Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 7

1.IZA UMAMI

2.RIZMAYANTI

3.NIKADEQ DWI APRILIANI P.S


4.MADE KRISNA YUDA PRASETYA
 Varisela adalah penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di
kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella.
Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit dan
mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga
cacar air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000).
Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :
A. Varisela congenital
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi
ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi ensefalitis
sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital
sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu menderita
varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan kematian
bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak
diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah kelainan
fetus.
B. Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari
sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi
yang terpajan akan menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan
varicella-zoster immune globulin (VZIG), kematian varisela neonatal
sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam
5 hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena
mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari
anggota keluarga lainnya selain ibunya.
Menurut Richar E, varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut
juga virus varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan
herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda.
Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela;
kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap
ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z
diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat
ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela dapat
dilihat dengan mikroskop electron dan dapat diisolasi dengan menggunakan
biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.
Patofisiologi menurut Siti Aisyah 2003, Virus varisela-zoster masuk ke dalam
tubuh manusia melalui mukosa saluran nafas atau orofaring. Multiplikasi virus
ditempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui
darah dan limfe (viremia primer). Virus dimusnahkan oleh sel sistem
retikuloendotelial, yang merupakan tempat utama replikasi virus selama masa
inkubasi. Selama masa inkubasi virus dihambat sebagian oleh mekanisme
pertahanan tubuh yang terinfeksi, replikasi virus dapat mengalahkan pertahanan
tubuh yang belum berkembang, sehingga 2 minggu setelah infeksi terjadi
viremia sekunder dalam jumlah yang lebih banyak. Viremia tersebut
menyebabkan demam dan malese anorexia serta menyebarkan virus ke seluruh
tubuh, terutama ke kulit dan mukosa.
Menurut Richar E. 1992, gambaran klinik varisela dibagi menjadi 2 stadium :
1.Stadium prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala panas,
perasaan lemah (malaise), anoreksia. Kadang-kadang terdapa kelainan scarlatinaform
atau morbiliform.
2.Stadium erupsi: Dimulai dengan terjadinya papula merah, kecil yang berubah
menjadi vesikel yang berisi cairan jernih dan mempunyai dasar eritematous.
Permukaan vesikel tidak memperlihatkan cekungan di tengah (unumbilicated). Isi
versikel berubah menjadi keruh dalam waktu 24 jam. Biasanya vesikel menjadi
kering sebelum isinya menjadi keruh. Dalam 3-4 hari erupsi tersebar; mula-mula di
dada lalu ke muka, bahu dan anggota gerak. Erupsi ini disertai perasaan gatal.
Pasien varisela dengan komplikasi ensefalitis setelah sembuh dapat
meninggalkan gejala sisa seperti kejang, retardasi mental, dan
kelainan tingkah laku. Anak dengan sistem imunologis yang normal
jarang mendapat komplikasi tersebut; sedangkan anak dengan
defisiensi imunologis, pasien leukemia dan anak yang sedang
mendapatkan pengobatan anti metabolit atau steroid (pasien sindrom
nefrotik, demam reumatik) dan orang dewasa sering mendapat
komplikasi tersebut. Kadang-kadang varisela pada pasien tersebut
dapat menyebabkan kematian.
Menurut Siti Aisyah 2015
1. Pengobatan Umum
Pada pasien imunokompeten varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Untuk
mengatasi gatal dapat diberikan kompres dingin atau lotion kalamin dan antihistamin oral.
Bila lesi masih vesicular dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah, dapat ditambahkan
antipruritus di dalamnya, misalnya mentol 0,25-0,5%.
2. Obat Antivirus
Pada bayi/anak imunokompromais berat, antivirus intravena merupakan obat pilihan agar
kadar dalam plasma cukup tinggi untuk menghambat replikasi virus. Antivirus intravena
secara bermakna dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas varisela pada pasien
imunokompramais, terutama bila diberikan dalam 72 jam setelah awitan lesi kulit. Pada
pasien imunokompromais ringan dapat diberikan antivirus oral.
Pengkajian
A. Data subjektif : pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit
kepala.
B. Data Objektif :
a. Integumen : kulit hangat, pucat., adanya bintik-bintik kemerahan pda kulit yang berisi
cairan jernih.
b. Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
c. Psikologis : menarik diri.
d. anoreksia.
e. Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.
 Kerusakan integritas kulit
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 Nyeri akut
 Hipertermi
 Resiko infeksi
NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1.
Kerusakan integritas kulit NIC (Nursing Intervention Clasification)
NOC (Nursing Outcome Clasification) : Tissue
Integrity : Skin and Mucous : Pressure Management
Batasan karakteristik :
-Gangguan pada bagian tubuh
Membranes 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
  pakaian yang longgar
-Kerusakan lapisa kulit (dermis)
Kriteria Hasil : 2. Hindari kerutan padaa tempat tidur
-Gangguan permukaan kulit
1. Integritas kulit yang baik 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
(epidermis)
bisa dipertahankan (sensasi, dan kering
Faktor yang berhubungan :
elastisitas, temperatur, hidrasi, 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
Eksternal :
pigmentasi) setiap dua jam sekali
-Hipertermia atau hipotermia
2. Tidak ada luka/lesi pada 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
-Substansi kimia kulit 6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
-Kelembaban udara 3. Perfusi jaringan baik pada derah yang tertekan
-Faktor mekanik (misalnya : alat yang 4. Menunjukkan pemahaman 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
dapat menimbulkan luka, tekanan, dalam proses perbaikan kulit 8. Monitor status nutrisi pasien
restraint) dan mencegah terjadinya 9. Memandikan pasien dengan sabun dan
Internal : sedera berulang air hangat
-Perubahan status metabolik 5. Mampu melindungi kulit
-Perubahan sensasi dan mempertahankan
-Perubahan status nutrisi (obesitas, kelembaban kulit dan
perawatan alami
1. Varicella adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella Zooster yang
menyerang kulit dan mukosa.
2. Penyakit ini disebabkan oleh virus Varicella Zooster. Penamaan virus ini
memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit
Varicella. Sedangkan kreativitasnya menyebabkan Herpes Zooster.
3.      Pada beberapa kelompok yaitu :
a)      Bayi dibawah usia 28 hari
b)      Orang dengan kekebalan tubuh rendah.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai