Anda di halaman 1dari 21

ANAMNESA DAN PENGKAJIAN

TENTANG INTEGUMEN DAN IMUN


OLEH :
SYNTA DEPUTRI RIZAL
193110156
KELAS 2A
STRUKTUR DAN FUNGSI INTEGUMEN

Kulit merupakan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak terujung, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit.
Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari berat badan. Secara mikroskopis struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu:
• Lapisan epidermis
• Lapisan paling atas dari kulit, tidak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Sel mendapat makanan melalui proses difusi dari jaringan
dibawahnya. Bagian terluar terdiri dari stratum korneum, stratum lusidum, stratum granolusum, stratum spinosum, dan stratum basale.
• Lapisan dermis
• Pars papilare, bagian yang menonjol ke epidermis. Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah yang menyokong dan memberi nutrisi
pada epidermis.
• Pars retikulare, bagian bawah yang menonjol ke arah subkutis. Terdiri atas serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin.
• Lapisan subkutis
• Bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh, dan tempat penyimpanan energi.
1. FUNGSI KULIT

1. Fungsi ekskresi
2. Kelenjar kulit mengeluarkan sisa metabolisme dalam bentuk sebum dan keringat. Sebum dan keringat dapat merangsang pertumbuhan bakteri pada
permukaan kulit.
3. Fungsi persepsi
4. Kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis yang peka terhadap rangsangan panas , dingin, rabaan,dan tekanan.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh
6. Kemampuan vasokonstriksi pada suhu dingin sehingga meningkatkan suhu tubuh, kemampuan vasodilatasi pada suhu panas sehingga menurunkan suhu,
serta kemampuan termorigulasi melalui evaporasi atau berkeringat.
7. Fungsi pembentukan pigmen
8. Sel pembentuk pigmen di sebut melanosit. Dengan bantuan sinar matahari dan beberapa enzim dalam tubuh, melanosit akan di ubah menjadi melonosom,
selanjutnya di ubah lagi menjadi melanin. Jumlah melanin inilah yang akan menentukan warna kulit seseorang.
9. Fungsi pembentukan vitamin
10. Dihidroksi kolestrol dapat terjadi dengan pertolongan sinar matahari sehingga terbentuk vitamin D
GANGGUAN SISTEM INTEGUMENT

• Efek Psikologis Masalah Kulit


• Apabila kulit mengalami kelainan atau timbul penyakit pada kulit, akan terjadi perubahan penampilan.
Perubahan penampilan tersebut dapat menimbulkan reaksi psikologis. Sebagian besar klien dengan masalah
kulit memiliki perasaan yang lebih sensitive sehingga timbul perasaan kurang dihargai, rendah diri, dianggap
jijik dan perasaan dikucilkan. Ketika hal itu terjadi, perawat tidak boleh memperlihatkan gerakan nonverbal
maupun verbal yang negative.
• Masalah Utama Kulit
• Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini. Di antaranya adalah faktor kebersihan, daya
tahan tubuh (imunitas), kebiasaan, atau perilaku sehari-hari (makanan, pergaulan, atau pola hubungan)
seksual, faktor fisik, bahan kimia, mikrobiologi, serta faktor lingkungan.
PENCEGAHAN GANGGUAN KULIT

• A. Untuk mencegah gangguan kulit tindakan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan kulit sehat.
2. Hindari penggunaan sabun, deterjen, atau bahan allergen yang dapat menimbulkan iritasi.
3. Pertahankan kulit cukup hidrasi, gunakan krim pada daerah yang kering, dan jangan terus-
menerus menggunakan tatarias yang tebal.
4. Cegah menggaruk kulit yang keras dan kasar.
5. Keringkan daerah yang selalu lembab.
6. Pakai pakaian yang longgar dan dapat menyerap keringat pada hari-hari yang panas
• B. Menghindari bahan penyebab penyakit kulit
1. Menghindari bahan-bahan yang merusak kulit pada kebanyakan orang. Contohnya sinar
matahari yang terik, sebaiknya gunakan payung untuk melindungi kulit.
2. Mencegah bahan spesifik yang diketahui merusak kulit atau menimbulkan alergi untuk orang
tertentu (mis, bahan-bahan kosmetik).
3. Gunakan krim tabir surya.
• Observasi perubahan kulit:
1. Amati kulit secara keseluruhan dan sering. Gunakan cermin untuk melihat seluruh tubuh.
2. Catat dan konsultasikan perubahan warna, ukuran, dan keadaan cedera kulit yang sudah ada.
• C. Hindari terapi sendiri:
1. Jangan gunakan resep lama pada cedera kulit baru atau lesi yang lain, serta jangan
gunakan obat yang tidak diketahui secara pasti kegunaannya.
2. Segera dapatkan nasihat medis atau kunjungi tempat pelayanan kesehatan bila terjadi
gangguan kulit (Long, 1996).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

• Biopsi kulit. Mengambil contoh jaringan dari kulit yang terdapat lesi. Apabila jaringan yang diambil cukup dalam,
kita perlu menggunakan anestesi local. Digunakan untuk menentukan ada keganasan atau infeksi yang disebabkan
oleh bakteri dan jamur.
• Uji kultur dan sensitivitas. Untuk mengetahui adanya virus, bakteri, atau jamur pada kulit yang diduga mengalami
kelainan. Uji ini juga digunakan untuk mengetahui mikroorganisme tersebut resisten terhadap obat-obatan tertentu.
Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat yang terdapat pada permukaan lesi.
Alat yang digunakan untuk mengambil eksudat harus steril.
• Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus. Mempersiapkan lingkungan pemeriksaan dengan
pencahayaan khusus sesuai dengan kasus yang dihadapi. Hindari ruangan pemeriksaan yang menggunakan lampu
berwarna-warni karena hal ini akan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Pada kasus tertentu, pencahayaan dengan
menggunakan sinar matahari (sinar untraviolet) justru sangat membantu dalam menentukan jenis lesi kulit.
PENGKAJIAN

A. Anamnesis

Tanggal dan waktu pengkajian


Biodata: nama, umur (penting mengetahui angka prevelensi), jenis kelamin, pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak terkait dengan factor
pekerjaan, [misalnya, dermatitis kontak alergi]).
 Riwayat kesehatan: meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat penyakit dahulu, status kesehatan keluarga, dan status perkembangan.
• Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan.
Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemik yang berkaitan.
Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak timbul pertama kali
Waktu terjadinya lesi, atau kondisi seperti apa yang menyebabkan lesi.
 Riwayat pemaparan bahan kimia dan pemakaian obat-obatan
Efek terpapar sinar matahari.
Riwayat pengobatan atau terpapar zat: obat apa saja yang pernah dikonsumsi atau pernahkah
klien terpapar faktor-faktor yang tidak lazim. Terkena zat-zat kimia atau bahan iritan lain,
memakai sabun mandi baru, minyak wangi atau kosmetik yang baru, terpapar sinar
matahari.
Riwayat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari: bagaimana pola tidur klien, lingkungan kerja
klien untuk mengetahui apakah klien berkontak dengan bahan-bahan iritan, gaya hidup klien
(suka begadang, minum-minuman keras, olah raga atau rekreasi, pola kebersihan diri klien).
Riwayat psikososial: Stress yang berkepanjangan
• Data objektif yang mungkin ditemukan

1. Terjadi perubahan warna kulit, turgor, elastisitas, kelembapan, kebersihan, dan bau.
2. Terdapat lesi primer misalnya macula, papula, vesikula, pustule, bula, nodula, atau urtikaria.
3. Terdapat lesi sekunder, misalnya krusta, skuama/sisik, fisura, erosi, atau lkus.
4. Ditemukannya tanda-tanda radang (rubor/kemerahan, dolor/nyeri, kalor/panas, tumor/benjolan
dan fungsieolesa/perubahan bentuk).
5. Dari pemeriksaan penunjang (kultur kulit, biopsy, uji alergi atau pemeriksaan darah)
didapatkan kelainan.
• Keluhan :
1. Mengeluh kulit gatal, nyeri, kemerahan, berminyak, kering, kasar, tidak rata, terkelupas, lepuh, panas,
dingin, perubahan warna kulit dan timbul borok.
2. Adanya riwayat alergi, kontak dengan bahan-bahan tertentu (kosmetik, sabun, obat, tanaman, bahan
kimia)
3. Riwayat keluarga atau tetangga dengan penyakit kulit.
4. Adanya perubahan pola kebiasaan sehari-hari.
5. Ditemukan data psikologis yang berkaitan dengan masalah kulit (rasa malu, dikucilkan orang lain,
harga diri rendah, takut tidak sembuh, dan cemas
ANAMNESA GANGGUAN SISTEM IMUN

• Metode yang digunakan dalam pengumpulan data keperawatan pada tahap pengkajian adalah Wawancara (interview),
pengamatan (observasi), danpemeriksaanfisik (pshysical assessment). dan studi dokumentasi.

• 1. Wawancara
• Biasa juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Dalam berkomunikasi ini perawat mengajak klien
dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaannya yang diistilahkan teknik komunikasi terapeutik.

• Macam wawancara:
• Auto anamnesa: wawancara dengan klien langsung
• Allo anamnesa: wawancara dengan keluarga / orang terdekat.
• Teknik Pengumpulan Data Yang Kurang Efektif:
• 2. Tahap kedua dalam pengumpulan data adalah pengamatan, dan pada praktiknya kita
lebih sering menyebutnya dengan observasi. Observasi adalah mengamati perilaku dan
keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien
melalui kepekaan alat panca indra. Contohkegiatanobservasi misalnya : terlihat adanya
kelainan fisik, adanya perdarahan, ada bagian tubuhyang terbakar,baualkohol,urin, feses,
tekanan darah, heart rate, batuk, menangis, ekspresi nyeri, dan lain-lain.
• 3. Pengkajian
• Identitas
• Biasanya perawat mewawancara klien untuk mendapatkan Identitas klien yang meliputi: nama, umur, agama, jeniskelamin, pekerjaan, status perkawinan,
alamat, tanggal masuk, yang mengirim, cara masuk RS, diagnosa medis.
• Biasanya perawat juga mewawancarai keluarga untuk mendapatkan identitas penanggung jawab: nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan, alamat.
• Riwayat Kesehatan Sekarang (Keluhan Utama)
• Apakah klien masih merasakan kelelahan, limfadenopati, lesi ulseratif, perubahan tanda-tanda vital.
• Riwayat Kesehatan Dahulu
• Perawat melakukan pengkajian riwayat kesehatan masa lalu dengan interview apakah pasien menderita: mononukleosus, malabsorpsi, gangguan liver:
hepatitis, sirosis; tromboplebitis atau trombosis; gangguan limpa
• Riwayat Kesehatan Keluarga
• Biasanyakeluargaklienmemiliki riwayat penyakit yang meliputi: jaundis, gangguan imun.
POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN
KESEHATAN
1. Persepsi Sehat-Pola Penanganan Kesehatan
2. Kesehatan Keluarga
3. Pola Metabolisme-Nutrisi
4. Pola Eliminasi
5. Pola Latihan-Aktifitas
6. Pola Istirahat-Tidur
7. Pola Persepsi-Kognitif
8. Pola Konsep-diri-Persepsi-diri
9. Pola Berhubungan-Peran
10. Pola Reproduksi-Seksual
11. Pola Toleransi Stres-Koping
12. Pola Keyakinan-Nilai
PEMERIKSAAN FISIK

• Tanda Vital
Tanda-tanda vital terdri dari : suhu, nadi, tekanan darah, RR, TB, BB Sebelum masuk RS dan saat di RS.
• Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu:
1. Inspeksi
• Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan.
Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien.
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata
kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
• 2. Palpasi
• Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif
digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang: temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
• Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi:
• Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai
• Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
• Kuku jari perawat harus dipotong pendek
• Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir. Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan
lain-lain.
• 3. Perkusi
• Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh
lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuanuntukmengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan
konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
• Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah;
• Sonor : suara perkusi jaringan yang normal
• Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia
• Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar
• Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma
kronik.dan timpani pada usus.
• Auskultasi
• 4. Auskultasi
• Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh
tubuh.Biasanyamenggunakanalatyangdisebutdenganstetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
• Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah:
• Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang,
kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC
• Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk.
Misalnya pada edema paru
• Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma
• PleuraFrictionRub ; bunyi yangterdengar“kering”seperti suaragosokanamplaspada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
•  
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai