1. PENGKAJIAN : CORE atau inti, data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri dari : umur, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok komunitas.
2. ANALISA DATA
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas An.A pada keluarga Tn N berhubungan dengan ketidakmampuan
1.
keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
2.
yang mendukung kesehatan.
4. CONTOH PENYUSUNAN PRIORITAS MASALAH KOMUNITAS
Keterangan Huruf :
A = Sesuai dengan peran CHN H = Tempat
B = Sesuai dengan program pemerintah I = Dana
C = Sesuai dengan intervensi Pendidikan Kesehatan J = Waktu
D = Risiko terjadi K = Fasilitas
E = Risiko parah L = Petugas
F = Minat Masyarakat
G = Kemudahan untuk diatasi
Keterangan Angka :
1 = Sangat rendah
2 = Rendah
3 = Cukup
4 = Tinggi
5 = Sangat Tinggi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor yanga ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komonen yaitu :
1. Problem ( masalah )
2. Etiologi (penyebab masalah)
3. dan Manifestasi (data penunjang)
6. IMPLEMENTASI
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan yaitu ; (Allender & Spradley, 2005).
1. Pencegahan Primer. Yaitu ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum
menderita tetapi berpotensi untuk menderita. Perawat komunitas harus mengenalkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
timbulnya dan upaya yang perlu dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Sejak masa prasekolah hendaknya
telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya latihan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga badan
agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan. Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan primer bertujuan
untuk menurunkan risiko yang dapat mengakibatkan. Contoh : imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi, dan bimbingan dini dalam
kesehatan keluarga.
2. Pencegahan Sekunder. Yaitu bertujuan untuk mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan
memberikan intervensi keperawatan sejak awal penyakit. Contoh mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi
keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga dll.
3. Pencegahan Tersier. Yaitu Apabila sudah muncul penyulit menahun , maka perawat komunitas harus berusaha mencegah
terjadinya kecacatan/komplikasi lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap.
Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan yang bersifat readaptasi, pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi
terulang dan memelihara stabilitas kesehatan . Contoh : membantu keluarga yang mempunyai anak dengan risiko kekurangan gizi
untuk melakukan pemeriksaaan secara teratur ke Posyandu.
STRATEGI INTERVENSI DAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah (1) kemitraan (partnership), (2) pemberdayaan (empowerment), (3)
pendidikan kesehatan, dan (4) proses kelompok (Hitchcock, Schubert, & Thomas 1999; Helvie, 1998). Strategi intervensi
pendidikan kesehatan dalam pengelolaan diabetes secara mandiri juga diuraikan pada bagian berikut:
A. KEMITRAAN
Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan
saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Fokus dalam model tersebut menggambarkan dua prinsip
pendekatan utama keperawatan komunitas, yaitu (1) lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model yang menekankan
anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kesehatan, dan (2) proses keperawatan. Pihak-pihak tersebut adalah
profesi kesehatan lainnya, stakes holder (Puskesmas, Dinas Kesehatan Kota, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial,
Pemerintah Kota), donatur/sponsor, sektor terkait, organisasi masyarakat (TP-PKK, Lembaga Indonesia/LLI, Perkumpulan , atau
Klub Jantung Sehat Yayasan Jantung Indonesia), dan tokoh masyarakat setempat.
B. PEMBERDAYAAN
Sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformative kepada masyarakat, antara lain:
adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Hitchcock,
Scubert, & Thomas, 1999). Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip “bekerja bersama” dengan masyarakat bukan “bekerja untuk”
masyarakat …(Yoo et. al, 2004).
Tahapan pemberdayaan yang dapat dilalui oleh agregat (Sulistiyani, 2004), yaitu:
1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan kemampuan
dalam mengelola secara mandiri. Dalam tahap ini, perawat komunitas berusaha mengkondisikan lingkungan yang kondusif bagi
efektifitas proses pemberdayaan agregat (kelompok berisiko).
2) Tahap transformasi kemampuan berupa pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan secara mandiri agar dapat mengambil
peran aktif dalam lingkungannya. Pada tahap ini agregat memerlukan pendampingan perawat komunitas.
3) Tahap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sehingga terbentuk inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan
pada kemandirian mengelola. Pada tahap ini dapat melakukan apa yang diajarkan secara mandiri.
C. PENDIDIKAN KESEHATAN
Strategi utama upaya prevensi terhadap kejadian adalah dilakukannya kegiatan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang
dimiliki oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson & Nies, 192011). Intervensi keperawatan melalui
pendidikan kesehatan untuk menurunkan risik dan komplikasinya dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) pencegahan
primer, (2) pencegahan sekunder, dan (3) pencegahan tersier.
D. PROSES KELOMPOK
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui
pembentukan sebuah kelompok atau kelompok swabantu (self-help group). Berbagai kelompok di masyarakat dapat
dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat setempat, misalnya Posbindu, Bina Keluarga , atau Karang .