Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PASIEN DENGAN VARICELLA

Disusun Oleh:

AMBARWATI

1911040062

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI
Varicella penyakit menular yang disebabkan oleh Varicella Zoster Virus
(VZV), cacar ini menyebabkan ruam seperti gatal-gatal, kelelahan, dan demam.
Sekitar 90% vaksin cacar air efektif untuk mencegah. Ketika seseorang divaksin maka
akan melindungi orang tersebut dan orang lain disekitarnya. Hal ini sangat penting
untuk dilakukan seperti mereka yang memiliki kekebalan tubuh yang rendah
contohnya wanita hamil. Centers for Desease Control and Prevention (CDC)
merekomendasikan dua dosis vaksin cacar air untuk anak. Anak-anak harus menerima
2 kali yaitu pertama pada usia 12-15 bulan dan kedua pada usia 4 sampai 6 tahun
(CDC, 2016)
Varicella atau cacar air adalah penyakit infeksi yang disebabkan oelh virus
Varicella Zoster. Cacar air dapat menyerang siapa saja namun umumnya menyerang
anak-anak dan sifatnya mudah menular. Sekitar 90% kasus cacar air mengenai anak
usia <10 tahun, dengan kejadian tertinggi pada usia 2-6 tahun. (Medscape, 2017)

2. TANDA DAN GEJALA


Gejala cacar air adalah muncul ruam merah diperut atau dipunggung. Selain itu cacar
air juga ditandai dengan beberapa gejala lain seperti :
a. Demam
b. Pusing
c. Lemas
d. Nyeri tenggorokan (CDC, 2016)

3. ETIOLOGI
Varicella atau cacar air disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV) yang
merupakan kelompok Herpes Virus dengan diameter 150-200 nm. Virus ini dapat
menyebabkan cacar air dan herpes zoster. Kontak pertama dengan penyakit ini akan
menyebabkan Varicella, sedangkan bila terjadi serangan kembali yang akan muncul
adalah Herpes Zoster sehingga Varicella sering disebut sebagai infeksi primer virus
ini.
Virus Varicella ini mudah menular melalui percikan ludah serta kontak
langsung dengan cairan yang berasal dari ruam. Penyakit ini lebih rentan menyerang
anak-aank dibawah usia 12 tahun. Selain itu ada faktor lain yang dapat meningkatkan
resiko cacar air, antara lain :
a. Belum pernah mendapat imunisasi cacar air
b. Belum menerima vaksin cacar air terutama ibu hamil
c. Bekerja di tempat umum seperti sekolah atau rumah sakit .

4. PATOFISIOLOGI (PATHWAYS)
Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian
replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia pertama )
kemudian berkembang biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar melalui
pembuluh darah (viremia ke dua) maka timbullah demam dan malaise. 9 Permulaan
bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial pada lapisan papil
dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan glandula sebacea dan
terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya makula yang
berkembang cepat menjadi papula, vesikel da akhirnya menjadi crusta. Jarang lesi
yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini akan berada pada
lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum,
sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam. Degenarasi sel akan diikuti
dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dimana kebanyakan dari sel tersebut
mengandung inclusion body intranuclear type A. Penularan secara airborne droplet.
Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf. Lalu dapat terjadi reaktivitas maka
dapat terjadi herpes Zooster.

5. PENATALAKSANAAN
Pengobatan cacar air bertujuan untuk mengurangi keparahan gejala yang dialami
oleh pasien, dengan atau tanpa bantuan obat. Ada beberapa pengobatan mandiri yang
bisa dilakukan untuk meringankan gejala yaitu :
a. Perbanyak minum dan mengkonsumsi makanan yang lembut
b. Tidak menggaruk ruam atau luka cacar air
c. Mengenakan pakaian berbahan lembut dan ringan.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menegakan diagnosis cacar air. Apabila
pemeriksaan penunjang diperlukan, dapat dilakukank tes tzanck, tes serologi, maupun
radiologi.
a. Tes tzanck : Tes ini dilakukan dengan pemeriksaan menggunakan kerokan kulit
luar dari vesikel varicella, pada pemeriksaan nantinya akan didapatkan hasil
positif jika ditemukan sel berinti banyak dan badan inklusi.
b. Tes serologi : Tes serologi yang dapat digunakan adalah pemeriksaan IgM dan
IgG varicella. IgM adalah antibodi penanda infeksi primer atau akut dari varicella.
Sementara IgG merupakan penanda status imunologi seseorang terhadap varicella,
yaitu untuk mengetahui adanya antibodi yang didapat dari vaksinasi atau riwayat
infeksi varicella sebelmnya.
c. Pemeriksaan Radiologi : Pemeriksaan rontgen thoraks akan diperlukan pada
penderita cacar air dewasa yang mengalami gejala mitip Pneumonia (Medscape,
2017)

7. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Biodata
Terjadi pada anak biasanya berusia dibawah 6 tahun
2) Keluhan utama
Muncul ruam, bintik bintik kemerahan berisi cairan, gatal
3) Riwayat penyakit sekarang
Bintik-binitk merah berisi air diseluruh tubuh, Anak dengan riwayat belum
vaksin campak, memiliki riwayat kontak langsung dengan penderita cacar,
demam, anak cenderung rewel, gatal-gatal, ada bekas garukan atau luka
setelah digaruk, anak susah menyusu.
4) Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat cacar, tidak mendapatkan vaksin campak saat masa
kehamilan dan masa bayi.
5) Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita cacar sehingga pasien mudah kontak
langsung.
6) ADL
a) Pola Nutrisi : tidak mau menyusu dan makan, volume lambung kurang,
daya absorbsi kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu, anak
tampak lemas
b) Pola Istirahat tidur: Terganggu karena demam, gatal
c) Pola Personal hygiene: Tidak dimandikan atau diseka
d) Pola Aktivitas : Anak rewel, sering menangis
e) Pola Eliminasi: BAB keras dan jarang dan BAK sedikit pekat karena
kurang asupan cairan.
7) Pemeriksaan Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan fisik, pertumbuhan motorik kasar dan halus, perkembangan
bahasa, perkembangan sosial, perkembangan kognitif. Untuk anak 0-6 tahun
menggunakan format DDST (DENVER II) dan membuat kesimpulan di
setiap ranah perkembangan yang telah dicapainya, untuk anak yang lebih dari
6 tahun menggunakan pendekatan teori pertumbuhan dan perkembangan
susial sesuai usianya.

8) Pemeriksaan
a) Pemeriksaan Umum
1. Kesadaran compos mentis biasanya disertai kejang
2. Nadi : 120x/mnt
3. RR : 80X/menit
4. Suhu : Lebih dari 38,5oC
b) Pemeriksaan Fisik
1. Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata
120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit
bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3
detik).
2. Sistem pernapasan : Bentuk dada simetris, pola nafas (apnea, takipnea)
Penggunaan otot bantu pernafasan, cuping hidung, interkostal;
frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit,
bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi, lingkar dada
3. Sistem gastrointestinal : Anoreksia, bising usus, muntah (jumlah,
warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik,
konsistensi dan bau), hidrasi (turgor kulit, membran mukosa, asupan
dan haluaran), pengurangan berat badan.
4. Sistem neurologis: Tingkat kesadaran (hasil GCS), pemeriksaan kepala,
reaksi pupil (ukuran, reaksi terhadap cahaya), aktifitas kejang
(jenisnya, lamanya), fungsi sensoris (reaksi terhadap nyeri), refleks
(refleks tendon dan superficial, refleks patologis), kemampuan
intlektual.
5. Sistem Musculoskeletal : Fungsi motorik kasar, Fungsi motorik halus,
persendian, tulang belakang.
6. Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
7. Sistem Integumen : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, terdapat ruam,
bintik kemeraha berisi cairan
9) Diagnosa Keperawatan
a) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan turgor kulit
b) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya intake makanan
d) Resiko infeksi ditandai dengan faktor resiko gangguan integritas kulit.
10) Perencanaan Keperawatan

No DX Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional


1. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Kulit: Pengobatan Topikal a. Eritema berkurang
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan integritas (3584) b. Lesi pada kulit
gangguan turgor kulit jaringan pasien membaik dengan kriteria 1. Pakaikan pasien pakaian yang longgar. berkurang
hasil: 2. Pakaikan popok yang longgar, dengan c. Jaringan integritas
Integritas jaringan: kulit dan tepat. kulit membaik
membran mukosa (1101) 3. Mobilisasi pasien setidaknya setiap 2
jam, menurut jadwal tertentu.
4. Jaga alas kasur tetao bersih, kering dan
bebas kerut.
Berikan bedak kering kedalam lipatan kulit.
2. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Demam (3740) a. Demam pasien
dengan dehidrasi selama 3x24 jam diharapkan 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital menurun
termoregulasi pasien dapat membaik lainnya b. Suhu kulit menurun
dengan kriteria hasil: 2. Monitor warna kulit dan suhu
Termoregulasi (0800) 3. Monitor asupan dan keluaran, sadari
perubahan kehilangan cairan yang tak
dirasakan
4. Beri obat tau cairan IV (misal
antipiretik, agen antibiotik)
5. Dorong konsumsi cairan
6. Pantau komplikasi-komplikasi yang
berhubungan dengan demam serta tanda
dan gejala kondisi penyebab demam)
3. Perubahan nutrisi kurang Terpenuhinya kebutuhan nutrisi sesuai Manajemen Nutrisi (1100) a. Tidak ada penurunan
dari kebutuhan tubuh dengan kebutuhan, dengan kriteria hasil: 1. Monitor kecenderungan terjadinya BB secara drastis
berhubungan dengan Status Nutrisi (1004) penurunan dan kenaikan berat badan b. Status nutrisi terpenuhi
kurangnya intake 2. Tentukan yang menjadi preferensi
makanan makanan bagi pasien
3. Pastikan makanan disajikan dengan cara
yang menarik dan oada suhu yang paling
cocok untuk konsumsi secara optimal
4. Pastikan diet mencakup makanan tinggi
kandungan serat untuk mencegah
konstipasi
4. Resiko infeksi ditandai Mencapai penyembuhan luka tepat Pengecekan Kulit (3590) a. Tidak ada tanda-tanda
dengan faktor resiko waktu dan tidak demam, dengan kriteria 1. Pakaikan pasien pakaian yang longgar. infeksi
gangguan integritas kulit. hasil: 2. Pakaikan popok yang longgar, dengan b. Proses infeksi dapat
Kontrol Resiko: Proses Infeksi (1924) tepat.
terkontrol
3. Mobilisasi pasien setidaknya setiap 2
jam, menurut jadwal tertentu.
4. Jaga alas kasur tetao bersih, kering dan
bebas kerut.
5. Berikan bedak kering kedalam lipatan
kulit
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek Gloria M, Howard K. Butcher, joanne M. Doctherman, Cheryl M. Wagner. (2018).


Nursing Intervention Classification (NIC). Elsevier Gabbey, A. Healthline (2016).
What Causes Low Birth Weights?

Medscape. Chickenpox. Apr 2017: Available from:


http://emedicine.medscape.com/article/1131785-overview#a3.

Moorhead Sue, Marion johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. (2018). Nursing
Outcome Calssification (NOC). Elsevier

Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi dan
Penyakit Tropis. Edisi ke-1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. h. 152-159

CDC. Chickenpox (Varicella) Sign and Symptoms. Apr 2016; Available from:
https://www.cdc.gov/chickenpox/about/symptoms.

Kliegman RM, Marcdante KJ, Jenson HB, Behrman RE. Nelson Essentials of Pediatrics.
Edisi ke-5. Philadelpia: Elseviers Saunders; 2006. H.470-472

Yasmara Deni, Nursiswati, Rosyidah Arafat. (2018). Rencana Keperawatan Medikal Bedah:
Diagnosis NANDA-I 2015-2017 Intervensi NIC Hasil NOC

Anda mungkin juga menyukai