Oleh :
Supervisor Pembimbing
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Supervisor Pembimbing,
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sindrom Moyamoya adalah gangguan vaskuler yang jarang terjadi
dan ditandai dengan penyempitan progresif dari pembuluh darah pada
lingkaran arteri di dasar otak (circle of Willis). Akibatnya terjadi
penyumbatan ireversibel dari arteri karotis ke otak saat masuk ke dalam
tengkorak. Penyakit Moyamoya umumnya menyerang anak-anak, tetapi
juga dapat terjadi pada orang dewasa berusia 20-40 tahun.1
B. Etiologi
Penyebab sindrom moyamoya tidak diketahui dengan pasti.
Penyakit ini diyakini ditularkan secara genetik. Fukui melaporkan adanya
riwayat keluarga pada 10% pasien dengan gangguan tersebut. Selain itu,
Mineharu menyatakan bahwa penyakit moyamoya pada keluarga adalah
autosomal dominan dengan penetrasi yang tidak lengkap yang tergantung
pada faktor usia dan genomic imprinting. Secara genetik, lokus kerentana
telah ditemukan pada kromosom 3p, 6p, 17q dan band 8q23.2
Meskipun penyakit moyamoya dapat terjadi pada individu yang
sebelumnya sehat, banyak negara telah melaporkan hubungan terjadinya
penyakit moyamoya dengan beberapa penyakit lain sebagai berikut :
- Imunologi : Graves disease/tirotoksikosis
- Infeksi : leptospirosis dan TBC
- Gangguan hematologi : anemia aplastik, anemia fanconi,
anemia sel sabit dan lupus antikoagulan
- Sindrom kongenital : sindrom apert, sindrom down, sindrom
marfan, sindrom turner, penyakit hirschsprung
- Penyakit pembuluh darah : ateroskeloris, fibromuskular
displasia, trauma tengkorak, hipertensi
C. Epidemiologi
Moyamoya awalnya dianggap hanya mengenai sebagian besar
etnis Asia, namun kini penyakit moyamoya telah diamati di seluruh dunia
pada berbagai macam etnis termasuk etnis Amerika dan Eropa. Insiden
puncak dibagi dalam dua kelompok usia: anak yang berusia sekitar 5 tahun
dan dewasa di pertengahan usia 40 tahun. Terdapat dua kali lebih banyak
pasien perempuan dibanding laki-laki. Moyamoya adalah penyakit
serebrovaskuler pada anak-anak terbanyak di Jepang dengan prevalensi
kasus sekitar 3 kasus per 100.000 anak. Insiden penyakit moyamoya di
Eropa sekitar 1/10 dari yang diamati di Jepang. Hasil penelitian dari tahun
2005 di Amerika menunjukkan angka kejadian 0.086 kasus per 100.000
orang. Data rasio kejadian adalah 4,6 untuk Asia-Amerika, 2,2 untuk ras
kulit hitam dan 0,5 untuk etnis Hispanik dibanding dengan kulit putih.3,4,5
D. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala dan perjalanan klinis sindrom ini bervariasi, mulai
dari yang tanpa gejala hingga yang mengakibatkan defisit neurologis berat
yang bersifat sementara. Orang dewasa lebih sering mengalami
perdarahan, sementara kejadian iskemik serebral lebih sering terjadi pada
anak-anak. Anak dapat mengalami hemiparesis, monoparesis, gangguan
sensorik, gerakkan involunter, sakit kepala, pusing ataupun kejang.
Keterbelakangan mental atau defisit neurologis persisten juga bisa muncul.
Orang dewasa mungkin memiliki gejala dan tanda-tanda yang mirip
dengan anak-anak, tetapi intraventrikular, subaraknoid, atau perdarahan
intraserebral onset mendadak lebih sering terjadi pada orang dewasa.1
E. Diagnosis
Diagnosis moyamoya memerlukan adanya temuan gambaran
karakteristik pada pemeriksaan angiografi. Terminal arteri karotid internal
awalnya menunjukkan lumen yang menyempit sehingga terjadi penyempurnaan
oklusi pada tahap selanjutnya. Penegakkan diagnosis moyamoya harus
dipertimbangkan dan didiagnosis mulai dari evaluasi pada pasien, khususnya
pasien anak-anak dengan disertai defisit neurologis akut atau dengan gejala yang
tidak dapat dijelaskan yang mengacu pada iskemi pada otak. Penundaan
diagnosis menyebabkan pengobatan tertunda dan meningkatkan resiko kecatatan
permanen pada pasien. Diagnosis penyakit moyamoya bisa diidentifikasi dengan
menggunakan studi radiografi. Evaluasi radiografi pada pasien yang dicurigai
moyamoya dapat dilakukan beberapa studi radiografi.1
Sebuah sistem penilaian menggambarkan enam tahap yang dibuat oleh
Suzuki dan Takaku ditunjukkan pada Tabel 1.
Compute Tomography
Compute Tomography (CT) pada pasien dengan penyakit moyamoya dapat
menunjukkan gambaran area kecil dari yang dicurigai hipodensitas karena
perdarahan atau stroke pada daerah kortikal, ganglia basal atau daerah
periventrikular. CT Scan bisa normal terutama pada pasien dengan TIA.
Pada CT angiografi dapat terlihat stenosis intrakranial pada penyakit
moyamoya. CT angiografi dapat menjadi pilihan diagnosis terutama jika
MRI tidak tersedia.1
Angiography
Angiografi formal harus terdiri dari studi five-vessel atau six-vessel yang
mencakup kedua arteri karotis, arteri karotis internal dan satu atau dua
arteri vertebra, tergantung pada pola yang terlihat. Melakukan diagnostik
angiografi, tingkat komplikasi pada pasien dengan moyamoya tidak lebih
tinggi dengan pasien yang memiliki penyakit serebrovaskuler lain.
Diagnosis definitif didasarkan pada tampilan arteriografi yang berbeda
yang ditandai dengan stenosis arteri karotis interna intrakranial distal,
berlanjut ke anterior proksimal dan arteri media.
Gambar 2 : Gambaran Angiografi pada pasien Moyamoya
F. Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang diketahui dapat mengembalikan proses
penyakit primer, pengobatan saat ini dirancang untuk mencegah stroke
dengan memperbaiki aliran darah ke otak. Perbaika pada aliran darah otak
bisa memberikan perlindungan terhadap kejadian stroke pada masa depan.
Dan mengurangi frekuensi gejala.
Terapi Medis
Terapi medis telah digunakan pada pasien dengan moyamoya,
terutama pada saat prosedur operasi dianggap menghadirkan resiko tinggi
atau pasien memiliki riwat penyakit yang relatif ringan. Namun masih
sedikit data yang menunjukkan kemajuan jangka pendek atau panjang.
Sebuah survey di Jepang menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara pasien moyamoya yang mendapat terapi medis dan
operasi.
Antiplatelet agen telah digunkan untuk mencegah emboli dari
pembentukkan mikrotrombi ditempat stenosis arterial.Antikoagulan seperti
warfarin jarang digunakan. Calsium channel-blocker mungkin berguna
dalam memperbaiki sakit kepala yang sulit diatasi atau migren pada
pasien dengan moyamoya, agen ini mungkin efektif dalam mengurangi
frekuensi dan tingkat keparah TIA refrakter. Karena calsium channel-
blocker dapat menimbulkan hipotensi, maka harus digunakan dengan hati-
hati pada pasien.7,8
Operasi
Arteriopaty pada pasien momoya mempengaruhi arteri kartotid
internal. Prosedur bedah pada pasien dengan moyamoya biasanya
menggunakan arteri karotid eksternal sebagai sumber aliran darah baru ke
hemisfer iskemik.
Dua metode umum revaskularisasi yang digunakan adalah : direk dan
indirek. Pada revaskularisasi direk, cabang arteri karotid eksternal
(biasanya artei temporal superfisial) secara langsung anastomosis ke arteri
kortikal. Teknik ini secara tidak langsung melibatkan penempatan jaringan
vaskularisasi yang dipasok oleh arteri karotid eksternal (misalnya dura,
otot temporalis, atau arteri temporal superfisial itu sendiri) yang
bersentuhan langsung dengan otak, mengarah ke pertumbuhan pembuluh
darah baru yang mendasari korteks serebral.9
Prosedur revaskularisasi indirek meliputi
Encephaloduroarteriosynangiosis, Encephalomyoarteriosynangiosis,
Sinangiosis sial dan pengeboran lubang tanpa pembuluh synangiosis.
Pengkajian terhadap 143 pasien yang dilakukan sinangiosis sial
menunjukkan penurunan frekuensi stroke pada pasien stetelah operasi.
67% pasien mengalami stroke sebelum operasi, sedangkan 7,7% pasien
mengalami stroke pada periode peroperatif dan hanya 3,2% mengalami
stroke setelah minimal 1 tahun pemantauan lanjut. Diantara pasien yang
minimal 5 tahun pemantauan lanjut tingkat stroke jangaka panjang adalah
4% (2 dari 46 pasien). Semakin banyak dilakukan, revaskularisasi bedah
semakin banyak dijadikan pilihan utama untuk moyamoya, mengingat
respon yang buruk untuk terapi medis dan data tentang keberhasilan
operasi.10
BAB III
KESIMPULAN