Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Desember 2020

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

Laporan Kasus
“Hipertensi”

Disusun Oleh:
Dhea Farisky
N 111 18 073

PEMBIMBING :
dr. Indah P. Kiay Demak, M.Med.Ed
dr. Furqan

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT-KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang

bersangkutan sebagai berikut:

Nama : Dhea Farisky

Stambuk : N 111 18 073

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Kedokteran

Universitas : Tadulako

Judul Laporan Kasus : Hipertensi

Bagian : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu

Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas

Tadulako.

Palu, Desember 2020

Mengetahui,

Pembimbing Dokter Muda

dr. Indah P. Kiay Demak, M.Med.Ed Dhea Farisky


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan terjadinya
peningkatan tekan darah sistolik ≥140 dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg
setalah dilakukan dua kali pengukuran dalam waktu yang berbeda. Penyakit
Hipertensi atau biasanya juga disebut dengan the silent killer terdiri dari
hipertensi primer yang belum diketahui penyebabanya dan hipertensi sekunder
yang dapat disebabkan oleh beberpa penyakit seperti penykit ginjal, penyakit
jantung dan penyakit endokrin. Hipertensi lebih banyak terjadi pada usia lanjut
dibandingkan usia remaja namun pada penduduk usia remaja atau dewasa muda
juga dapat mengalami hipertensi 1,2,3
Jumlah penderita Hipertensi di indoneia sebanyak 70 juta orang (28%)
dan 24% diantaranya adalah penderita hipertensi terkontrol. Penderita
Hipertensi diperkirakan sebanyak 1 milyar di dunia, dan dua pertiganya berada
di negara berkembang. Angka Penderita Hipertensi semakin meningkat yaitu
26% atau 972 juta orag dewasa di dunia menderita hipertensi. Jumlah penderita
hipertensi pada tahun 2025 diprediksi akan mencapai 29% orang dewasa
didunia. Berdasarkan Word Halth Organization, 25% penderita hipertensi dari
50% penderita yang mendapat pengobatan, namun hanya 12,5% penderita yang
mendapat pengobatan dengan baik.1,2
Berdasarkan data dari profil kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun
2019 presentasi penderota hipertensi tertinggi di Sulawesi tengah yaitu pada
kabupaten Tojo Una-una sebesar 85,50%. Jumlah penderita hipertensi dengan
umur ≥15 tahun pada kabupaten Tojo una-una yaitu 11.275 jiwa. Penderita
Hipertensi berumur ≥15 tahun yang mendapat pelayanan kesehatan hipertensi
adalah sebesar 51,2%. Faktor yang mempengaruhi tingginya angka kejadian
hipertensi sangat berkaitan erat dengan pola hidup masyarakat yang kurang

1
melakukan aktivitas fisik, diet rendah serat, konsumsi garam berlebihan, berat
badan yang berlebihan, konsumsi alkohol dan stress.4
Berdasarkan data diatas, didapatkan suatu gambaran bahwa hipertensi
merupakan salah satu masalah kesehatan yang potensial dan penyakit yang
angka kejadiannya meningkat tiap tahun serta penyakit ini memerlukan
penanganan yang tepat untuk menghindari dan mengurangi risiko terjadinya
komplikasi yang berat pada penderita. Oleh karena itu, berikut akan dilakukan
pembahasan refleksi kasus mengenai hipertensi yang termasuk dalam sepuluh
penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Pantoloan.

Gambaran 10 Penyakit Terbanyak UPTD Puskesmas Tahun 2019


No Jenis Penyakit Jumlah Pasien
1 ISPA 882
2 Gastritis 463
3 Penyakit alergi Kulit 274
4 Hipertensi 258
5 Penyakit saraf 245
6 Diare 205
7 Diabetes Melitus 147
8 Penyakit Syaraf 205
9 Pneumonia 112
10 Tonsilitis 101

1.2. Tujuan
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir dan ujian dibagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
2. Sebagai gambaran untuk mengetahui beberapa faktor resiko penyakit
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pantoloan

2
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Penentuan Prioritas Kasus Menggunakan Rumus Hanlon Kuantitatif
Prioritas masalah di Puskesmas Pantoloan
N MASALAH BESAR KEGAWAT KEMUNGKINAN NILAI
O KESEHATAN MASALAH DARURATA DIATASI
N
1 ISPA 3 2 3 8
2 Gastritis 2 2 2 5
3 Penyakit kulit 2 2 1 5
alergi
4 Hipertensi 3 3 3 9
5 Penyakit Saraf 3 2 2 7
*Semakin tinggi nilai total angka semakin besar prioritas masalah

Berdasarkan tabel diatas masalah yang menjadi prioritas di Puskesmas Pantoloan


adalah hipertensi, Penyakit saraf dan ISPA.

KRITERIA A : Besar masalah, dapat dilihat dari besarnya insidensi atau


prevalensi. Skor 1-10

Besar Masalah
Masalah Kesehatan Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
X (Hipertensi) V 7
Y (Penyakit saraf) V 5
Z (ISPA) V 9
Keterangan total skor :
Nilai 1-4 : insidensi kurang
Nilai 5-7 : insidensi sedang
Nilai 8-10 : insidensi sangat banyak

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan penyakit dengan insidensi


terbanyak adalah ISPA.

3
KRITERIA B : Kegawatan masalah (SKOR 1-5)

Masalah Biaya yang


Keganasan Tingkat urgency Niilai
Kesehatan dikeluarkan
X (Hipertensi) 2 4 4 10
Y (Penyakit saraf) 2 2 2 6
Z (ISPA) 2 2 2 6
Keterangan skor :
Nilai 1-4 : tidak gawat
Nilai 5-7 : tidak terlalu gawat (sedang)
Nilai 8-10 : gawat

KRITERIA C :kemudahan dalam penanggulangan

Sangat sulit X Y Z sangat mudah

1 2 3 4 5

Keterangan : semakin kecil skor, maka penanggulangan masalah semakin sulit

KRITERIA D : PEARL factor

Masalah Hasil
P E A R L
Kesehatan perkalian
X 1 1 1 1 1 1
Y 1 1 1 1 1 1
Z 1 1 1 1 1 1
P : Prioriety (kesesuaian)
E : Economics (ekonomi murah)
A : Accetable (dapat diterima)
R : Recoursces (tersedianya sumber)
L : Legality (legalitas terjamin)

PENETAPAN NILAI

 Hipertensi
Nilai Prioritas Dasar : (A + B) C = (7 + 10) 3 = 17 x 3 = 51
Nilai Prioritas Total : (A + B) C x D = (7 + 10) 3 x 1 = 17 x 3 = 51
 ISPA

4
Nilai Prioritas Dasar : (A + B) C = (9 + 6) 3 = 15 x 3= 45
Nilai Prioritas Total : (A + B) C x D = (9 + 6) 3 x 1 = 15 x 3 = 45
 Penyakit Saraf
Nilai Prioritas Dasar : (A + B) C = (5 + 6) 3 = 11 x 3 = 33
Nilai Prioritas Total : (A + B) C x D = (5 + 6) 3 x 1 = 11 x 3 = 33

KESIMPULAN

Masalah D
A B C NPD NPT Prioritas
kesehatan (PEARL)
Hipertensi 7 10 3 51 1 51 1
ISPA 9 6 3 45 1 45 2
Penyakit saraf 5 6 3 33 1 33 3

Dari rumus Hanlon ini, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi prioritas di
Puskesmas Pantoloan pada prioritas ke-1 yaitu hipertensi, prioritas ke-2 ISPA dan
prioritas ke-3 Penyakit saraf. Kesimpulan dari rumus ini yaitu penyakit Hipertensi
merupakan prioritas pertatama dari masalah yang ada di Puskesmas Pantoloan. Hal
ini berkaitan dengan tingkat morbiditas dan insidensi yang timbul di ruang lingkup
kerja Puskesmas Pantoloan.

2.2. IDENTITAS PASIEN


Nama Pasien : Ny.S
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan terakhir : SD
Alamat : Ranontai
Agama : Islam
Waktu Visite : 8 Desember 2020

5
2.3. ANAMNESIS
1. Keluhan utama:
Nyeri kepala
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien perempuan usia 62 tahun mengeluh nyeri kepala ± 1 minggu
yang lalu dan memberat 2 hari terakhir. Keluhan ini sudah sering di rasakan
sejak 3 tahun terakhir. Pasien juga mengeluh kadang pasien merasa pusing
dan rasa tegang pada tengkuk, kram pada tangan dan kaki serta pasien juga
mengeluh susah tidur saat keluhan nyeri kepalanya kambuh. Keluhan ini
sangat mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Saat pasien merasakan
keluhan tersebut Pasien meminum obat Captopril dan istirahat untuk
meringankan keluhannya. Pasien selalu mengonsumsi ikan asin, sayur santan
dan tidak mengontorol makanan yang pasien makan untuk mengurangi
keluhan. Pasien makan 3 kali sehari dan sering makan nasi kuning saat
sarapan. Porsi makan pasien 1 ½ sendok nasi setiap kali makan. Pasien
pasien tidak suka makan makanan yang di rebus dan sayur bening, pasien
lebih suka makan makanan yang di goreng. Pasien juga jarang mengonsumsi
buah-buahan. Pasien sering makan ikan asin dan jarang makan buah serta
sayuran karena kondisi ekonomi keluarga yang menengah kebawah dengan
penghasilan tiap bulan yang tidak menentu. Pasien juga jarang melakukan
aktivitas fisik atau melakukan olahraga ringan.

3. Riwayat Pengobatan
Pasien minum obat antihipertensi captopril 25 mg tetapi tidak teratur
Obat antihipertensi diminum pada pagi dan malam hari saat keluhan sakit
kepalanya berat, dan berhenti mengonsumsi obat tersebut ketika keluhan
hilang. Pasien sering datang ke Posbindu untuk mengontrol kesehatannya.

6
Pasien tidak rutin meminum obat karena ketidaktahuan pasien akan
kewajiban meminum obat walaupun keluhannya tidak ada.

4. Riwayat Penyakit Sebelumnya:


Riwayat hipertensi ± 3 tahun sejak pemeriksaan.
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pada keluarga pasien terdapat keluhan yang serupa yaitu orangtua pasien
memiliki riwayat hipertensi.
6. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan:
 Suami pasien telah meninggal dunia. Pasien tidak mengetahui pasti
penyebab kematian suaminya, namun suami pasien memiliki kebiasaan
yang sama dengan pasien yang sering memakan ikan asin dan sayur
santan.
 Pasien memiliki 1 orang anak berumur 35 tahun dan telah menikah.
 Pasien tidak mengetahui apakah anak pasien memiliki penyakit hipertensi
atau tidak karena anak pasien jarang memeriksakan kesehatannya di
puskesmas.
 Pasien tinggal bersama anak dan menantunya. dan 2 orang cucu di
rumah permanen yang luasnya (9 m x 15 m) dengan 4 kamar. Pasien
tidur dikamar sendiri.
 Ventilasi udara rumah pasien cukup baik dan jendela jarang dibuka saat
siang hari, Pencahayaan rumah cukup baik. Lantai rumah ditegel,
Dinding rumah terbuat dari batako dan di semen halus beberapa dinding
plafon rumah tidak ada, MCK berada didalam rumah dan dinilai lumayan
layak digunakan.
 Jarak antara rumah pasien dan rumah tetangga sekitar 2 meter.
 Pasien merupakan keluarga ekonomi menengah kebawah dengan anak
pertama yang berperan sebagai kepala keluarga dengan perkiraan

7
pendapatan per bulan tidak menentu. Pasien bekerja sebagai ibu rumah
tangga.
 Keluarga pasien makan 2 atau 3 kali sehari. Dengan menu nasi putih,
ikan goreng, ikan asin, telur atau tahu tempe dan kadang mengonsumsi
sayur dan buah. Dengan perkiraan 1 anggota keluarga Rp. 10.000/kali
makan, biaya makan untuk 1 orang anggota keluarga Rp.30.000/hari.
Sehingga biaya makan untuk keluarga pasien Rp. 90.000/hari.
 Untuk air minum, pasien mendapatkan air dari sumber air PAM yang
terletak sekitar 10 m dari rumah pasien. Pasien selalu memasak air
hingga mendidih menggunakan kompor gas untuk keperluan konsumsi
rumah tangga. Penggunaan air yang di masak, habis dalam 2 hari.

2.4. Pemeriksaan Fisik


Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Frek. Nadi : 86 x/menit
Frek. Nafas : 20 x/menit

Kepala:
Bentuk: Normocephal
Rambut : Warna hitam, tampak kering, tidak mudah dicabut, tebal.
Mata:
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Refleks cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Visus : 6/6
Pupil : Bulat, isokor
Cekung : (-/-)

8
Hidung:
Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Rhinorrhea : tidak ada
Mulut:
Bibir : Kering, sianosis (-), stomatitis (-)
Gigi : Tidak ditemukan karies
Gusi : Tidak ditemukan adanya perdarahan
Lidah:
Tremor : (-)
Kotor/Berselaput : (-)
Warna : Normal
Leher:
Kelenjar getah bening : Pembesaran (- /-), nyeri tekan (-)
Kelenjar tiroid : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Trakea : Posisi central
JVP : Tidak meningkat
Toraks:
Paru:
Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral kanan = kiri, retraksi (-), jejas (-),
Palpasi : vocal fremitus simetris kanan = kiri
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Vesicular (+/+)
Suara napas tambahan : Ronkhi (-/-),Wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V
Perkusi : Batas atas: SIC II linea midclavicularis dextra et parasternalis sinistra
Batas kiri : SIC V linea axillaris anterior sinistra

9
Batas kanan : SIC V linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi S1-S2 normal.

Abdomen:
Inspeksi : Tampak cembung, kesan normal
Auskultasi: Peristaltik (+), kesan normal
Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen, shifting dullness (-)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), distensi (-).
Anggota Gerak:
Ekstremitas superior : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas inferior : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
2.5. Diagnosa Kerja
Hipertensi Berat (Menurut Joint National Committee VIII)
2.6. Anjuran Pemeriksaan Penunjang
Untuk penyakit hipertensi ada beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan
oleh penderita yaitu elektrokardiogram, pemeriksaan gula darah, kolesterol,
ureum dan kreatinin. Akan tetapi dalam kasus ini pasien belum melakukan
pemeriksaan GDS dan kolestrol.
2.7. Penatalaksanaan
Medikamentosa
 Amlodipin tablet 10 mg 1x1
 Captopril 25 mg 3x1
 Vitamin B kompleks 1x1

Non Medikamentosa
Edukasi:
 Menjelaskan kepada mengenai gejala-gejala penyakit hipertensi dan faktor
risiko hipertensi.

10
 Menganjurkan pasien membatasi mengonsumsi makanan asin, bersantan,
mengurangi konsumsi garam dan berminyak serta lebih banyak
mengkonsumsi buah dan sayur.
 Menganjurkan pasien untuk rutin melakukan aktivitas fisik setiap hari.
 Menganjurkan pasien untuk meminum obat secara rutin agar mengontrol
tekanan darahnya dan mencegah terjadinya komplikasi.
 Menjelaskan tentang komplikasi dari hipertensi yang yang dapat diderita
apabila pasien tidak rutin meminum obat dan mengontrol makanan yang
dimakan.
2.8. Prognosis
Dubia ad bonam
2.9. Analisis kasus
Pasien merupakan seorang perempuan yang berumur 62 tahun dengan
pekerjaan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga. Pasien menderita penyakit
Hipertensi akibat sering mengkonsumsi makanan tinggi garam, makanan
berlemak dan bersantan, serta kurang beraktifitas.
2.10 Identifikasi Masalah
1. Faktor risiko apa saja yang menyebabkan hipertensi pada pasien?
2. Apa saja Faktor pencetus dan penyebab hipertensi pada pasien ?
3. Bagaimana Alur pelayanan pasien Hipertensi pada Puskesmas Pantoloan?
4. Bagiamana pelaksanaan program Puskesmas terkait penanggulangan
penyakit hipertensi?
5. Apa saja Kendala puskesmas dalam melaksanakan program Usaha
Kesehatan Masyarakat pada penyakit hipertensi ?

11
BAB III
PEMBAHASAN
Hipertensi adalah peningkatan tekan sistolik dan diastolik diatas batas normal
yang sering muncul dikehidupan masyarakat dan dapat menimbulkan komplikasi.
Seseorang dapat dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolik ≥140 dan tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg yang dihitung dengan dua kali pengukuran dalam jangka waktu
5 menit. Hipertensi sering terjadi pada kelompok lanjut usia namun dewasa muda
juga dapat menderita hipertensi yang disebabkan oleh beberapa faktor.5
Berdasakan teori dari H.L Bloom terdapat empat pilar yang mempengaruhi
derajat kesehatan seseorang yaitu lingkungan, keturunan atau faktor genetik, pelyanan
kesehatan dan perilaku. Ketidakseimbangan yang terjadi pada faktor-faktor utama
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat dapat menyebabkan timbulnya
suatu penyakit. Pada laporan kasus ini akan di uraikan beberapa faktor risiko yang
berperan dalam terjadinya hipertensi, yaitu :
1. Faktor Genetik
Pasien pada kasus, didapatkan bahwa orang tua pasien merupakan
penderita Hipertensi. Salah satu Faktor yang dapat menyebabkan Hipertensi
adalah adanya faktor genetik yang memiliki risiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat
keluarga hipertnsi. Hal ini berhubungan dengan peningktan sodium intraseluler
dan rendahnya rasio antara potassium terdhadap sodium individu dengan orang
tua. Kasus hipertensi esesnsial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga terjadi
sekitar 70-80% kasus.1,6
2. Usia
Pasien pada kasus ini berusia 62 tahun. Prevalensi hipertensi akan
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Dinding arteri akan mengalami
penebalan Karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga
pembuluh darah akan menyempit dan menjadi kaku yang terjadi setelah umur
45 tahun. Bertambahnya umur sampai dekade ketujuh akan menyebabkan

12
tekanan darah sistolik meningkat karena berkurangnya kelunturan pembuluh
darah besar. Tekanan darah diastolik akan meningkat meningkat sampai decade
kelima yang kemudian menetap atau cenderung menurun.1,6
3. Jenis kelamin
Pada kasus ini pasien berjenis kelamin perempuan. Perbandingan
terjadinya kasus hipertensi pada pria dan wanita umumnya sama akan tetapi
wanita dapat terlindung dari penyakit kardiovaskular sebelum wanita
mengalami monepouse. Hipertensi yang terjadi pada wanita sering dikaitkan
dengan adanya perubahan hormone esterogen yang sering terjadi pads umur 45-
55 tahun. Hormon ini memiliki fungsi meningkatkan kadar HDL kolesterol
yang akan mencegah proses terjadinya atherosclerosis. Wanita mulai
kehilangan hormon ini saat sedikit-demi sedikit pada masa premonopause 1,6
4. Aktifitas fisik
Pada kasus ini, pasien merupakan ibu rumah tangga, dimana dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagian besar pekerjaan rumah dilakukan oleh
menantunya karena pasien tidak mampu lagi untuk melakukan pekerjaan rumah
berat. Denyut nadi lebih tinggi pada orang yang kurang melakukan aktifitas
fisik sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada saat kontraksi dan
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Maka dari itu olahraga dan aktifitas
fisik yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah.1
5. Kebiasaan makan
Pada kebiasaan makan, pasien selalu mengonsumsi ikan asin dan sayur
santan, pasien juga mempunyai kebiasaan makan nasi kuning pada pagi hari
sehingga hal ini dapat meningkatkan kadar kolesterol dan natrium dalam tubuh
pasien. Pola makan yang salah dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan darah seperti kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak terutama
pada asupan lemak jenuh dan kolesterol. Konsumsi natrium yang berlebih akan
meningkatkan cairan ekstraseluler dan cara menormalkannya yaitu dengan
menarik cairan intraseluer keluar, sehingga voume ekstraseluler meningkat dan

13
akan menyebabkan peningkatan tekanan darah yang kemudian berdampak
menjadi hipertensi.1
6. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan pasien termasuk dalam kategori rendah karena
pendidikan terakhir pasien yaitu Sekolah Dasar. Tingkat pendidikan juga
mempengaruhi kejadian hipertensi. Semakin tinggi pendidikan maka akan
semakin banyak pengetahuan seseorang mengenai hipertensi. Pasien dapat
mengendalikan hipertensi yang dideritanya dengan pengetahuan tentang gejala
faktor risiko, kewajiban meminum obat sehingga dapat mencegah terjadinya
komplikasi.7
7. Stres
Pada pasien ini, stres timbul jika pasien mengingat suaminya yang telah
meninggal. Sehingga pasien susah tidur. Stres akan meningkatkan resistensi
pembuluh darah dan curah jantung yang akan menstimulasi aktifitas saraf
simpatis untuk mengeluarkan hormon adrenalin yang akan menyebabkan
jantung berdenyut lebih cepat yang akan menyebabkan terjadinya penyempitan
pembuluh darah perifer yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.1
5. Faktor Pelayanan Kesehatan
Alur pelayanan pada pasien hipertensi di Puskesmas Pantoloan sama
seperti pasien dengan penyakit lain yaitu :
 Pasien mendaftar ke loket puskesmas
 Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah dan anamnesis singkat
 Diarahkan ke poli dewasa untuk mendapatkan pengobatan
 Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan memperoleh resep pasien
diarahkan untuk mengambil obat ke apotek
Usaha kesehatan perorangan (UKP) di Puskesmas Pantoloan untuk
menangani pasien hipertensi, pasien akan masuk ke poli dewasa dan ditangani

14
oleh dokter umum. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien diberikan resep yang
kemudian diambil di apotek.
Usaha kesehatan masyarakat (UKM) di Puskesmas Pantoloan untuk
menangani pasien hipertensi dilakukan di posbindu setiap bulannya. Adapun
kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan UKM antara lain:
 Dilakukan promosi kesehatan mengenai hipertensi secara kelompok maupun
individu pada pasien yang menderita hipertensi.
 Dilakukan pengkajian awal atau anamnesis kemudian petugas kesehatan
akan melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, dan
tanda-tanda vital pada pasien
 Dilakukan pemeriksaan kolesterol, gula darah dan asam urat oleh petugas
kesehatan.
 Dilakukan pemberian obat sesuai dengan diagnosis atau keluhan pasien.

Dalam melakukan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) di Puskesmas


Panntoloan terlebih tentang pelaksanaan posbindu, masih ada beberapa hal yang
belum terlaksana secara sempurna dikarenakan beberapa kendala, antara lain :
 Pada saat posbindu tidak ada dokter yang mendampingi pelaksanaan
posbindu, sehingga pemeriksaan dan pengobatan dilakukan oleh pemegang
program atau petugas kesehatan di posbindu. Hal ini dapat berdampak pada
terapi yang diberikan mungkin saja tidak sesuai untuk penanganan pasien
yang bersangkutan.
 Tidak semua pasien dapat mengikuti posbindu setiap bulan karena alasan
aktivitas yang tidak bisa ditinggalkan. sehingga penjaringan pasien-pasien
sakit masih kurang.
Penyakit-penyakit tidak menular seperti hipertensi seringkali terabaikan
padahal melihat kejadian yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini,
jumlah kasus penyakit tidak menular seperti hipertensi justru semakin
meningkat.

15
BAB IV
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan kasus ini antara lain :
1. Masih terdapat kendala dalam penaggulangan penyakit hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Pantoloan yaitu pada program PTM Posbindu, dimana
tidak semua masyarakat berusia lanjut yang memiliki risiko terkena
hipertensi ataupun yang sudah menderita hipertensi datang dan
memeriksakan dirinya sehingga penjaringan penyakit hipertensi tidak
efisien.
2. Pada kasus ini faktor risiko yang menyebabkan hipertensi pada pasien
berupa faktor genetik dimana orang tua pasien juga menderita hipertensi,
usia, jenis kelamin, aktifitas fisik yang kurang, pasien kebiasaan makan ikan
garam dan bersantan, tingkat pendidikan dan stress.
3. Pasien tidak mengetahui mengenai faktor risiko hipertensi dan
komplikasinya sehingga berdampak pada kurangnya kesadaran pasien untuk
meminum obat secara rutin .
4. Pada saat posbindu tidak ada dokter yang mendampingi pelaksanaan
posbindu yang disebabkan karena masih kurangnya dokter pada puskesmas
Pantoloan, sehingga pemeriksaan dan pengobatan dilakukan oleh pemegang
program atau petugas kesehatan di posbindu. Hal ini dapat berdampak pada
terapi yang diberikan mungkin saja tidak sesuai untuk penanganan pasien
yang bersangkutan.
5.2 Saran

16
Puskesmas dapat melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit
hipertensi dapat dilakukan menggunaka Five Level Prevention atau 5 tingkat
pencegahan penyakit, yaitu:

 Health Promotion
Memberikan Promosi kesehatan berupa penyuluhan atau penjelasan kepada
pasien dan keluarga terdekat mengenai pengertian hipertensi, faktor risiko
yang dapat menyebabkan hipertensi pada pasien serta komplikasi apa saja
yang dapat terjadi bila pasien tidak meminum obat secara rutin. Selain itu
juga membagikan selembaran atau leaflet yang berisi penjelasan tersebut
kepada pasien dan keluarga terdekat pasien.
 Spesific Protection
Pada Kasus ini salah satu faktor penyebab hipertensi pada pasien adalah
sering mengkonsumsi ikan garam dan makanan yang bersantan, maka dari
itu pencegahan khusus yang dapat dilakukan pada pasien berupa perbaikan
status gizi seperti makan dengan teratur dengan porsi yang cukup disertai
gizi seimbang, membetitahukan kepada pasien untuk mengontorol
makanan yang dikonsumsi dengan mengganti atau mengurangi makan ikan
garam, dan makanan yang bersantan.
 Early Diagnosis and Prompt Treatment
Diagnosis dini dan pengobatan dini (Early Diagnosis and Prompt
Treatment) merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit tingkat
kedua. Pada kasus dapat dilakukan pengukuran tekanan darah kepada
pasien di poslansia ataupun mendatangi rumah pasien minimal sebulan
sekali untuk mendeteksi hipertensi pada pasien dan memfollow up
pengobatan pasien.
 Disability Limitation

17
Pada pasien dapat dilakukan pengobatan dan perawatan khusus untuk
menghindari komplikasi hipertensi seperti infark miokard, CHF yang
dapat mengakibatkan kematian, maka dari itu pasien disarankan agar rutin
meminum obat mengikuti jadwal konsumsi obat yang sudah diatur oleh
dokter, dan tetap selalu mengontrol tekanan darah di puskesmas ataupun
poslansia.
 Rehabilitation
Pada kasus hipertensi dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengobatan hingga tuntas, melakukan aktifitas fisik berupa mengikut
senam lansia dan jalan pagi, serta terapi relaksasi.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. Nuraini .B. Risk Factors Of Hypertension. Jurnal Majority. Faculty of Medicine
Universitas Lampung. Februari 2015; Vol 4 (5)
2. Sartik, Tjekyan S, Zulkarnain M. Faktor-Faktor Risiko dan Angka Kejadian
Hipertensi Pada Penduduk Palembang. Jurnal Ilmu kesehatan Masyarakat.
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. November 2017; Vol 8(3)
3. Arum YT. Hipertensi pada penduduk Usia produktif (15-64). Hiegeia Journal
of Public Health Research And Develo[ment Fakultas kesehatan masyarakat
universitas Airlangga. 2019; 3(3)
4. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Tahun 2019.
2019
5. Wicaksana KE, Surudarma IW, Wihandan DM. Prevalensi hipertensi pada
orang dewasa menengah dengan over weight di denpasar tahun 2018. Directory
if open acsess journals,. Intisari Sains Medis. 2019; Vol 10(3)
6. Lita. Faktor risiko hipertensi di wilayah kerja puskesmas harapan raya pekan
baru. Jurnal Farmasi dan kesejatan. STikes Hang Tuah Oejan baru.2017;Vol
7(2)
7. Sutrisno, Widayati CN, Radate. Hubungan tingkat pendidikan dan sikap
terhadap perilaku pengendalian hipertensi pada lansia di desa Jono kecamatan
tawangharjo kabupaten Grobongan. 2018:3(2)

19
LAMPIRAN

Rumah tampak depan dan kamar tidur Pasien

20
Ruang Makan dan Dapur

Ruang Tamu

21
Kamar mandi dan WC

22

Anda mungkin juga menyukai