Anda di halaman 1dari 8

Stroke pada anak merupakan penyebab defisit neurologis yang penting, namun sering kali salah

dipahami pada anak. Gambaran klinis stroke tergantung pada umur anak. Anak usia lebih tua sering
menunjukkan gejala neurologi fokal yang sama pada individu dewasa. Anak usia muda dapat lebih
sulit dinilai dan memiliki gambaran neurologis yang lebih samar. Standar baku investigasi kasus
stroke pada anak adalah pemeriksaan MRI orak yang menunjukkan regio sinyal T2 tinggi dengan
restriksi difusi. Pemeriksaan MRI dapat mengidentifikasi penyebab stroke pada anak. Perbaikan
diagnosis melalui pemahaman yang lebih baik tentang temuan MRI menurunkan morbiditas dan
mortalitas.

SINDROM MOYAMOYA

Moyamoya merupakan kondisi yang pertama kali dideskripsikan di Jepang pada tahun 1955 sebagai
hipoplasia arteri karotis interna. Penyakit ini menyebabkan pembentukan jaringan pembuluh darah
lentikulostriata kolateral. Stroke dapat disebabkan oleh hipoperfusi akibat stenosis atau perdarahan
dari arteri perforator yang rapuh atau ruptur aneurisme aliran rendah. Beberapa data menunjukkan
bahwa derajat keparahan moyamoya dapat dinilai dari tingkat pembentukan pembuluh darah
kolateral. MRI perfusi dapat memberikan informasi lebih lanjut.

Gambar 1. Seorang anak perempuan dengan penyakit anemia sel sabit mengalami gejala neurologis
pada sisi kanan tubuh yang terjadi secara tiba-tiba. Gambaran T2-weighted (T2WI) pada basis kranii
dan MRA menunjukkan tidaknya arteri serebri media bilateral dan lentikulostriata kolrateral pada
moyamoya. Dijumpai sinyal intensitas tinggi pada lobus oksipital pada T2Wi yang menunjukkan
retriksi difusi sugestif infark akut. Penyakit anemia sel sabit merupakan salah satu penyebab sindrom
moyamoya yang diketahui

VASKULITIS INFEKSIOSA

Vaskulitis sistem saraf pusat (SSP) merupakan kumpulan kelainan inflamasi yang dapat bersifat
primer atau sekunder akibat penyakit sistemik. Vaskulitis SSP dapat terjadi akibat infeksi, penyakit
jaringan ikat sistemik dan vaskulitis, pengobatan, dan penyakit inflamasi, seperti inflammatory bowel
disease dan sarkoidosis. Penyebab infeksi vaskulitis SSP adalah penyakit virus, seperti varisela, HIV
dan hepatitis C, infeksi bakteri, seperti penyakit Lyme dam tuberkulosis, infeksi fungal dan parasitik.
Malformasi Arteriovena

Malformasi arteriovena serebral merupakan lesi vaskuler kongenital yang ditandai oleh arteri yang
mengalirkan darah langsung ke vena tanpa capillary bed. Kelainan ini meningkatkan tekanan struktur
vena yang terkena sehingga meningkatkan aliran darah dan dilatasi pembuluh darah. Risiko stroke
akibat malformasi arteriovena sebesar 1-2% per tahun.

Gambar Seorang perempuan berusia 13 tahun dibawa ke unit gawat darurat setelah kolaps. Pada
saat dirawat di rumah sakit, pupil isokor dan midriasis. Pasien memerlukan intubasi dan ventilasi
pascahenti napas. CT-scan tanpa kontras pascaresusitasi menunjukkan materi penyangatan tinggi
berupa darah yang mengenai ventrikel IV dan meluas hingga ke sistem ventrikuler. CT angiogram
menunjukkan pembuluh darah besar yang meninggalkan lokasi perdarahan mewakili pembuluh
darah dari malformasi arteriovena

Diseksi Arteri

Diseksi arteri servikoserebral merupakan adanya darah dalam lapisan dinding arteri. Kelainan ini
merupakan penyebab stroke yang semakin sering dijumpai pada populasi usia muda. Diseksi karotis
interna merupakan diseksi arteri servikal yang paling sering dijumpai dan umumnya berkaitan
dengan trauma, dengan peningkatan risiko pada pasien dengan penyakit jaringan ikat, seperti Ehlers
Danlos. Pada diseksi arteri karotis interna, mekanisme stroke disebabkan oleh perdarahan subintima
yang diikuti dengan penyempitan lumen dan fenomena emboli sekunder.
Gambar Atlet senam berusia 12 tahun datang ke instalasi gawat darurat dengan kelemahan motorik
sesisi kanan yang terjadi secara tiba-tiba dan nyeri leher kanan tajam. CT-scan kepala normal. T2Wi
menunjukkan regio dengan intensitas sinyal tinggi pada teritorial arteri serebri media yang
berkorespondensi dengan retriksi difusi pada DWI dan sekuens ADC sesuai dengan infark teritorial
arteri serebri media kanan. MR angiografi time of flight (TOF) pada leher menunjukkan hilangnya
sinyal arteri karotis interna kanan. Diagnosis infark MCA kanan akibat diseksi arteri karotis interna
kanan ditegakkan

Infark Vena

Trombosis sinus vena sering didiagnosis lambat bila terjadi pada anak dan dewasa muda. Gambaran
klinis yang menonjol adalah sakit kepala. Berbagai faktor predisposis, meliputi koagulopati, infeksi
intrakranial dan basis kranii, trauma, kehamilan, dehidrasi, penyakit hematologi (terutama leukemia
yang diterapi dengan L-aspiraginase), pil kontrasepsi oral, dan idiopatik. Pada pemeriksaan CT-scan,
trombosis sinus vena tampak sebagai bekuan hiperdens dalam pembuluh darah. Tanda delta kosong
pascakontras dapat diamati sebagai defek pengisian vena yang tampak sebagai bekuan yang
dikelilingi oleh kontras. Distribusi edema serebri dan/atau infark bervariasi sesuai distribusi trombus.
Pada pemeriksaan, infark vena memiliki sinyal bekuan yang bervariasi tergantung pada umur
bekuan, kekuatan lapang, kadar hemoglobin, sekuens pencitraan, dan faktor lainnya. Tidak dijumpai
sinyal aliran pada venogram resonansi magnetik dan perubahan DWI berkaitan dengan infark.
Gambar anak perempuan usia 14 tahun dengan limfoma Hodgkin yang diterapi dengan kemoterapi L-
aspiraginase masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala tiba-tiba, kebingungan, dan kejang. CT-scan di
IGD menunjukkan hilangnya diferesiasi substansia nigra-alba pada lobus temporo-oksipital kiri dengan material
densitas tinggi yang sesuai dengan trombosis sinus transversum akut kiri dengan infark vena. MRI
mengkonfirmasi diagnosis ini, menunjukkan sinyal intensitas tinggi pada sekuens T2 dan fluid-attenuated
inversion recovery (FLAIR) di regio parietooksipital dengan sinyal intensitas tinggi dalam sinus transversum kiri
pada T1 potongan koronal tanpa penyangatan dan tidak ada aliran pada MR venogram.
Gambar Anak laki-laki usia 7 tahun mengalami nyeri kepala, demam, dan kebingungan dengan riwayat nyeri
telinga kiri. MRI menunjukkan koleksi penyangatan berdekayan dengan sinus sigmoid kiri dan sinyal intensitas
tinggi dalam straight sinus pada T1. MR venogram time of flight mengkonfirmasi temuan ini dengan hilangnya
sinyal dari sinus sigmoid kiri. Penampakan konsisten dengan trombosis sinus venosus dan empiema epidural.
Gambar Neonatus usia 6 hari lahir pervaginam dengan bantuan forsep, cukup bulan mengalami kejang. CT-
kepala tanpa penyangatan menunjukkan materi penyangatan intensitas tinggi sugestif darah dalam ventrikel
lateral. Materi penyangatan intensitas tinggi menunjukkan trombus dapat juga diamati secara posterior dalam
vena serebri dalam. Gambaran T2 menunjukkan regio sinyal intensitas tinggi

A 6-day-old neonate,
delivered at term by spontaneous
vaginal delivery with forceps,
presented with seizures. The
unenhanced CT head shows high
attenuation material, representing
blood, within the lateral ventricles.
High attenuation material, representing
thrombus, can also be seen tracking
posteriorly in the deep cerebral veins
bilaterally. The T2 shows high-signal
regions in the corona radiata bilaterally
in keeping with stroke and loss of
signal in the lateral ventricles and the
deep cerebral veins due to blood
products. On the reconstructed
time-of-flight magnetic resonance
venogram (MRV), the deep cerebral
veins are absent due to thrombosis
causing reduced flow.

Meningitis dengan Infark Perforator

Meningitis bakterial merupakan penyebab penting dan signifikan morbiditas dan mortalitas pada
pasien pediatrik. Meningitis dapat menyebabkan stroke akibat oklusi arteri pembuluh darah kecil
dan besar, trombosis sinus vena atau kolaps kardiovaskuler dengan kegagalan perfusi perifer yang
mencederai otak.

Gambar Anak perempuan berusia 3 tahun yang dibawa ke instalasi gawat darurat karena mengalami kejang dan
muntah dengan riwayat cacar 1 minggu yang lalu. CT-scan kepala menunjukkan densitas tinggi linier pada regio
frontal kiri, dengan edema densitas rendah di sekelilingnya. MRI menunjukkan penyangatan di sepanjang
cabang arteri serebri media kiri dengan sinyal intensitas tinggi pada pembuluh darah pada sekuens T1 tanpa
penyangatan. Pada T2WI, dijumpai sinyal intensitas tinggi di sekitar arteri sereberi media kiri yang mengalami
retriksi pada DWI. Kondisi ini awalnya disebabkan oleh MCA virus varisela-zoster dan berkembang menjadi
stroke. Namun, beberapa bulan kemudian karena kondisi stabil, diketahui pasien menderita
meningioangiomatosis, stroke mimic.
Gambar Anak laki-laki usia 14 tahun dibawa ke unit gawat darurat dengan GCS rendah dan demam. MRI
menunjukkan koleksi subdural basal intensitas tinggi pada T1, dengan area korespondensi retriksi difusi dan
area T2 sinyal intensitas tinggi dan retriksi difusi pada batang otak. Koleksi basal menyangat pascapemberian
kontras. Temuan ini sesuai dengan empiema basalis (komplikasi meningitis) dengan infark teritori perforator
batang otak.

Kolaps Kardiovaskuler

Kolaps kardiovaskuler umumnya menyebabkan cedera iskemik hipoksik. Bila bersifat akut dan berat,
kondisi ini umumnya mencederai ganglia basalis. Bila bersifat kronis dan parsial (misalnya, resusitasi
suboptimal jangka panjang) menyebabkan kegagalan perfusi peifer. Iskemik global serebral biasanya
disebabkan oleh tenggelam, tersedak, hipoperfusi akibat sepsis pada bayi dan anak dan cedera non-
asidental pada bayi walaupun mekanisme cedera non-asidental belum diketahui dengan baik. Pola
cedera tergantung pada umur pasien. Pada anak usia lebih tua dan dewasa, struktur substansia
nigra, ganglia basalis, talamus, dan korteks serebral paling rentan terhadap hipoksia.

Anda mungkin juga menyukai