat dan waktu tertentu yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah
Yang Membedakan Wabah dan KLB:
-Jumlah kasus yang lebih besar
-Daerah yang lebih luas
-Waktu
-Dampak yang timbul lebih besar
-Dan wabah di tetapkan oleh menteri kesehatan
b. Peraturan dalam Penyelidikan Wabah/KLB
-UU no 1 th 1962 : Karantina Laut
-UU no 2 th 1962 : Karantina Udara
Penyakit Karantina : Pes (6 hari), kolera (5 hari), Demam Kuning (6 hari), cacar (empat belas
hari), tifus bercak wabahi (empat belas hari), Demam Bolak Balik (Delapan Hari).
-UU no 4.th 1984
a. Penyakit karantina antara lain adalah:
DHF, campak, rabies,tetanus meonaturum, diare, pertusis,poliomelitis
b. Penyakit potensi wabah/klb yang menjalar secara cepat atau mempunyai mortalitas
tinggi,dan penyakit yang memerlukan tindakan cepat : Malaria, antraks, franbosia, influenza,
hepatitis,tifus abdominalis, meningitis,keracunan,encepalitis, tetanus.
c. Penyakit potensi wabah/klb lainnya
d. Penyakit yang tidam berpotensi menimbulkan wabah/klb tetapi masuk program: cacingan,
lepra, syphilis,gobore,filariasis, AIDS
Permen : 1501/Menkes/per/2010 Tentang penyakit menular yang berpotensi wabah dan upaya
penanggulangannya Kolera, pes, demam kuning, campak,polio,difteri,pertusis,
rabies,antraks,dbd,malaria,cikungunya,avian,h1n1,sars,meningitis,hepatitis
c. Jenis Wabah
Berdasarkan sifat ada 2 jenis wabah:
1. Common Source Epidemic
Letupan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok
secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang singkat.
Paparan Umum : keracunan makanan, polusi kimia diudara
bentuk kurva epidemik:
Kurva Epidemik ditentukan:
-Agen

-Besar populasi terpajan


-Jenis dan derajat pemajanan
2. Propogated/Progresive Epidemic
Terjadinya karena penularan dari orang keorang baik secara langsung atau melalui
vektor,relatif lama dan lama masa inkubasi. Dipengaruhi oleh kepadatan serta penyebaran
anggota masa yang rentan serta morbiditas dari penduduk setempat.
Kurva epidemik terganting pada:
-Besar populasi terpajan
-Proporsi populasi yang beresiko
-Jumlah kasus di awal wabah
-Angka kontak dengan terinfeksi dengan individu yanh rentan
-Masa inkubasi penyakit
Masa inkubasi tergantung : Jumlah kuman,patogenesis dari agent, kerentanan pejamu
d. Tujuan Investigasi Wabah
Mengidentifikasi dengan cepat sumber dan cara penularan (reservoir dan transisi dari
wabah)
-Memastikan terjadinya wabah
-Menggambarkan kasus wabah menurut varibel orang tempat dan waktu
-Mengidentifikasi populasi yang rentan mengalami risiko terpapar terhadap penyakit
-Melaksanakan intervensi untuk menanggulangi dan mengeliminasi wabah
-Mengembangkan kebijakan.untuk mencegah wabah dimasa mendatang
e. Kriteria Wabah
-Timbulnya suatu penyakit yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal di daerah tersebut
-Adanya peningkatan kejadian penyakit/kematian dua kali kipat atau lebih dengan jumlah
pada kurun waktu sebelumnya
-Jumlah penderita melebihi ambang wabah (rata-rata + 2 SE)
-Peningkatan kasus terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis
penyakit
-Jumlah kejadian/kematian, penderita baru menunjukan kenaikan 2x lipat dibanding periode
sebelumnya.
-Case fality rate menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan periode
sebelumnya.
f. Siklus Investigasi Wabah
1. Mengumpulkan dan mengolah informasi
2. Menarik Kesimpulan dari informasi
3. Menggabungkan kesimpulan menjadi hipotesis
4. Mengidentifikasi informasi tambahan tertentu untuk uji hipotesis
5. Mendapatkan infornasi tersebut dan menguji hipotesis
6. Menarik kesimpulan
7. Jika perlu balik ke.no 1
g. Langkah-langkah Investigasi Wabah
1. Persiapan
ada 3 kategori persiapan yaitu persiapan investigasi (pengetahuan ilmiah yang
sesuai,perlengkapan dan alat), administrasi,konsulasi.

2. Memastikan Adanya Wabah


Sesuaikan dg ketentuan yg pernah ada.
-Apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah uang diharalkan
-Sumber Informasi: Tergantung situasi
-Pseudo Epidemik: Jumlah kasus tinggi tidak selalu menunjukkan adanya wabah,bisa saja:
Perubahan pencatatan, diagnosis baru, bertambahnya kesadaran pendiduk,adanya
penyakit.lain, bertambahnya jumlah penduduk
-Pembuktian adanya wabah
3. Memastikan diagnosis
Tujuan:
-Memastikan bahwa masalah telaj didiagnosis dengan baik
-Mencegah kemungkinan kesalahan lelaporab
4.Membuat Defenisi Kasus,menemukan dan menghitung kasus
Meliputi kriteria klinis, dan terutama si batasi oleh waktu,tempat dan orang
Level Kasus:
-Kasus Pasti/Konfirm: Berdasarkan pemeriksaan laboratorium
-Kasus Mungkin (probable) : Harus memenuhi senua ciri klinis, tanpa pemeriksaan lab,
-Kasus Meragukan (possible) : Biasanya hanya memenuhi sebagian ciri klinis, tanpa
pemeriksaan lab
Menemukan kasus: dikumpulkan informasi setiap kasus: id,data demografi,klinis,informasi
pelaporan
5. Epidemiologi Deskriptif
Menggambarkan kejadian berdasarkan orang,tempat dan waktu.
1. Gambaran wabah berdasarkan ciri orang

Variable orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada hubungannya
dengan keterpajanan atau kerentanan terhadapa suatu penyakit.Misalnya karakteristik inang
( umur, jenis kelamin, ras/suku, status kesehatan) atau berdasarkan pemaparan ( pekerjaan,
penggunaan obat-obatan)
2. Gambaran wabah berdasarkan tempat

Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik berbentuk Spot


map. Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol tempat tertentu yang
menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis kejadian
namun mengabaikan populasi.
3. Gambaran wabah berdasarkan waktu
Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan dengan grafik histogram yang berbentuk
kurva epidemic, gambaran ini membantu :
a) Member informasi samapai dimana proses wabah itu dan bagaimana kemungkinan
kelanjutannya

b) Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan pada periode


tersebut, bila telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya.
c) Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian mengetahui apakah
bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya
Kemungkinan periode pemaparan dapat dilakukan dengan :
a)

Mencari masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan rata-rata

b) Menentukan puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung mundur satu masa
inkubasi rata-rata
c)

Dari kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi terpendek

6. Pembuatan Hipotesis

Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya petugas memformulasikan


hipotesis meliputi sumber agens penyakit, cara penularan, dan pemaparan yang
mengakibatkan sakit.
a)

Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:

Apa reservoir utama agen penyakitnya?


Bagaimana cara penularannya?

Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?

Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?

b) Wawancara dengan beberapa penderita mencari kesamaan pemaparan.


c)

mengumpulkan beberapa penderita

d)

Kunjungan rumah penderita

e)

Wawancara dengan petugas kesehatan setempat

f)

Epidemiologi diskriptif

7. Penilaian Hipotesis
Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari dua cara
a)

Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau

b) Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki


peran kebetulan.
c)

Uji kemaknaan statistik, chi square.

8. Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahan


Dalam hal ini penelitian tambahan akan mengikuti hal dibawah ini
a)

Penelitian Epidemiologi ( epidemiologi analitik )

b) Penelitian Laboratorium ( pemeriksaan serum ) dan Lingkungan (pemeriksaan tempat


pembuangan tinja )
9. Pengendalian dan Pencegahan
Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin upaya penanggulangan
biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui Pada umumnya, upaya
pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya
pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya.
10. Penyampaian Hasil Penyelidikan
Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara pertama Laporan lisan pada
pejabat setempat dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas
mengadakan pengendalian dan pencegahan dan yang kedua laporan tertulis.Penyampaian
penyelidikan diantaranya
a)

Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan

b) Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran harus
dapat dipertahankan secara ilmiah
c) Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan
ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran)
d)

Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan

e) Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan rujukan
apabila terjadi hal yang sama di masa datang .
Demikianlah informasi mengenai Investigasi Wabah,,
Sumber : Materi Kuliah Investigasi Wabah-Peminatan Epidemiologi Kelas B/2013- Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
http://srirahmayuli.com/investigasi-wabah

A. Pengertian
Secara umum Wabah dapat diartikan sebagai kejadian penyakit melebihi dari normal
(kejadian yang biasa terjadi). Banyak definisi yang diberikan mengenai wabah baik kelompok
maupun para ahli diantaranya :
Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar

orang didaerah luas ( KBBI : 1989 ).


Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara
cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit ( depkes RI, DirJen P2MPLP : 1981).
Wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka ( UU RI No. 4 tahun 1984 ).
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah,
yang nyata jelas melebihi jumlah biasa ( Benenson : 1985 )
Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit,
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan
kesehatan yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa ( Last : 1981 )
Wabah penyakit menular adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan mala petaka (UU No.4,
1984)
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989)
Tiga k bomponen wabah :
1. Kenaikan jumlah penduduk
2. Kelompok penduduk disuatu daerah
3. Waktu tertentu
Alasan melakukan penyelidikan adanya kemungkinan wabah :
Mengadakan penanggulangan dan pencegahan
a) Ganas tidaknya penyakit
b) Sumber dan cara penularan
c) Ada atau tidaknya cara penanggulangan dan pencegahan
Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
Pertimbangan program
Kepentingan umum, politik, dan hukum
B. Pembagian Wabah Menurut Sifatnya
1. Common Source Epidemic
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu
kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Adapun Common
Source Epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan,
polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus
dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan jam,tidak ada angka serangan ke dua.
2. Propagated/Progresive Epidemic
Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa
tunas yang lebih lama pula. Propagated atau progressive epidemic terjadi karena adanya
penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui vector, relatif lama waktunya
dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masya
yang rentan serta morbilitas dari pddk setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi
peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal anggota
masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan
urutan generasi kasus.
C. Kriteria Kerja Wabah / KLB
Kepala wilayah / daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah (KJB penyakit

menular) diwilayahnya atau tersangka penderita penyakit yang dapat menimbulkan wabah,
wajib seera melakukan tindakan tindakan penanggulangan seperlunya, dengan bantuan unit
kesehatan setempat, agar tidak berkembang menjadi wabah (UU No. 4 dan PerMenKes 560/
MenKes/ Per/ VIII/ 1989).
Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus menerus selama tiga kurun waktu berturut
turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).
3. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam suatu bulan menunjukan kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan angka rata rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata rata perbulan selama satu tahun menunjukan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibandingkan dengan angka rata rata perbulan dari tahun sebelumnya.
6. Case fatality rate ( CFR ) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan
kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan dengan CFR dari periode sebelumnya.
7. Proportional rate ( PR ) penderita dari suatu periode tertentu menunjukan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan periode,
8. kurun waktu atau tahun sebelumnya.
9. Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus : cholera dean demam berdarah
dengue.
Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya ( pada daerah endemis ).
Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode empat minggu sebelumnya,
daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
10. Beberapa penyakit seperti keracunan, menetapkan satu kasus atau lebih sebagai KLB.
Keracunan makanan
Keracunan pestisida
11. Satu kenaikan yang kecil dapat saja merupakan KLB yang perlu ditangani seperti
penyakit poliomylitis dan tetanus neonatorum kasus dianggap KLB dan perlu penanganan
khusus.
Peningkatan jumlah kasus atau penderita yang dilaporkan belum tentu suatu wabah (pseudo
epidemik) karena peningkatan penderita tersebut bisa karena :
Perubahan cara pencatatan
Ada cara cara dignosis baru
Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
Ada penyakit lain dengan gejala sama
Jumlah penduduk bertambah
D. Tujuan Penyelidikan Wabah
1. Tujuan umum penyelidikan KLB / wabah
a) Upaya penanggulangan dan pencegahan
b) Surveilans ( lokal, nasional, dan internasional )
c) Penelitian
d) Pelatihan
e) Menjawab keingintahuan masyarakat
f) Pertimbangan program
g) Kepentingan politik dan hokum
h) Kesadaran masyarakat

2. Tujuan khusus penyelidikan KLB / wabah


a) Memastikan diagnose
b) Memastikan bahwa terjadi KLB/ wabah
c) Mengidentifikasi penyebab KLB
d) Mengidentifikasi sumber penyebab
e) Rekomendasi : cepat dan tepat
f) Mengetahui jumlah korban dan populasi rentan, waktu dan periode KLB, serta tempat
terjadinya KLB ( variabel orang, waktu dan tempat )
E. Langkah-langah Investigasi Wabah
Langkah melakukan investigsi wabah dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang
sistemik yang terdiri dari :
1. Persiapan Investigasi di Lapangan
Persiapan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu:
a. Investigasi : pengetahuan ilmiah perlengkapan dan alat
b. Administrasi :prosedur administrasi termasuk izin dan pengaturan perjalanan
c. Konsultasi :peran masing masing petugas yang turun kelapangan
2. Pemastian Adanya Wabah
Dalam menentukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu atau
bulan sebelumnya.
b. Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan.
c. Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya
Catatan hasil surveilans
Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register, dan lain-lain.
Bila data local tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau data nasional.
Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi penyakit yang biasanya
ada.
d. Pseudo endemik (jumlah kasus yang dilaporkan belum tentu suatu wabah):
Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita
Adanya cara diagnosis baru
Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa
Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan
3. Pemastian Diagnosis
Semua temuan secara klinis harus dapat memastikan diagnosis wabah, hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut
b. Untuk menyingkirkan kesalahan laboraturium yang menyebabkan peningkatan kasus yang
dilaporkan
c. Semua temuan klinis harus disimpulakan dalam distribusi frekuensi
d. Kunjungan terhadap satu atau dua penderita
4. Pembuatan Definisi Kasus
Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang
harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan
orang. Penyelidikan sering membagi kasus menjadi pasti ( compirmed), mungkin ( probable),
meragukan ( possible ), sensivitasdan spefsifitas.

5. Penemuan dan Penghitungan Kasus


Metoda untuk menemukan kasus yang harus sesuai dengan penyakit dan kejadian yang
diteliti di fasilitas kesehatan yang mampu memberikan diagnosis. Informasi berikut ini
dikumpulakan dari setiap kasus :
a) Data identifikasi ( nama, alamat, nomor telepon )
b) Data demografi ( umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan )
c) Data klinis
d) Faktor risiko, yang harus dibuat khusus untuk tiap penyakit
e) Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau memberi umpan balik
6. Epidemiologi Deskriptif
a. Gambaran waktu berdasarkan waktu
Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan dengan grafik histogram yang berbentuk
kurva epidemic, gambaran ini membantu :
1) Memberi informasi samapai dimana proses wabah itu dan bagaimana kemungkinan
kelanjutannya
2) Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan pada periode
tersebut, bila telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya.
3) Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian mengetahui apakah
bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya.
Kemungkinan periode pemaparan dapat dilakukan dengan :
1) Mencari masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan rata-rata
2) Menentukan puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung mundur satu masa
inkubasi rata-rata
3) Dari kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi terpendek
Masa inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya agens penyakit sampai timbulnya
gejala pertama. Informasi tentang masa inkubasi bermanfaat billa penyakit belum diketahui
sehingga mempersempit diagnosis diferensial dam memperikan periode pemaparan. Cara
menghitung median masa inkubasi :
a) Susunan teratur ( array) berdasarkan waktu kejadiannya
b) Buat frekuensi kumulatifnya
c) Tentukan posisi kasus paling tengah
d) Tentukan kelas median
e) Median masa inkubasiditentukan dengan menghitung jarak antara
waktu pemaparan dan kasus median
b. Gambaran wabah berdasarkan tempat
Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik berbentuk Spot map.
Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol tempat tertentu yang menggambarkan
distribusi geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis kejadian namun mengabaikan
populasi.
c. Gambaran wabah berdasarkan ciri orang
Variable orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada hubungannya
dengan keterpajanan atau kerentanan terhadapa suatu penyakit.Misalnya karakteristik inang
( umur, jenis kelamin, ras/suku, status kesehatan) atau berdasarkan pemaparan ( pekerjaan,
penggunaan obat-obatan)
d. Pembuatan Hipotesis
Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya petugas memformulasikan

hipotesis meliputi sumber agens penyakit, cara penularan, dan pemaparan yang
mengakibatkan sakit.
1) Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:
Apa reservoir utama agen penyakitnya?
Bagaimana cara penularannya?
Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?
Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
2) Wawancara dengan beberapa penderita mencari kesamaan pemaparan.
3) Mengumpulkan beberapa penderita
4) Kunjungan rumah penderita
5) Wawancara dengan petugas kesehatan setempat
6) Epidemiologi diskriptif
e. Penilaian Hipotesis
Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari dua cara, yaitu:
1) Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau
2) Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki peran
kebetulan.
3) Uji kemaknaan statistik, Kai kuadrat.
f. Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahan
Dalam hal ini penelitian tambahan akan mengikuti hal dibawah ini
1) Penelitian Epidemiologi ( epidemiologi analitik )
2) Penelitian Laboratorium ( pemeriksaan serum ) dan Lingkungan (pemeriksaan tempat
pembuangan tinja )
g. Pengendalian dan Pencegahan
Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin upaya penanggulangan biasanya
hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui Pada umumnya, upaya pengendalian
diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian
mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya.
h. Penyampaian Hasil Penyelidikan
Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara pertama Laporan lisan pada pejabat
setempat dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas mengadakan
pengendalian dan pencegahan dan yang kedua laporan tertulis.Penyampaian penyelidikan
diantaranya:
1) Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan
2) Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran harus dapat
dipertahankan secara ilmiah
3) Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan
ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran)
4) Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan
5) Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan rujukan
apabila terjadi hal yang sama di masa datang .
Susunan laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut.
Pendahuluan
Latar Belakang
Uraian tentang penelitian yang dilakukan
Hasil penelitian

Analisis data dan kesimpulan


Tindakan penanggulangan
Dampak-dampak penting
Saran rekomendasi
F. Kejadian Luar Biasa
Kejadian Luar Biasa (KLB) salah satu kategori status wabah dalam peraturan yang berlaku di
Indonesia. tatus Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004.
Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu.
Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu kejadian dinyatakan
luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturutturut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
G. Pelacakan KLB
1. Garis Besar Pelacakan KLB
a. Pengumpulan data dan informasi secara seksama langsung di lapangan tempat kejadian
b. Analisa data yang diteliti dengan ketajaman pemikiran.
c. Adanya suatu garis besar tentang sistematika langkah-langkah yang pada dasarnya harus
ditempuh dan dikembangkan dalam setiap usaha pelacakan.
2. Analisis Situasi Awal
a. Penentuan atau penegakan diagnosis
b. Penentuan adanya wabah
c. Uraian keadaan wabah (waktu, tempat dan orang)
3. Analisis Lanjutan
a. Usaha Penemua kasus tambahan
1) Adakan pelacakan ke rumah sakit dan dokter praktek ntuk menemukan kemungkinan
adanya kasus diteliti yang belum ada dalam laporan.
2) Pelacakan intensif terhadap mereka yang tanpa gejala, gejala ringan tetapi mempunyai
potensi menderita atau kontak dengan penderita.
b. Analisa Data secara berkesinambungan.
c. Menegakkan Hipotesis
d. Tindakan Pemadaman wabah dan tindak lanjut.
1) Tindakan diambil sesuai dengan hasil analisis
2) Diadakan follow up sampai keadaan normal kembali.
3) Yang menimbulkan potensi timbulnya wabah kembali disusunkan suatu format
pengamatan yang berkesinambungan dalam bentuk survailans epidemiologi terutama high
risk.
H. Penanggulangan KLB :
1. SKD KLB
2. Penyelidikan dan penanggulangan KLB
3. Pengembangan sistem surveilans termasukpengembangan jaringan informasid) Koordinasi

kegiatan surveilans : lintas program dan lintas sektoral


a. OUTBREAK
Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit yang sama dimana
penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.
b. EPIDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu
daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya meningkat.
c. PANDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya dalam waktu
singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas
d. ENDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya pada wilayah
tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal
biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu

https://freyadefunk.wordpress.com/2012/12/19/wabah-epidemiologi/

6) Penyelidikan KLB Demam Chikungunya


Penyelidikan KLB demam chikungunya dilakukan oleh Puskesmas, Rumah Sakit,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Propinsi dan Kementerian Kesehatan.
7) Penyelidikan KLB Demam Chikungunya Oleh Puskesmas
Setelah mendapat laporan adanya peningkatan sejumlah penderita yang diduga
sebagai penderita demam chikungunya, maka Puskesmas melakukan langkah-

langkah penyelidikan sebagai berikut :


a) Mendiskusikan adanya penyakit demam chikungunya dengan petugas klinik
b) Mencatat semua data penderita demam atau penyakit dengan gejala demam
selama 2 bulan
c) Terakhir menurut tanggal berobat, sehingga dapat diketahui adanya
peningkatan atau tidak
d) Mengidentifikasi lokasi kejadian dan menanyakan kepada semua orang yang
datang dari lokasi kejadian tersebut tentang adanya peningkatan sejumlah
penderita dengan gejala demam yang diikuti dengan tidak dapat berjalan.
e) Mendatangi lokasi kejadian dan menanyakan pada kepala dukuh/RT/RW,
kepala desa/lurah, dan anggota masyarakat tentang adanya peningkatan
sejumlah penderita dengan gejala demam yang diikuti dengan tidak dapat
berjalan. Setiap penderita yang dilaporkan oleh masyarakat dicatat nama, orang
tuanya, alamat dusun/RT/RW dan desa/kelurahan, umur, jenis kelamin, tanggal
mulai sakit, keadaannya sekarang (sudah sembuh, masih sakit atau meninggal),
gejala demam, bercak kemerahan, nyeri sendi, adanya perdarahan (mimisen,
diare berdarah), pilek, batuk.
f) mendirikan pos pelayanan kesehatan di lokasi kejadian dan mencatat setiap
penerita berobat dalam daftar harian berobat yang terdiri dari nama penderita
dan orang tuanya, alamat dusun dan desa, umur, jenis kelamin, keadaan waktu
berobat (sudah sembuh, masih sakit atau meninggal), gejala demam, bercak
kemerahan, nyeri sendi, adanya perdarahan (mimisen, diare berdarah), pilek,
batuk, jika perlu pemeriksaan trombosit dan hematokrit. Demam chikungunya
hampir sama dengan penyakit demam dengue, demam dengue berdarah atau
alergi, tetapi gejala nyeri sendi adalah memperkuat diagnosis demam
chikungunya.
g) g) Menulis laporan penyelidikan (terlampir contoh Laporan Penyelidikan KLB
Demam Chikungunya oleh Puskesmas)
h) 8) Penyelidikan KLB Demam Chikungunya Oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota Setelah mendapat laporan adanya peningkatan sejumlah
penderita yang diduga sebagai penderita demam chikungunya, maka Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan penyelidikan untuk menegakkan
diagnosis, konfirmasi adanya KLB, mendapatkan data epidemiologi diskriptif
penderita dan identifikasi keberadaan nyamuk A.aigepti dan A. Albofiktus, serta
merumuskan rekomendasi penanggulangan.
i) Penegakan Diagnosis
Demam chikungunya menunjukkan gejala yang hampir sama dengan penderita
demam dengue, demam berdarah dengue, campak atau alergi, serta penderita
sakit rematik. Oleh karena itu, penyelidikan dilakukan dengan cara :

1) Mendiskusikan dengan para dokter dan petugas kesehatan yang memeriksa


penderita
2) Memeriksa beberapa penderita yang dicurigai, yaitu penderita demam dengan
nyeri sendi
3) Memeriksa beberapa penderita yang dirawat atau dikunjungi ke rumahnya
(setidak-tidaknya 25 penderita dengan gejala demam, termasuk penderita
bukan demam chikungunya) untuk mendapatkan gambaran gejala dan tandatanda penyakit yang menyerang daerah tersebut, kemudian menyusun tabel
distribusi gejala
4) Membuat kurva epidemi semua penderita yang berobat di Puskesmas, Rumah
Sakit dan pos-pos kesehatan.
5) Mengambil spesimen serologi terhadap 15 penderita yang masih sakit.
6) Menarik kesimpulan diagnosis sesuai dengan data yang telah diperoleh.
Kesimpulan diagnosis dapat satu diagnosis atau masih dengan beberapa
deferensial diagnosis.
j) Penetapan adanya KLB
Adanya satu penderita yang dicurigai sebagai demam chikungunya ditetapkan
sebagai KLB demam chikungunya, dan harus segera dilakukan tindakan
pencegahan agar penyakit tidak menyerang orang lain.
k) Mendapatkan Data Epidemiologi Deskriptif
Secara deskriptif gambaran epidemiologi dapat disajikan dalam bentuk kurva
epidemi, serangan menurut umur, jenis kelamin dan daerah. Sumber datanya
dapat berdasarkan kunjungan dari rumah ke rumah, atau berdasarkan data
berobat Puskesmas, Rumah Sakit dan pos-pos kesehatan. Sumber data harus
disebutkan dalam laporan.
Kurva epidemi yang baik berdasarkan tanggal mulai sakit, tetapi mendapatkan
data mulai sakit sering mengalami kesulitan, oleh karena itu, kurva epidemi
dapat berdasarkan tanggal berobat, apabila sumber datanya adalah data
berobat Puskesmas, Rumah Sakit dan pos-pos kesehatan. Frekuensi analisisnya
dapat harian atau mingguan tergantung keperluan analisis. Distribusi penderita
menurut umur, jenis kelamin dan daerah asal penderita dapat disajikan dalam
tabel epidemiologi yang berisi jumlah penderita, jumlah meninggal, jumlah
populasi rentan, angka serangan (attack rate) per 100 populasi, case fatality
rate per 100 penderita. Tergantung sumberdatanya, data populasi rentan dapat
berasal dari hasil kunjungan dari rumah ke rumah atau penduduk yang ada
dalam daerah berdarkan data statistik setempat.
l) Identifikasi keberadaan nyamuk A. aegypti
Desa, dusun atau asrama serta tempat-tempat lain yang terdapat penderita

demam chikungunya, atau dicurigai akan terserang demam chikungunya perlu


diidentifikasi adanya nyamuk A.aegipti atau A.albofiktus. Identifikasi digunakan
untuk fogging, abatisasi atau gerakan pembersihan sarang nyamuk.
Sekitar 100 rumah yang dimulai dari rumah penderita dilakukan pemeriksaan
adanya tandon air bersih yang berisi jentik Ae.aigepti, apabila sulit
membedakan jenis jentik nyamuk maka pemeriksaan dilakukan terhadap semua
jenis nyamuk apapun. Apabila telah ditemukan 5 rumah positip terdapat jentik,
maka identifikasi dihentikan dan daerah tersebut dinyatakan indeks rumah (HI)
5 % atau lebih. Jika belum menemukan 5 rumah positip terdapat jentik, maka
identifikasi diteruskan sampai 100 rumah. Apabila belum ditemukan 5 rumah
positip terdapat jentik, maka daerah tersebut dinyatakan indeks rumah (HI)
kurang dari 5 %.
m) Rekomendasi
Desa dengan indeks rumah 5 % atau lebih dengan penderita demam
chikungunya terdapat didaerah tersebut, maka fogging dilakukan terhadap
rumah dan halaman dekat rumah sejauh 100 meter dari penderita, disertai
abatisasi dan gerakan pembersihan sarang nyamuk dengan ketat di seluruh
Desa. Desa dengan indeks rumah 5 % atau lebih tetapi tidak terdapat penderita
demam chikungunya, maka fogging tidak dilakukan, tetapi abatisasi dan
gerakan pembersihan sarang nyamuk dilaksanakan dengan ketat. Desa dengan
indeks rumah kurang dari 5%, ada atau tidak ada penderita demam
chikungunya, tetapi mempunyai ancaman serangan demam chikungunya, maka
fogging tidak dilakukan, tetapi tetap mempertahankan gerakan pembersihan
sarang nyamuk yang dilaksanakan dengan ketat.
Disamping upaya dari pemerintah daerah setempat, fogging dapat dilakukan
oleh warga sendiri dengan menggunakan obat nyamuk insektisida semprot yang
ada di pasaran, kegiatan fogging dilaksanakan pada 2 minggu pertama sejak
penderita terakhir, dan harus dilakukan bersamaan dan diulang satu minggu
berikutnya. Abate juga terdapat dipasaran.
n) Upaya pengobatan (manajemen kasus)
Pengobatan demam chikungunya adalah pengobatan simptomatis dengan
penurun panas dan penghilang rasa nyeri, disertai istirahat. Tetapi apabila
kecurigaan penyakit adalah termasuk campak atau demam berdarah dengue,
maka perlu kesiapsiagaan tatalaksana yang berbeda, penderita perlu segera
dirujuk apabila terdapat tanda-tanda bahaya.
o) Upaya pencegahan (manajemen kesehatan masyarakat)
Penderita sebaiknya diisolasi dari gigitan nyamuk, sehingga dapat mencegah
penularan ke orang lain. Setiap orang dapat mencegah gigitan nyamuk penular
demam chikungunya dengan repelan, kelambu, obat nyamuk bakar dan semprot
atau rumah dengan kasa anti nyamuk. Tetapi yang terbaik adalah membebaskan

sarang nyamuk di setiap rumah dan juga rumah-rumah tetangganya, asrama,


sekolah, masjid, terminal dan tempat-tempat umum lainnya. Pembersihan
sarang nyamuk di rumah sendiri adalah sangat penting, tetapi adanya sarang
nyamuk di rumah tetangga merupakan ancaman penyebaran demam
chikungunya, karena nyamuk dapat terbang sangat jauh.
p) Surveilans ketat
Upaya penanggulangan KLB demam chikungunya adalah kerjasama serasi
antara kegiatan penyelidikan, pengobatan-pencegahan dan surveilans ketat.
Surveilans ketat dilakukan terhadap surveilans penderita demam chikungunya
dan surveilans jentik secara berkala.
Surveilans ketat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap kecenderungan
penyakit dengan memperhatikan kurva epidemi di setiap desa terserang, dan
juga penyebarannya ke daerah-daerah baru serta ancaman ke daerah-daerah
lain. Adanya gerakan pembersihan sarang nyamuk di suatu desa akan berdapat
pada kecenderungan penurunan kurva epidemi, atau angka serangan yang
rendah.
q) Laboratorium
Kirimkan serum penderita dan orang-orang sekitar yang dicurigai, ke alamat :
Bagian Virologi, Litbangkes Jln. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat.
Pengiriman serum harus sesuai prosedur, didalam wadah dengan suhu 2- 8.
Disertai data penderita yang meliputi nama penderita, tanggal mulai sakit,
tanggal pengambilan spesimen, umur, jenis kelamin, alamat dan gejala gejala
yang timbul. Nama dan alamat pengirim spesimen
semoga bermanfaat....

Kegiatan penyelidikan wabah meliputi :


1. Menetapkan Terjangkitnya Keadaan Wabah
Informasi tentang terjadinya wabah biasanya datang dari sumber-sumber masyarakat, yaitu
laporan pasien, keluarga pasien, kader kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi informasi
tentang terjadinya wabah bisa juga berasal dari petugas kesehatan, laporan kematian, laporan
hasil pemeriksaan laboratorium, atau media lokal (suratkabar dan televisi). Pada dasarnya
wabah merupakan penyimpangan dari keadaan normal karena itu wabah ditentukan dengan
cara membandingkan jumlah kasus sekarang dengan rata-rata jumlah kasus dan variasinya di
masa lalu (minggu, bulan, tahun).
Terjadinya wabah dan teridentifikasinya sumber dan penyebab wabah perlu ditanggapi
dengan tepat. Jika terjadi kenaikan signifikan jumlah kasus sehingga disebut wabah, maka
pihak dinas kesehatan yang berwewenang harus membuat keputusan apakah akan melakukan
investigasi wabah. Pada penerapannya, pada sistem kesehatan perlu ddilakukan investigasi
wabah dan mengambil langkah-langkah segera dan tepat untuk mencegah penyebaran lebih
lanjut penyakit tersebut..

2. Melakukan Investigasi Wabah


Pada langkah investigasi yang pertama dilakukan penegakan dagnosa dari penyakit yang
menjadi wabah tersebut dengan mendefinisikan kasus. Pada investigasi kasus, peneliti
melakukan verifikasi apakah kasus-kasus yang dilaporkan telah didiagnosis dengan benar
(valid). Penegakan diagnose yang utam dengan dilakukan pemeriksaan labolatorium. Dengan
menggunakan definisi kasus, maka individu yang diduga mengalami penyakit akan
dimasukkan dalam salah satu klasifikasi kasus.
Berdasarkan tingkat ketidakpastian diagnosis, kasus dapat diklasifikasikan menjadi:
(1) kasus suspek (suspected case, syndromic case),
(2) kasus mungkin (probable case, presumptive case), dan
(3) kasus pasti (confirmed case, definite case).
Klasifikasi kasus (yang berbeda tingkat kepastiannya tersebut) memungkinkan dilakukannya
upaya untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas pelaporan. Kasus suspek bersifat
sensitive tetapi kurang spesifik, dengan tujuan mengurangi negatif palsu. Kasus mungkin dan
kasus pasti bersifat lebih sensitif dan lebih spesifik daripada kasus suspek, dengan tujuan
mengurangi positif palsu.
Langkah selanjutnya dengan dilakukan penentuan apakah peristiwa tersebut suatu letusan
wabah atau bukan. Hal ini dilihat berdasarkan penyebab terjadinya wabah. Pada investigasi
penyebab terjadinya wabah dapat dilakukan dengan wawancara dan epidemiologi deskriptif.
Pada wawancara intinya, tujuan wawancara dengan kasus dan nara sumber terkait kasus
adalah untuk menemukan penyebab terjadinya wabah.
Dengan menggunakan kuesioner dan formulir baku, peneliti mengunjungi pasien (kasus),
dokter, laboratorium, melakukan wawancara dan dokumentasi untuk memperoleh informasi
berikut:
(1) Identitas diri (nama, alamat, nomer telepon jika ada);
(2) Demografis (umur, seks, ras, pekerjaan);
(3) Kemungkinan sumber, paparan, dan kausa;
(4) Faktor-faktor risiko;
(5) Gejala klinis (verifikasi berdasarkan definisi kasus, catat tanggal onset gejala untuk
membuat kurva epidemi, catat komplikasi dan kematian akibat penyakit);
(6) Pelapor (berguna untuk mencari informasi tambahan dan laporan balik hasil investigasi).
Pemeriksaan klinis ulang perlu dilakukan terhadap kasus yang meragukan atau tidak
didiagnosis dengan benar (misalnya, karena kesalahan pemeriksaan laboratorium). Informasi
tersebut dugunakan untuk membandingkan informasi yang didapat dengan definisi yang
sudah ditentukan tentang KLB dan membandingkan dengan incidende penyakit itu pada
minggu/bulan/tahun sebelumnya. Inti dari pertanyaan yang diajukan adalah mengenai waktu
(kapan mulai sakit), tempat (dimana penderita mendapatkan infeksi), orang (siapa yang
terkena, informasi yang diambil adalah gender, umur, imunisasi).
Dengan menghitung jumlah kasus, menganalisis waktu, incidence rate, dan risiko, peneliti
wabah mendeskripsikan distribusi kasus menurut orang, tempat, dan waktu, menggambar
kurva epidemi, mendeskripsikan kecenderungan (trends) kasus sepanjang waktu, luasnya
daerah wabah, dan populasi yang terkena wabah. Dengan epidemiologi deskriptif wabah bisa
mendapatkan hipotesa penyebab dan sumber wabah, distribusi penderita.
Hipotesa digunakan untuk mengarahkan pada penelitian lebih lanjut.
Hipotesis yang diterima, dapat menerangkan pola penyakit :
(a) Sesuai dengan sifat penyebab penyakit,
(b)Sumber infeksi,
(c) Cara penularan,
(d)Faktor lain yang berperan.
3. Melaksanakan Penanganan Wabah

Setelah data mengenai investigasi kasus dan penyebab telah memberikan fakta tentang
penyebab, sumber, dan cara transmisi, maka langkah pengendalian hendaknya segera
dilakukan. Makin cepat respons pengendalian, makin besar peluang keberhasilan
pengendalian. Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan cara penanggulangan
yang paling efektif dan melakukan surveilence terhadap faktor lain yang berhubungan..
Prinsip intervensi untuk menghentikan wabah sebagai berikut:
(1) Mengeliminasi sumber patogen;
(2) Memblokade proses transmisi;
(3) Mengeliminasi erentanan.
Eliminasi sumber patogen mencakup:
(1) Eliminasi atau inaktivasi patogen;
(2) Pengendalian dan pengurangan sumber infeksi (source reduction);
(3) Pengurangan kontak antara penjamu rentan dan orang atau binatang terinfeksi (karantina
kontak, isolasi kasus, dan sebagainya);
(4) Perubahan perilaku penjamu dan/ atau sumber (higiene perorangan, memasak daging
dengan benar, dan sebagainya);
(5) Pengobatan kasus.
Blokade proses transmisi mencakup:
(1) Penggunaan peralatan pelindung perseorangan (masker, kacamata, jas, sarung tangan,
respirator);
(2) Disinfeksi/ sinar ultraviolet;
(3) Pertukaran udara/ dilusi;
(4) Penggunaan filter efektif untuk menyaring partikulat udara;
(5) Pengendalian vektor (penyemprotan insektisida nyamuk Anopheles, pengasapan nyamuk
Aedes aegypti, penggunaan kelambu berinsektisida, larvasida, dan sebagainya).
Eliminasi kerentanan penjamu (host susceptibility) mencakup:
(1) Vaksinasi;
(2) Pengobatan (profilaksis, presumtif);
(3) Isolasi orang-orang atau komunitas tak terpapar (reverse isolation);
(4) Penjagaan jarak sosial (meliburkan sekolah, membatasi kumpulan massa).
Hal terkhir dan merupakan hal terpenting dalam penanganan wabah adalah menentukan cara
pencegahan di masa yang akan datang.
4. Menetapkan Berakhirnya Wabah
Penetapan berakhirnya wabah berdasarkan informasi tentang terjadinya wabah dari laporan
pasien, keluarga pasien, kader kesehatan, atau warga masyarakat. Informasi juga bisa berasal
dari petugas kesehatan, laporan kematian, laporan hasil pemeriksaan laboratorium, atau
media lokal (suratkabar dan televisi). Hal ini untuk menganalisis apakah program penanganan
wabah dapat menurunkan kasus yang terjadi. Jika kasus yang terjadi menurun maka dapat
dikatakan bahwa penanganan wabah berhasil dan dapat segera dilakukan penetapan
berkahirnya wabah.
5. Pelaporan Wabah
Pada akhir kegiatan dilakukan pelaporan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
tentang penyelidikan epidemiologi, dengan format yang terdiri dari:
(1) Pendahuluan,
(2) Latar belakang,
(3) Uraian tentang penelitian yang telah dilakukan,
(4) Hasil penelitian,
(5) pembahasan,
(6) kesimpulan, dan
(7) Tindakan penanggulangan,

(8) Dampak-dampak Penting,


(9)rekomendasi.
Laporan tersebut mencakup langkah pencegahan dan pengendalian, catatan kinerja sistem
kesehatan, dokumen untuk tujuan hukum, dokumen berisi rujukan yang berguna jika terjadi
situasi serupa di masa mendatang. Selain itu juga berguna untuk perencanaan-perencanaan
program, pelaksanaan rencana penanggulangan wabah itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai