BAB II
KAJIAN PUSTAKA
seiring dengan pertambahan usia karena proses penuaan. Pada umumnya menua
adalah suatu proses yang memang harus dialami secara alamiah dan merupakan
tersebut. Faktor – faktor tersebut antara lain adanya faktor internal seperti
radikal bebas, hormon yang berkurang dan genetik. Dan ada pula faktor
eksternal seperti pola hidup yang tidak sehat, polusi lingkungan dan stress.
dikembalikan ke kondisi optimal seperti pada usia muda. Karena itu proses
penuaan dapat dianggap dan diperlakukan sebagai sebuah penyakit yang dapat
karena hormonnya tidak normal. Manusia tidak harus terhukum oleh takdir
genetiknya.
10
11
proses penuaan. Ada dua kelompok yang sering dipakai adalah teori “pakai dan
rusak” (wear and tear theory) dan teori program. Toeri “pakai dan rusak “
meliputi kerusakan DNA, glikosilasi, dan radikal bebas. Teori program meliputi
teori terbatasnya replikasi sel, proses imun, dan teori hormon. Akibat penurunan
fungsi berbagai organ tubuh maka muncul tanda dan gejala proses penuaan
yakni tanda fisik yaitu: massa otot berkurang, lemak meningkat, kulit berkerut,
kerja menurun dan sakit tulang. Tanda psikis yaitu: penurunan gairah hidup,
sulit tidur, mudah cemas, tersinggung dan merasa tidak berarti lagi.
Pencegahan adalah lebih baik daripada pengobatan, dalam hal ini untuk
dan jiwa dengan pola hidup sehat meliputi makanan sehat, cukup olahraga
Penuaan kulit yang biasa disebut skin aging memiliki berbagai tanda, salah
lebih tipis, kering, keriput pada wajah (Baumann dan Saghari, 2009). Proses
disebabkan karena proses penuaan kulit dan diperparah dengan kondisi iklim di
2.2 Kulit
Kulit merupakan bagian terluas dan terberat dari tubuh manusia. Kulit
adalah organ tubuh yang penting untuk menjamin kelangsungan hidup dan
terluar dengan luas 1.5 m² pada orang dewasa dengan berat kira-kira 15% dari berat
Gambar 2.1
Struktur anatomi kulit manusia (Mescher, 2016)
13
Secara garis besar kulit tersusun atas tiga lapisan yaitu lapisan epidermis,
lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Lapisan terluar yaitu epidermis terdiri dari sel
keratinosit, pigmen, protein. Lapisan tengah yaitu dermis terdiri atas pembuluh
darah, saraf, folikel rambut, kelenjar sebaseus dan kelenjar keringat. Lapisan
subkutis yaitu lapisan hipodermis terdiri dari pembuluh darah dan lemak (Baumann
dan Saghari, 2009). Batas antara dermis dan epidermis tidak teratur dimana
tonjolan dermis yang disebut papila dermis saling mengunci dengan tonjolan
epidermis yang disebut epidermal ridges. Sedangkan batas antara dermis dan
subkutis tidak ada garis tegas yang memisahkannya (Wasitaatmadja, 2007). Seperti
1. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis merupakan tipe epitel, avaskuler dan memiliki lapisan yang
berbeda strata: 4 lapis pada kulit yang tipis dan 5 lapis pada kulit yang tebal. Seperti
Gambar 2.2
Adalah lapisan kulit yang paling luar, terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng
yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin atau
zat tanduk. Berfungsi untuk melindungi dari lingkungan luar dan mencegah
2. Stratum lusidum
tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut
eleidin.
Merupakan 2-3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
Lapisan ini disebut juga lapisan prickle cell yang terdiri atas beberapa lapis
jembatan antar sel yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril. Diantara sel-
5. Stratum basal
Lapisan ini terdiri atas sel-sel berbentuk kubis atau kolumnar yang tersusun
lapisan epidermis paling bawah. Lapisan ini terdiri dari 2 jenis sel yaitu sel
keratinosit dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar dan sel
(Wasitaatmaja, 2007).
fungsinya masih belum jelas tetapi sel ini berkaitan dengan serabut saraf dan
kelenjar endokrin, seperti yang tampak pada gambar 2. 3 dibawah ini (Scott
Gambar 2.3
Struktur epidermis kulit (Costin dan Hearing, 2007)
16
2. Lapisan Dermis
Lapisan dermis terletak antara epidermis dan lemak subkutan. Dermis ini
bertanggung jawab terhadap ketebalan kulit yang bervariasi pada setiap bagian
tubuh dan jumlahnya dua kali lipat pada usia 3– 7 tahun dan masa pubertas. Dengan
penuaan ketebalan dan kelembaban dermis menurun. Lapisan dermis terdiri dari
saraf, pembuluh darah, kelenjar keringat dan terbanyak adalah kolagen. Bagian
lapisan atas dermis dibawah epidermis disebut papila dermis dan bagian bawah
disebut retikular dermis. Fibroblas adalah tipe sel yang paling primer di dermis
kolagenase dan stromelisin. Sel imun seperti sel mast, lekosit polimorfonukler
(PMN), limfosit dan makrofag juga terdapat didermis. Kehilangan kolagen, elastin
dermis dan dermal epidermal junction adalah tanda penuaan kulit. (Baumann dan
Saghari, 2009)
3. Lapisan Subkutan
Komponen utamanya adalah jaringan lemak atau adiposit, jaringan fibrus dan
pembuluh darah. Estimasi beratnya 9 – 18 % dari berat badan pada laki-laki normal
dan 14 - 20% pada wanita normal. Kehilangan lemak diwajah sangat berdampak
berkontribusi terhadap penampakan usia wajah dan badan. Lapisan subkutis berada
dibawah lapisan dermis, disebut juga sebagai lemak subkutan karena terdiri dari
sel-sel lemak. Fungsi lapisan ini adalah sebagai cadangan energi tubuh, menyimpan
17
vitamin larut dalam lemak (A, D, E, K), membentuk permukaan tubuh, melindungi
dari injuri, panas tubuh dan regulasi hormon androgen dan estrogen (Baumann dan
Saghari, 2009).
2.3 Melanin
Melanosit adalah sel yang menghasilkan warna yang berasal dari sel
pluripotent neural crest yang berdiferensiasi menjadi sel neuron, glia, otot polos,
akhirnya di folikel rambut dan kulit sama seperti di dalam kokhlea, koroid, ciliary
body, dan iris. Melanosit merupakan sel khusus yang terdapat di epidermis yang
dijumpai di bawah atau diantara sel – sel stratum basalis. Melanin adalah
komponen yang dihasilkan oleh sel melanosit yang terdapat pada lapisan basal
melalui sinyal antara lain Wnt (Wingless related), Endothelin (ET-3), steel
factor (SF) (stem cell factor, c-Kit ligand), HGF (Hepatocyte Growth Factor),
BMP (Bone Morphogenic Protein), (Park dan Yaar, 2012). Seperti yang dapat
Gambar 2.4
Migrasi sel melanosit dari neural crest (Wedmore, 2014)
Melanosit memiliki bentuk badan sel bulat tempat bermulanya cabang – cabang
panjang ireguler dalam epidermis. Cabang – cabang ini berada diantara sel – sel
basal dan stratum spinosum. Dengan mikroskop elektron terlihat sel berwarna
sisterna pendek pada retikulum endoplasma kasar. Melanosit pada kulit normal
melanosom, ukuran, bentuk, tipe dan warna serta cara penghantaran dan distribusi
melanosit bukan pada jumlah melanositnya. Seperti yang terlihat pada gambar 2.5
dibawah ini.
19
Gambar 2.5
Sel melanosit di epidermis (Pescarmona, 2011)
Faktor – faktor penting dalam interaksi antara keratinosit dan melanosit yang
terakhirnya dalam kertinosit. Seperti yang digambarkan pada gambar 2.6 dibawah
ini. Melanin berfungsi sebagai memberi warna kulit, penyerap sinar UV dan
penahan radikal bebas sehingga dapat melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar
UV. Jumlah melanosit akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Melanin
terdiri dari dua tipe yaitu eumelanin yaitu pigmen gelap berwarna coklat-
sintesisnya akan meningkat apabila terpapar sinar UV. Pheomelanin lebih banyak
mengandung sulfur dan asam amino sistein terdapat dalam melanosom sferis dan
soluble. Pada dasarnya pigmen melanin yang terdapat pada kulit, rambut dan mata
adalah kombinasi antara eumelanin dan pheomelanin (Park dan Yaar, 2012).
Gambar 2.6
Aktivitas sel melanin (Baumann dan Saghari, 2009)
21
endoplasma kasar, diakumulasi dalam vesikel yang dibentuk oleh kompleks Golgi.
melanosom tahap III. Terakhir struktur ini hilang dengan aktivitas tirosinase dan
melanosit dan masuk ke dalam keratinosit, seperti yang tampak pada gambar 2.7
Gambar 2.7
Melanosom dengan melanogenesis (Park dan Yaar, 2012)
lebih banyak dengan ukuran lebih besar dan degradasi yang lambat dibandingkan
kulit terang (Baumann, 2009). Sistem pigmentasi manusia ada 2 tipe sel yakni sel
melanosit dan sel kertinosit serta komponen seluler yang berinteraksi membentuk
pigmen melanin. Melanosit merupakan sel eksokrin yang berada di lapisan basal
epidermis dan matrik bulbus rambut. Setiap melanosit dihubungkan oleh dendrit –
dua subtipe melanin yaitu eumelanin dan feomelanin. Ensim tirosenase berperan
dalam pembentukan dua subtipe tersebut (Park dan Yaar, 2012). Seperti terlihat
diperlukan untuk sintesis eumelanin yaitu pigmen berwarna coklat atau hitam.
23
mengalami empat tahap atau stadium pematangan, seperti pada gambar 2.8 yaitu :
bentuknya lonjong.
Gambar 2.8
paling besar di antara semua enzim. Sintesa melanin dimulai dari hidroksilasi
hitam dan rasio terendah menunjukkan eumelanin coklat. DOPAkuinon juga dapat
bereaksi dengan glutation atau sistein membentuk sisteinil DOPA, yang kemudian
molekul rendah, terlihat pada gambar 2.10 (Baumann, 2009; Sehgal et al, 2011;
Gambar 2.9
Gambar 2.10
2.4 Hiperpigmentasi
Pada gambar 2.11 dijelaskan faktor yang menyebabkan adalah MSH dan paparan
sinar UV. Adapun kelainan hiperpigmentasi yang sering dijumpai seperti melasma,
(Baumann, 2009).
27
Gambar 2.11
tepi tidak teratur dijumpai pada muka, terutama kedua pipi, dahi, bibir atas dan
dagu. Melasma dijumpai pada wanita hamil, atau wanita yang memakai kontrasepsi
khususnya yang mengandung progesteron tetapi dapat juga dijumpai pada pria atau
wanita tanpa gangguan sistem endokrin yakni dari paparan sinar UV. Melasma
(VEGF), basic Fibrolast Growth Factor (bFGF) dan interleukin-8. Interaksi antara
28
yang meningkatkan produksi melanin sama seperti prostaglandin D2, E2, dan F2,
Tumor Necrosis Factor (TNF)-α, interleukin 1α, IL1β, dan IL6 (Baumann, 2009)
internal diantaranya hormonal dan genetik; faktor eksternal yaitu sinar UV, obat –
korteks adrenal. Peningkatan MSH dan ACTH yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitari akan terjadi bila kortisol mengalami defisiensi sebagai akibat dari
sel tersebut menjadi hiperaktif. Peranan hormon estrogen dan progesteron pada
kehamilan yang disertai melasma juga belum diketahui dengan pasti (Oghechie-
Godec et al, 2017). Melasma tidak akan hilang setelah proses kelahiran atau
penghentian penggunaan obat kontrasepsi. Kelainan ini dapat memudar akan tetapi
lebih sering persisten untuk jangka waktu yang lama dan timbul kembali pada
peranan penting dalam etiologi melasma tetapi terdapat insiden yang rendah
al, 2009).
30
memudar selama musim dingin. Lipid dan jaringan tubuh terutama kulit yang
radikal bebas yang merusak lipid dan jaringan tersebut. Radikal bebas ini akan
berisiko dalam pathogenesis melasma, termasuk UVB 290-320 nm dan UVA 320-
400 nm juga sinar kasat mata (Bagherani et al, 2015). Semakin kuat UVB maka
akan semakin kuat menimbulkan reaksi di epidermis dengan perkiraan 10% dapat
mencapai dermis, sementara 50% UVA akan mencapai dermis. Mekanisme sinar
lebih cepat dan kenaikan ekspresi regulasi mediator melanogenik dari sel keratinosit
ke dermal stem sel dengan cara mengiduksi produksi alpha Melanocyte Stimulating
Disamping itu juga terjadi kenaikan regulasi protease activated reseptors dan
tirosinase sehingga dengan adanya sinar UV, ensim tirosinase bekerja secara
maksimal dan memicu proses melanogenesis (Rodrigues dan Pandya, 2015). Pada
melanosit sehingga timbul proses tanning cepat dan lambat sebagai respon terhadap
jam setelah paparan. Reaksi cepat ini merupakan fotooksidasi dari melanin yang
telah ada dan melanin hasil radiasi UVA hanya tersebar pada stratum basalis. Pada
reaksi pigmentasi lambat dan bertahan 10 – 14 hari setelah paparan UVB terjadi
epidermal yang lebih banyak dibanding bagian tubuh lainnya dan merupakan
daerah yang paling sering terpapar sinar UV. Interaksi antara faktor sinar UV dan
Kinasee Cβ). Hasilnya adalah peningkatan sintesis dan distribusi melanin, terlihat
Gambar 2.12
Radiasi UV meningkatkan melanogenesis (Baumann, 2009)
Lesi melasma tampak sebagai makula coklat terang sampai gelap, dengan
pinggir irregular dan distribusi biasanya simetris pada wajah, menyatu dengan pola
33
retikular, terutama di pipi, dahi, hidung, lengkungan alis mata, atas bibir, dagu dan
Terdapat tiga pola utama dari distribusi lesi tersebut, yaitu sentrofasial
(65%) mengenai daerah pipi, dahi, hidung, di atas bibir dan dagu, merupakan
bentuk yang paling sering ditemukan, malar (20%) mengenai pipi dan hidung, dan
mandibular (15%) mengenai ramus mandibular. Melasma di luar wajah juga terjadi
pada lengan dan punggung tangan, leher, sepertiga atas dada. Melasma tidak
aktif dibandingkan pada kulit normal. Pada mikroskop elektron tampak pelebaran
melanosit dengan dendrit yang jelas dari mitokondria, apparatus Golgi, Rough
diantaranya : gangguan dan penipisan membran basal pada kulit yang terkena lesi,
peningkatan serat elastin (solar elastin) dan pembuluh darah serta elevasi ekspresi
VEGF, peningkatan jumlah sel mast di dermis dan peningkatan ekspresi c- kit dan
stem sel, yang diilustrasikan pada gambar 2.13 (Poojary et al, 2015).
34
Gambar 2.13
korneum.
35
yang terbagi dalam empat tipe (Sehgal et al, 2011). Klasifikasi sebelum pengobatan
sangat penting oleh karena lokalisasi pigmen dapat menentukan pengobatan yang
prognosis dari pengobatan melasma. Apabila lesi-lesi terlihat lebih jelas dengan
pemeriksaan lampu Wood maka kesempatan lebih baik bagi perbaikan klinis. Pada
menjadi :
Pada tipe ini, terjadi peningkatan melanin di epidermis dan beberapa melanofag di
dilihat dibawah lampu biasa dan penilaian dengan lampu Wood menunjukkan
warna yang kontras antara daerah yang hiperpigmentasi dibanding kulit normal.
Pasien dengan hiperpigmentasi tipe epidermal memiliki respon yang lebih baik
dibawah lampu biasa dan dengan lampu Wood tidak memberikan warna kontras
pada lesi. Pada tipe ini, eliminasi pigmen bergantung pada transport melalui
makrofag dan keadaan ini tidak mampu dicapai oleh bahan-bahan depigmentasi.
Hiperpigmentasi biasanya berwarna coklat gelap apabila dilihat dengan lampu biasa
dan dengan lampu Wood terlihat pada beberapa daerah lesi akan tampak warna
Lesi yang dijumpai pada sekelompok pasien dengan tipe kulit gelap (tipe V dan VI)
tidak dapat dikategorikan dibawah lampu Wood. Lesi berwarna abu-abu gelap
namun sulit dikenali oleh karena sedikitnya kontras warna yang timbul (Begharani
et al, 2015).
37
Gambar 2.14
efek anti fibrinolitik melalui blokade reversibel lysine binding-sites pada molekul
fibrinogen, fibrin, dan faktor pembekuan darah lain, dapat mengatasi pendarahan
berinteraksi dengan residu lisin pada polimer fibrin, yang menyebabkan degradasi
fibrin. Secara alami plasminogen memiliki 4 – 5 ikatan lisin dengan afinitas yang
lemah dengan asam traneksamat. Afinitas kuat plasminogen – lisin terdapat pada
afinitasnya kuat sampai jenuh dengan asam traneksamat (Rai, 2017). Asam
reversibel dengan lysine-binding sites sehingga sintesa melanin terhambat, dan efek
struktur hidroksil (COOH) yang serupa dengan tirosin seperti yang terlihat di
Gambar 2.15
yang menjanjikan untuk penanganan melasma (Lee et al, 2006). Studi tersebut
Area and Severity Index) yang dilakukan pada minggu ke 4 dan 8. Hasil dari studi
tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan MASI yang bermakna pada minggu
marmut yang dipapar sinar UV selama 1 bulan. Suntikan dilakukan setiap 3 hari
selama 1 bulan setelahnya. Ditemukan hasil histologinya pada basal layer epidermis
yang terpapar UV tidak terjadi penurunan jumlah sel melanosit tetapi signifikan
MASI. Cho et al.(2013) memberikan asam traneksamat dengan dosis 500 mg per
hasil yang lebih baik dibandingkan hanya dengan laser. Shin et al. (2013) dengan
dosis 750 mg per hari selama 8 minggu, kombinasi dengan laser Qs – Nd-YAG,
traneksamat 250 mg dua kali sehari kombinasi dengan triple combination cream
selam 8 minggu, ditemukan signifikan dan perubahan yang cepat pada klinis
melasma dan memperbaiki efek samping dari pemakaian steroid dan hidrokuinon
dari melasma. Dari studi in-vitro diketahui plasminogen banyak terdapat di bagian
PA tipe urokinase dan PA tipe tissue tapi hanya mensekresi single chain urokinase
karena pil kontrasepsi atau kehamilan. Blokade dari efek ini mungkin merupakan
pasien-pasien melasma, seperti yang dilakukan oleh Maeda dan Tomita., dalam
(Poojary, 2015) :
melanogenesis.
42
Gambar 2.16
melanogenesis (Li et al, 2010 ;Poojary et al.2015) Ensim TRP-1 dan TRP-2 sangat
dengan menurunkan level TRP-1 dan TRP-2. Aktivasi jalur sinyal extracellular
43
menurunkan ekspresi protein tirosinase (Rai, 2017). Sel mast juga berperanan
penting dalam terbentuknya solar elastosis, salah satu penampakan pada histologi
melasma, yaitu elastin di kulit yang terpapar UV berikatan dengan jumlah sel mast.
Disamping itu, plasmin diduga dapat mengubah ikatan matriks VEGF menjadi
bentuk bebas yang mengawali proses angiogenesis (Poojary et al, 2015). Jadi
Gambar 2.17
Asam traneksamat tidak berefek pada kulit sehat yg tidak terpapar sinar UV.
Hal lain yang juga berperanan penting dalam melanogenesis adalah pil kontrasepsi
dan kehamilan yang juga meningkatan serum plasminogen activator, yang sudah
50% dari dosis yang tertelan, makanan tidak mempengaruhi bioavailabilitas asam
plasma maksimum asam traneksamat tercapai setelah 3 jam dari dosis oral.
Metabolismenya hanya sebagian kecil kurang dari 5% dari obat. Asam traneksamat
memiliki waktu paruh eliminasi adalah 3 jam, dieksresikan melalui urin dalam
waktu 24 jam dengan bentuk tidak berubah (Sweetman, 2009). Studi in vitro asam
al,2013).
pemberian lain per oral 1-1,5 g, 2- 3 kali per hari (Kim, 2017). Dosis untuk
pengobatan melasma jauh lebih rendah dari dosis sebagai anti fibrinolitik (Perper
45
et al, 2017) 250 mg dua kali sehari, hanya seperenam dosis asam traneksamat
sebagai agen hemostatik (Kim,2017). Dari jumlah total beredar dalam tubuh, ikatan
asam traneksamat dengan protein plasma adalah 3% pada dosis terapi. Asam
melanogenesis
memberikan efek lokal pada kulit yaitu jalur penyerapan yang cepat dilalui asam
sampai lapisan basal epidermis dengan sudut kemiringan jarum saat injeksi < 10 -
Seperti yang dijabarkan pada cara kerja asam traneksamat dalam pathogenesis
Pemberian asam traneksamat oral melalui jalur yang lebih panjang sebelum
Asam traneksamat cepat diabsorpsi dari saluran cerna sampai 40% dari 1 dosis oral.
46
kemudian sampai ke sirkulasi sistemik menuju tempat kerjanya yaitu sel keratinosit.
patogenesis melasma seperti terlihat pada gambar 2.16 dan 2.17 (Maeda et al,
250 mg dua kali sehari dengan intradermal mikroinjeksi 4mg/ml selama 12 minggu
dengan parameter yang diukur adalah perbaikan skor MASI memberikan hasil yang
efektif dan aman untuk melasma dan tidak tergantung pada cara pemberiannya.
Pada penelitian ini parameter yang diukur adalah penurunan jumlah melanin
traneksamat (5 mg/ml) dosis 0.5 ml/cm (Li et al, 2010) terhadap oral asam
traneksamat. Perhitungan dosis oral asam traneksamat yang akan digunakan untuk
Sehingga didapatkan dosis asam traneksamat oral 150 – 250 mg diberikan dua kali
sehari. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dosis 250 mg dua kali dalam
sehari.
47
aktivasi plasminogen menjadi plasmin. Pada banyak konsentrasi yang lebih tinggi,
bersifat inhibitor non kompetitif plasmin, yaitu tindakan yang mirip dengan asam
aminokaproat. Asam traneksamat adalah sekitar 10 kali lebih kuat daripada in vitro
traneksamat baik suntikan maupun oral sebaiknya berhati – hati terutama pada
pasienyang memiliki riwayat penurunan fungsi ginjal dan tromboemboli baik vena
maupun arteri. Pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal akan terjadi akumulasi
Toksisitas asam traneksamat terjadi pada letal dose (LD 50) oral, pada tikus
adalah > 10 g / Kgbb. Gejala overdosis mungkin mual, muntah, gejala ortostatik
atau hipotensi. Efek samping asam traneksamat paling umum yaitu sakit kepala,
48
penurunan nafsu makan, mual dan diare. Peningkatan trombosit belum teruji secara
klinis (Gery et al, 2009; Drugbank). Obat melintasi sawar darah-otak dan plasenta,
tapi diekskresikan ke dalam ASI minimal. Asam traneksamat tidak terdeteksi dalam
air liur setelah pemberian sistemik atau oral (Gery et al, 2009).
Evaluasi hasil pengobatan penelitian uji klinis pada melasma dapat di bagi
subjektif terutama sekali the physician’s global assessment (PGA) merupakan the
Sistem pengukuran yang paling sering digunakan adalah skor MASI dan
pertama kali dipakai oleh Kimbrough-Green et al. untuk penilaian melasma. MASI
adalah suatu cara untuk mengukur secara teliti keparahan melasma dan perubahan
selama terapi. Skor MASI dihitung pertama sekali dengan menilai area
hiperpigmentasi di wajah. Empat area yang di evaluasi: dahi (F), pipi kanan (MR),
pipi kiri (ML), dan dagu (C), yang disesuaikan secara berurutan dengan 30%, 30%,
30%, dan 10% dari seluruh wajah. Melasma di masing-masing keempat area diberi
normal (D) di nilai pada masing-masing area dengan skala 0 (tidak ada) sampai 4
kalikan dengan nilai numerik area yang terlibat (A); skor maksimal adalah 48 dan
minimal 0. The Melasma Severity Scale (MSS) merupakan sistem skoring empat
tingkat (skala kategorik) yang menilai keparahan melasma yaitu: 0, lesi melasma
hampir sama dengan kulit normal di sekitarnya atau dengan sedikit sisa pigmentasi;
Berbagai teknik evaluasi objektif telah digunakan pada penelitian uji klins
melasma, disertai penurunan jumlah pembuluh darah dan sel mast. Secara histologi
terlihat pada gambar 2.18 (Na et al, 2012; Kwon et al, 2016)
50
Gambar 2.18
Histologi perubahan kulit dengan melasma sebelum dan sesudah terapi oral
traneksamat kombinasi : (A,B: penurunan pigmentasi epidermal, C,D: penurunan
level vaskularisasi, E,F: penurunan jumlah sel mast) ( Na et al , 2016)
fisiologinya, bebas dari penyakit, didapat dari breeding center yang baik
World Medical Association antara lain : respect yaitu menghormati hak dan
bermanfaat bagi mausia dan mahluk lain, manfaat yang didapat harus lebih besar
dibandingkan dengan risiko yang diterima; dan justice yaitu bersikap adil dalam
marmot sebaiknya memperhatikan 5 hal (five freedom) yaitu bebas dari rasa lapar
dan haus, ketidaknyamanan, rasa nyeri, cidera dan penyakit, rasa takut dan tekanan,
5 %. Marmut secara alami tidak dapat mensintesis vitamin C dalam tubuh, oleh
laboratorium memakan pellet yang diberikan tidak boleh terlalu keras (Smith et al,
1988).
dengan manusia, oleh karena itu marmut banyak digunakan pada penelitian. Warna
kulit marmut beragam karena marmut memiliki melanin, baik dari jenis eumelanin
dan pheomelanin, tetapi ada juga yang albino. Warna kulit yang berwarna pink
Gambar 2.19
Gambar 2.20
(Pocock, et al. 2006). Distribusi melanin pada marmut lebih mirip pada distribusi
melanin pada manusia. Marmut yang dipilih adalah marmut berwarna (Imholte dan
Jindra, 2009; Li et al, 2010). Kulit marmut jika dipaparkan dengan sinar UV B akan
menjadi lebih gelap sama halnya yang terjadi pada kulit manusia seperti tampak
detik 3 kali seminggu di Universitas Udayana tahun 2016 - 2017 dengan hasil
Gambar 2.21.
Gambaran Kulit marmut sebelum (a) NB-UVB dipaparkan pada tiga area yang
menunjukkan tidak ada pigmentasi; setelah (b) daerah paparan menunjukkan
hiperpigmentasi di area 1dan 2 Anbar et al, 2012)
54
Histologi kulit marmut setelah terpapar sinar UV B seperti tampak pada gambar
Gambar 2.22