TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Psoriasis adalah penyakit inflamasi kronis nonifeksius ( tidak menular ) pada kulit
yang menyebabkan produksi sel epidermis berlangsung lebih cepat dari normal
awitan dapat terjadi di setiap usia, tetapi lebih sering terjadi antara usia 15 dan 35
tahun. Area tubuh yang sering diserang adalah kulit kepala, area di atas siku dan
lutut, bagian bawah punggung, dan genetalia, serta kuku. Simetri bilateral sering
di temukan. Psoriasis dapat di kaitkan dengan atritis sendi mutiple dengan faktor
reumatoid negatif asimetrik ( asymmetric rheumatoid faktor – negative arthritis
ofmutiple joins) status psoriasis soriatik eksfoliatif dapat terjadi, yakni ketika
penyakit berlanjut hingga mengenai seluruh permukaan tubuh (status psoriasis
eritrodermik).
2.2 Patofisiologi
Sel-sel kulit basal membelah terlalu cepat, dan sel yang baru terbentuk menjadi
terlihat menyerupai sisik yang tebal atau plak jaringan epidermal. Akibat
peningkatan jumlah sel basal dan alur sel yang cepat, peristiwa pematangan dan
pertumbuhan sel yang normal tidak dapat terjadi, sehingga menghambat
terbentuknya lapisan pelindung kulit. Bukti terbaru mendukung dasar imunologi
untuk psoriasis. Defek primer tidak diketahui. Periode stres emosional dan
ansietas memperburuk kondisi ini, dan trauma, infeksi, dan perubahan musim dan
hormon juga menjadi faktor pemicu.
2.3 Manifestasi klinis
Gejala berkisar dari gangguan kosmetis ke penderitaan yang melemahkan dan
mengganggu penampilan fisik
Lesi terlihat sebagai bercak kulit yang tebal dan di tutupi bercak yang
berwarna.
Jika sisik terkelupas, akan terlihat dasar lesi yang berwarna merah gelap,
dengan beberapa titik pendarahan.
Bercak mengering dan bisa aja terasa gatal.
Gangguan ini dapat menyebabkan cekungan pada permukaan kuku,
perubahan kuku, serpihan di bawah pinggiran kuku, dan lepasnya lempeng
kuku.
Pada psoriasis eritrodermik, pasien mengalami sakit akut disertai dengan
demam, menggigil, dan ketidak seimbangan elektrolit.
2.4 Pertimbangan psikologis
Psoriasis dapat menyebabkan putus asa dan frustasi: orang – orang dapat
menatap, berkomentar, mengajukan pertanyaan yang memalukan, atau
bahkan menghindari dari pasien
Kondisi ini pada akhirnya dapat menguras daya yang ada, mengganggu
kerja, dan berdampak negatif pada banyak aspek kehidupan.
Remaja sangat rentang mengalami efek psikologis.
Penatalaksanaan keperawatan
Pengkajian
Pengkajian berfokus pada bagaimana pasien menghadapi kondisi kulit, tampilan kulit
“normal” dan tampilan lesi kulit.
Kaji area yang paling terganggu: siku, lutut, kulit kepala, belahan gluteus dan semua
kuku ( adanya cekungan )
Kaji dampak penyakit pada pasien dan strategi koping yang digunakan untuk
melaksanakan aktifias normal dan interaksi dengan keluarga dan teman
Informasikan pasien bahwa kondisi ini tidak menular, bukan merupakan
penggambaran dari hygene personal yang buruk, dan bukan merupakan kanker kulit.
Ciptakan lingkungan yang membuat pasien merasa nyaman mendiskusikan isu – isu
tentang kualitas hidup yang penting terkait dengan respon psikososial dan fisiknya
terhadap penyakit kronis ini.
Intervensi keperawatan
Meningkatkan pemahaman
Jelaskan dengan sensitifitas bahwa penyakit ini tidak dapat di sembuhkan dan di
perlukan penanganan yang tepat waktu, proses penyakit biasanya dapat
dikendalikan
Tinjau patofisiologi psoriasis dan faktor – faktor yang dapat menyebabkannya:
adanya iritasi atau cidera pada kulit ( luka terpotong, abrasi, terbakar sinar
matahri, penyakit yang baru dialami, stres emosional, lingkungan yang tidak
menyenangkan ( dingin ) dan obat ( peringatkan pasien tentang obat yang di jual
bebas ).
Tinjau dan jelaskan tentang regimen terapi untuk menjamin kepatuhan pasien,
berikan materi endidikan kepada pasien selain diskusi tatap muka
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
b. Mulai kapan gejala timbul
c. Perjalanan penyakit
1) Terus menerus dari ringan, sedang, dan berat
2) Hilang timbul
3) Pada saat/musim tertentu
d. Sebelum gejala timbul, apakah klien mengkonsumsi obat-obatan tertentu
e. Pernahkah klien mendapatkan pengobatan sebelumnya dan bagaimana hasilnya
f. Apakah dalam keluarga, ada yang mempunyai penyakit seperti yang diderita klien
g. Bagaimana lingkungan tempat tinggal klien
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : klien dalam keadaan normothermi dengan kriteria body temperature : 36,20c
– 37,20c, klien tidak mengeluh panas.
Tindakan : 1) Beri kompres dingin
2) Anjurkan klien memakai pakaian yang menyerap keringat
3) Kolaborasi pemberian antipiretik
b. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang dengan kriteria : skala nyeri 3, ekpresi wajah
klien relaks.
Tindakan : 1) Ketahui nyeri klien
2) Berikan tindakan penghilang nyeri
a. Ajarkan tehnik relaksasi
b. Tehnik pengalihan perhatian
3) Berikan posisi nyaman menurut klien
4) Kolabs pemberian penghilang nyeri optimal (analgetik)
c. Gangguan rasa nyaman : gatal berhubungan dengan invasi bakteri sekunder
Tujuan : Gatal berkurang sampai hilang dengan kriteria, klien melaporkan gatar
berkurang sampai hilang, tidak menggaruk lesi.
Tindakan : 1) Alih baring tiap 2 jam
2) Anjurkan klien untuk tidak menggaruk daerah yang gatal
3) Kolabs pemberian therapi topikal
d. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan proses inflamasi, jaringan
terbuka
Tujuan : Tidak terjadi defisit volume cairan dengan kriteria tidak ada tanda dan gejala
dehidrasi berat badan ideal.
Tindakan : 1) Pantau intake dan output cairan
2) Timbang berat badan tiap hari
3) Pantau tanda dan gejala dehidrasi
4) Anjurkan klien banyak minum
5) Kolabs pemberian cairan parenteral
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
Tujuan : Menunjukkan regenerasi jaringan
Tindakan : 1) Kaji ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan
kondisi sekitar luka
2) Berikan perawatan luka yang tepat dan tindakan kontrol infeksi
3) Evaluasi ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan ada/tidaknya penyembuhan
4) Kolaborasi pemberian theraphi.
3. Implementasi
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
1) Memberi proses dingin
2) Menganjurkan klien memakai pakaian yang menyerap keringat
3) Kolaborasi pemberian antipiretik
b. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
1) Mengetahui nyeri klien
2) Memberikan tindakan penghilang nyeri
a). Mengajarkan teknik relaksasi
b). Teknik pengalihan perhatian
3) Memberikan posisi nyaman menurut klien
4) Kolaborasi pemberian penghilang nyeri optimal (analgetik)
c. Gangguan rasa nyaman : gatal berhubungan dengan invasi bakteri sekunder
1) Melakukan alih baring tiap 2 jam
2) Menganjurkan klien untuk tidak menggaruk daerah yang gatal
3) Kolabs pemberian therapi topikal
d. Resiko penyakit volume cairan berhubungan dengan proses inflamasi, jaringan
terbuka
1) Memantau intake dan output cairan
2) Menimbang berat badan tiap hari
3) Memantau tanda dan gejala dehidrasi
4) Kolabs pemberian cairan parenteral
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
1) Mengkaji ukuran, warna, kedalaman luka, memperhatikan jaringan nekrotik
dan kondisi sekitar luka.
2) Memberikan perawatan luka yang tepat dan tindakan kontrol infeksi
3) Mengevaluasi ukuran, warna, kedalaman luka, memperhatikan ada/tidaknya
penyembuhan.
5) Kolaborasi pemberian therapy
4. Evaluasi
Carpenito, Lynda Jual, 2004 Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson 1995, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.
Edisi IV, Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III, Jakarta : EGC
5. Http : //www.realage.com/Health-Guides/Psoriasis/Psolmintro/ASPX