“Skabies”
Disusun Oleh:
Chayrunisa
N 111 22 145
PEMBIMBING KLINIK
dr. Diany nurdin, M.kes., Sp.D.V.E., FINSDV., FAADV
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.Farha Almahfali
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 56 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status pernikahan : Menikah
Pekerjaan : URT
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl.Sulawesi No.32
Tgl pemeriksaan : 7 september 2023
II. ANAMNESIS
1
Riwayat penyakit dahulu : Pasien memiliki riwayat jantung.
2
IV. GAMBAR
Gambar 2. Regio pedia tampak beberapa papul disertai nodul merah kecoklatan
dan krusta.
V. RESUME
Pasien Wanita usia 56 tahun datang ke RSUD Undata dengan keluhan
bintik-bintik yang dialami sejak 5 bulan yang lalu. Awalnya berupa bintik-
bintik dengan ukuran sebesar ujung jarum pentul yang dirasakan berawal dari
bagian kaki kemudian menyebar ke perut. Gatalnya semakin hebat ketika
malam hari. Riwayat pemberian obat oles pada bagian kulit yang mengalami
3
pruritus. Riwayat kebiasan pasien tidak pernah menyetrika baju sebelum
menggunakannya.
Pada pemeriksaan fisik status dermatologis didapatkan hasil, pada
regio abdomen didapatkan tampak beberapa papul eritema yang membentuk
susunan linar disertai nodul merah kecokelatan dan krusta dan pada regio
ekstremitas lower didapatkan hasil regio anterior dan posterior tampak
beberapa papul eritema yang membentuk susunan linar disertai nodul merah
kecokelatan dan krusta.
4
b. Medikamentosa
Cefadroxil 2x500mg
Permethrin 5% salep 30g krim dioleskan ke seluruh tubuh
pada malam hari selama 8-14 jam, setiap hari.
X. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam : ad bonam
b. Qua ad fungtionam : ad bonam
c. Qua ad sanationam : ad bonam
d. Qua ad cosmetikam : ad bonam
5
PEMBAHASAN
6
Diperkirakan 130 juta orang di seluruh dunia terinfeksi kudis pada waktu
tertentu. Perkiraan ini didukung oleh tingginya jumlah kasus yang dilaporkan di
seluruh dunia setiap tahunnya, mencapai 300 juta kasus. Analisis cross-sectional
pada Global Burden of Disease Study tahun 2015 menemukan bahwa Indonesia
merupakan salah satu dari lima negara dengan beban skabies terbesar, diikuti
oleh Tiongkok, Timor-Leste, Vanuatu, dan Fiji. Prevalensi skabies bervariasi
antara 0,2 hingga 71% di setiap negara (Widaty, 2022).
Di Indonesia, laporan Kementerian Kesehatan pada tahun 2011
mengungkapkan bahwa 2,9% dari 69.15.315 orang, terinfeksi skabies. Pada tahun
2012, proporsinya meningkat menjadi 3,6%. Skabies lebih sering ditemukan pada
anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Laporan dari pusat kesehatan
masyarakat atau ‘Puskesmas’ di seluruh Indonesia menemukan bahwa skabies
merupakan penyakit kulit ketiga yang paling banyak ditemukan. Prevalensinya
berkisar antara 5,6% hingga 12,9%. Pada tahun 2012, jumlah kasus skabies di
salah satu panti asuhan dan pesantren di Jakarta Timur sebesar 51,6% dan di
Jakarta Selatan sebesar 68% pada tahun berikutnya (Widaty, 2022).
7
feses (scybala). Hal ini dapat dicapai melalui visualisasi definitif terhadap: (i)
tungau atau produk tungau melalui pemeriksaan mikroskopis sampel kulit
(subkategori A1); (ii) tungau atau produk tungau menggunakan perangkat non-
invasif dengan pembesaran tinggi (A2); atau (iii) tungau menggunakan
dermoskopi (A3) (Engelman, 2020).
A. Terkonfimasi Scabies
1. Mikroskopi
Pendekatan yang paling umum digunakan untuk memastikan
diagnosis skabies adalah dengan memvisualisasikan tungau, telur atau
butiran feses melalui mikroskop optik (cahaya) pada bahan yang diambil
dari kulit yang mengalami lesi. Keakuratan mikroskop bergantung pada
keahlian operator. Walaupun tes positif mengkonfirmasi diagnosis skabies,
tes negatif tidak mengecualikan hal tersebut, karena mikroskop sering kali
negatif pada pasien dengan diagnosis skabies secara klinis (Engelman,
2020).
2. Pencitraan berdaya tinggi
Perangkat pencitraan berdaya tinggi adalah alat yang
memungkinkan visualisasi tungau kudis secara non-invasif dan mendetail
secara in vivo. Perangkat ini memungkinkan pembesaran minimal 9 × 70
(seringkali jauh lebih tinggi) dan mencakup videodermoskopi,
videomikroskopi berbiaya rendah, dan mikroskop confocal reflektansi
(Engelman, 2020).
3. Dermoskopi
Dermoskopi dapat memastikan diagnosis skabies melalui
identifikasi tungau, untuk memenuhi tingkat diagnostik skabies yang
terkonfirmasi, tungau harus divisualisasikan secara pasti. Jika hanya liang
yang terlihat, diagnosis skabies klinis dapat ditegakkan (Zhang, 2021).
B. Skabies klinis dan dugaan skabies
Diagnosis skabies klinis (tingkat B) atau dugaan skabies (tingkat
C) bergantung pada penilaian klinis, termasuk gambaran riwayat pasien
dan pemeriksaan kulit. Jika gambaran ini memenuhi kriteria yang
dianggap cukup spesifik untuk skabies, diagnosis skabies klinis dapat
8
ditegakkan. Jika gambaran ini kurang spesifik, diagnosis dugaan skabies
dapat ditegakkan.
1. History Features
9
Gambar 4. Clinical grading scale to guide the management of crusted scabies
(Welch, 2021)
Gambar 5. Typical distribution of scabies lesions. (a) Children aged > 2 years and
adults. (b) Infants aged < 2 years (Engelman, 2020)
10
Gambar 3. Treatment Pharmacologic (Gunning, 2019)
11
pada pasien tentang penyakit scabies, perjalanan penyakit, penularan, cara
eradikasi tungau scabies, menjaga hygiene pribadi, dan tata cara pengolesan obat.
Rasa gatal terkadang tetap berlangsung walaupun kulit sudah bersih. Pengobatan
dilakukan pada orang serumah dan orang di sekitar pasien yang berhubungan
(Menaldi, 2019).
12
DAFTAR PUSTAKA
Widaty, S. et al. Scabies: update on treatment and efforts for prevention and
control in highly endemic settings. Review. JDIC. 2022;16(2):244-251.
Engelman, D. et al. The 2020 International Alliance for the Control of Scabies
Consensus Criteria for the Diagnosis of Scabies. British Journal of
Dermatology. 2020; 183:808-820.
Meyersburg, D., Kaiser, A., & Bauer, J. W. (2022). Loss of efficacy of topical 5%
permethrin for treating scabies: an Austrian single-center study. Journal of
Dermatological Treatment, 33(2), 774-777.
Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi
ke 7. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2019.