Oleh:
Dr. Damai Trilisnawati
Pembimbing:
Dr. Fitriani, SpKK, FINSDV, FAADV
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
MARET 2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
keratosis seboroik (58%), xerosis kutis (25,5%) dan Campbell de Morgan spot atau cherry
angioma (17%). Yalcin B dkk pada tahun 2006 di Turki mendapatkan lima besar kelainan
kulit pada geriatri yaitu dermatitis, infeksi jamur, pruritus, infeksi bakteri dan virus. Di
Indonesia, Kabulrachman dkk (1996) dalam penelitian di panti wreda Semarang melaporkan
lentigo senilis (43%), keratosis seboroik (34,7%) dan xerosis kutis (22,3%) sebagai tiga besar
kelainan kulit. Dari data di atas dapat dilihat berbagai perbedaan jenis kelainan kulit di
berbagai tempat, serta kelainan kulit yang paling banyak ditemukan adalah keratosis seboroik
dan xerosis kutis. (Smith DR, 2005)
Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang merupakan rumah sakit
rujukan nasional di Provinsi Sumatera Selatan dan sebagai rumah sakit pendidikan utama
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Data tentang karakteristik kelainan kulit pada
geriatri di RSMH Palembang belum pernah dilaporkan sebelumnya. Untuk itu dilakukan
penelitian untuk mengetahui karakteristik kelainan kulit pada geriatri di RSMH Palembang.
3
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Pasien geriatri diberikan informasi dan edukasi mengenai kelainan kulit yang
dapat terjadi pada geriatri sehingga dapat mengetahui jenis kelainan kulit dan
mengetahui pentingnya perawatan kulit.
2. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar mengenai pola
karakteristik dan frekuensi penyakit kulit pada pasien geriatri di RSMH
Palembang.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
kemampuan stratum korneum dalam menghambat masuknya mikroba patogen. (Farage, 2007;
Prokash E, 2012)
Dermis sangat erat berhubungan dengan epidermis melalui lapisan membran basalis
yang merupakan bagian dari dermal-epidermal junction (DEJ). Komponen utama lapisan
dermis terdiri atas matriks ekstraselular. Pada dermis terdapat jalinan saraf, pembuluh darah,
pembuluh limfe dan beberapa apendik kulit seperti rambut, kuku, kelenjar apokrin, kelenjar
sebasea dan kelenjar ekrin. Disamping itu terdapat berbagai tipe sel seperti sel fibroblas,
makrofag, sel mast serta sel transient sirkulasi pada sistem imun. (Proksch E, 2012)
Subkutis atau hipodermis merupakan lapisan terbawah kulit berupa lapisan lemak sub
kutaneus berfungsi sebagai bantalan yang melindungi tubuh serta merupakan tempat
penyimpanan energi dan sebagai struktur yang mengatur mobilitas organ tubuh di bawahnya.
(Proksch E, 2012)
6
2.3 Perubahan Kulit Pada Geriatri
Pada geriatri terjadi perubahan struktur kulit dibandingkan orang muda (Gambar 2).
Perubahan tersebut menyebabkan kulit akan mengalami penipisan. Perubahan ini terjadi dua
kali lipat pada daerah terbuka seperti wajah, leher, dada dan bagian ekstensor lengan.
Ketebalan epidermis menurun 6,4% per dekade dan terjadi lebih cepat pada perempuan.
Ketebalan dermis mengalami penurunan yang sama antara laki-laki dan perempuan.
(Farage, 2007)
Gambar 2. Perbedaan struktur kulit orang muda dan geriatri (Farage, 2007)
Pada epidermis kulit geriatri terjadi penurunan jumlah sel. Keratinosit mengalami
perubahan bentuk lebih pendek dan gemuk, korneosit menjadi lebih besar sehingga
menyebabkan penurunan epidermal turnover. Melanosit mengalami penurunan sebanyak 8-
20% per dekade yang menyebabkan pigmentasi kulit tidak rata. Sel langerhans menurun
sehingga menyebabkan gangguan imunitas kulit. Produksi sebum dan kadar air berkurang
khususnya di stratum korneum sehingga menyebabkan kulit menjadi kering atau xerosis kutis.
Perubahan jumlah asam amino juga menyebabkan berkurangnya Natural Moisturizing Factor
(NMF) sehingga mengurangi kemampuan untuk mengikat air. (Farage, 2007)
Komposisi lipid pada kulit geriatri tidak berubah secara signifikan, namun
kandungannya secara keseluruhan berkurang kisaran 65% seperti sterol ester dan trigliserid
terutama di stratum korneum. (Farage, 2007)
Pada DEJ terjadi perubahan struktural yang masih dapat reversibel yaitu berupa
pengurangan papila dermis. Penipisan DEJ sebanyak 35% menyebabkan lapisan interdigitasi
menjadi lebih tipis sehingga rentan terhadap gesekan dan luka, berkurangnya suplai nutrisi
dan oksigen selular, meningkatkan kemungkinan terjadinya celah dermo-epidermal, dan
pembentukan wrinkle. (Farage, 2007)
Pada dermis terjadi penurunan vaskularisasi dan jumlah sel yang mengakibatkan
penurunan persepsi tekanan dan rangsang sentuhan akibat degenerasi sel Pacini dan Meisner
serta sel mast dan fibroblas. Serabut kolagen mengalami penurunan sebanyak 1% per tahun.
7
Penurunan densitas, hilangnya jaringan elastik secara progresif di daerah papila dermis,
berkurangnya elastisitas sehingga menyebabkan kulit menjadi kering, berkerut, pigmentasi
yang tidak merata, mudah terjadi purpura akibat trauma ringan, dan neoplasia. (Norman RA,
2003; Farage, 2007)
Secara keseluruhan jumlah lemak subkutan pada geriatri mengalami pengurangan
mulai pada usia 70 tahun. Distribusi lemak mengalami perubahan terutama pada wajah,
lengan, dan kaki sedangkan relatif meningkat pada paha, pinggang dan perut. Perubahan ini
meningkatkan fungsi termoregulasi, mengurangi bantalan pada ekstremitas sehingga
meningkatkan risiko luka akibat tekanan. (Farage, 2007)
8
turn over sehingga lapisan sel kulit banyak menyerap melanin mengakibatkan bercak
pigmentasi pada kulit. (Norman RA, 2003)
Hipomelanosis gutata sering ditemukan pada geriatri, mulai usia 40-50 tahun. Lesi
berupa makula depigmentasi bentuk bulat atau anular, batas tegas, warna putih seperti
porselin kadang dengan titik-titik hitam di atas, permukaan lesi halus. Jumlah beberapa
sampai multipel, terutama pada daerah terpajan sinar matahari seperti bagian anterior
tungkai bawah, abdomen bawah, dorsal lengan atas, dan wajah (Gambar 3). (Fitzpatrick,
2012)
Tabel 1. Klasifikasi kelainan kulit umum yang sering terjadi pada geriatri (Jafferany, 2012)
Faktor fisik
Ulkus dekubitus
Xerosis
Pruritus
Dermatitis asteatotik
Infeksi
Bakteri
Impetigo/folikulitis
Selulitis
Jamur
Onikomikosis
Tinea pedis
Tinea kruris
Intertrigo
Virus
Herpes zoster
Moluskum kontagiosum
Infestasi
Skabies
Pedikulosis
Dermatitis
9
Dermatitis numularis
Dermatitis seboroik
Dermatitis kontak
Fotodermatosis
Solar elastosis
Nodular elastoidosis
Cutis rhomboidalis nuchae
Poikiloderma civatte
Neoplasma
Jinak
Keratosis seboroik
Skin tags
Cherry angioma
Leukoplakia
Keratoakantoma
Keratosis aktinik
Ganas
Actinic cheilitis
Karsinoma sel basal
Karsinoma sel skuamosa
Melanoma maligna
Penyakit autoimun
Pemfigoid bulosa
Psikodermatosis
Liken simplek kronik
Prurigo nodularis
Ekskoriasi neurotik
Delusion of parasitosis
Dermatitis artefakta
Gangguan vaskular
Dermatitis statis (insufisiensi vena kronik)
Erupsi obat
Penyakit kulit akibat defisiensi nutrisi
2.4.2 Xerosis
Xerosis merupakan salah satu kelainan kulit yang sering terjadi pada geriatri dengan
prevalensi kisaran 29,5-58,3%. Hal ini disebabkan pengurangan lemak kulit pada epidermis
dan kelenjar sebasea akibat gangguan homeostasis permeabilitas epidermal. Keluhan utama
xerosis adalah pruritus, dan apabila tidak diterapi akan menyebabkan dermatitis asteatotik.
(Jafferany, 2012)
2.4.2.1 Pruritus
Pruritus atau gatal paling sering disebabkan xerosis. (Jafferany, 2012) Hal ini
merupakan gejala tersering yang dilaporkan pada geriatri terutama usia ≥80 tahun dengan
prevalensi sebanyak 29%. Pruritus sering dipicu oleh kelembaban yang rendah, mandi
terlalu sering atau aplikasi bahan iritan pada kulit. (Farage, 2012) Pada 10-50% kasus
disebabkan oleh kelainan sistemik seperti penyakit liver, hipotiroid, anemia defisiensi besi,
uremia, polisitemia, leukemia/limfoma, dan gagal ginjal. (Jafferany, 2012) Reaksi simpang
obat dapat bermanifestasi sebagai pruritus sehingga harus dipertimbangkan pada populasi
ini. Infestasi skabies dapat menimbulkan pruritus yang intens dan gambaran kelainan kulit
primer dapat tidak terlihat. (Buku Ajar Geriatri, 2009; Fitzpatrick, 2012)
11
2.4.2.2 Dermatitis asteatotik
Dermatitis asteatotik atau eczema craquele merupakan dermatitis yang sering
ditemukan pada usia lanjut akibat kulit kering dengan predileksi umumnya pada ekstremitas
bawah. Manifestasi kulit berupa kulit kering disertai fisura dengan skuama tipis dan
kemerahan yang disebut “crazy paving” disertai gatal yang hebat. (Fitzpatrick, 2012) Faktor
predisposisi dermatitis asteatotik berupa pajanan sinar matahari, angin dan kelembaban.
(Jafferany, 2012)
2.4.3.1 Bakteri
Penyakit kulit infeksi akibat bakteri yang sering ditemukan pada geriatri adalah
impetigo bulosa maupun non bulosa/krustosa (Gambar 5). Impetigo pada geriatri biasanya
disebabkan Staphylococcus, berbeda dengan impetigo pada anak yang umumnya disebabkan
Streptococcus. Lesi kulit berupa vesikel atau bula dengan dasar kulit eritem disertai krusta
tebal kuning kecoklatan. (Fitzpatrick, 2012)
2.4.3.2 Virus
Penyakit kulit akibat virus yang sering ditemukan pada geriatri adalah herpes zoster
(HZ) (Gambar 6). Herpes zoster merupakan reaktivasi virus Varisela zoster yang sering
12
ditemukan pada pasien usia ≥60 tahun, melibatkan ganglion saraf sensori seperti torakalis,
servikal, trigeminal dan lumbosakral. Sensasi nyeri atau gatal dirasakan unilateral diikuti lesi
kulit dalam beberapa hari kemudian. Lesi berupa vesikel-bula dengan dasar eritem yang
mengikuti arah dermatom pada kulit. Post herpetic neuralgia (PHN) merupakan komplikasi
tersering pada pasien yang mengalami reaktivasi HZ pada usia >60 tahun dengan prevalensi
10-70%. (Farage, 2009; Fitzpatrick, 2012)
2.4.3.3 Jamur
Jenis penyakit kulit akibat jamur yang sering ditemukan pada geriatri adalah
kandidiasis, tinea kruris, serta tinea pedis. Kandidiasis sering bersifat rekuren dan sulit
dikontrol, ditemukan pada daerah lipatan seperti inguinal, aksila, anogenital, dan payudara.
Faktor predisposisi kandidiasis berupa maserasi, panas, kelembaban, obesitas, diabetes
melitus, terapi antibiotik, dan kemoterapi. (Jafferany, 2012) Lesi kulit berupa bercak merah
dengan tepi lesi satelit. (Fitzpatrick, 2012)
Tinea ditemukan pada 80% pasien usia >60 tahun. Lesi kulit berupa bercak merah
dengan tepi lebih aktif dan ditutupi skuama halus, kering, dan selapis. Tinea pedis sering
ditemukan di daerah interdigitalis dan telapak kaki. Penelitian prospektif yang dilakukan
Legge dkk pada 80 pasien geriatri didapatkan 40% menderita tinea pedis dengan gambaran
asimtomatik. (Jafferany, 2012; Fitzpatrick, 2012) Tinea kruris merupakan infeksi
dermatofita yang mengenai daerah inguinal, pubis, perineum dan perianal (Gambar 7.
(Jafferany, 2012)
A B
Gambar 7. A. Tinea korporis B. Tinea kruris (Fitzpatrick, 2012)
13
2.4.4 Penyakit kulit akibat parasit
Penyakit kulit akibat parasit yang sering ditemukan pada geriatri berupa skabies dan
pedikulosis. (Jafferany, 2012; Fitzpatrick, 2012)
Pada penelitian kuesioner yang dilakukan oleh Ontario di Canada mendapatkan 20%
dari 130 institusi mempunyai masalah skabies pada geriatri. Skabies merupakan penyakit
kulit yang disebabkan oleh infestasi Sarcoptes scabiei. Predileksi terdapat pada areola
mammae, genital, sela jari, pergelangan tangan, umbilikus, interglutea dan aksila (Gambar
8). Manifestasi klinik menjadi atipikal akibat penurunan imunitas. (Jafferany, 2012; Farage,
2009)
Pedikulosis merupakan infestasi kutu, terdiri atas Phthirus pubis yang menyebabkan
pedikulosis pubis, Pediculus humanus var. capitis menyebabkan pedikulitis kapitis dan
Pediculus humanus var. corporis menyebabkan pedikulitis korporis. Gambaran klinis
berupa erupsi papul disertai gatal pada area infestasi. Ditularkan secara langsung melalui
kontak fisik. (Jafferany, 2012)
2.4.5 Dermatitis
Dermatitis yang sering ditemukan pada geriatri antara lain dermatitis kontak,
dermatitis numularis, dermatitis stasis, dermatitis seboroik, dermatitis asteatotik, dan liken
simplek kronik. (Fitzpatrick, 2012; Farage, 2009)
Dermatitis kontak ditemukan kisaran 11% pada geriatri khususnya tipe reaksi alergi
akibat menurunnya reaksi hipersensitivitas, jumlah sel langerhans, sel T dan reaktivitas
vaskular. Manifestasi kulit pada dermatitis kontak alergik berupa lesi kemerahan disertai
papul atau vesikel dan terdapat riwayat kontak dengan bahan tertentu. Dermatitis kontak
alergik pada geriatri sedikit berbeda dengan pasien usia muda, erupsi kulit minimal disertai
rasa gatal berlebih dan berlangsung lama (Gambar 9). (Farage, 2007; Fitzpatrick, 2012)
Gambar 9. Papul eritem dan vesikel pada DKA fase akut (Fitzpatrick, 2012)
14
Dermatitis stasis terjadi sekitar 6-7% pada pasien usia >50 tahun. Penuaan kulit
menyebabkan regresi kapiler dan pembuluh darah kecil. Kondisi arteriosklerosis dan
diabetes melitus pada geriatri dapat mengakibatkan insufisiensi vaskular dan menurunnya
sensasi di ekstremitas bawah. Akibat pembengkakan berulang, kaki dan pergelangan kaki
terlihat eritem sianotik dengan batas tidak tegas, kadang terdapat skuama, dapat unilateral
atau bilateral, terdapat keluhan tambahan berupa gatal, nyeri dan kram pada malam hari.
Dermatitis statis yang tidak diobati akan menimbulkan hiperpigmentasi dan purpura yang
akhirnya menyebabkan ulserasi (Gambar 10). (Farage, 2009)
15
2.4.6 Psikodermatosis
Kelainan psikodermatosis adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh gangguan
psikologi dan penyakit psikiatri. Kelainan psikokutaneus pada geriatri sering terdapat pada
area yang dapat terjangkau oleh tangan. Kelainan psikodermatologi yang sering ditemukan
pada geriatri terdiri atas liken simplek kronik (LSK), ekskoriasi neurotik, prurigo nodularis
dan delusion of parasitosis. (Ferragany, 2012)
Liken simplek kronik atau neurodermatitis merupakan peradangan kulit kronik yang
sangat gatal (Gambar 12). Lesi berupa penebalan kulit dan likenifikasi berbentuk
sirkumskripta akibat garukan atau gosokan berulang yang banyak ditemukan pada usia >60
tahun. Lesi awal berupa eritema dan edema atau papul berkelompok, akibat garukan akan
menimbulkan plak, dapat tunggal atau lebih. Predileksi utama pada daerah yang mudah
dijangkau tangan seperti kulit kepala, tengkuk, ekstremitas ekstensor, pergelangan tangan
dan area anogenital. (Fitzpatrick, 2012)
Skin tags sering ditemukan pada geriatri, lokasi pada leher dan sekitar area aksila.
Skin tags dapat berhubungan dengan obesitas, diabetes melitus, kehamilan, dan beberapa
kelainan endokrin. (Ferragany, 2012)
Cherry angioma, disebut juga campbell de morgan spot atau angioma senilis berupa
bintil atau papul warna merah muda atau ungu ukuran 1-3 mm akibat kapiler yang
mengalami pelebaran endotelial. (Ferragany, 2012)
Karsinoma sel basal sering ditemukan pada geriatri. Lesi berupa papul, tepi
meninggi, dan telangiektasia serta mudah berdarah. (Ferragany, 2012)
Keratosis aktinik merupakan kelainan premaligna berupa lesi yang rata atau
menonjol dengan permukaan verukosa, warna kemerahan, kecoklatan atau keabuan. Lesi
dapat tunggal atau multipel dengan predileksi daerah yang terpajan sinar matahari seperti
wajah, bibir, punggung tangan, dan lengan bawah.
18
2.5 Kerangka Teori
HIFs NFkB
PENUAAN KULIT
19
BAB III
KERANGKA KONSEP
Karakteristik kelainan
kulit pada geriatri
Keterangan:
: Variabel terikat
: Variabel bebas
: Kovariabel
20
3.2 Penjelasan kerangka konsep
Penuaan kulit menyebabkan perubahan fisiologik, patologik maupun klinik. Perubahan
fisiologik kulit pada geriatri berupa kulit kering, kasar dan bersisik; kulit berkerut dan kendur
serta gangguan pigmentasi kulit. Kelainan kulit yang umum terjadi pada geriatri berupa ulkus
dekubitus, dermatitis, infeksi, infestasi, psikodermatosis, tumor, fotodermatitis, erupsi obat,
autoimun, dan penyakit akibat defisiensi nutrisi.
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
22
4.3.3.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi penelitian ini adalah:
Pasien geriatri dengan kelainan kulit yang sedang menjalani tatalaksana penyakit kulit.
23
7. Kelainan kulit pasien geriatri adalah kelainan kulit yang umum terjadi pada geriatri
sesuai pernyataan pasien dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan klinis sehingga
didapatkan kelainan kulit berupa:
- Ulkus dekubitus
- Dermatitis
- Xerosis
- Penyakit kulit infeksi
- Penyakit parasit
- Neoplasma
- Fotodermatitis
- Psikodermatosis
- Erupsi obat
- Penyakit autoimun
- Kelainan kulit akibat defisiensi nutrisi
24
6. Melakukan pemeriksaan klinis secara inspeksi, pemeriksaan penunjang sederhana dan
mendokumentasikan hasil temuan klinis menggunakan kamera pockat Samsung 20.0
megapixel.
7. Mengkonsultasikan hasil dokumentasi temuan klinis kepada dosen pembimbing
(dokter spesialis kulit dan kelamin) untuk membantu menegakan diagnosis dan
penatalaksanaan.
8. Meng-input dan menganalisis data.
Pasien Geriatri
Karakteristik
- Usia Diwawancara, dilakukan pemeriksaan
- Jenis kelamin klinis dan didokumentasikan
- Komorbid
Perubahan kulit fisiologik
Kelainan kulit
Data entry
Analisis data
25
4.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil status penelitian berupa usia, jenis kelamin, perubahan
kulit fisiologik dan kelainan kulit umum dimasukan dalam format data entry SPSS versi 22.0
dalam editing, coding, dan tabulating. Kemudian, setiap variabel data dianalisis menggunakan
Descriptive statistics frequency yang akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan persentase disertai penjelasan secara deskriptif.
26
BAB V
HASIL PENELITIAN
27
Berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa dari 53 subjek penelitian paling banyak
ditemukan pasien berjenis kelamin perempuan yaitu 34 orang (64,2%) sedangkan laki-laki
sebanyak 19 orang (35,8%). Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin disajikan
pada Tabel 5.2:
5.2.2 Distribusi subjek penelitian berdasarkan kelainan kulit umum yang terjadi pada
geriatri
Pada penelitian ini, lima kelainan kulit terbanyak yang ditemukan adalah ulkus
dekubitus (15,1%), liken simplek kronik (13,2%), pruritus senilis (9,4%), dermatitis asteatotik
(5,7%) dan kandidiasis (5,7%). Distribusi kelainan kulit umum pada geriatri ditampilkan pada
Tabel 5.4:
28
Tabel 5.4. Distribusi subjek penelitian berdasarkan karakteristik kelainan kulit umum pada geriatri (n=53)
Karakteristik Penyakit Kulit pada Geriatri Jumlah (n) Persentase (%)
Pruritus Senilis 5 9,4
Ulkus Dekubitus 8 15,1
Liken Simplek Kronik 7 13,2
Miliaria Rubra 1 1,9
Pemfigus Foliaseus 1 1,9
Urtikaria Akut 1 1,9
Dermatitis Asteatotik 3 5,7
Selulitis 2 3,8
Eritroderma 1 1,9
Dermatitis Atopi 1 1,9
Kandidiasis 3 5,7
Erupsi Obat 2 3,8
Dermatitis Kontak Iritan 1 1,9
Karsinoma Sel Basal 1 1,9
Liken Amiloidosis 1 1,9
Herpes Zoster 1 1,9
Post Herpetik Neuralgia 1 1,9
Neurofibromatosis 1 1,9
Milia 2 3,8
Fibroma Mole 1 1,9
Tinea Kruris 1 1,9
Prurigo Simpleks 1 1,9
Skabies 1 1,9
Pitiriasis Sicca 1 1,9
Nevus Pigmentosus 1 1,9
Nevus melanositik 1 1,9
Pemfigoid bulosa 2 3,8
Total 52 98,5
29
- Unstable Angina Pectoris (UAP) 2 2.8
- Coronary Arteri Disease (CAD) 1 1.4
- Insomnia 1 1.4
- Kolelitiasis 1 1.4
- Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) 3 4.2
- Osteoartritis 1 1.4
- Karsinoma Hepar 1 1.4
- Kolik Abdomen 1 1.4
- Akalasia 1 1.4
5.4 Hubungan Kelainan Kulit pada Geriatri dengan Komorbid Diabetes Melitus
Pada penelitian ini, diabetes melitus merupakan komorbid yang sering ditemukan pada
kondisi xerosis kutis, pruritus senilis dan hipomelanosis gutata. Terdapat hubungan
karakteristik kelainan kulit dengan komorbid diabetes melitus berupa xerosis kutis
(p=0,0007), pruritus senilis (p=0,015), dan hipomelanosis gutata (p=0,016). Hubungan
komorbid dengan kelainan kulit disajikan pada Tabel 5.6:
Tabel 5.6. Hubungan karakteristik kelainan kulit pada geriatri dengan komorbid diabetes mellitus
Karakteristik Penyakit Kulit pada Geriatri Jumlah p value
- Pruritus Senilis 5 0,015*
- Ulkus Dekubitus 8 0,443
- Liken Simplek Kronik 7 1,000
- Miliaria Rubra 1 1,000
- Pemfigus Foleaseus 1 1,000
- Urtikaria Akut 1 0,372
- Dermatitis Asteatotik 3 0,133
- Eritroderma 1 1,000
- Dermatitis Atopi 1 1,000
- Kandidiasis 3 1,000
- Erupsi Obat 2 1,000
- Dermatitis Kontak Iritan 1 1,000
- Karsinoma Sel Basal 1 1,000
- Keratosis Seboroik 12 0,484
- Liken Amiloidosis 1 1,000
- Hipomelanosis Gutata 9 0,016*
- Herpes Zoster 1 0,372
- Post Herpetik Neuralgia 1 1,000
- Xerosis kutis 8 0,007*
- Lentigen Senilis 4 1,000
- Neurofibromatosis 1 0,372
- Periorbital Hiperpigmentasi 2 1,000
- Milia 2 0,522
- Fibroma Mole 1 0,372
- Freckle 3 1,000
- Poikiloderma Civatte 1 1,000
- Tinea Cruris 1 0,372
- Prurigo Simpleks 1 0,372
- Skabies 1 1,000
- Pitiriasis Sicca 1 1,000
- Purpura Senilis 1 0,372
- Nevus Pigmentosus 1 1,000
- Nevus melanositik 1 1,000
- Pemfigoid bulosa 2 0,522
30
BAB VI
PEMBAHASAN
31
Jepang dan Leggat PA di Australia pada tahun 2005 mendapatkan tiga kelainan kulit
terbanyak pada geriatri yaitu keratosis seboroik (58%), xerosis kutis (25,5%) dan Campbell de
Morgan spot atau cherry angioma (17%). Di Indonesia, Kabulrachman dkk dalam penelitian
di panti wreda Semarang tahun 1996 melaporkan lentigo senilis (43%), keratosis seboroik
(34,7%) dan xerosis kutis (22,3%) sebagai tiga besar kelainan kulit. (Bains, 2019; Smith,
2005; Kabulrachman, 1996)
Keratosis seboroik merupakan papul atau plak jinak dengan ukuran dan warna
bervariasi. Jumlahnya meningkat sesuai peningkatan usia, meskipun tanpa adanya pajanan
sinar matahari, sehingga keratosis seboroik dianggap sebagai penanda biologis penuaan
intrinsik. Keratosis seboroik sering ditemukan pada kulit putih, tidak terdapat perbedaan jenis
kelamin. (Zhang, 2011) Keratosis seboroik menggambarkan adanya proliferasi klonal
keratinosit maupun melanosit, sebagai hasil dari hilangnya hemostatis epidermal fokal.
Keratosis seboroik tidak memiliki potensi keganasan. Lesi berupa papul atau plak warna
coklat atau hitam umumnya di daerah trunkus, wajah, dan ekstremitas proksimal. (Fitzpatrick,
2012) Keratosis seboroik, lentigo senilis dan wrinkles pada geriatri dianggap sebagai kondisi
normal dalam dermatologi. (Bains, 2019)
Pada penelitian ini didapatkan hipomelanosis gutata sebanyak 16,9%. Hipomelanosis
gutata sering ditemukan pada geriatri, mulai usia 40-50 tahun. Prevalensi hipomelanosis
gutata meningkat dari 47% pada usia 31-40 tahun menjadi 97% usia 81-90 tahun. Perempuan
dilaporkan lebih banyak mengalami hipomelanosis gutata dibandingkan laki-laki. Penyebab
hipomelanosis gutata belum jelas, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu
degenerasi senilis, pajanan sinar matahari kronik, faktor genetik, trauma dan autoimun. Lesi
berupa makula depigmentasi bentuk bulat atau anular, batas tegas, warna putih seperti
porselin kadang dengan titik-titik hitam di atas, permukaan lesi halus, diameter 0,2-2 cm.
Jumlah beberapa sampai multipel, terutama pada daerah terpajan sinar matahari seperti bagian
anterior tungkai bawah, abdomen bawah, dorsal lengan atas, dan wajah. (Fitzpatrick, 2012;
Podder, 2019) Adanya gangguan pigmentasi pada kulit disebabkan karena perubahan pada
distribusi pigmen melanin dan proliferasi melanosit, serta fungsi melanosit menurun sehingga
penumpukan melanin tidak teratur dalam sel-sel basal epidermis. Disamping itu epidermal
turn over menurun sehingga lapisan sel-sel kulit mempunyai banyak waktu untuk menyerap
melanin yang mengakibatkan terjadinya bercak pigmentasi pada kulit. (Farage, 2012)
Xerosis kutis pada penelitian ini ditemukan sebanyak 15,1%. Penelitian oleh Bains di
India tahun 2019 melaporkan xerosis kutis pada geriatri sebanyak 7,5%. Pertambahan usia
32
menyebabkan insidensi dan keparahan xerosis kutis meningkat. Peningkatan transepidermal
water loss (TEWL), berkurangnya kadar sebum, aktivitas kelenjar keringat dan NMF dapat
menyebabkan kulit kering. Selain itu, longgarnya korneosit akibat maturasi dan adhesi
keratinosit abnormal memberikan gambaran klinis kulit kasar dan bersisik. Faktor lain yang
dapat memicu xerosis adalah faktor lingkungan seperti kelembaban yang rendah, sinar
matahari, pemakaian sabun mandi tanpa diikuti penggunaan pelembab. Adanya penyakit
sistemik yang mendasari seperti penyakit ginjal stadium akhir, diabetes melitus, tiroid, atau
sedang dalam terapi diuretika, penurun kolesterol, antiandrogen dan sebagainya. Gambaran
klinis kulit menjadi kering, kasar dan flakes. Kelainan ini lebih jelas terjadi pada tungkai
bawah, tetapi juga dapat terjadi pada badan dan tangan. (Fitzpatrick, 2012; Jafferany, 2012)
Pasien xerosis umumnya mengeluh gatal. Akibat garukan berulang dapat terjadi erosi dan
ekskoriasi sehingga patogen atau bahan kimia mudah masuk ke dalam kulit. Hal ini akan
meningkatkan risiko infeksi atau timbulnya dermatitis kontak. (Jafferany, 2012; Farage, 2009)
Selain perubahan kulit fisiologik pada geriatri terdapat kelainan kulit patologik yang
dikelompokan menjadi kelainan kulit akibat faktor fisik, penyakit kulit infeksi, penyakit kulit
infestasi, dermatitis, fotodermatosis, neoplasma, penyakit autoimun, psikodermatosis,
gangguan vaskular, erupsi obat dan penyakit kulit akibat defisiensi nutrisi. (Ferragany, 2012)
Kelainan kulit umum terbanyak yang ditemukan pada penelitian ini berupa ulkus
dekubitus 15,1%, liken simplek kronik 13,2%, pruritus senilis (9,4%), dermatitis asteatotik
(5,7%) dan kandidiasis (5,7%). Penelitian Alam di Bangladesh tahun 2019 menemukan
kelainan kulit terbanyak berupa dermatitis (42,6%), infeksi jamur (19,08%), pruritus
(5,06%), dermatitis seboroik (5,06%) dan urtikaria (4,75%). Hidajat dkk pada penelitian di
NTB Indonesia menemukan lima kategori kelainan kulit pada geriatri berupa dermatitis
(42,1%), infeksi jamur (15,8%), infestasi parasit (12,9%), eritropapuloskuamosa (6,9%) dan
infeksi bakteri (6,2%).
Ulkus dekubitus merupakan kelainan kulit tersering pada geriatri terutama pada
pasien dengan gangguan mobilitas, kuadriplegia, kanker stadium akhir, diabetes melitus,
gagal ginjal kronik, insufisiensi vaskular, inkontinensia, imunosupresif, hipoalbuminemia
dan malnutrisi. (Jafferany, 2012) Kondisi malnutrisi atau hipoalbuminemia menyebabkan
lima kali lebih sering terjadi ulkus dekubitus. (Farage, 2009) Ulkus dekubitus bersifat lokal
berupa nekrosis jaringan melibatkan kulit dan struktur yang mendasarinya seperti jaringan
subkutan, otot, dan tulang. (Farage, 2009) Kehilangan timbunan lemak subkutan,
berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas serta menurunnya efisiensi kolateral kapiler
33
menyebabkan kulit menjadi lebih tipis dan rapuh, tonjolan tulang lebih nyata terutama pada
sakrum, tuberositas iscial, trokanter, tumit, dan malleolus lateral sehingga mudah
mengalami trauma. (Buku Ajar Geriatri, 2009; Fitzpatrick, 2012; Farage, 2009)
Liken simplek kronik ditemukan sebanyak 15,1% pada penelitian ini. Penelitian yang
dilakukan oleh Bains di India tahun 2019 mendapatkan liken simplek kronik sebanyak 5,3%.
Liken simplek kronik yang termasuk dalam psikodermatosis cukup tinggi pada penelitian ini
setelah insidensi xerosis kutis. Peningkatan insidensi psikodermatosis kemungkinan berkaitan
dengan xerosis dan pruritus yang insidensnya cukup tinggi pada penelitian ini. Peran faktor
psikis seperti stres dan kelelahan sangat penting sebagai penyebab dan pemicu progresivitas
lesi. Liken simplek kronik atau neurodermatitis merupakan peradangan kulit kronik yang
sangat gatal. Lesi berupa penebalan kulit dan likenifikasi berbentuk sirkumskripta akibat
garukan atau gosokan berulang yang ditemukan pada usia >60 tahun. Lesi awal berupa
eritema dan edema atau papul berkelompok, akibat garukan akan menimbulkan plak, dapat
tunggal atau lebih. Predileksi utama pada daerah yang mudah dijangkau tangan seperti kulit
kepala, tengkuk, ekstremitas ekstensor, pergelangan tangan dan area anogenital. (Jafferany,
2012)
Pada penelitian ini pruritus senilis ditemukan sebanyak 9,4%. Bains di India tahun
2019 melaporkan kejadian pruritus senilis sebanyak 4,6%. Pruitus merupakan gejala tersering
yang dilaporkan pada geriatri terutama usia ≥80 tahun dengan prevalensi sebanyak 29%.
Pruritus sering dipicu oleh kelembaban yang rendah, mandi terlalu sering atau aplikasi bahan
iritan pada kulit. (Farage, 2012) Pada 10-50% kasus disebabkan oleh kelainan sistemik seperti
penyakit liver, hipotiroid, anemia defisiensi besi, uremia, polisitemia, leukemia/limfoma, dan
gagal ginjal. (Jafferany, 2012; Buku Ajar Geriatri, 2009; Fitzpatrick, 2012)
Berbagai jenis infeksi kulit sering ditemukan pada pasien geriatri. Hal ini disebabkan
penurunan dan disregulasi fungsi imun berkaitan dengan penambahan usia dapat
berkontribusi terhadap peningkatan kerentanan geriatri terhadap infeksi. Pada penelitian ini
kandidiasis (5,7%) dan tinea kruris (1,9%) merupakan jenis infeksi kulit yang sering
ditemukan. Penelitian serupa oleh Bains di India tahun 2019 mendapatkan dermatomikosis
sejumlah 14,8%. Penelitian Jafferany di Bangladesh tahun 2019 menyebutkan tinea kruris,
tinea pedis dan kandidiasis merupakan infeksi jamur paling sering ditemukan pada pasien
geriatri. Kandidiasis dapat mengenai semua usia namun kejadian meningkat terutama pada
bayi dan orang tua. Tingginya insidensi infeksi jamur pada pasien geriatri pada penelitian ini
diduga karena wilayah Palembang merupakan wilayah dengan iklim yang cukup panas
34
dengan kelembaban tinggi. Kasus tinea kruris banyak ditemukan di daerah beriklim tropis dan
sering dieksaserbasi oleh penggunaan pakaian yang oklusif serta kelembaban udara tinggi.
Perlu diperhatikan adanya penyakit sistemik yang mendasari seperti diabetes melitus dengan
infeksi dermatofit maupun kandida. (Martin, 2002)
Skabies dan pedikulosis merupakan infestasi parasit yang sering ditemukan pada
geriatri terutama yang tinggal di panti wreda. Penelitian oleh Hidajat di NTB tahun 2017
mengungkapkan penyakit infestasi pada geriatri sebanyak 12,9%. Pada penelitian ini
menemukan skabies sebanyak 1,9%. Skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei.
Penularan dapat melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan bahan pakaian yang
terdapat tungau. Gambaran klinis skabies pada pasien geriatri sangat bervariasi. Banyak
pasien yang tidak terdiagnosis secara adekuat karena tidak menunjukkan gejala. Hal ini
disebabkan sebagian pasien geriatri juga menderita dermatitis asteatotik atau xerosis kutis.
(Hidajat, 2017)
Infeksi bakteri superfisial pada kulit akibat kuman Staphylococcus dan Streptoccocus
dapat ditemukan pada pasien geriatri. Pada penelitian ini didapatkan infeksi bakteri berupa
selulitis sebanyak 2 orang (3,8%). Penelitian yang dilakukan Alam di Bangladesh tahun 2019
menemukan infeksi bakteri pada geriatri yaitu furunkulosis (91,79%) dan impetigo (8,3%).
Hal serupa dilaporkan Hidajat di NTB tahun 2017 ditemukan infeksi bakteri sebanyak 6,2%.
Selulitis merupakan infeksi bakteri kulit sering ditemukan pada geriatri. Perlu diperhatikan
adanya penyakit yang memperberat seperti diabetes melitus dan adanya resistensi terhadap
penggunaan antibiotik.
Pada penelitian ini ditemukan infeksi virus pada geriatri berupa herpes zoster
sebanyak 1,9%. Hal serupa ditemukan pada penelitian Alam di Bangladesh tahun 2019
melaporkan tiga kelainan kulit akibat infeksi virus berupa herpes zoster sebanyak 82,14%,
wart 10,7% dan herpes simpleks 7,14%. Penelitian Hidajat di NTB menemukan herpes zoster
sebanyak 5,9%. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang paling sering mengenai geriatri.
Infeksi ini sering terjadi akibat gangguan fungsi imun dan reaktivasi virus varisela zoster.
Insidensi HZ meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Insidensi pada usia 20-50 tahun
sebesar 2,5 per 1000 orang meningkat menjadi 7,8 per 1000 orang pada usia >60 tahun dan
mencapai 10 per 1000 orang per tahun pada usia 80 tahun. Herpes zoster pada geriatri sering
menimbulkan penyulit berupa PHN. Kelainan ini sering menetap selama beberapa bulan
sampai tahun setelah lesi kulit sembuh. Insidensi PHN kisaran 10-70% dari kasus HZ. Pada
penelitian ini ditemukan kasus PHN sebanyak 1,9%.
35
Dermatosis eritropapuloskuamosa berupa eritroderma ditemukan pada penelitian ini
sebanyak 3,8%. Eritroderma merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema
yang meliputi lebih dari 90% permukaan kulit disertai skuama. Diperkirakan insidensi kisaran
1-2 per 100.000 penduduk dengan awitan usia 40-60 tahun. Etiologi eritroderma pada
penelitian ini dilaporkan akibat erupsi obat. (Fitzpatrick, 2012)
Erupsi obat pada geriatri sering ditemukan akibat peningkatan kecenderungan untuk
menggunakan bermacam obat untuk berbagai macam penyakit/keluhan yang diderita. Hal ini
memungkinkan terjadi reaksi obat khususnya pada kulit. Pada penelitian ini didapatkan erupsi
obat sebanyak 3,8%. Insidensi erupsi obat pada populasi umum dilaporkan sebanyak 10-30%.
Erupsi obat yang sering terjadi pada geriatri terdiri atas erupsi eksantema dengan bentuk lesi
makulopapular, morbiliformis, atau eritematosus. Bentuk lain berupa vaskulitis, fixed drug
eruptions, eritema multiforme, urtikaria, dermatitis kontak, purpura dan fotodermatitis.
(Jafferany, 2012)
Penyakit autoimun yang sering ditemukan pada geriatri yaitu pemfigoid bulosa dan
pemfigus vulgaris. Pada penelitian ini ditemukan kelainan kulit vesikobulosa kronik akibat
autoimun berupa pemfigoid bulosa sebanyak 3,8% dan pemfigus foliaseus sebanyak 1,9%.
Hal serupa dilaporkan pada penelitian Alam di Bangladesh tahun 2019 menemukan kelainan
vesikobulosa kronik sebanyak 0,46%. Penelitian Hidajat di NTB menemukan tiga kelainan
kulit vesikobulosa kronik berupa pemfigus vulgaris (50%), pemfigoid bulosa (25%) dan
epidermolisis bulosa akuisita (25%). Pemfigoid bulosa ditemukan pada usia >65 tahun
disebabkan peningkatan sirkulasi autoantibodi terkait usia, berkurangnya pemisahan dermal
epidermal, dan perubahan membran basal. Pemfigus vulgaris termasuk penyakit bula yang
cukup serius pada geriatri karena merupakan penyakit kronis dengan tingkat morbiditas dan
mortalitas yang tinggi akibat dari imbalans elektrolit dan infeksi sekunder. (Ferragany, 2012)
Pasien geriatri sering menderita dermatitis kontak. Pada penelitian ini ditemukan
sebanyak 1,9%. Hal ini disebabkan berkurangnya sel langerhans, meningkatnya sel T, dan
kepekaan vaskular yang menurun serta dipengaruhi pula oleh penggunaan bahan tertentu
sebagai alergen seperti lanolin, paraben ester, pewarna, tanaman, balsam, karet, nikel dan
terapi topikal. Penelitian oleh Bains di India tahun 2019 menunjukkan insidensi dermatitis
sebanyak 26,5%. Serupa dengan penelitian Hidajat di NTB tahun 2017 mendapatkan insidensi
dermatitis pada geriatri sebanyak 42,1%. (Fitzpatrick, 2012; Bains, 2019; Hidajat, 2017)
36
Penelitian ini menemukan penyakit tumor kulit berupa karsinoma sel basal sebanyak
1,9%. Tumor kulit baik jinak maupun ganas mengalami peningkatan frekuensi seiring dengan
pertambahan usia. Lesi proliferatif jinak meningkat jumlah dan ukurannya, harus dibedakan
dengan lesi pra kanker atau kanker. Tumor jinak yang biasa ditemukan pada pasien geriatri
antara lain keratosis seboroik, skin tags, lentigo solaris dan cherry angioma sedangkan tumor
ganas kulit yang sering ditemukan yaitu karsinoma sel basal. (Hidajat, 2017)
Pada penelitian ini ditemukan hubungan karakteristik kelainan kulit dengan komorbid
diabetes melitus berupa xerosis kutis (p=0,0007), pruritus senilis (p=0,015), dan
hipomelanosis gutata (p=0,016). Penelitian oleh Nelly di Scotlandia tahun 1986 mendapatkan
hubungan yang bermakna pruritus pada kondisi diabetes melitus dengan kadar gula darah
tidak terkontrol. Hal serupa dilaporkan oleh Ghosh di India tahun 2015 terdapat hubungan
pruritus dengan diabetes melitus. Bartling dkk tahun 2018 juga menemukan hubungan
pruritus dengan diabetes melitus. Ezejiofor di Nigeria tahun 2013 melaporkan kondisi
kelainan kulit pada geriatri dengan diabetes melitus berupa hipomelanosis gutata idiopatik
(1,6%), erisepelas (2,2%), dan skleroderma (2,0%). Pada sampel penelitian didapatkan 21,4%
mempunyai dua kelainan kulit. Pada penelitian yang dilakukan Asokam di India tahun 2017
menemukan manifestasi kulit pada pasien geriatri yang mengalami diabetes melitus berupa
xerosis kutis (p=0,07), hipomelanosis gutata idiopatik (p=0,76) dan pruritus nonspesifik
(p=0,79). (Bartling, 2018; Nelly 1986)
Terdapat peningkatan kelainan kulit pada pasien diabetes melitus. Penelitian yang
dilakukan Yosipovitch dkk di India melaporkan prevalensi kelainan kulit pada pasien diabetes
melitus sebanyak 7,6-30%. Pruritus, dermatitis, xerosis kutis, keratosis seboroik dan
hipomelanosis gutata idiopatik merupakan kelainan yang sering ditemukan pada geriatri.
Kondisi ini tidak berbeda secara signifikan antara pasien geriatri dengan diabetes melitus atau
pasien geriatri tanpa diabetes melitus. Hal ini lebih disebabkan perubahan kulit terkait usia
dibanding perubahan kulit akibat diabetes melitus. (Asokan, 2017)
Prevalensi pruritus yang cukup tinggi disebabkan karena keadaan kulit kering yang
umumnya ditemukan pada pasien diabetes melitus. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya pruritus generalisata. Tingginya prevalensi infeksi jamur juga dapat menyebabkan
pruritus lokal. Hipomelanosis gutata idiopatik ditemukan usia dewasa muda hingga tua.
Penemuan ini bersifat insidental dan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui hubungan hipomelanosis gutata idiopatik dengan diabetes melitus. (Ezejiofor,
2013)
37
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik kelainan kulit pada geriatri di
RSMH Palembang, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pasien geriatri yang mempunyai kelainan kulit banyak ditemukan pada usia 60-74 tahun
dan lebih banyak pada perempuan.
2. Perubahan kulit fisiologik berupa keratosis seboroik (22,6%), diikuti hipomelanosis gutata
(16,9%), xerosis kutis (15,1%), lentigen senilis (7,5%), freckle (5,7%), periorbital
hiperpigmentasi (3,8%), purpura senilis (1,9%) dan poikiloderma civatte (1,9%).
3. Kelainan kulit patologis terbanyak yang ditemukan pada geriatri adalah ulkus dekubitus
(15,1%), liken simplek kronik (13,2%), pruritus senilis (9,4%), dermatitis asteatotik (5,7%)
dan kandidiasis (5,7%).
4. Komorbid diabetes melitus ditemukan mempunyai hubungan yang bermakna dengan
kelainan kulit berupa xerosis kutis (p=0,0007), pruritus senilis (p=0,015), dan
hipomelanosis gutata (p=0,016).
7.2 Saran
Dengan melihat hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan untuk penelitian
selanjutnya yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik kelainan kulit
pada geriatri dengan waktu penelitian lebih panjang dan subjek penelitian lebih banyak agar
didapatkan hasil lebih akurat dan dapat digeneralisasi.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
Lampiran 1
Selamat pagi Bapak/Ibu. Saya dr. Damai Trilisnawati adalah Residen Program
Pendidikan Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya (FK UNSRI)/RSMH Palembang, sedangmelakukan penelitian dengan judul
“Karakteristik Penyakit Kulit pada Geriatri Di RSMH Palembang Periode April-Juni
2019”.Pada geriatri sering ditemukan beberapa penyakit kulit, baik perubahan kulitfisiologik,
atau penyakit kulit umum yang dapat mengenai geriatri. Kategori penyakit kulit pada geriatri
berupa dermatosis inflamasi, infeksi jamur, infestasi parasit, eritropapuloskuamosa, infeksi
virus dan infeksi bakteri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik geriatri dengan
penyakit kulit berdasarkan usia,jenis kelamin, dan tipe penyalit kulit. Manfaat yang akan
Bapak/Ibudapatkan dari penelitian ini, Bapak/Ibu dapat mengetahui jenis penyakit kulit yang
Bapak/Ibu deritadan penyakit kulit lain yang dapat terjadi pada geriatri, sehingga Bapak/Ibu
mendapatkanterapi yang sesuai dan akan lebih peduli dengan perawatan kulit.
Pada penelitian ini, Bapak/Ibu akan menjalani beberapa langkah penelitian. Pertama,
Saya akan mewawancarai Bapak/Ibu sesuai dengaan pedoman wawancara yang berisi
identitas diri (nama, usia, alamat, pendidikan, pekerjaan, No.Telp/Hp) dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan denganpenyakit kulit yang Bapak/Ibu
alami.Langkah kedua, Saya akan melakukan pemeriksaan klinis kepada Bapak/Ibu
meliputiinspeksi (melihat) menggunakan surya kanta dan palpasi (meraba)
menggunakantangan untuk menentukan diagnosis kelainan kulit Bapak/Ibu. Pemeriksaan ini
dilakukan sesuai prosedur oleh peneliti dan tidak akan menimbulkan rasa sakit.Identitas
pribadi dan semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaandan tidak akan
disebarluaskan ataudipublikasikan. Publikasi data hanya dilakukanterhadap hasil pengolahan
data secara keseluruhan.
Jika Bapak/Ibu sudah mengerti dengan penjelasan dan langkah-langkah penelitian di
atas, Bapak/Ibu berhak melakukan penolakan untuk ikut serta dalam penelitian ini atau
menyetujui berpartisipasi. Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela
sehingga Bapak/Ibu bebas untuk mengundurkan diri tanpa ada sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu
40
setujuberpartisipasi pada penelitian ini, maka Saya akan meminta Bapak/Ibu
untukmenandatangani lembar “Persetujuan Mengikuti Penelitian”.
Besar harapan saya bahwa Bapak/Ibu bersedia untuk menjadi peserta dalam penelitian
ini dan bersedia mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya. Bila terdapat hal yang kurang
jelas atau ingin ditanyakan, Bapak/Ibu dapat langsungbertanya kepada Saya atau silahkan
menghubungi Saya pada nomor telepon:082377474005.
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu menjadi responden dalam penelitian ini
sayaucapkan terima kasih.
Hormat Saya
41
Lampiran 2
Nama : ..............................................................................................................
Tempat/tgl lahir : ..............................................................................................................
Alamat : ..............................................................................................................
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa paksaan dan dalam keadaan sadar
sepenuhnya.
Pembimbing
42
Lampiran 3
No Peserta :
Tanggal :
I. IDENTITAS
Nama :
Usia :
Alamat :
No. Telp/Hp :
II. PEDOMAN WAWANCARA
Berilah tanda checklist/centang (√) pada kolom yang telah disediakan, sesuai
dengan keadaan dan pernyataan pasien.
Dermatomikosis superfisialis
Selama kehamilan, apakah ada keluhan bercak-bercak merah di lipat paha atau lipat
payudara atau bercak putih/panu?
Pruritus
Selama kehamilan, apakah Ibu ada merasa gatal-gatal disertai atau tidak disertai
lesi/kelainan kulit primer? (Jika tidak ada keluhan gatal, langsung lanjut no. 16)
Jika gatal tidak disertai lesi/kelainan kulit primer, pada bagian tubuh manakah gatal
dirasakan dan sejak kapan? (Jawaban boleh lebih dari satu)
Lesi/kelainan kulit apakah yang mengikuti rasa gatal selama kehamilan dan sejak
kapan? (Jawaban boleh lebih dari satu)
Jika gatal disertai lesi/kelainan kulit primer, pada bagian tubuh manakah gatal
dirasakan dan sejak kapan? (Jawaban boleh lebih dari satu)
Apakah rasa gatal yang dialami selama kehamilan mengganggu aktifitas?
Jika Ya, bagaimana rasa gatal selama kehamilan mengganggu aktifitas? (Jawaban
boleh lebih dari satu)
Apa saja hal yang dapat menimbulkan keluhan?
Apakah Ibu pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya?
Apakah Ibu atau orang tua Ibu mempunyai riwayat alergi?
43
Adakah penyakit kulit lain yang pernah Ibu derita sebelumnya dan kambuh/kembali
terjadi selama kehamilan? (contoh: urtikaria/kaligato, dermatitis, eksem, campak,
cacar, dll)
Xerosis
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Dermatologikus
Distribusi : ................................................................................................................
A/R : ................................................................................................................
Karakteristik lesi : ................................................................................................................
................................................................................................................
Efloresensi : ................................................................................................................
................................................................................................................
Diagnosis :
44
45