Anda di halaman 1dari 19

DERMATITIS

Bela Arfitasari (J210160062)


Mutiara Jazilatul F (J210160067)
Kamelia Wijayanti (J210160071)
Nida Roihatul Jannah (J210160086)
Adriana Mardiah (J210160091)
SandyTaufiq Q (J210160109)
Bahriati Khasanah (J210160114)
Khumasi Ainunnisa (J210160125)
Micho Fajar S (J210160120)
Eka Lavenia Martini (J210160129)
Dermatitis adalah peradangan kulit
epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau
faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berubah efloresensi polimorfik
(eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan
keluhan gatal).
1. Dermatitis Kontak
Adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada
kulit. Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu. Indikasi dan
gejala antara lain kulit memerah dan gatal.

2. Neurodermatitis
Adalah Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu.Penyakit ini muncul
saat mengenakan pakaian yang menggores kulit sehingga timbul iritasi kemudian
memicu kita untuk menggaruk berulang-ulang pada bagian yang terasa gatal. Biasanya
muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari
leher.
3. Dermatitis Seborrheic
Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis,
belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor
keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang
menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
4. Dermatitis Stasis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi
vena) tungkai bawah.Yang muncul dengan adanya varises.

5. Dermatitis Atopik
Keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal, kulit menebal, dan
pecah-pecah serta biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada
keluarga, yang salah satu anggota keluarganya memiliki asma. Biasanya dimulai
sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat keparahannya
selama masa kecil dan dewasa. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang
lutut.
6. Dermatitis Medikamentosa
Dermatitis medikamentosa memiliki bentuk lesi eritem dengan atau tanpa
vesikula, berbatas tegas, dapat soliter atau multipel. Terutama pada bibir, glans
penis, telapak tangan atau kaki. Penyebabnya dari obat-obatan yang masuk
kedalam tubuh melalui mulut, suntikan atau anal.
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui.
Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen,
misaknya zat kimia, protein, bakteri, fungus,alergi, faktor
genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi penyebab eksim
1. Dermatitis Kontak
Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase
sensitisasi) dan fase elisitasi. Fase induksi ialah saat kontak
pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan
memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin
ialah saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau
serupa sampai timbul gejala klinis.
2. Neurodermatitis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk
numuler, dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat
membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk
krusta bagian tubuh.
3. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa
skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan
bentuk dan besar bervariasi.
4. Dermatitis Atopik
Belum diketahui secara pasti. Histamin dapat menghambat
kemotaktis dan menekan produksi sel T. Sel mast meningkat
pada lesi dermatitis atopi kronis. Histamin sendiri tidak
menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut
menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena gerakan
akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa.Pada pasien
dermatitis atopik, kapasitas untuk menghasilkan IgE secara
berlebihan diturunkan secara genetik.
5. Dermatitis Medikamentosa
Faktor lingkungan merupakan factor terpenting . Alergi paling
sering menyerang pada saluran nafas dan saluran pencernaan .
 Tes Tempel Terbuka
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga selama
24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah
alergen yang menguap.

 Tes Tempel Tertutup.


Pada uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel berbentuk semacam plester yang pada
bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang dicurigai
ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam setelah itu hasilnya
dievaluasi.

 Tes tempel dengan Sinar


Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu
bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen. Tehnik sama
dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara duplo. Dua baris dimana satu baris
bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka
dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya.
Tindakan Hidrasi Kulit :
 Penggunaan pelembab kulit, Pelembab dapat mengurangi
kekeringan kulit dan rasa gatal.
 Mandi teratur / mandi rendam, dapat melembabkan kulit dan
melepaskan krusta
 kompres dengan kasa yang dibasahi oleh normal salin.
Kompres dapat meningkatkan absorbsi obat serta dengan menutupi lesi
akan mengurangi frekuensi garukan. Kompres juga memberikan efek
hidrasi dan menyejukkan kulit.
 Pembersihan Luka, Pembersihan luka yaitu pengeluaran debris
organik maupun anorganik sebelum menggunakan balutan untuk
mempertahankan lingkungan yang optimum pada tempat luka untuk
proses penyembuhan.
KONSEP ASKEP
1. Keluhan utama: nyeri, gelisah, gatal, kerusakan integritas kulit.
2. Pemeriksaan fisik: TD, nadi, pernafasan, suhu, skala nyeri.
3. Pola persepsi kesehatan:
 adanya riwayat infeksi sebelumnya
 Pengobatan sebelumnya tidak berhasil
 Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu, mis vitamin, jamu.
 Personal Hygine yg minim
 Lingkungan yg tidak sehat
4. Pola nutrisi metabolik
 Pola makan sehari-hari
 Kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
 Nafsu makan menurun
 Muntah-muntah
 Penurunan BB
 Turgor kulit buruk, kering, berssik, pecah-pecah, benjolan.
 Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau
perih
5. Pola eliminasi: sering berkeringat
6. Pola aktivitas dan latihan:
 Pemenuhan sehari-hari terganggu
 Kelemahan umum, malaise
 Toleransi terhadap aktivitas rendah
 Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
 Perubahan pola nafas saat melakukan aktivitas
7. Pola tidur dan istirahat:
 Kesulitan tidur pada malam hari karena stres
 Mimpi buruk
1. Gangguan integritas kulit bd. Cidera
kimiawi kulit
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d gejala
terkait penyakit
3. Resiko infeksi b.d gangguan integritas
kulit
4. Gangguan citra tubuh b.d cidera
NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KH INTERVENSI
1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Periksa kulit terkait dengan adanya
integritas asuhan keperawatan 3 x kemerahan, kehangatan ekstrim
kulit b.d 24 jam Gangguan 2. Monitor kulit adanya ruam atau lecet
cidera integritas pasien 3. Periksa pakaian yang terlalu ketat
kimiawi teratasi. Dengan 4. Lakukan langkah-langkah unuk
kulit kriteria hasil : mencegah kerusakan lebih lanjut
•Tidak ada kerusakan 5. Edukasikan kepada anggota keluarga
integritas kulit mengenai tanda-tanda kerusakan kulit
•Gatal-gatal berkurang dengan tepat
NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KH INTERVENSI
2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor kulit terutama
rasa nyaman keperawatan 3 x 24 jam terutama daerah tonjolan
b.d Gejala pasien dapat mengurangi tubuh terhadap adanya tanda-
terkait gangguan rasa nyaman. tanda tekanan atau iritasi
penyakit Dengan kriteria hasil : 2. Ciptakan lingkungan yang
•Mampu mengontrol tenang dan mendukung
terhadap gejala 3. Posisikan pasien untuk
•Psikologis terkendali memfasilitasi kenyamanan
•Perawatan yang sesuai 4. Berikan sumber-sumber
edukasi yang relevan dan
berguna mengenai manajemen
penyakit dan cedera pada
pasien dan keluarga jika sesuai
5. Kolaborasi dengan dokter
terkait pengobatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KH INTERVENSI
3. Gangguan citra Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi dampak dari
tubuh b.d Cedera keperawatan 1 x 24 jam budaya pasien, agama, ras,
pasien dapat meningkatkan jenis kelamin terkait dengan
citra tubuh diri. Dengan citra diri
kriteria hasil : 2. Bantu pasien untuk
•Gambaran internal tubuh mendiskusikan perubahan-
positif perubahan yang disebabkan
•Mampu mendekskripsikan adanya penyakit
dampak 3. Ajarkan pada pasien mengenai
•Mampu menyesuaikan perubahan-perubahan normal
dengan perubahan status yang terjadi dalam tubuhnya
kesehatan terkait dengan beberapa tahap
•Mampu menyesuaikan proses penyakit
dengan perubahan status 4. Fasilitasi kontak dengan
fungsi tubuh individu yang mengalami
perubahan yang sama dalam
hal citra tubuh
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KH INTERVENSI
4. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi adanya
Gangguan integritas keperawatan 3 x 24 jam tanda-tanda infeksi
kulit pasien dapat mengurangi 2. Ajarkan pasien dan
resiko infeksi. Dengan keluarga mengenai
kriteria hasil : bagaiamana cara
•Tidak ada resiko infeksi menghindari infeksi
•Integritas kulit tidak 3. Dorong untuk
terganggu beristirahat
4. Edukasi teknik
mencuci tangan yang
benar
5. Kolaborasi pemberian
antibiotik
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai