Anda di halaman 1dari 26

ANAMNESA GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN DAN IMMUN SERTA

KONDISI PSIKOLOGIK – SOSIAL

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

1. Mayang Kartika (PO7120119057)


2. Mega Utami (PO7120119058)
3. Miftah Huljannah (PO7120119059)
4. Miranda Sari (PO7120229060)
5. Msy. Nabiilah Fakhrunnisaa (PO7120229061)
6. Muliya (PO7120229062)
7. Muthiara Rinjany AP (PO7120229063)

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Aguscik, S.Kep, M.Kes

DIII KEPERATAN PALEMBANG


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

1
TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Anamnesa
Gangguan Sistem Integumen dan Immun serta Kondisi Psikologik – Sosial". Kami
membuat makalah ini adalah dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 2. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak
menemukan kesulitan maupun hambatan dalam hal materi yang akan dibahas, buku
referensi yang akan digunakan, keterbatasan buku referensi yang ada di perpustakaan,
dan keterbatasan waktu dalam penyusunan makalah ini. Walaupun ditemukan kesulitan
maupun hambatan dalam penyusunan makalah ini, kami tetap berusaha dan bekerja
keras untuk menghadapi berbagai kesulitan maupun hambatan tersebut, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan maksimal.
Selain mengikuti bimbingan dan arahan, kami juga memperoleh bantuan dan
dukungan dari orang tua penulis di dalam menyusun makalah ini, baik dukungan secara
material maupun non material. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ns Aguscik,
S.Kep, M.Kes, selaku Dosen Mata Keperawatan Medikal Bedah 2 yang telah
mendukung dan membantu, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran serta koreksi yang bersifat
membangun dari para pembaca makalah ini untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Palembang, 6 Maret 2021

Kelompok 2

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Terbentuk dari sel-sel putih, sumsu tulang belakang dan jaringan
limfoid yang mencakup mkelenjar timus, kelenjar limfe, tonsil serta adenoid. Di
antara sel-sel darah putih yang terlibat dalam imunitas terdapat limfotik B (sel
B) dan limfosit T (sel T). kedua ini berasal darilimfosit yang dibuat dalm
sumsum ulang. Limfosit B mencapai maturitasnya dalam sumsum tulang
kelenjat timus tempat sel-sel tersebut menapai maturitasnya menjadi beberapa
jenis sel yang dapat melaksanakan berbagai fungsi yang berbeda.
Sistem integumen adalah sutu sistem penyusun tubuh makhluk hidup
yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Fungsinya antara lain yaitu
sebagai pelindung, respirasi an termoregulasi. Cahaya matahari mengandung
sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjada
keseimbangan tubuh, misalnya menjadi pucat, kemerahan, atau suhu tubuh
meningkat. Gangguan psikis juga data mengakibatkan kelainan atau perubahan
pada kulit misalnya stress, ketakutan dan keadaan marah akan mengakibatkan
perubahan pada kulit wajah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem integumen ?
2. Apa fungsi dari sistem integumen ?

3
3. Bagaimana pencegahan dari gangguan sistem integumen?
4. Apa saja pemeriksaan diagnostic sistem integumen ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada sistem integumen ?
6. Apa definisi dari sistem imun?
7. Apa fungsi dari sistem imun tersebut ?
8. Apa sifat khas dari respon imun tersebut?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang anamnesa gangguan sistem integument dan sistem imun.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari sistem imun
b. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari sistem integumen
c. Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan dari gangguan sistem
integumen
d. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostic sistem integumen
e. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada sistem
integumen
f. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari sistem imun
g. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari sistem imun tersebut
h. Mahasiswa dapat mengetahui sifat khas dari respon imun tersebut

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Struktur dan Fungsi Integumen


Kulit merupakan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak
terujung, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit. Luas kulit orang
dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari berat badan. Secara mikroskopis
struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu:
1. Lapisan epidermis
Lapisan paling atas dari kulit, tidak mengandung pembuluh darah dan syaraf.
Sel mendapat makanan melalui proses difusi dari jaringan dibawahnya.
Bagian terluar terdiri dari stratum korneum, stratum lusidum, stratum
granolusum, stratum spinosum, dan stratum basale.
2. Lapisan dermis

5
1. Pars papilare, bagian yang menonjol ke epidermis. Berisi ujung serabut
saraf dan pembuluh darah yang menyokong dan memberi nutrisi pada
epidermis.
2. Pars retikulare, bagian bawah yang menonjol ke arah subkutis. Terdiri atas
serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin.
3. Lapisan subkutis
Bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh, dan tempat
penyimpanan energi.

a. Fungsi Kulit
1) Fungsi proteksi
Melindungi tubuh dari trauma, benteng pertahanan terhadap gangguan
kimiawi bakteri, virus, dan jamur.
2) Fungsi absorpsi
Sifat permiabel-selektif, kulit menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan
zat yang larut dalam lemak, sedangkan air dan elektrolit sukar masuk
melalui
kulit.

3) Fungsi ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan sisa metabolisme dalam bentuk sebum dan
keringat. Sebum dan keringat dapat merangsang pertumbuhan bakteri pada
permukaan kulit.
4) Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis yang
peka terhadap rangsangan panas , dingin, rabaan,dan tekanan.
5) Fungsi pengaturan suhu tubuh

6
Kemampuan vasokonstriksi pada suhu dingin sehingga meningkatkan suhu
tubuh, kemampuan vasodilatasi pada suhu panas sehingga menurunkan suhu,
serta kemampuan termorigulasi melalui evaporasi atau berkeringat.
6) Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen di sebut melanosit. Dengan bantuan sinar matahari
dan beberapa enzim dalam tubuh, melanosit akan di ubah menjadi
melonosom, selanjutnya di ubah lagi menjadi melanin. Jumlah melanin
inilah yang akan menentukan warna kulit seseorang.
7) Fungsi pembentukan vitamin
Dihidroksi kolestrol dapat terjadi dengan pertolongan sinar matahari
sehingga terbentuk vitamin D.

b. Gangguan Sistem Integument


1. Efek Psikologis Masalah Kulit
Apabila kulit mengalami kelainan atau timbul penyakit pada kulit, akan
terjadi perubahan penampilan. Perubahan penampilan tersebut dapat
menimbulkan reaksi psikologis. Sebagian besar klien dengan masalah kulit
memiliki perasaan yang lebih sensitive sehingga timbul perasaan kurang
dihargai, rendah diri, dianggap jijik dan perasaan dikucilkan. Ketika hal itu
terjadi, perawat tidak boleh memperlihatkan gerakan nonverbal maupun
verbal yang negative.
2. Masalah Utama Kulit
Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini. Di antaranya

adalah faktor kebersihan, daya tahan tubuh (imunitas), kebiasaan, atau


perilaku sehari-hari (makanan, pergaulan, atau pola hubungan) seksual,
faktor fisik, bahan kimia, mikrobiologi, serta faktor lingkungan. Banyak
klien dengan masalah penyakit kulit lebih senang berobat jalan dan dirawat
dirumah, karena merasa tdak bermasalah secara klinis, dan baru mau

7
menjalani perawatan dirumah sakit jika kondisi penyakitnya sudah parah. Ini
perlu diperhatikan oleh perawat maupun klien menjalani peawatan dirumah.
Klien perlu dibekali dengan pengetahuan tentang proses penyakit., cara
perawatan lesi, prosedur pengobatan, maupun pola hidupnya. Hal ini perlu
dilakukan agar penyakit klien tidak menjadi kronis dan klien dapat berobat
secara tuntas sehingga tidak menulari angota keluarga atau orang lain.

c. Pencegahan Gangguan Kulit


1. Untuk mencegah gangguan kulit tindakan yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut :
a) Mempertahankan kulit sehat.
b) Hindari penggunaan sabun, deterjen, atau bahan allergen yang dapat
menimbulkan iritasi.
c) Pertahankan kulit cukup hidrasi, gunakan krim pada daerah yang kering,
dan jangan terus-menerus menggunakan tatarias yang tebal.
d) Cegah menggaruk kulit yang keras dan kasar.
e) Keringkan daerah yang selalu lembab.
f) Pakai pakaian yang longgar dan dapat menyerap keringat pada hari-hari
yang panas.

2. Menghindari bahan penyebab penyakit kulit


a) Menghindari bahan-bahan yang merusak kulit pada kebanyakan orang.
Contohnya sinar matahari yang terik, sebaiknya gunakan payung untuk
melindungi kulit.
b) Mencegah bahan spesifik yang diketahui merusak kulit atau
menimbulkan alergi untuk orang tertentu (mis, bahan-bahan kosmetik).

c) Gunakan krim tabir surya.

8
3. Observasi perubahan kulit:
a. Amati kulit secara keseluruhan dan sering. Gunakan cermin untuk
melihat seluruh tubuh.
b. Catat dan konsultasikan perubahan warna, ukuran, dan keadaan cedera
kulit yang sudah ada.
4. Hindari terapi sendiri:
a. Jangan gunakan resep lama pada cedera kulit baru atau lesi yang lain,
serta jangan gunakan obat yang tidak diketahui secara pasti
kegunaannya.
b. Segera dapatkan nasihat medis atau kunjungi tempat pelayanan
kesehatan bila terjadi gangguan kulit (Long, 1996).

d. Pemeriksaan Diagnostic
Biopsi kulit. Mengambil contoh jaringan dari kulit yang terdapat lesi.
Apabila jaringan yang diambil cukup dalam, kita perlu menggunakan anestesi
local. Digunakan untuk menentukan ada keganasan atau infeksi yang disebabkan
oleh bakteri dan jamur.
Uji kultur dan sensitivitas. Untuk mengetahui adanya virus, bakteri, atau
jamur pada kulit yang diduga mengalami kelainan. Uji ini juga digunakan untuk
mengetahui mikroorganisme tersebut resisten terhadap obat-obatan tertentu.
Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat
yang terdapat pada permukaan lesi. Alat yang digunakan untuk mengambil
eksudat harus steril.
Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus.
Mempersiapkan lingkungan pemeriksaan dengan pencahayaan khusus sesuai
dengan kasus yang dihadapi. Hindari ruangan pemeriksaan yang menggunakan
lampu berwarna-warni karena hal ini akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Pada kasus tertentu, pencahayaan dengan menggunakan sinar matahari (sinar
untraviolet) justru sangat membantu dalam menentukan jenis lesi kulit.
Uji temple. Dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi untuk

9
mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan faktor imunologis, juga
untuk mengidentifikasi respon alerginya. Misalnya, untuk membedakan apakah
klien menderita dermatitis kontak alergi atau dermatitis kontak iritan. Uji ini
menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit. Selanjutnya, kita lihat
bagaimana reaksi local yang ditibulkan. Apabila ditemukan kelainan atau ada
perubahan pada kulit, hasil uji ini positif.

e. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Integumen

A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Tanggal dan waktu pengkajian
b. Biodata: nama, umur (penting mengetahui angka prevelensi), jenis
kelamin, pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak terkait
dengan factor pekerjaan, [misalnya, dermatitis kontak alergi]).
c. Riwayat kesehatan: meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat
penyakit dahulu, status kesehatan keluarga, dan status perkembangan.
Menurut Bursaids (1998), disamping menggali keluhan-keluhan diatas,
anamnesis harus menyelidiki 7 ciri lesi kulit yang membantu anda membuat
diagnosis, yaitu :
1) Lokasi anatomis, tempat lesi pertama kali timbul, jika perlu digambar.
2) Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan.
3) Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemik yang
berkaitan.
4) Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak timbul pertama kali
5) Waktu terjadinya lesi, atau kondisi seperti apa yang menyebabkan lesi.
6) Riwayat pemaparan bahan kimia dan pemakaian obat-obatan
7) Efek terpapar sinar matahari.

10
d. Riwayat pengobatan atau terpapar zat: obat apa saja yang pernah
dikonsumsi atau pernahkah klien terpapar faktor-faktor yang tidak lazim.

e. Terkena zat-zat kimia atau bahan iritan lain, memakai sabun mandi baru,
minyak wangi atau kosmetik yang baru, terpapar sinar matahari.
f. Riwayat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari: bagaimana pola tidur klien,
lingkungan kerja klien untuk mengetahui apakah klien berkontak dengan
bahan-bahan iritan, gaya hidup klien (suka begadang, minum-minuman
keras, olah raga atau rekreasi, pola kebersihan diri klien).
g. Riwayat psikososial: Stress yang berkepanjangan.

2. Pemeriksaan Kulit
a. Peubahan menyeluruh
Kaji ciri kulit secara keseluruhan. Informasi tentang kesehatan
umum klien dapat diperoleh dengan memeriksa turgor, tekstur, dan
warna kulit.
Turgor kulit umumnya mencerminkan status dehidrasi. Pada
klien yang dehidrasi dan lansia, kulit terlihat kering. Pada klien lansia,
turgor kulit mencerminkan hilangnya elastisitas kulit dan keadaan
kekurangan air ekstrasel.
Tekstur kulit pada perubahan menyeluruh perlu dikaji, karena
tekstur kulit dapat berubah-ubah di bawah pengaruh banyak variabel.
Jenis tekstur kulit dapat meliputi kasar, kering atau halus.
Perubahan warna kulit juga dipengaruhi oleh banyak variabel.
Gangguan pada melanin dapat bersifat menyeluruh atau setempat yang
dapat menyebabkan kulit menjadi gelap atau lebih terang dari pada kulit
yang lainnya. Kondisi tanpa pigmentasi terjadi pada kasus albino. Ikterus
adalah warna kulit yang kekuningan yang disebabkan oleh endapan
pigmen empedu didalam kulit, sekunder akibat penyakit hati atau

11
hemolisis sel darah merah. Sianosis adalah perubahan warna kulit
menjadi kebiruan; paling jelas terlihat pada ujung jari dan bibir. Sianosis
ini disebabkan oleh desiturasi hemoglobin.
Pada teknik palpasi, gunakan ujung jari untuk merasakan
permukaan kulit dan kelembapannya. Tekan ringan kulit dengan ujung
jari untuk menentukan keadaan teksturnya.

Secara normal, tekstur kulit halus, lembut dan lentur pada anak
dan orang dewasa. Kulit telapak tangan dan kaki lebih tebal, sedangkan
kulit pada penis paling tipis. Kaji turgor dengan mencubit kulit pada
punggung tangan atau lengan bawah lalu lepaskan. Perhatikan seberapa
mudah kulit kembali seperti semula. Normalnya, kulit segera kembali ke
posisi awal . pada area pitting tekan kuat area tersebut selama 5 detik dan
lepaskan. Catat kedalaman pitting dalam millimeter, edema +1
sebanding dengan kedalaman 2 mm, edema +2 sebanding dengan
kealaman 4 mm.

b. Perubahan setempat
Mula-mula, lakukan pemeriksaan secara sepintas ke seluruh
tubuh. Selanjutnya, anjurkan klien untuk membuka pakaiannya dan
amati seluruh tubuh klien dari atas kebawah, kemudian lakukan
pemeriksaan yang lebih teliti dan evaluasi distribusi, susunan, dan jenis
lesi kulit. Distribusi lesi dan komposisi kulit sangat bervariasi dari satu
bagian tubuh kebagian tubuh lainnya. Lesi yang timbul hanya pada
daerah tertentu menandakan bahwa penyakit tersebut berkaitan dengan
keistimewaan susunan kulit daerah tersebut. Pada daerah kulit yang
lembab permukaan kulit bergesekan dan mengalami maserasi dan mudah
terinfeksi jamur superficial. Kondisi ini banyak kita jumpai pada daerah
aksila, lipat paha, lipat bokong, dan lipatan di bawah kelenjar mamae.

12
Pada daerah kulit yang kaya keratin, seperti siku, lutut, dan kulit
kepala, sering tejadi gangguan keratinisasi. Misalnya psoriasis, yaitu
kelainan kulit pada bagian epidermis yang berbentuk plak bersisik.
Mengenai susunan lesi, tanyakan bagaiman pola lesinya. Lesi
kulit dengan distribusi sepanjang dermatom menunjukan adanya
penyakit herpes zoster. Disini, lesi vesikuler timbul tepat pada daerah
distribusi saraf yang terinfeksi. Linearitas merupakan lesi yang terbentuk
garis sepanjang sumbu panjang suatu anggota tubuh yang mungkin
mempunyai arti tertentu. Garukan pasien merupakan penyebab tersering
lesi linear. Erupsi karena poison iny, seperti dermatitis kontak, berbentuk
linear karena iritannya disebabkan oleh garukan yang bergerak naik-
turun. Peradangan pembuluh

darah atau pembuluh limfe dapat menyebabkan lesi linear berwarna


merah. Sedangkan parasit scabies dapat membuat liang-liang pendek
pada lapisan epidermis, terutama pada kulit di antara jari-jari tangan,
kaki, atau daerah lain yang memiliki lapisan epidermis tipis dan lembap
sehingga akan membentuk lesi linear yang khas berupa garis kebiru-
biruan.
Lesi satelit adalah suatu lesi sentral yang sangat besar yang
dikelilingi oleh dua atau lebih lesi serupa tetapi lebih kecil yang
menunjukan asal lesi dan penyebarannya, seperti yang dijumpai pada
melanoma malignum atau infeksi jamur. Tapi lesi merupakan cirri
penting yang berguna dalam menegakkan diagnosis. Lesi berbatas tegas
adalah lesi yang mempunyai batas yang jelas, sedangkan lesi terbatas
tidak tegas adalah lesi kulit yang menyatu tanpa batas tegas dengan kulit
yang normal.

c. Ruam kulit

13
Untuk mempelajari ilmu penyakit kulit, mutlak diperlukan
pengetahuan tentang ruam kulit atau ilmu yang mempelajari lesi kulit.
Ruam kulit dapat berubah pada waktu berlangsungnya penyakit.
Kadang-kadang perubahan ini dapat dipengaruhi oleh keadaan dari luar,
misalnya trauma garkan dan pengobatan yang diberikan., sehingga
perubahan tersebut tidak biasa lagi. Perawat perlu menguasai
pengetahuan tentang ruam primer atau ruam sekunder untuk digunakan
sebagai dasar dalam melaksanakan pengkajian serta membuat diagnosis
penyakit kulit secara klinis.
Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, berbentuk
macula, papula, plak, nodula, vesikula, bula, pustule, irtika, dan tumor.
Ruam sekunder adalah kelainan berbentuk skuama, krusta, fisura,
erosion, ekskoriasio, ulkus, dan parut.

d. Data objektif yang mungkin ditemukan


1. Terjadi perubahan warna kulit, turgor, elastisitas, kelembapan,
kebersihan, dan bau.

2. Terdapat lesi primer misalnya macula, papula, vesikula, pustule,


bula, nodula, atau urtikaria.
3. Terdapat lesi sekunder, misalnya krusta, skuama/sisik, fisura, erosi,
atau lkus.
4. Ditemukannya tanda-tanda radang (rubor/kemerahan, dolor/nyeri,
kalor/panas, tumor/benjolan dan fungsieolesa/perubahan bentuk).
5. Dari pemeriksaan penunjang (kultur kulit, biopsy, uji alergi atau
pemeriksaan darah) didapatkan kelainan.
Keluhan :

14
 Mengeluh kulit gatal, nyeri, kemerahan, berminyak, kering, kasar,
tidak rata, terkelupas, lepuh, panas, dingin, perubahan warna kulit
dan timbul borok.
 Adanya riwayat alergi, kontak dengan bahan-bahan tertentu
(kosmetik, sabun, obat, tanaman, bahan kimia)
 Riwayat keluarga atau tetangga dengan penyakit kulit.
 Adanya perubahan pola kebiasaan sehari-hari.
 Ditemukan data psikologis yang berkaitan dengan masalah kulit
(rasa malu, dikucilkan orang lain, harga diri rendah, takut tidak
sembuh, dan cemas

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan masalh
integument adalah :
1. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan jaringan,
gangguan kekebalan tubuh, atau infeksi.
2. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan proses peradangan,
terbukanya ujung-ujung saraf kulit, atau tidak adekuatnya pengetahuan
tentang pelaksanaan nyeri.
3. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan anatomi kulit
atau bentuk tubuh.
4. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan penyakit yang tidak teratasi
dengan mudah.

5. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan kulit,


atau potensial keganasan.
6. Resiko infeksi yang berhubungan dengan tidak adanya perlindungan kulit.

15
7. Defesiensi pengetahuan tentang factor penyebab timbulnya lesi, cara
pengobatan, dan perawatan diri
8. Gangguan istirahat tidur yang berhubungan dengan rasa gatal atau nyeri
pada kulit.
9. Isolasi sosial yang berhubungan dengan penolakan dari oranglain karena
perubahan bentuk kulit.

C. Perencanaan Keperawatan

NAMA PASIEN :
NO. MR :

Perencanaan
Diagnosa
No
Keperawatan
Tujuan ( NOC )

1. Kerusakan
integritas kulitSetelah dilakukan tindakan Pressure Management
berhubungan
dendan cederakeperawatan 2 x 24 jam, maka di 1. Anjurkan pasien untuk
kiniawi kulit (lukadapatkan dengan KriteriaHasil :
bakar) menggunakan pakaian yang
1. Integritas kulit yang baik longgar
bisa dipertahankan (sensasi, 2. Hindari kerutan pada tempat
elastisitas, temperatur, tidur
hidrasi, pigmentasi) 3. Jaga kebersihan kulit agar
2. Tidak ada luka/lesi pada tetap bersih dan kering
kulit 4. Mobilisasipasien
3. Perfusi jaringan baik (ubahposisipasien) setiap dua
4. Menunjukkan pemahaman jam sekali
dalam proses perbaikan kulit 5. Monitor kulit akan adanya
dan mencegah terjadinya kemerahan
cedera berulang 6. Oleskan lotion atau
5. Mampu melindungi kulit dan minyak/baby oil pada daerah
mempertahankan yang tertekan
kelembaban kulit dan 7. Monitor aktivitas dan
perawatan alami mobilisasi pasien

16
8. Monitor status nutrisi pasien
9. Memandikan pasien dengan
sabundan air hangat

Insision site care

1. Membersihkan, memantau
dan meningkatkan proses
penyembuhan pada luka yang
ditutup dengan jahitan, klip
atau strapless
2. Monitor proses kesembuhan
area insisi
3. Monitor tanda dan gejala
infeksi pada area insisi
4. Bersihkan area sekitar jahitan
atau staples, menggunakan
lidi kapas steril
5. Gunakan preparat antiseptic,
sesuai program

Nyeri akut
berhubungan agen
cidera
fisik(nanda,hal
469)

Managemen nyeri

 Melakukan pengkajian
 Kontrol nyeri komprehensif yang meliputi
 Mengenali kapan nyeri lokasi, karakteristik,
terjadi onset/durasi, frekuensi,
 Menggambarkan faktor kulaitas, intensitas atau beratnya
penyebab nyeri dan faktor pencetus
 Menggunakan tindakan  Menggunakan strategi
komunikasi terapeutik untuk

17
pengurangan (nyeri) tanpa mengetahui pengalaman nyeri
analgesik dan sampaikan penerimaan
 Menggunakan analgesik pasien terhadap nyeri
yang direkomendasikan  Menggali pengetahuan dan
 Mengenali apa yang terkait kepercayaan pasien mengenai
dengan gejala nyeri nyeri
 Melaporkan nyeri yang  Memberikan informasi
terkontrol mengenai nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama
 Tingkat nyeri nyeri akan dirasakan, dan

 Nyeri yang dilaporkan antisipasi dari ketidaknyamanan


akibat prosedur
 Panjangnya episode nyeri
 Mengajarkan prinsip-prinsip
 Ekspresi nyeri wajah
manajemen nyeri (Seperti:
 Mengerinyit
Teknik Relaksasi Nafas Dalam,
 Fokus menyempit
Distraksi/mengalihkan
perhatian, dan imajinasi
terbimbing)
 Menganjurkan pasien untuk
memonitor nyeri dan menangani
nyerinya dengan tepat
 Menganjurkan pasien untuk
menggunakan obat-obatan
penurun nyeri yang adekuat
sesuai resep dokter
 Menggunakan tindakan
pengontrol nyeri sebelum nyeri
sebelum nyeri bertambah berat.

1) Pengalihan
 Menyarankan teknik
pengalihan yang sesuai
dengan tingkat energi,

18
kemampuan, kesesuaian usia,
tingkat perkembangan, ,dan
Risiko infeksi keefektifan penggunaannya
(nanda ,405)  Menyarankan pasien untuk
berlatih teknik
distraksi/pengalihan sebelum
waktu yang dibutuhkan

Kontrol Infeksi (nic 134)


 Bersihkan ligkungan yang
baik setelah digunakan pasien
 Ganti peralatan er pasien
 Isolasikan yang terkena
penyakit menular
 Batasi jumlah pengunjung
 Anjurkan pasen meminum
antibiotic

Keparahan infeksi (noc.145)


 Lihat kemerahan tidak ada
 Cairan / luka yang berbau
busuk
 Demam tidak ada
 Hipotermia tidak ada
 Gejala grjala gastro intestinal
tidak ada
 Nyeri tidak ada
 Peningkatan jumlah sel
darah putih sedang

19
f. SISTEM IMUN DAN GANGGUAN IMUN

A. Pengertian Sistem Imun


Sistem Imun dan Gangguan Imun Merupakan semua mekanisme yang
digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan
terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan
hidup yang berguna untuk :
a. Pertahanan
b. Homeostasi
c. Pengawasan

Dalam pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, timbul respon imun.

Ada 2 macam RI, yaitu :

1) RI Spesifik : deskriminasi self dan non self, memori, spesifisitas.


2) RI non Spesifik : efektif untuk semua mikroorganisme
Sel-sel yang berperan dalam sistem imun / respon imun :
 Sel B
 Sel T
 Makrofag
 Sel dentritik dan Langerhans
 Sel NK
 Sebagai mediator : sitokin
 Limfosit B

20
 terdapat pada darah perifer (10 20%), sumsum tulang, jaringan limfoid
perifer, lien, tonsil.
Adanya rangsangan, sel B, berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma,
yang mampu membentuk Ig : G, M, A, D, E.
1) Limfosit T
Terdapat pada darah perifer (60 70 %), parakortek kel limfe, periarterioler
lien. Punya reseptor : T cell receptor (TCR), untuk mengikat Ag spesifik.
Mengekspresikan mol CD4, CD8
2) Sel natural killer

sell null (non B non T) ok TCR (-), dan tak menghasilkan AB. 10 20 %
limfosit perifer mampu membuat lisis sel tumor. Mengekspresikan CD16,
CD56 pada permukaan bentuk > besar dibanding sel B dan T, mempunyai
granula azurofilik dalam sitoplasma : large granula limphocyt.
3) Sel dentritik dan langerhans.
 Sel dentritik : pada jar limfoid.
 Sel langerhans : pada epidermis.
Termasuk sel APC (antigen presenting cell) / sel penyaji.
4) Sitokin
Merupakan messenger molecule dalam sistem imun. Regulasi RI perlu
interaksi antara limfosit, monosit, sel radang, sel endotel perlu mediator
agar terjadi kontak antar sel. Co : IL 1 17, IFN ? g, TNF, TGF.
a) Kategori Sitokin :
 Mediator imunitas humoral, yang berfungsi sebagai pelindung
terhadap inf. Virus (interveron), memicu RI non spesifik terhadap
radang (IL -1, TNF ?, IL
 Berhubungan dengan regulasi pertumbuhan, aktivasi dan deferensiasi
limfosit (IL -2, IL -4, TGF B)

21
b) Mengaktifkan sel radang (IFN g, TNF ?, IL -5, faktor penghambat
migrasi)
c) Merangsang hemopoisis (CSF, GM-CSF, IL -3, IL -7)

B. Respon Imun
Respon imun berawal sewaktu sel B atau T berikatan, seperti kuci dengan anak
gemboknya, dengan suatu protein yang diidentifikasi oleh sel T atau B sebagai
benda asing. Selama perkembangan masa janin di hasilkan ratusan ribu sel B
dan sel T yang memilki potensi yang berikatan dengan protein spesifik. Protein
yang dapat berikatan dengan sel T dan B mencakup protein yang terdapat di
membran sel bakteri, mikoplasma, selubung virus, atau serbuk bunga, debu, atau
makanan tertentu. Setiap sel dari seseotang memilki proitein-protein permukaan
yang dikenali berbagai benda asing oleh sel T atau B milik orang lain. Protein
yang dapat berikatan dengan sel; atau B di sebut deengan antigen, apabila suatu
antigen

menyebabkan sel T atau B menjadi aktif bermultiplikasi dan berdeferensiaasi


lebih lanjut, maka antigen tersebut dapat bersifat imunogenik. Antigen banyak
benda asing jika dimasukkan ke dalam tubuh hospes berkali-kali, respon yang
ditimbulkan selalu sama. Namun, ada benda asing tertentu yang mampu
menimbulkan perubahan pada hospes sedemikian rupa sehingga reaksi
selanjutnya berbeda daripada reaksi sewaktu pertama kali masuknya benda asing
tersebut. Respon yang berubah semacam itu dipihak hospes disebut sebgai
respon imunologis dan benda-benda asing yang menyebabkan reaksi tersebut
dinamakan antigen atau imunogen. Tujuan utama respon imun adalah
menetralkan , menghancurkan atau mengeluarkan benda asing tersebut lebih
cepat dari biasanya.

22
C. Sifat Khas Respon Imun

1. Tujuan respon imun


Untuk melenyapkan benda yang bersifat antigenik dengan cepat, hal ini
dilakukan oleh tubuh melalui dua macam cara:
a. Respon imun humoral, dipengaruhi oleh imunoglobulin, gammaglobulin
dalam darah, yang disintesis oleh hospes sebagai respon terhadap
masuknya benda antigenik.
b. Reaksi imunologis kedua, respon imun selular, dilakukan secara
langsung oleh limfasit yang berproliferasi akibat amsuknya antigen
tersebut. Sel-sel ini bereaksi secara spesifik antigen (tanpa intervensi dari
imunoglobulin).

D. Jaringan Imunoreaktif
Bagian respon imun yang mengakibatkan pembentukan antibody imunoglobulin
atau proliferasi sel-sel reakstif antigen kadang-kadang disebut sebagai fase
aferen atau fase induksi dari respon imun. Limfosit dan makrofag adalah sel-sel
yang terutama bertanggung jawab atas bagian respon ini. Lebih khusus, apa
yang dinamakan jaringan limfosit tubular yang terlihat. Sekali antibodi sudah
disintesis atas sel-sel reaktifan/antigen sudah berproliferasi, maka mereka akan
tersebar secara luas sembarang tempatdapat terjadi reaksi imunologis yang
efisien.

E. Imunodefesiensi
Respon imun berkurang / tidak mampu melawan infeksi secara adekuat. Ada 2
bentuk:
1) Primer
a. Herediter
b. gejala : 6 bulan 2 tahun

23
2) Sekunder
perubahan Fs. Imunologik : inf, malnutrisi, penuaan, imunosupresi,
kemoterapi dll.

F. Imunopatologi
Rx hipersensitivitas : respon imun berlebihan.
Imunodefisiensi : respon imun berkurang
Autoimun : hilangnya toleransi diri : rx sistem imun terhadap jaringan sendiri

BAB III

24
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem integumen adalah suatu sistem organ yang membedakan,
memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan
sekitarnya. Komponen dari sistem ini merupakan bagian sistem organ yang
terbesar yakni :
1. kulit merupakan lapisan terluar pada tubuh manusia. Terdiri dari dua bagian
yaitu kulit tipis dan kulit tebal.
2. Rambut merupakan organ seperti benang yang tumbuh di kulit hewan,
terutama mamalia.
3. Bulu merupakan struktur keratin yang karakteristiknya terdapat pada bangsa
aves dianggap sebagai modifikasi dari sisik.
4. Kuku, adalah bagian tubuh binatang yang terdapat atau tumbuh di ujung jari.
5. Kelenjar keringat, berupa saluran melingkar dan bemuara pada kulit ari dan
berbentuk pori-pori halus.

Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem


mekanismepadaorganismeyang melindungi tubuh terhadap pengaruhbiologis
luar dengan mengidentifikasi dan membunuhpatogen serta seltumor.sistem imun
terbagi dua berdasarkan perolehannya atau asalnya,yaitu :

1. Sistem imun Non Spesifik (Sistem imun alami)


2. Sistem imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)

B. Saran
Makalah ini hanya mencakup materi-materi umum Sistem Integumen
dan sistem imun sehingga masih diperlukan referensi-referensi lain dalam
menyusun makalah maupun pembuatan tugas.

25
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, S. C., Bare, B. G. 2001 Buku Ajar Keperawatan medikal-bedah Brunner &
suddarth-Ed. 8. Vol 3. Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan-Ed. 2.


Jakarta: Salemba Medika

Taylor, C. M., Ralph, S. S. Diagnosis Keperawatan: Dengan Rencana Asuhan-Ed. 10.


Jakarta: EGC

26

Anda mungkin juga menyukai