Anda di halaman 1dari 15

Refleksi Kasus Oktober 2021

Skabies

Disusun Oleh:

Andrew
N 111 20 018

Pembimbing Klink
dr.Nur Hidayat, Sp.KK., FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU
1. IDENTITAS PASIEN
1) Nama Pasien : Tn. C
2) Umur : 18 tahun
3) Jenis Kelamin : Laki Laki
4) Alamat : Desa Bobo
5) Agama : Islam
6) Pekerjaan : Pelajar
7) Tanggal Pemeriksaan : 11 Oktober 2021

2. ANAMNESIS
1) Keluhan utama : Gatal pada selangkangan, tangan, dan perut
2) Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien Laki laki berusia 18 tahun datang ke Klinik Dea
Estetika Skin Care pada tanggal 11 Oktober 2021 dengan keluhan
kulit gatal pada selangkangan, perut dan tangan sejak 2-3 bulan
yang lalu. Keluhan dirasakan semakin hebat terutama saat malam
hari dan menyebabkan pasien sulit beristrahat. Saat merasa gatal
pasien sering menggaruk. Sebelumnya pasien sempat memberikan
obat oles betason tetapi tidak kunjung sembuh. Pasien sering
bertukaran baju dan celana dengan temannya. Pasien mengaku
tidak memiliki alergi terhadap apapun dan tidak menggunakan
kosmetik apapun.

3) Riwayat penyakit dahulu:


Sebelumnya pasien belum pernah mengalami keluhan yang
sama. Riwayat alergi makanan (-). Riwayat alergi obat (-)
4) Riwayat penyakit keluarga:
Pasien menyangkal di keluarga ada yang menderita
penyakit yang sama

3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1) Keadaan umum : Sakit ringan
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : komposmentis
Tanda-tanda Vital
TD : Tidak dilakukan
Nadi : Tidak dilakukan
Respirasi : Tidak dilakukan
Suhu : 36,70 C

Status Dermatologis/Venereologis
Ujud Kelainan Kulit
Kepala : Tidak terdapat wujud kelainan kulit
Wajah : Tidak terdapat wujud kelainan kulit
Leher : Tidak terdapat wujud kelainan kulit
Ketiak : Tidak terdapat wujud kelainan kulit
Dada : Tidak terdapat wujud kelainan kulit
Punggung : Tidak terdapat wujud kelainan kulit
Perut : beberapa papul sebagian eritema yang
membentuk susunan linear dengan ukuran miliar
dan adanya terowongan (kunikulus)
Bokong : Tidak terdapat wujud kelainan kulit
Inguinal : Tidak terdapat wujud kelainan kulit
Genitalia : beberapa papul eritema dengan ukuran miliar
disertai adanya erosi pada glans penis
Ekstremitas Atas :tampak beberapa papul sebagian eritema yang
membentuk susunan linear dengan ukuran miliar
dan adanya terowongan (kunikulus), terdapat krusta
pada sela jari
Ekstremitas bawah : tampak beberapa papul sebagian eritema yang
membentuk susunan linear dengan ukuran miliar
dan adanya terowongan (kunikulus)

GAMBAR

Gambar 1. tampak beberapa papul sebagian eritema yang membentuk susunan


linear dengan ukuran miliar dan adanya terowongan (kunikulus), terdapat krusta
pada sela jari

A B
Gambar 2. A. beberapa papul sebagian eritema yang membentuk susunan
linear dengan ukuran miliar dan adanya terowongan (kunikulus)B. beberapa papul
eritema dengan ukuran miliar disertai adanya erosi pada glans penis

4. RESUME D
Seorang pasien Laki laki berusia 18 tahun datang ke Klinik Dea
Estetika Skin Care pada tanggal 11 Oktober 2021 dengan keluhan kulit
gatal pada selangkangan, perut dan tangan sejak 2-3 bulan yang lalu.
Keluhan dirasakan semakin hebat terutama saat malam hari dan
menyebabkan pasien sulit beristrahat. Saat merasa gatal pasien sering
menggaruk. Sebelumnya pasien sempat memberikan obat oles betason
tetapi tidak kunjung sembuh. tampak beberapa papul sebagian eritema
pada daerah perut, tangan, paha, dan area genital yang membentuk
susunan linear dengan ukuran miliar dan adanya terowongan (kunikulus),
terdapat krusta pada sela jari dan Nampak adanya erosi pada area
genitalia. Pasien sering bertukaran baju dan celana dengan temannya.
Pasien mengaku tidak memiliki alergi terhadap apapun dan tidak
menggunakan kosmetik apapun. Tidak ada keluarga pasien yang
mengalami keluhan yang sama.

5. DIAGNOSIS KERJA
Scabies
6. DIAGNOSIS BANDING
1. Prurigo nodularis
2. Pediculosis Pubis
3. Insect bite

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Burrowinktest
2. Uji tetrasiklin

8. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa
1. Mengedukasi Pasien untuk Mandi dengan air hangat dan keringkan
badan
2. Ganti pakaian, handuk, sprei yang digunakan, dan selalu cuci
dengan teratur, bila perlu direndam dengan air panas, karena
tungau akan mati pada suhu 1300C
3. Hindari penggunaan pakaian, handuk, sprei bersama anggota
keluarga serumah

Medikamentosa
 Oral
Cefadrokxil 500 mg 2X1
Histrine (Levo cetirixine) 5 mg 2X1
Sanexon (metilprednisolon) 8 mg 2x1
 Topikal
Permethrine Cream 5% Aplikasikan sekali ke seluruh tubuh
(kecuali area kepala dan leher pada dewasa) dan dibersihkan
setelah 8 jam dengan mandi.

9. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungtionam : Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
Quo ad cosmeticum : Dubia ad Bonam
PEMBAHASAN

Seorang pasien Laki laki berusia 18 tahun datang ke Klinik Dea


Estetika Skin Care pada tanggal 11 Oktober 2021 dengan keluhan kulit gatal pada
selangkangan, perut dan tangan sejak 2-3 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan
semakin hebat terutama saat malam hari dan menyebabkan pasien sulit beristrahat.
Saat merasa gatal pasien sering menggaruk. Sebelumnya pasien sempat
memberikan obat oles betason tetapi tidak kunjung sembuh. Pasien sering
bertukaran baju dan celana dengan temannya. Pasien mengaku tidak memiliki alergi
terhadap apapun dan tidak menggunakan kosmetik apapun. Tidak ada keluarga
pasien yang mengalami keluhan yang sama.
Hasil anamnesis dan pemeriksaan di atas sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa Skabies merupakan infeksi parasit pada kulit yang disebabkan
oleh Sarcoptes scabei var hominis. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya
bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit skabies sering
disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia,
dari hewan ke manusia dan sebaliknya, penyakit ini dikenal juga dengan nama
lain yang berbeda seperti the itch, atau gudik oleh karena itu peran kulit sebagai
pelindung sangat penting dijaga dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh
jamur, virus, bakteri dan parasite.1 Di Indonesia, skabies merupakan salah satu
penyakit kulit tersering di puskesmas. Pada tahun 2008, prevalensi skabies di
seluruh puskesmas di Indonesia adalah 5,6 - 12,9%, merupakan penyakit kulit
terbanyak urutan ketiga. Beberapa faktor yang berpengaruh pada prevalensi
skabies antara lain keterbatasan air bersih, perilaku kebersihan yang buruk, dan
kepadatan penghuni rumah. Dengan tingginya kepadatan penghuni rumah,
interaksi dan kontak fisik erat yang akan memudahkan penularan skabies, oleh
karena itu penyakit ini banyak terdapat di asrama, panti asuhan, pondok pesantren,
dan pengungsian.2
Penyebab dari scabies adalah Sarcoptes scabiei varietas hominis yang
merupakan parasit yang termasuk kelas Arachnida, subkelas Acarina, ordo
Astigmata, dan famili Sarcoptidae. Selain varietas hominis, S. scabiei juga
mempunyai varietas hewan, namun tidak menular, hanya menimbulkan dermatitis
sementara serta tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.2
Siklus hidup S. scabiei terdiri tadi telur, larva, nimfa, dan tungau
dewasa. Infestasi dimulai ketika tungau betina gravid berpindah dari penderita
skabies ke orang sehat. Tungau betina dewasa akan berjalan di permukaan kulit
untuk mencari daerah untuk digali; lalu melekatkan dirinya di permukaan kulit
menggunakan ambulakral dan membuat lubang di kulit dengan menggigitnya.
Tungau akan menggali terowongan sempit dan masuk ke dalam kulit; penggalian
biasanya malam hari sambil bertelur atau mengeluarkan feses. Tungau betina
hidup selama 30-60 hari di dalam terowongan dan selama itu tungau tersebut terus
memperluas terowongannya.2
Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan adanya 2 dari 4 tanda kardinal
(tanda utama), yaitu:2
1. Gejala gatal pada malam hari (pruritus nokturna), disebabkan aktivitas tungau
skabies yang lebih tinggi pada suhu lebih lembap dan panas.
2. Gejala yang sama pada satu kelompok manusia. Penyakit ini menyerang
sekelompok orang yang tinggal berdekatan, seperti sebuah keluarga,
perkampungan, panti asuhan, atau pondok pesantren.
3. Terbentuknya terowongan atau kunikulus di tempat-tempat predileksi,
terowongan berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjangnya 2 cm, putih
atau keabu-abuan. Predileksi di bagian stratum korenum yang tipis, yaitu: sela-
sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, umbilikus, bokong, perut bagian bawah, areola mammae pada
wanita dan genitalia eksterna pada laki-laki.
4. Ditemukan tungau Sarcoptes scabiei, dapat ditemukan satu atau lebih stadium
hidup.
Umumnya predileksi infestasi tungau adalah lapisan kulit yang tipis,
seperti di sela- sela jari tangan dan kaki, pergelangan tangan, siku bagian luar,
lipatan ketiak bagian depan,dada, periareolar (khusus pada wanita), punggung,
pinggang, pusar, bokong, selangkangan, sekitar alat kelamin, dan penis (khusus
pada pria). Pada bayi dan anak-anak dapat juga ditemukan ruam pada kulit kepala,
wajah, leher telapak tangan, dan kaki.3

Gambar 2. Predileksi Skabies (CDC 2010)

Gejala klinis pada infeksi kulit akibat skabies disebabkan oleh


respons alergi tubuh terhadap tungau.7 Setelah tungau melakukan kopulasi
(perkawinan) di atas kulit, tungau jantan akan mati dan tungau betina akan
menggali terowongan dalam stratum korneum sambil meletakkan
sebanyak 2 hingga 50 telur. Aktivitas S. scabiei di dalam kulit akan
menimbulkan rasa gatal yang umumnya mulai timbul 4-6 minggu setelah
infestasi pertama; bila terjadi re-infestasi tungau, gejala dapat muncul
lebih cepat dalam 2 hari. Rasa gatal biasa memburuk pada malam hari
disebabkan aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu lebih lembap dan
panas.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kelainan kulit menyerupai
dermatitis, yaitu lesi papul, vesikel, urtika, dan bila digaruk timbul lesi
sekunder berupa erosi, eksoriasi, dan krusta. Dapat ditemukan lesi khas
berupa terowongan (kunikulus) putih atau keabu-abuan berupa garis lurus
atau berkelok, panjang 1-10 mm di tempat predileksi. Kunikulus
umumnya sulit ditemukan karena pasien biasa menggaruk lesi, sehingga
berubah menjadi ekskoriasi luas.8 Pada dewasa, umumnya tidak terdapat
lesi di area kepala dan leher; tetapi pada bayi, lansia, dan pasien
imunokompromais dapat menyerang seluruh permukaan tubuh.3
Pada varian skabies berkrusta (Skabies Norwegia), ditemukan
lesi kulit berupa plak hiperkeratotik di tangan dan kaki, kuku jari tangan
dan kaki distrofik, serta skuama generalisata. Pada kasus berat dapat
ditemukan lesi fisura dalam. Berbeda dari varian skabies umumnya,
skabies berkrusta dapat tidak gatal.3
Rasa gatal dapat memberi dampak nyata karena mengganggu
tidur yang dapat berdampak pada aktivitas sekolah dan kerja. Pasien
penderita infeksi skabies, juga lebih mudah mengalami infeksi sekunder
bakteri.3

Gambar 3. Skabies: Terowongan (kunikulus) pada sela jari. Papul dan


terowongan terdapat pada sela-sela jari tangan. Terowongan berwarna putih,
berupa garis lurus, dengan vesikel atau papul di ujung terowongan
Gambar 4. Skabies: Papul dan kunikulus pada area lateral punggung
tangan.
Skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tidak
langsung, Penularan melalui kontak langsung menjelaskan mengapa penyakit ini
sering menular ke seluruh anggota keluarga. Penularan secara tidak langsung
dapat melalui penggunaan bersama pakaian, handuk, maupun tempat tidur.4
Tatalaksana umum Infestasi tungau dapat tidak bergejala (asimptomatik)
tetapi individu sudah terinfeksi. Mereka dianggap sebagai pembawa (carrier).Oleh
karena itu, pengobatan juga dilakukan kepada seluruh penghuni rumah karena
kemungkinan karier di penghuni rumah dan untuk mencegah re-infestasi karier.
Gejala gatal dapat ditangani dengan krim pelembap emolient,
kortikosteroid topikal potensi ringan, dan antihistamin oral. Dengan terapi
adekuat, seluruh gejala termasuk rasa gatal dapat membaik setelah 3 hari; rasa
gatal dan kemerahan masih dapat timbul setelah empat minggu terapi, biasa
dikenal sebagai “postscabietic itch”.8 Pasien diedukasi hal tersebut untuk
menghindari persepsi kegagalan terapi. Pasien juga diberi edukasi untuk tidak
membersihkan kulit secara berlebihan dengan sabun antiseptik karena dapat
memicu iritasi kulit.2
Prinsip: tata laksana menyeluruh meliputi penggunaan skabisida yang
efektif untuk semua stadium Sarcoptes scabiei untuk pasien dan nara kontak
secara serempak, menjaga higiene, serta penanganan fomites yang tepat.
Tatalaksana lini pertama adalah agen topikal krim permetrin kadar 5%, aplikasi ke
seluruh tubuh (kecuali area kepala dan leher pada dewasa) dan dibersihkan setelah
8 jam dengan mandi. Permetrin efektif terhadap seluruh stadium parasit dan
diberikan untuk usia di atas 2 bulan. Jika gejala menetap, dapat diulang 7-14 hari
setelah penggunaan pertama kali. Seluruh anggota keluarga atau kontak dekat
penderita juga perlu diterapi pada saat bersamaan. Permetrin memiliki efektivitas
tinggi dan ditoleransi dengan baik. Kegagalan terapi dapat terjadi bila terdapat
penderita kontak asimptomatik yang tidak diterapi, aplikasi krim tidak adekuat,
hilang karena tidak sengaja terbasuh saat mandi sebelum 8 jam aplikasi.7
Pemakaian pada wanita hamil, ibu menyusui, anak usia di bawah 2 tahun dibatasi
menjadi dua kali aplikasi (diberi jarak 1 minggu) dan segera dibersihkan setelah 2
jam aplikasi.2,3,5
Sulfur presipitatum 5%-10% digunakan untuk mengobati skabies pada
anak-anak dan orang dewasa. Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur
sehingga penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya ialah
berbau dan mengotori pakaian, kadang-kadang menyebabkan iritasi. Telah
terbukti dapat mengobati anak usia kurang dari 2 bulan.4
Benzyl Benzoat losio 25% efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan
kadang- kadang menyebabkan rasa makin gatal dan panas setelah dipakai.4
Gamma benzene hexachloride 1% krim (Lindane losio 1%) merupakan
organoklorida. Meskipun telah disetujui penggunaannya oleh FDA untuk
pengobtan skabies, lindane tidak dianjurkan sebagai terapi lini pertama.
Penggunaan yang berlebihan atau secara tidak sengaja menelan lindane dapat
menjadi racun bagi otak dan bagian-bagian lain dari system saraf. Penggunaan
lindane harus terbatas pada pasien yang mengalami gagal pengobatan dengan obat
lain yang memiliki efek lebih sedikit atau tidak mampu mentoleransi obat
tersebut. Lindane tidak boleh digunakan pada bayi yang premature, orang dengan
gangguan kejang, ibu hamil atau menyusui, iritasi kulit, serta bayi, anak-anak, dan
orang dewasa yang beratnya kurang dari 110 pounds.4
Terapi sistemik dapat diberikan5 :
 Antihistamin sedatif (oral) untuk mengurangi gatal.1,2 (D,5)
 Bila infeksi sekunder dapat ditambah antibiotik sistemik.1,2,4 (D,5)
 Pada skabies krustosa diberikan ivermektin (oral) 0,2 mg/kg dosis tunggal,
2-3 dosis setiap 8-10 hari. Tidak boleh pada anak-anak dengan berat kurang
dari 15 kg, wanita hamil dan menyusui.
Ivermectin merupakan agen antiparasit golongan macrocyclic lactone yang
merupakan produk fermentasi bakteri Streptomyces avermitilis. Agen ini dapat
menjadi terapi lini ketiga pada usia lebih dari 5 tahun, terutama pada penderita
persisten atau resisten terhadap terapi topikal seperti permethrin. Pada tipe skabies
berkrusta, dianjurkan terapi kombinasi ivermectin oral dengan agen topikal seperti
permethrin, karena kandungan terapi oral saja tidak dapat berpenetrasi pada area
kulit yang mengalami hiperkeratinisasi. Ivermectin memiliki aktivitas antiparasit
spektrum luas, termasuk untuk onchocerciasis (river blindness), filariasis limfatik,
dan strongyloides.9 Obat ini efektif untuk stadium tungau tetapi tidak efektif
untuk stadium telur, dan memiliki waktu paruh pendek yaitu 12- 56 jam. Dosis
yang dianjurkan untuk skabies adalah 200 μg/kg dengan pengulangan dosis 7-14
hari setelah dosis pertama. Penggunaan tidak dianjurkan untuk anak dengan berat
badan di bawah 15 kg, wanita hamil, dan wanita menyusui, karena obat ini
berinteraksi dengan sinaps saraf memicu peningkatan glutamat dan dapat
menembus sawar darah otak (blood brain barrier) terutama pada anak di bawah 5
tahun yang sistem sawar darah otak belum sempurna. Studi pemberian massal
ivermectin dan permethrin di Fiji, Jepang, terhadap 2051 partisipan
menyimpulkan bahwa terapi ivermectin (dua dosis) lebih superior dibandingkan
terapi permethrin (dua dosis). Prevalensi skabies turun sebesar 94% pada
kelompok terapi ivermectin (prevalensi 32,1% pada awal turun menjadi 1,9%
setelah 12 bulan, p<0,001), dibandingkan penurunan prevalensi sebesar 62% pada
kelompok permethrin.2
Moxidectin merupakan terapi alternatif yang sedang dikembangkan.
Moxidectin adalah obat yang biasa digunakan dokter hewan untuk mengobati
infeksi parasit terutama Sarcoptic mange. Preparat ini memiliki mekanisme kerja
yang sama dengan ivermectin, tetapi lebih lipofilik sehingga memiliki penetrasi
lebih tinggi ke jaringan. Moxidectin memiliki toksisitas lebih rendah dibanding
ivermectin. Saat ini studi keamanan dosis pada manusia masih sedikit, dosis
terapeutik yang bertahan di kulit antara 3-36 mg (sampai 0,6 m/kg). Penelitian
toleransi dan keamanan belum dilakukan pada wanita hamil, ibu menyusui, dan
anak-anak.2

Skabies merupakan the greatest imitator, karena dapat menyerupai banyak


penyakit kulit dengan keluhan gatal, sehingga klinisi perlu mempertimbangkan
beberapa diagnosis banding seperti gigitan serangga, infeksi bakteri, serta reaksi
kulit akibat reaksi mediasi imun (hipersensitivitas).
Tabel 1. Diagnosis banding skabies
Gigitan Infeksi Dermatitis Reaksi imun
Serangga
Nyamuk Folikulitis Dermatitis kontak Urtikaria popular
Kutu Impetigo Eksim Pemfigoid bulosa
Bedbugs Tinea Pityriasis rosea
Eksantema viral

Komplikasi yang dapat terjadi adalah kerusakan epidermis pada infeksi


skabies, memudahkan infeksi Streptococcus pyogenes (Group A Streptococcus
[GAS]) atau Staphylococcus aureus.7 Keduanya dapat menyebabkan infeksi lokal
jaringan seperti impetigo, selulitis, dan abses, serta dapat menyebar sistemik lewat
aliran darah dan limfe (terutama pada skabies berkrusta dapat terjadi limfadenitis
dan septikemia). Infeksi kulit pada GAS dapat menimbulkan komplikasi akhir
berupa post-streptococcal glomerulonephritis yang dapat berkembang menjadi
gangguan ginjal kronis.2

DAFTAR PUSTAKA

1. Gutri,C. Scabies management of patient children 5 years old. J Medula


Unila. 3(1) : 8-14. 2014
2. Kurniawan,M., Ling,M.S.S., Franklind. Diagnosis dan Terapi Skabies.
Cermin Dunia Kedokteran. 47(2):104-107. 2020
3. Griana,T.P. Scabies : Penyebab, Penanganan dan Pencegahannya. El-
Hayah : 4(1) :37-46. 2013.
4. Mutiara,H., Syailindra,F. Skabies. Majority. 5(2):37-42.2016
5. Perhimpunan dokter spesialis kulit dan kelamin Indonesia (PERDOSKI).
Panduan praktik klinis bagi dokter spesialis kulit dan kelamin di
Indonesia. Jakarta:2017.

Anda mungkin juga menyukai