Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGUAN PADA

SISTEM INTEGUMENT (KULIT KERING PADA LANSIA)

Oleh;

Kelompok II

1.ASTUTI DJAFAR

2.DILA PUSPITA

3.ANANG SASTIANA

4.JEIREN CHRISTIANA

5.NINING

6.WAODE SANTI ASRIANTI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KARYA KESEHATAN KENDARI
PRODI S1 KEPERAWATAN
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses penuaan menyebabkan penurunan fungsi organ, termasuk kulit,
dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada usia lanjut. Pruritus
adalah keluhan yang sering ditemukan pada usia lanjut. Pada suatu studi
terhadap 4099 pasien geriatri di Turki, pruritus termasuk dalam lima penyakit
kulit terbanyak dan sering dihubungkan dengan kulit kering.Di Divisi Geriatri
Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Jakarta tahun 2008- 2013, xerosis cutis dan pruritus termasuk dalam sepuluh
penyakit terbanyak.(Bianti, 2016)
Insidens dan keparahan kulit kering meningkat dengan bertambahnya
usia. Predileksi tersering adalah di ekstremitas, tetapi juga dapat ditemukan di
batang tubuh dan wajah. Gambaran klinisnya adalah kulit tampak kasar
dengan tekstur kulit lebih jelas serta tampak bersisik, disertai keluhan gatal.
Jika memberat, dapat pula tampak kemerahan dan terjadi fisura. Sebagai
respons terhadap gatal, pasien melakukan garukan yang dapat menyebabkan
komplikasi berupa infeksi sekunder, ulserasi, dan luka kronik. Pruritus kronik
juga menyebabkan gangguan tidur yang dapat menyebabkan depresi dan
penurunan kualitas hidup. Skin Aging dan Kulit Kering pada

Masalah

1. mahasiswa menegetahui terjadinya penyakit lansia dengan gangguan sistem


integumen pada kulit kering
2. mahasiswa mampu merumuskan asuhan keperawatan tentang penyakit lansia
dengan gangguan sistem integummen pada kulit kering
B. Cara mengatasi
Pelembap adalah bahan topikal yang mengandung beberapa komponen dan
berfungsi mencegah atau memperbaiki kulit kering. Beberapa sediaan
pelembap berdasarkan kandungan airnya, antara lain losion, krim, salep, dan
pasta. Selain merehidrasi korneosit di stratum korneum, pelembap memiliki
fungsi mengembalikan struktur dan fungsi sawar kulit
C. Peran perawat
Perawat sebagai tenaga kesehatan dituntut untuk memiliki pengatahuan dan
keterampilan diberbagai bidang peran perawat berdasarkan fungsinya
mencakup sebagai pemberi perawatan ,pembuat keputusan klinis dan
penyuluhan atau edukator (Potte,2005) yaitu :
 Pemberi perawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan perawat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatanya melalui proses penyembuhan
dalam mengatasi masalah intregitas kulit pada kaki perawat harus
mampu memberikan intervensi yang sesuai dengan masalah yang
dialami lansia seperti melakukan perawatan kaki
 Pembuat keputusan klinis
Untuk memberikan perawatan yang efektif perawat juga mengunakan
keahlianya berpikir kritis melalui proses keperawatan perawat harus
mampu melakukan pengkajiaan terhadap masalah yang dihadapi lansia
dengan kritis sehingga prioritas masalah pada lansia dapat dilakukan
dengan intervensi yang tepat
 Penyuluh
Sebagai edukator perawat bertanggung jawab untuk memberikan
edukasi kepada lansia untuk mengurangi faktor penyebab terjadinya
masalah gangguan intergitas kulit perawat harus mampu memberikan
edukasi tentang pola hidup yang berkaitan dengan masalah intergitas
kulit seperti memotivasi lansia
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Proses penuaan kulit merupakan proses yang tidak dapat dihindari,
tetapi perawatan kulit yang tepat sejak dini disertai dengan gaya hidup yang
sehat akan memperlambat timbulnya penuaan kulit. Gaya hidup sehat dicapai
dengan menghindari faktor-faktor yang berperan dalam penuaan kulit, seperti
konsumsi alkohol dan merokok, ataupun pajanan sinar ultraviolet yang
berlebihan. Eliminasi faktor pencetus diharapkan dapat meningkatkan kualitas
hidup individu, menuju individu usia lanjut yang ‘sukses’, yaitu selain
mempunyai kesehatan fisik yang baik, juga mempunyai kesehatan mental dan
fungsi psikososial yang baik, serta menjalani kehidupan yang bahagia, sehat
dan aktif. Perawatan kulit sejak dini diperlukan untuk memperlambat proses
penuaan kulit menuju individu usia lanjut yang ‘sukses’, yaitu selain
mempunyai kesehatan fisik yang baik, juga mempunyai kesehatan mental dan
fungsi psikososial yang baik, menjalani kehidupan yang bahagia, sehat, dan
aktif.(Damayanti, 2017)
Kulit manusia adalah indikator penuaan yang paling mudah
diamati.Pada kulit usia lanjut terjadi penipisan epidermis, penurunan suplai
darah, cairan, dan nutrisi ke kulit, melambatnya penyembuhan luka dan
respons imun, terganggunya termoregulasi dan berkurangnya jumlah kelenjar
minyak dan keringat.Di tingkat seluler, terjadi penurunan produksi lipid dan
natural moisturizing factor di stratum korneum. Selain perubahan tersebut,
pada usia lanjut sering terdapat penyakit- penyakit komorbid yang
mempengaruhi fungsi kulit(Bianti, 2016)
Skin Aging dan Kulit Kering pada Usia Lanjut Kulit berperan sebagai
sawar antara lingkungan internal dan eksternal. Fungsi lain kulit antara lain
menjaga homeostasis, menjaga keseimbangan air, elektrolit, danprotein,
pengaturan panas tubuh, persepsi sensorik, serta perlindungan imunologi.
(Bianti, 2016)
B. ETIOLOGI
1) Faktor internal lain adalah penyakit komorbidsfingolipid, sterol bebas, dan
fosfolipid,seperti diabetes melitus, gagal ginjal kronik,Lipid ini penting untuk
memerangkap airpenyakit hati kronik, hipotiroidisme, keganasan,dan
mencegah kehilangan air berlebih.dan infeksi human immun odeficiency
virusPada usia lanjut, lipid interseluler berkurang,(HIV). Riwayat konsumsi
obat juga perlu mengakibatkan fungsi sawar terganggu diperhatikan; obat-
obatan seperti agen sehingga meningkatkan kerentanan usia antihipertensi,
diuretik, obat hiperkolesterol,lanjut terhadap bahan-bahan seperti pelarut
antiandrogen, antiepilepsi, bleomisin, dandan deterjen simetidin dapat
berkontribusi pada kulit kering.(Bianti, 2016)
2) Selain radiasi ultraviolet, salah satu faktor eksternal yang berperan pada
proses penuaan adalah rokok, terutama pada wanita, dimana terdapat
hubungan antara jumlah pak rokok dengan keparahan kerut dan perubahan
pigmentasi. Perokok tampak lebih tua dibandingkan non-perokok, terutama
pada area wajah. Penebalan dan fragmentasi serabut elastik ditemukan pada
pemeriksaan histopatologi, seperti yang terjadi pada penuaan kulit akibat
radiasi ultraviolet. Bahkan, perubahan serabut elastik pada kulit perokok tidak
hanya terjadi pada papila dermis, tetapi hingga retikular dermis. Rokok juga
dapat menyebabkan penurunaan hidrasi stratum korneum, percepatan
hidroksilasi estradiol sehingga estrogen pada kulit menurun dan menyebabkan
kulit kering dan atrofi. Dasar molekular rokok sebagai salah satu faktor pada
proses penuaan masih belum jelas, tetapi secara penelitian in vitro didapatkan
bahwa rokok akan menginduksi MMP-1 dan MMP-3 pada mRNA di
fibroblast kulit. Walaupun demikian, rokok tidak mempunyai efek pada tissue
inhibitor of metalloproteinase-1 (TIMP-1) dan TIMP-3 pada mRNA Selain
faktor internal, faktor lingkungan danakumulasi korneosit, berkurangnya
kadargaya hidup juga mempengaruhi kerusakannatural moisturizing factor
(NMF) yang cukupkulit; antara lain paparan sinar matahari,signifikan,6serta
terganggunya prosespenggunaan air conditioner, perubahandeskuamasi akibat
melambatnya turnovermusim, kebiasaan mandi atau berendamsel. NMF
terbentuk dari asam amino, turunanair hangat, penggunaan sabun yang
iritatif,asam amino, dan berbagai garam yang dan asupan makanan dan
minuman yang memungkinkan stratum korneum mengikat kurang.
(Damayanti, 2017)
C. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem
yangdisebut sebagai sistem integumen. Integumen berasal dari bahasa yunani
yaituintegumentumyang artinya penutup. Sistem integumen adalah sistem
organ yangmembedakan, memisahkan, melindungi dan menginformasikan
makhluk hidupterhadap lingkungan sekitarnya. Sistem integumen adalah
sistem yang paling luasdalam organ tubuh manusia, yang terdiri atas kulit dan
aksesorisnya, termasukkuku, rambut, kelenjar (kelenjar keringat, sebaseous,
dan kelenjar susu), danreseptor syaraf khusus untuk stimuli perubahan internal
atau lingkunganeksternal). Sistem integumen mampu memperbaiki sendiri
apabila terjadikerusakan yang tidak terlalu parah (self-repairing) &
mekanisme pertahanan tubuhpertama (pembatas antara lingkungan luar tubuh
dengan dalam tubuh).Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian
luar yangmenutupi dan melindungi permukaan tubuh. Kulit merupakan organ
tubuh yangpaling luas yang berkontribusi terhadap total berat tubuh sebanyak
7 %.Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah
terjadinyakehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-
agen yang adadi lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet.
Kulit juga akanmenahan bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti
gesekan (friction),getaran (vibration) dan mendeteksi perubahan-perubahan
fisik di lingkungan luar,sehingga memungkinkan seseorang untuk
menghindari stimuli-stimuli yang tidaknyaman. Kulit membangun sebuah
barier yang memisahkan organ-organ internal
D. PATOFISIOLOGI
Penuaan kulit merupakan proses alami yang terjadi pada semua orang.
Penuaan kulit akan menyebabkan penurunan produksi sebum dan penurunan
fungsi stratum korneum yang akan membuat xerosis (kulit kering). Lebih dari
50% lansia menderita xerosis yang merupakan faktor pencetus terjadinya
pruritus dan menjadi masalah kulit yang sering dialami lansia. Pruritus yang
terjadi lama dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, seperti
mengganggu tidur yang selanjutnya berdampak pada kesehatan dan bisa
menjadi depresi. Pada penelitian sebelumnya tahun 2003, didapatkan 27%
dari 7500 responden yang mengikuti penelitian, mengalami gangguan kualitas
hidup akibat pruritus. Pada penelitian yang dilakukan Stander, dkk.
didapatkan 11,5-41% lansia yang menjadi responden penelitian tersebut
mengalami pruritus. Pruritus adalah rasa gatal pada kulit sehingga timbul rasa
ingin menggaruk daerah tersebut. Pruritus terjadi karena gangguan hidrasi
kulit. Hidrasi kulit adalah jumlah air pada kulit kita dan dipengaruhi oleh
stratum korneum, Natural Moisturizing Factor (NMF), aquaporin, kelenjar
sebasea dan kelenjar sudorifera. Pada keadaan normal, stratum korneum
mengandung 5-20% air(Bianti, 2016)
E. PATHWAY

1) Penyakit kulit : kulit dan apendicesnya merupakan struktur kompleks

Yang membentuk jaringan tubuh yang kuat dan keras

2) Eksim susu : inflamasi gatal pada kulit gejala dapat meliputi


*Gatal * kulit kering *Ruam

3) kulit melepuh : Ruam kulit yang di picu oleh reaksi terhadap

Makanan, obat -obatan atau iritasi lainnya gejala dapat meliputi

*Gatal *kulit melepuh *pembengkakan kulit

4) Eksem : istilah umum yang dapat menggambarkan peradangan

Pada kulit.

5) Alergi : kondisi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi secara

Tidak normal terhadap zat asing

F. MANIFESTASI KLINIK
1) Manifestasi klinis pada penuaan intrinsik berupa kulit menipis, kerut halus,
warna kulit menjadi lebih transparan, kadang dapat timbul teleangiektasis,
ekimosis, seboroik/keratosis, lentigo, milia, kulit yang kendor, kulit kering,
kulit yang rapuh, dan dapat timbul beberapa lesi premalignan atau malignan.
2) Penuaan ekstrinsik (photoaging) menimbulkan gejala klinis berupa kulit
yang menebal dan nodular, kerut dalam dan kasar, kulit menjadi kasar, banyak
didapatkan teleangiektasis, ekimosis, seboroik/keratosis, lentigo, komedo,
kulit kering (xerosis) disertai dengan skuama, lesi pigmentasi yang tidak
merata, atrofi, serta peningkatan jumlah lesi premalignan atau malignan.
Selain itu pada photoaging juga dapat terjadi elastosis (gambaran kulit yang
kasar berwarna kekuningan) serta aktinik purpura (rapuhnya dinding
pembuluh darah dermis sehingga kulit mudah memar bila terkena trauma)
(Damayanti, 2017)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
ada pemeriksaan penunjang spesifik yang digunakan untuk mendiagnosa DA,
diagnosis biasanya cukup melalui anamnesis riwayat penyakit penderita dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan serum level IgE dapat membantu menegakkan
diagnosis, dimana biasanya kadar IgE perifer akan meningkat pada pasien
DA. Apabila diperlukan, dapat dilakukan biopsi kulit yang akan menunjukkan
gambaran dermatitis spongiotik akut, subakut, atau kronis, namun tidak ada
temuan yang spesifik DA. Selain itu, dapat dilakukan tes alergi seperti skin
prick test untuk mengidentifikasi alergen pencetus keluhan.

Pada DA dengan infeksi sekunder, tindakan swab pada kulit yang terinfeksi
dapat dilakukan untuk mengisolasi organisme spesifik dan menguji
sensitivitas antibiotik. Pada DA dengan superinfeksi, tindakan swab untuk
PCR (polymerase chain reaction) virus dapat mengindentifikasi superinfeksi
akibat virus herpes simpleks dan mengidentifikasi diagnosis eczema
herpeticum. Selain itu, dapat pula dilakukan pemeriksaan sel darah
H. .PENATALAKSANAAN
1) Penanganan utama untuk melindungi kulit dan mencegah kerusakan kulit
adalah dengan penggunaan skin cleanser (pembersih kulit) dan cara
mengeringkan kulit yang tepat, serta penggunaan pelembap. Perawatan kulit
yang standar terdiri dari mencuci kulit dengan air dan sabun serta
mengeringkan segera dengan kain flanel atau handuk dengan menepuk untuk
mencegah maserasi.
2) Sabun yang mempunyai pH basa, berperan sebagai surfaktan. Selain itu,
seringkali ditambahkan surfaktan sintetis pada sabun, misalnya sodium lauryl
sulphate (SLS), yang merupakan bahan iritan pada kulit. Sabun akan
menyebabkan hilangnya natural oil sehingga menimbulkan kulit kering,
apalagi bila digunakan bersama dengan air hangat/air panas. Penggunaan
sabun yang bersifat basa akan menyebabkan pH kulit semakin basa dan
mempengaruhi lapisan pelindung asam pada kulit, sehingga akan terjadi
perubahan keseimbangan flora normal di kulit. Hal itu akan menyebabkan
peningkatan risiko kolonisasi mikroorganisme di kulit yang pada akhirnya
akan menuruneminimalisasi kerusakan sawar kulit dan mempertahankan pH
kulit.(Damayanti, 2017)

3) Barrier cream/ointment/films digunakan untuk melindungi kulit dari


kerusakan akibat pajanan air dan iritan (misalnya inkontinensia urine/faecal).
Seringkali barrier cream disamakan dengan pelembap, padahal keduanya
mempunyai fungsi yang berbeda. Barrier cream terdiri dari lipid/water
emulsion base dengan penambahan metal oksida (zink atau titanium), yang
akan membuat lapisan tipis pada kulit untuk melindungi kulit dari bahan
iritan. Beberapa diantaranya juga mengandung antiseptik, seperti
demeticone,cetrimide, atau benzalkonium. Didapatkan pula barrier cream
yang membuat lapisan pelindung polimer berbahan dasar silikon pada kulit,
yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan barrier cream yang lain,
yaitu mempunyai efek proteksi yang lebih tinggi terhadap inkontinensia
Bianti, M. (2016) ‘Kulit Kering pada Usia Lanjut’, Continuing Medical
Education-245, 43(10), pp. 737–740.

Damayanti (2017) ‘Penuaan Kulit dan Perawatan Kulit Dasar pada Usia
Lanjut ( Skin Aging and Basic Skin Care in Elderly ) Damayanti’, pp. 73–80.

berulang, walaupun harganya lebih mahal.(Damayanti, 2017)


BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Pengkajian yang dapat dilakukan mengenai masalah gangguan intergitas kulit


meliputi ( Miller,2012)

a) Identifikasih pasien
Identifikasih pasien yang perlu ada saat pengkajiaan mencakup
nama/insial,umur,jenis kelamin,agama,status pernikahan,
pekerjaan,pendidikan,
b) Riwayat kesehatan saat ini
Termasuk riwayat trauma alergi kulit,dan setiap keluhan yang dirasakan saat
ini seperti gatal,luka,ulkus,ruam dan lecet
c) Aktivitas sehari-hari
Dalam mengkaji aktivitas sehari-hari hal yang perlu untuk ditanyakan kepada
lansia mencakup :
Berapa banyak dan kapan waktu yang anda habiskandibawah sinar matahari?
Bagaimana anda mengelolah mandi anda?
Seberapa sering anda mandi?
Apakah anda mengunakan sabun setiap kali anda mandi?
Apa jenis sabun yang anda gunakan ?
Apakah anda mengunakan segala jenis lotion kulit,krim,atau salep?
Apakah anda menndapatkan atau memerlukan bantuan dengan perawataan
kuku?
d) Pemeriksaan fisik
Dalam melakukan pemeriksaan fisik hal yang harus diperhatikaan mencakup
keadaan dan kebersihan kuku,kondisi kulit,warna kelembapan,dan turgor kulit
dapat dilakukan dengan cara inspeksi.ukuran,kedalaman, warna,bau dan
kekentalan drainase lesi pada kulit harus dievaluasi.biasanya warna kulit
diseluruh bagian tubuh sama. Hidrasi dicerminkan dalam turgor kulit dan
kelembapan membran mukosa.
Tekstur kulit harus diaji melalui palpasi. Kulit mungkin terasa kasar dan
kering terutama pada bagian telapak kaki dan telapak tangan selain itu juga
dilakukan pemeriksaan MMSE yang bertujuan untuk melihat apakah ada
perubahan kongnitif pada lansia

e) Diangnosis
Diagnosis yang nucul dengan masalah kulit pada lansia yaitu resiko kerusakan
intergitas kulit,kerusakan jaringan,resiko infeksi yaitu rentan mengalami
kerusakan epidermis atau dermis yang dapat menganggu kesehatan faktor
resiko terjadinya resiko kerusakan intergitas kulit dibagi menjadi faktor
eksternal dan faktor internal faktor eksternal yaitu, cedera kimiawi,faktor
mekanik,hepertermia,kelembapan,terapi radiasi dan usia ekstram sementra
faktor internalyaitu gangguan metabolisme,gangguan sensasi,gangguan
sirkulasi,gangguan turgor kulit dan nutrisi tidak adekuat
f) Rencana asuhan keperawatan
Rencana intervensi yang dapat dilakukan terkait kerusakan intergitas kulit
yaitu:
Mandi,perawatan kaki,manajemen medikasi,manajemen pruritus dan
manajemen nutrisi untuk intervensi mandi kegiatan yng dapat dilakukan
seperti menyediakan peralataan mandi,kaji suhu yang sesuai untuk mandi,kaji
kebersihan perineal,berikan pelembap pada kulit, monitor keadan kulit pada
saat andidan monitor kemampuan pasien saat mandi.
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A.Kasus

Identifikasi pasien

a. Nama pasien :kakek y

b. Tempat tgl lahir :jakarta 11 juni 1940

c. Jenis kelamin :laki-laki

d. Agama : islam

e. Pendidikan : SD

f. Pekerjaan : wiraswasta

g. Status perkawinaan : menikah

h. Suku / Bangsa : sunda

i. Alamat : Jln pramuka,jakarta barat

j. Diagnosa medis :

k. No. RM:

l. Tanggal masuk :26 oktober 2015

Penanggung jawab/ keluarga


a. Nama : Ny c

b. Umur :65 tahun

c. Pendidikan :SD

d. Pekerjaan :IRT

e. Alamat : Jln.pramuka,jakarta barat

f. Hubungan dengan pasien :istri

g. Status perkawinan :kawin

.Pemerriksaan fisik :

a. Keadan umum : baik


b. Kesadaran : compous mentis
c. Suhu : 36
d. Nadi : 69x/menit
e. Tekanan darah :112/64 mmhg
f. Pernafasan : 20x/menit
g. Tinggi badan : 163 cm
h. Berat badan : 43 kg
i. Kepala :
 Rambut : tampak bersih, tidak ada kutu,rambut
berwarna putih dan menyebar
 Mata : mata yang sebelah kiri tidak dapat melihat,dan
ada katarak pada mata yang sebelah kanan
 Hidung : bersih
 Mulut : gigi tampak kotor, ada karies
 Telinga : bentuk normal,tampak sedikit,kotor
pendengran kakek y sedikit berkurang

j .Leher : tidak ada pembesaran kelenjargetah bening

k. Dada /thorax :

 Dada : bentuk dada simetris


 Paru-paru : simetris dan reguler
 Jantung : S1,S2 normal,murmur (-),gallop (-)
l..Abdomen : bissing usus aktif tidak ada pembesaran massa
m. Muskuloskeletal : bentuk normal, gaya berjalan normal dan
tidak mengunakan alat bantu jalan

B. Analisa data

No Data Etiologi problem

1 Gangguan rasa Sabun,deterjen,zat kimia lain, Gangguan rasa


nyaman gatal b.d allergen nyaman gatal
sabun,detergen,zat
kimia

Ds : Tn.y gatal pada


beberapa bagian tubuh

Do : - TD: 112/64
mmhg
-nadi : 69x/ menit
-pernafasan : 20x/
menit

2 Kerusakan intergitas Sensasi mengaruk Kerusakan intergitas


kulit b.d sensasi kulit
mengaruk

Ds : Tn y klien
mengatakan gatal
pada beberapa bagian
tubuh.

Do : terdapat bekas
gatal-gatal yang
berwarna kecoklatan
dan kehitaman

3 Gangguan isirahat Rasa gatal atau nyeri pada kulit Gangguan isitirahat
tidur b.d rasa gatal tidur
atau nyeri pada kulit

Ds : klien susah
tidur dan sering
mengalami gatal-gatal
pada bagian tubuh

Do : klien sering
mengatakan susah
tidur malam

C .Diagnosa
1) Gangguan rasa nyaman gatal b.d sabun detergen,zat kimia
2) Kerusakan intergitas kulit b.d sensasi mengaruk
3) Gangguan istirahat tidur b.d rasa gatal atau nyeri pada kulit
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama insial pasien : Diagnosa medis :

Umur :
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses penuaan kulit merupakan proses yang tidak dapat dihindari,


tetapi perawatan kulit yang tepat sejak dini disertai dengan gaya hidup yang
sehat akan memperlambat timbulnya penuaan kulit
faktor-faktor yang berperan dalam penuaan kulit, seperti konsumsi alkohol
dan merokok, ataupun pajanan sinar ultraviolet yang berlebihan penuaan yang
paling mudah diamati.Pada kulit usia lanjut terjadi penipisan epidermis,
penurunan suplai darah, cairan, dan nutrisi ke kulit, melambatnya
penyembuhan luka dan respons imun, terganggunya termoregulasi dan
berkurangnya jumlah kelenjar minyak dan kering diagnosa yang utama pada
penderita sistem integumen kulit kering pada lansia yaitu kerusakan intergitas
kulit b.d sensasi mengaruk

Rumusan asuhan keperawatan pada kasus penyakit sistem integumen kulit


kering pada lansia dari makalah ini umumnya sama pada asuhan keperawatan
lainya yang terdiri dari pengkajiaan,diagnosa,intervensi,implementasi,dan
evaluasi dengan buku nic noc sebagai bahan acuhan.

B. Saran
1. Bagi mahasiswa,intervensi yang dapat dilakukan diatas dapat diterapkan
untuk kasus sistem integumen kulit kering pada lansia namun tetap harus
disesuaikan dengan kasus yang ada sehingga dibutuhkan pengembangan
selanjutnya
2. Perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan baik terhadap
penderita penyakit sistem integumen kulit kering pada lasia
DAFTAR PUSTAKA

Bianti, M. (2016) ‘Kulit Kering pada Usia Lanjut’, Continuing Medical Education-
245, 43(10), pp. 737–740.

Damayanti (2017) ‘Penuaan Kulit dan Perawatan Kulit Dasar pada Usia Lanjut ( Skin
Aging and Basic Skin Care in Elderly ) Damayanti’, pp. 73–80.

Anda mungkin juga menyukai