Anda di halaman 1dari 7

CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Akreditasi PB IDI–2 SKP

Bronkiektasis
Nur Prasetyo Nugroho
RSM Ahmad Dahlan, Kediri, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Bronkiektasis adalah penyakit paru kronik dengan gambaran pelebaran bronkus permanen. Hipotesis lingkaran setan Cole secara umum
menjelaskan patogenenis bronkiektasis. Pemeriksaan diagnosis standar untuk bronkiektasis adalah high resolution chest computed tomography
(HRCT). Penatalaksanaan jangka pendek dan jangka panjang bertujuan untuk mengurangi frekuensi dan lama eksaserbasi penyakit. Edukasi
pasien dan tatalaksana sesuai pedoman adalah kunci keberhasilan manajemen penyakit.

Kata kunci: Bronkiektasis, lingkaran setan Cole

ABSTRACT
Bronchiectasis is a chronic lung disease with permanent bronchial enlargement. The Cole vicious circle hypothesis is commonly accepted to
explain its pathogenesis. High resolution chest computed tomography (HRCT) is the standard diagnostic for bronchiectasis. Short-term and
long-term management aims to reduce the frequency and duration of exacerbations. Patient education and management in accordance with
guidelines are the key to management success. Nur Prasetyo Nugroho. Bronchiectasis

Keywords: Bronchiectasis, Cole vicious circle

PENDAHULUAN banyak diketahui karena gejala bervariasi ETIOLOGI


Bronkiektasis berasal dari bahasa Yunani dan diagnosis sering tidak ditegakkan.8 Saat Penyebab pasti bronkiektasis sulit ditentukan;
“bronkhos” yang berarti pipa atau tabung dan ini kejadian bronkiektasis meningkat, karena dengan pemeriksaan klinis yang menyeluruh,
“ektasis” yang berarti melebar atau meluas.1 kewaspadaan para klinisi meningkat dan pemeriksaan laboratorium dan patologik,
Bronkiektasis pertama kali dijelaskan oleh makin banyak tersedia alat standar diagnostik 50-80% kasus bronkiektasis masih idiopatik.10
Laennec pada tahun 1819 sebagai penyakit terutama high resolution chest computed Penelitian di Inggris pada tahun 2000
paru supuratif dengan gambaran fenotip yang tomography (HRCT).3,9 terhadap 150 pasien bronkiektasis kulit
heterogen.2,3 Pengertian bronkiektasis saat ini putih mendapatkan 53% penyebabnya
adalah suatu penyakit peradangan saluran Berbagai penelitian epidemiologis masih idiopatik.10 Penelitian lain di Inggris
napas kronik dengan karakteristik dan gejala menunjukkan prevalensi bronkiektasis 1,3 menunjukkan hanya 26% idiopatik.2 Pada
klinis batuk kronik, peningkatan produksi - 17,8 penderita per 1000 penduduk.3 Di kedua penelitian tersebut, pasca-infeksi paru
sputum dan infeksi bronkus, serta gambaran Amerika Serikat, dari tahun 2000 sampai tahun merupakan salah satu penyebab tersering,
radiologi abnormal dengan pelebaran atau 2007 prevalensi bronkiektasis meningkat dan didapatkan pada sepertiga kasus.2,10,11
dilatasi bronkus yang permanen.1,4-6 8,74% setiap tahun sesuai usia dan memuncak Pada anak-anak penyebab tersering
pada usia 80-84 tahun. Prevalensi lebih tinggi bronkiektasis adalah fibrosis kistik, namun
Bronkiektasis menimbulkan beban yang pada perempuan dan paling tinggi pada prevalensi bronkiektasis non-fibrosis kistik
berarti pada pasien, dokter, dan layanan populasi Asia.2,3 Bronkiektasis lebih sering pada pada anak-anak terus meningkat terutama di
kesehatan; eksaserbasi bronkiektasis perempuan. Rentang usia penderita terutama negara berkembang.9 Penyebab bronkiektasis
menurunkan kualitas hidup, meningkatkan pada usia pertengahan dan meningkat pada non-fibrosis kistik dapat dilihat pada tabel 1.5
angka rawat inap dan angka kematian.4,7 usia lanjut.10 Di Indonesia belum ada laporan
angka pasti mengenai penyakit ini, namun Beberapa faktor risiko yang berhubungan
EPIDEMIOLOGI cukup sering ditemukan di klinik atau rumah dengan penyakit bronkiektasis non-
Sebelumnya prevalensi bronkiektasis tidak sakit.11 fibrosis kistik antara lain pasca-infeksi

Alamat Korespondensi email: mazpraz.keren@gmail.com

68 CDK Edisi Suplemen-2/Vol. 45 th. 2018


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

paru, COPD (chronic obstructive pulmonary Respons inflamasi yang melibatkan neutrofil, MANIFESTASI KLINIS
disease), disfungsi imun, penyakit inflamasi/ limfosit, dan makrofag, serta produk inflamasi Bronkiektasis sebaiknya dicurigai pada
reumatologi, defisiensi alfa-1 antitripsin, yang dikeluarkan oleh mikroorganisme dan individu dengan keluhan batuk produktif
klirens mukosilier, malnutrisi atau gizi buruk, pertahanan tubuh (protease, kolagenase, kronis dengan sputum mukopurulen yang
dan peningkatan usia.5 Haemophilus influenzae dan radikal bebas) akan membuat banyak (umumnya 200 mL dalam 24 jam).
adalah kuman yang paling banyak didapatkan dinding bronkus menjadi lemah karena Namun, batuk kering tanpa dahak dapat juga
dari sputum pasien.6 Pseudomonas aeruginosa kehilangan elemen muskuler dan elemen merupakan gejala bronkiektasis.3,6,10 Keluhan
berhubungan dengan peningkatan produksi elastisitasnya.3,5 Neutrophil elastase (NE) biasanya kronis progresif yakni memberat dari
sputum, eksaserbasi, lama rawat inap, menurunkan kecepatan klirens mukosilier tahun ke tahun.12 Keluhan lain adalah sesak,
dan penurunan kualitas hidup.5 Infeksi dan meningkatkan sekresi mukus, sehingga batuk darah/hemoptoe, dan gejala nonspesifik
Nontuberculous mycobacterial (NTM) juga menimbulkan stasis mukus. Stasis mukus seperti mudah lelah dan penurunan berat
berperan penting pada penyakit bronkiektasis, dan penurunan kemampuan fagositosis dari badan.10 Nyeri dada pleuritik terkadang juga
namun prevalensinya hanya sekitar 2-10%.5,6 neutrofil akan menyebabkan kolonisasi bakteri ditemukan.2,12
di sinobronchial tree.2
Tabel 1. Penyebab bronkiektasis non-fibrosis kistik.5 Temuan fisik pada pemeriksaan pasien
Penyebab Bronkiektasis Non-fibrosis Kistik bronkiektasis tidak spesifik; ronkhi dan
Penyakit autoimun wheezing pada auskultasi paru sering
Artritis reumatoid ditemukan pada lobus paru bagian bawah
Sindrom Sjorgen
dan clubbing finger pada jari.10,12
Abnormalitas silia
Diskinesia silia primer
DIAGNOSIS
Penyakit jaringan ikat
Trakeobronkomegali (Sindrom Mounier-Khun)
Diagnosis bronkiektasis ditentukan dari
Penyakit Marfan temuan klinis dan hasil pemeriksaan
Defisiensi kartilago (Sindrom William-Campbell) penunjang. Pemeriksaan fungsi paru
Hipersensitivitas menunjukkan adanya obstruksi aliran napas
Aspergilosis bronkopulmoner alergika (ABPA) sedang hingga berat.10
Defisiensi imun
Infeksi HIV Pemeriksaan radiologi berperan dalam
Sindrom Job Gambar 1. Hipotesis lingkaran setan bronkiektasis.10
diagnosis dan monitoring. Pemeriksaan x-ray
Penyakit usus inflamasi
atau foto polos dada untuk skrining awal
Kolitis ulseratif Penurunan kemampuan opsonofagositosis
penyakit dan eksaserbasi, namun spesifisitas
Penyakit Crohn terjadi pada beberapa tingkat, yakni
Injuri
dan sensitivitasnya terbatas. Pemeriksaan foto
pemecahan opsonin melalui permukaan luar
Pneumonia/infeksi pada anak polos dada bronkiektasis memiliki gambaran
bakteri dan pemecahan reseptor neutrofil.
Aspirasi tram-track opacities, parallel linear densities,
Pengeluaran alpha defensin dari granula
Inhalasi asap ring shadows, dan struktur tubuler.3,8,13 Tanda
neutrofil juga mensupresi fagositosis.5
Keganasan eksaserbasi pada foto polos dada antara
Mekanisme disfungsi imun lain yang
Limfoma limfositik kronik lain tampak densitas merata karena adanya
Transplantasi sel punca berpengaruh adalah penurunan klirens
pemadatan mukus yang berlebih.8
Obstruksi apoptosis dan infiltrasi sel T. Hasil akhir proses
Limfadenopati di atas adalah terbentuknya kolonisasi bakteri
High resolution chest computed tomography
Lain-lain yang menyebabkan inflamasi kronis dan
(HRCT) adalah pemeriksaan standar untuk
Defisiensi alfa-1 antitripsin menjadi lingkaran setan kembali menjadi
Sindrom kuku kuning (Yellow nail syndrome)
menegakkan diagnosis bronkiektasis.8,13
progresif sehingga makin merusak paru.2,5,6
Sindrom Young HRCT memberikan informasi morfologi
(Gambar 1)
paru yang lebih jelas; bronkiektasis ditandai
PATOGENESIS dengan bronkus yang tidak meruncing ke
Patogenesis bronkiektasis non-fibrosis Stres oksidatif juga berperan penting pada
arah perifer, bronkus terlihat pada jarak 1-2
kistik belum sepenuhnya dipahami.9 Model patofisiologi bronkiektasis. Faktor utama yang
cm dari perifer paru, dan peningkatan rasio
lingkaran setan Cole adalah hipotesis yang berperan pada peningkatan stres oksidatif
bronkoarterial (diameter internal bronkus
diterima umum untuk menjelaskan evolusi pasien bronkiektasis adalah eksaserbasi
lebih besar daripada pembuluh darah
bronkiektasis.2,3,6 Cole menjelaskan pada berulang dan kolonisasi patogen kronik.3
yang menyertainya) yang disebut signet-
individu dengan predisposisi, infeksi paru, Inflamasi saluran napas kronik menyebabkan
ring sign.3,6,8,13 Berdasarkan gambaran HRCT,
atau cedera jaringan akan menyebabkan pelepasan sitokin pro-inflamasi yang dapat
bronkiektasis dapat diklasifikasikan menjadi
respons inflamasi yang kuat. Inflamasi saluran memicu pelepasan reactive oxygen species
bentuk silindrik, varikose, dan sakuler atau
napas didominasi oleh kemoatraktan neutrofil (ROS) secara terus-menerus dan meningkatkan
kistik.3,13
terutama interleukin-8 (CXCL-8) dan leukotrine tingkat petanda stres oksidatif.3
B4.2 Pemeriksaan CT-scan toraks juga berguna

CDK Edisi Suplemen-2/Vol. 45 th. 2018 69


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

untuk diagnosis dan mengelola komplikasi. dikembangkan untuk memberikan informasi dan gambaran radiologis; dilakukan untuk
Diagnosis banding bronkiektasis secara luas perubahan struktural dan fungsi paru penyakit menilai prognosis. Dua kelompok penelitian
dapat diketahui dengan mempertimbangkan bronkiektasis. Keunggulan MRI adalah pada tahun 2014 secara bersamaan
lokasi anatomis dan distribusi patologi sedikitnya radiasi yang mungkin penting pada menerbitkan sistem penilaian bronkiektasis,
berdasarkan pemeriksaan HRCT.2,13 Pedoman pasien yang membutuhkan pemeriksaan yaitu FACED score dan bronchiectasis severity
terkini dari BTS (British Thoracic Society) berulang atau pada pasien usia lebih muda, index (BSI).9 Kedua penilaian tersebut mampu
merekomendasikan HRCT sebagai standar kekurangannya adalah tingginya biaya dan memprediksi mortalitas 4-5 tahun sejak
pemeriksaan untuk diagnosis dan saat ketersediaan alat yang masih terbatas.8 diagnosis bronkiektasis ditegakkan. Penilaian
eksaserbasi, namun tidak untuk pemeriksaan membagi tingkat keparahan menjadi tiga,
follow up rutin.8 EVALUASI KEPARAHAN yaitu: ringan, sedang, dan berat.9 FACED score
Evaluasi tingkat keparahan bronkiektasis non- lebih sederhana dengan hanya menilai 5
Magnetic resonance imaging (MRI) sedang fibrosis kistik berdasarkan klinis, spirometri, variabel dan 10 item penilaian, namun tetap
memerlukan validasi eksternal. BSI lebih
kompleks (terdiri dari 9 variabel dan 26 item
penilaian), namun telah divalidasi di beberapa
negara Eropa.9

Skor FACED
Skor FACED berdasarkan nilai FEV1, umur,
kolonisasi kuman Pseudomonas aeruginosa,
gambaran radiologis luas penyakit, dan
derajat keparahan sesak napas.9

Bronchiectasis Severity Index (BSI)


Bronchiectasis severity index (BSI) adalah alat
prognostik yang sama, namun menambahkan
penilaian kekerapan eksaserbasi/frekuensi
Gambar 2. Gambaran foto polos dada: a) bonkiektasis kistik dengan rongga udara kistik yang multipel dan b) rawat inap di rumah sakit, adanya kolonisasi
bronkiektasis silindrik dengan tram-track opacities.8 kuman selain Pseudomonas aeruginosa, dan
indeks massa tubuh.9

TATALAKSANA
Tujuan pengobatan bronkiektasis adalah
untuk mencegah eksaserbasi, mengurangi
keluhan, meningkatkan kualitas hidup pasien,
dan menghentikan perburukan penyakit.
Beberapa guidelines nasional di Eropa tentang
bronkiektasis telah dipublikasikan antara lain
Spanish Society of Pneumology and Thoracic
Surgery (SEPAR) pada tahun 2008, British
Gambar 3. Gambaran HRCT bronkiektasis: A) Bronkus normal; B) Bronkietasis silindrik (panah); C) Bronkiektasis Thoracic Society (BTS) pada tahun 2010, dan
varikose dengan gambaran string of pearls (panah); D) Bronkiektasis kistik (panah).13 European Respiratory Society (ERS) pada tahun
2017.4
Tabel 2. Skor FACED.9
Variabel Hasil Nilai Target utama tatalaksana adalah penurunan
>50% 0 kejadian eksaserbasi; eksaserbasi
FEV1
<50% 2 menghabiskan biaya pengobatan yang
<70 tahun 0 paling banyak. Data ERS menunjukkan 50%
Usia
≥70 tahun 2
pasien bronkiektasis di Eropa mengalami
Tidak ada 0
Kolonisasi kronik kuman Pseudomonas eksaserbasi lebih dari dua kali dalam setahun
Ada 1
dan sepertiganya membutuhkan rawat inap
1 atau 2 lobus 0
Perluasan (jumlah lobus paru yang terkena)
>2 lobus 1
di rumah sakit.4
0-2 0
Tingkat skala sesak MMRC
3-4 1 Terapi saat ini merujuk pada hipotesis
*Ket.: MMRC = Modified Medical Research Council. lingkaran setan dari Cole. Terapi diharapkan
Jumlah poin 0-7. Nilai 0-2: ringan, nilai 3-5: sedang, nilai 6-7: berat
bisa memotong alur lingkaran setan, yakni

70 CDK Edisi Suplemen-2/Vol. 45 th. 2018


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

inflamasi saluran napas, penurunan klirens Tabel 3. Bronchiectasis severity index (BSI).9
mukus, kerusakan struktur saluran napas, dan
PENANDA KEPARAHAN POIN PENANDA KEPARAHAN POIN
kolonisasi bakteri.4,5
Umur (tahun) Eksaserbasi sebelumnya
<50 0 0 0
Identifikasi dan Mengobati Penyebab Utama
50-69 2 1 atau 2 0
Tujuan tatalaksana adalah untuk menangani
70-79 4 ≥3 2
penyebab yang terbukti mendasari. BTS
≥80 6 Skala sesak MMRC
merekomendasikan skrining penyebab BMI 0 0
bronkiektasis antara lain penghitungan <18,5 2 2 2
imunoglobulin (IgA, IgE, IgM, IgG), 18,5-25 0 3 3
pemeriksaan untuk mengeksklusi allergic 26-29 0 Kolonisasi Pseudomonas
bronchopulmonary Aspergilosis (ABPA) ≥30 0 Tidak ada 0
yaitu IgE dan IgG spesifik PA dan hitung Prediksi FEV­1 (%) Ada 3
eosinofil, antibodi spesifik pneumococcus dan >80 0 Kolonisasi bakteri lain
50-80 1 Tidak ada 0
haemophillus, kultur sputum untuk eksklusi
30-49 2 Ada 1
mikobakterium non-tuberkulosis, pemeriksaan
≤30 3 Mengenai ≥3 lobus atau fibrosis
fibrosis kistik, pemeriksaan tambahan pada
Riwayat rawat inap kistik 0
keadaan tertentu (bronkoskopi, alpha-1 Belum pernah 0 Tidak 1
antitripsin, dan tes fungsi silier).5,7 Pernah 5 Iya

Ket.:
Vaksinasi BMI = Body Mass Index, MMRC = Modified Medical Research Council, FEV1 = Forced Expiratory Volume in 1 second
Peranan vaksin influenzae dan pneumococcal
Jumlah poin 0 - 26. Nilai 0-4: ringan, nilai 5-8: sedang, nilai >9: berat
dalam tatalaksana penyakit saluran napas
kronik telah terbukti.7 Namun, belum ada
studi pengaruh pemberian vaksin dalam
penatalaksanaan bronkiektasis non-fibrosis
kistik.7

Rehabilitasi Paru dan Pembersihan Saluran


Napas
Intervensi latihan multidisipliner dan
rehabilitasi paru dipandang sebagai bagian
integral manajemen beberapa penyakit
paru kronik.7 Pembersihan saluran napas
dengan fisioterapi dada adalah salah satu Gambar 4. Prinsip penatalaksanaan bronkiektasis merujuk pada konsep hipotesis lingkaran setan Cole.4
teknik pengeluaran sekret paru secara non-
farmakologis, namun belum ada bukti Tabel 4. Pemilihan antibiotik oral dan intravena pada bronkiektasis eksaserbasi akut.15
adekuat meningkatkan kualitas hidup pasien Mild-moderate exacerbation (oral Moderate to severe exacerbation (IV
dan menurunkan kejadian eksaserbasi.7 Terapi therapy)^ therapy) ^
Initial empiric therapy* Children: amoxycillin, amoxycillin- Children and adults: ampicillin, cefotaxime
rehabilitasi paru direkomendasikan untuk clavulanate or ceftriaxone (amoxycillin, amoxycillin-
semua pasien bronkiektasis, pada derajat Adults: amoxycillin, amoxycillin-clavulanate clavulanate, or cefuroxime*)
ringan hanya diberikan saat eksaserbasi saja.5 or doxycyclinet Children and adults: piperacillin-tazobactam,
Children and adults: ciprofloxacin if P. ticarcillin-clavulanate, or ceftazidime +
Penelitian pada 111 pasien bronkiektasis non- aeruginosa in recent cultures. tobramycin§ if severe or P. aeruginosa in recent
fibrosis kistik dan sesak saat aktivitas, latihan cultures.
fisik berjalan kaki 2 kali seminggu, bersepeda, Specific pathogens
H. influenzae
dan latihan penguatan menghasilkan
β-lactamase-ve amoxycillin ampicillin (amoxycillin‡)
perbaikan signifikan pada tes jalan 6 menit
β-lactamase+ve amoxycillin-clavulanate or doxycycline† cefotaxime or ceftriaxone (amoxycillin-
dan skor kualitas hidup.3 clavulanate orcefuroxime‡).
5. pneumoniae amoxycillin benzylpenicillin G, ampicillin (amoxycillin‡)
Terapi Jangka Pendek M. catarrhalis amoxycillin-clavulanate cefotaxime or ceftriaxone (amoxycillin-
clavulanate, or cefuroxime‡)
Antimikroba
S. aureus di-/flucloxacillin flucloxacillin
Pedoman BTS dan ERS merekomendasikan
MRSA seek specialist advice¶ seek specialist advice¶
pemberian antibiotik oral selama 14 hari untuk
P. aeruginosa ciprofloxacin (max 14 days) Children and adults: piperacillin-tazobactam,
bronkiektasis akut ataupun eksaserbasi.7,14 ticarcillin-clavulanate, or ceftazidime ±
Definisi eksaserbasi adalah perburukan tobramycin§

gejala lokal (batuk, peningkatan jumlah atau NTM seek specialist advice¶ seek specialist advice¶

CDK Edisi Suplemen-2/Vol. 45 th. 2018 71


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

kekentalan sputum, peningkatan purulensi PA mampu membentuk biofilm, sehingga dan penelitian di Kanada (2011) menyarankan
sputum dengan / atau tanpa wheezing, sesak, antibiotik standar menjadi kurang efektif. ibuprofen dosis tinggi untuk bronkiektasis
dan hemoptoe) dan gejala sistemik.7,14 Terapi eradikasi dapat dipertimbangkan untuk fibrosis kistik ringan, namun belum ada studi
pasien bronkiektasis dengan penyebab PA.7 yang mendukung pemberian rutin pada
Pemilihan antibiotik dipengaruhi oleh banyak Terapi eradikasi kuman PA yang dianjurkan bronkiektasis non-fibrosis kistik.7 Belum ada
faktor antara lain tingkat keparahan penyakit, adalah siprofloksasin oral 750 mg dua kali studi pemberian LTRA sebagai terapi spesifik
hasil kultur dahak, uji sensitivitas obat.14-16 Jika sehari selama 14 hari.15,17 bronkiektasis.7 Review Cochrane tentang terapi
kultur dahak tidak tersedia atau pada kasus kombinasi long acting beta-2 agonist (LABA)
risiko tinggi kolonisasi kuman Pseudomonas Terapi Jangka Panjang dan inhaled corticosteroid (ICS) menunjukkan
aeruginosa (PA), lebih baik digunakan obat Terapi Mukoaktif kurangnya bukti.7 Hanya terdapat satu
anti-pseudomonas (misalnya fluorokuinolon).16 Terapi mukoaktif dapat diberikan pada pasien studi RCT tahun 2014 yang mengevaluasi
Terapi eradikasi kuman PA yang dianjurkan eksaserbasi ataupun pasien kronik. Terapi bisa perbandingan terapi inhalasi budesonid
adalah pemberian siprofloksasin oral 750 mg diberikan baik secara oral, inhalasi, maupun dan formoterol (640 µg dan 18 µg) dan
dua kali per hari selama 14 hari.16,17 Terapi nebulasi. Mukoaktif dapat menurunkan budesonid dosis tinggi (1600 µg) pada pasien
empiris antibiotik oral lini pertama adalah kekentalan dahak dan membantu pengeluaran bronkiektasis dewasa tanpa asma.7 Penelitian
amoksisilin 500 mg oral setiap 8 jam selama dahak yang secara rasional dapat mengurangi menunjukkan penurunan gejala sesak pada
14 hari.14,16 Cakupan antibiotik amoksisilin gejala dan menurunkan eksaserbasi.7 kedua kelompok. Namun, populasi penelitian
meliputi Haemophilus influenzae yang kecil dan perbedaan antara keduanya tidak
paling sering ditemukan di saluran napas Berbagai agen nebulasi seperti cairan saline signifikan. Komplikasi yang mungkin terjadi
bagian bawah pasien bronkiektasis pasca- hipertonis, manitol, dan agen mukolitik telah akibat terapi inhalasi jangka panjang meliputi
infeksi.16 Pasien alergi amoksisilin dapat diberi terbukti membantu pembersihan sekret risiko pneumonia, supresi adrenal, penipisan
klaritromisin 500 mg setiap 12 jam untuk 14 jalan napas.5 Studi pada pasien fibrosis kistik kulit, dan hemoptisis.7
hari.14-16 Pada bakteri yang memproduksi enzim menunjukkan bahwa inhalasi cairan salin
beta lactamase seperti kuman M. catharralis hipertonis lebih efektif daripada salin 0,9% Bronkodilator
dapat diberikan amoksisilin-klavulanat 625 mg dalam meningkatkan FEV1 bila ­­
dipadukan Agonis reseptor beta - 2 (kerja pendek dan
setiap 8 jam selama 14 hari.14,16 dengan fisioterapi dada.5 Pada penelitian kerja panjang) sudah dievaluasi sebagai
randomized control trial (RCT) selama 12 bulan, terapi pada pasien COPD dan asma, namun
Antibiotik intravena diberikan apabila terapi inhalasi manitol tidak signifikan mengurangi belum ada RCT pada pasien bronkiektasis,
oral gagal, rawat inap di rumah sakit, atau jumlah eksaserbasi namun terdapat perbaikan begitu juga dengan antikolinergik inhalasi
resistensi in vitro yang membutuhkan terapi pada eksaserbasi pertama dan peningkatan pada bronkiektasis.7 Peran bronkodilator pada
intravena.7 Seperti antibiotik oral, pemilihan indikator kualitas hidup pasien.7 bronkiektasis belum sepenuhnya terbukti,
antibiotik didasarkan hasil kultur sputum namun sering diberikan pada keluhan sesak
dan sensitivitas.7,14,16 Antibiotik intravena Obat oral mukoaktif seperti carbocysteine dalam praktik sehari-hari. Bila terdapat
golongan sefalosporin generasi ketiga, seperti dan N­-acetylcysteine sering diberikan sebagai perbaikan subjektif gejala, bronkodilator
sefotaksim dan seftriakson, direkomendasikan terapi bronkiektasis di Inggris, namun belum dapat dilanjutkan sebagai terapi.7 ESR tidak
jika hasil kultur dahak mengandung ada penelitian RCT tentang keduanya.5 merekomendasikan pemberian bronkodilator
Haemophilus influenzae dan patogen Obat dornase alfa tidak direkomendasikan rutin pada pasien bronkiektasis; melainkan
pernapasan lainnya.16 Jika dicurigai infeksi pada pasien bronkiektasis non-fibrosis kistik hanya pada keadaan sesak berat, saat sebelum
kuman PA, direkomendasikan pemberian karena meningkatkan kejadian eksaserbasi memulai aktivitas atau fisioterapi dada,
seftazidime intravena 2000 mg tiap 8 jam dan menurunkan FEV1.5,7 Agen mukoaktif dan saat sebelum memulai terapi inhalasi
selama 14 hari.16 Terapi antibiotik intravena yang direkomendasikan saat ini adalah mukoaktif dan inhalasi antibiotik untuk
ganda untuk bronkiektasis dengan kuman PA bromheksin.16 ESR merekomendasikan terapi meningkatkan deposisi obat dalam paru.4
seperti beta-laktam ditambah aminoglikosida mukoaktif jangka panjang ≥3 bulan pada
atau kuinolon masih kontroversial dan tidak pasien yang sulit mengeluarkan dahak dan Terapi Jangka Panjang Lain
dianjurkan karena efek samping aminogloksida sudah diberi fisioterapi, namun tidak dapat Makrolida
yang nefrotoksik dan menyebabkan hearing meningkatkan kualitas hidup. Pemilihan Mekanisme kerja makrolida pada penyakit
loss, kecuali bila ditemukan hasil kuman terapi sebaiknya disesuaikan berdasarkan respirasi antara lain anti-inflamasi (mencegah
Pseudomonas aeruginosa (PA) pada pasien profil gejala, tes toleransi agen mukoaktif dan migrasi sel inflamasi dan sekresi sitokin),
sakit kritis.16 agonis beta-2 sebagai premedikasi.4 imunomodulasi, mengurangi produksi ROS,
dan sebagai antimikroba.5 Mekanisme lainnya
Terapi Eradikasi Agen Anti-inflamasi adalah kemampuan merusak biofilm yang
Pasien bronkiektasis dengan penyebab Agen anti-inflamasi mencakup kortikosteroid, menyelubungi permukaan bakteri gram
Pseudomonas aeruginosa (PA) memiliki non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), negatif seperti PA dan meningkatkan gastric
risiko eksaserbasi dan peningkatan angka dan leukotriene receptor antagonist (LTRA). emptying, sehingga mengurangi refluks asam
mortalitas tiga kali lipat dibandingkan pasien Setiap obat memiliki mekanisme dan lama lambung.7
bronkiektasis dengan penyebab lain.7 Bakteri pemberian yang berbeda. Konstan, dkk. (1995)

72 CDK Edisi Suplemen-2/Vol. 45 th. 2018


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Pemakaian jangka panjang makrolida telah Inhalasi Antibiotik Lain sering walaupun telah dilakukan semua
diteliti pada populasi penyakit panbronkiolitis Penggunaan antibiotik oral jangka panjang manajemen tatalaksana bronkiektasis.4
dan fibrosis kistik. Tiga penelitian besar meningkatkan kejadian resistensi dan efek
pada tahun 2012 dan 2013 di tiga negara. samping sistemik.7 Pemberian antibiotik PROGNOSIS
Di Australia dilakukan studi Bronchiectasis secara inhalasi diminati karena dapat Prognosis bronkiektasis tergantung penyebab
and Low-doses Erytrhomycin Studies (BLESS) mengantarkan obat dalam konsentrasi tinggi penyakit yang mendasari. Pada pasien kriteria
yaitu pemberian eritromisin oral 400 mg dan mengurangi efek sistemik. Penelitian RCT, berat menurut skor BSI dengan hasil nilai
dua kali per minggu selama 12 bulan.5,7 Di double-blind, dan plasebo aztreonam inhalasi ≥9, tingkat kematian satu tahun pertama
Selandia Baru dilakukan studi Effectiveness of pada pasien bronkiektasis hasilnya tidak 7,6-10,5% dan angka rawat inap sebesar
Macrolides in Patients with Bronchiectasis Using signifikan dalam memperbaiki kualitas hidup.7 52,6%. Dengan penatalaksanaan yang tepat
Azithromycin to Control Exacerbations kebanyakan pasien bronkiektasis ringan dan
(EMBRACE) yaitu pemberian azitromisin oral Terapi Lain sedang dapat menjalani hidup normal tanpa
500 mg satu kali seminggu selama 6 bulan.5,7 Pembedahan disabilitas yang berarti.12
Di Belanda dilakukan studi Bronchiectasis and Pembedahan secara rasional akan memutus
Long-Term Azithromycin Treatment (BAT) yaitu lingkaran setan bronkiektasis dengan KOMPLIKASI
pemberian azitromisin oral 250 mg harian menghilangkan segmen paru yang tidak lagi Komplikasi bronkiektasis antara lain
selama 12 bulan.5,7 Ketiga penelitian tersebut fungsional. Indikasi tersering pembedahan pneumonia berulang, abses paru, empiema,
menunjukkan hasil signifikan mengurangi paru pada pasien bronkiektasis adalah batuk darah, pneumothorax, kor pulmonale,
frekuensi eksaserbasi dan peningkatan kualitas gejala kronik seperti batuk lama, produksi dan infeksi intrakranial (abses serebral atau
hidup pasien bronkiektasis non-fibrosis kistik. sputum purulen, dan batuk darah. Lobektomi ventrikulitis). Bronkiektasis yang lama dan luas
Namun, tidak signifikan meningkatkan fungsi paling sering dilakukan, namun teknik lain dapat menyebabkan amiloidosis.3
paru (FEV1­).5,7 Efek samping makrolida antara (segmentomi dan pneumektomi) juga
lain gangguan gastrointestinal, hepatotoksik, dilakukan bila perlu. Mortalitas post operasi SIMPULAN
risiko kardiovaskular, resistensi kuman, dan pada 26 studi dilaporkan sebanyak 1,4% dan Bronkiektasis adalah penyakit saluran napas
penurunan pendengaran.5 Pedoman ESR dan morbiditas pada 29 studi dilaporkan 16,2%.4 kronik yang sering tidak terdiagnosis. Penyakit
BTS merekomendasikan pemberian makrolida Morbiditas post operasi berkaitan dengan ini dapat mengakibatkan gangguan respirasi
jangka panjang pada pasien dengan frekuensi kebocoran udara paru, atelektasis, dan infeksi. seperti batuk lama, dahak menahun, batuk
eksaserbasi ≥3 kali per tahun dan terbukti ESR tidak merekomendasikan pembedahan darah, dan menurunkan kualitas hidup
terdapat kolonisasi kuman PA.4,5 pada pasien bronkiektasis dewasa, kecuali penderitanya. Diperlukan pemeriksaan
lesi penyakit terlokalisir dan eksaserbasi yang penunjang seperti radiologi, uji fungsi

Gambar 5. Penatalaksanaan bertahap pasien bronkiektasis non-fibrosis kistik.4

CDK Edisi Suplemen-2/Vol. 45 th. 2018 73


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

paru, dan analisis dahak dalam penegakkan perlu memperhatikan penyebab dan tatalaksana sesuai pedoman bronkiektasis
diagnosis. Tatalaksana pasien bronkiektasis gejala yang menyertai. Edukasi pasien dan adalah kunci keberhasilan manajemen.

DAFTAR PUSTAKA
1. Chalmers JD. Bronchiectasis and COPD overlap: A case of mistaken identity. American College of Chest Physician [Internet]. 2017. Available from http://dx.doi.
org/10.1016/j.chest.2016.12.027
2. McShane PJ, Naureckas ET, Tino G, Strek ME. Non-cystic fibrosis bronhiectasis. AM J Respir Crit Care Med. 2013;188(6):647-56.
3. Fatmawati F, Rasmin M. Bronkiektasis dengan sepsis dan gagal napas. J Respir Indon. 2017;37(2):165-76.
4. Eva P, Pieter CG, Melissa JM, Stefano A, Sara EM, Michael RL. European Respiratory Society guidelines for the management of adult bronchiectasis. Eur Respir J.
2017;50:1700629
5. James DC, Stefano A, Fransesco B. Management of bronchiectasis in adults. Eur Respir J. 2015;45:1446-62
6. King PT. The pathophysiology of bronchiectasis. Internat J COPD. 2009;4:411-9
7. Koser U, Hill A. What’s new in the management of adult bronchiectasis? F1000 Research 2017;6:527
8. Perera PL, Screaton NJ. Radiological features of bronchiectasis. Eur Respir Mon. 2011;52:44-67
9. Bravein A, Diego JM, Miguel A, Martinez G. Update in bronchiectasis 2014. Am J Respir Crit Care Med. 2015;192(10):1155-61
10. O’Donnell AE. Bronchiectasis. Chest 2008;134(4):815-23.
11. Rahmatullah P. Bronkiektasis. Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009 .p. 2297-304
12. Organtzis I, Papakosta D, Foyka E, Lampaki S, Lagoudi K, Moumtzi D, et al. Bronchiectasis diagnosis and treatment. J Thorac Disc. 2015;7(S1):75-109
13. Luce C, Alexander AB, Ronald LE. Bronchiectasis. AJR. 2009;193:158-71
14. Haworth CS. Antibiotic treatment strategies in adults with bronchiectasis. Eur Respir Mon. 2011;52:211-22
15. Chang AB, Bell SC, Torzillo PJ, King PT, Maguire GP, Byrnes CA, et al. Chronic suppurative lung disease and bronchiectasis in children and adults in Australia and New
Zealand Thoracic Society of Australia and New Zealand guidelines. Med J Amd. 2015;202(3):130
16. Al-Jahdali H, Alshimemeri A, Mobeireek A, Albanna AS, Al Shirawi NN, Wali S, et al. The Saudi Thoracic Society guidelines for diagnosis and management of noncystic
fibrosis bronchiectasis. Ann Thorac Med. 2017;12:135-61.
17. Chalmers JD, Sethi S. Raising awareness of bronchiectasis in primary care: Overview of diagnosis and management strategies in adults. NPJ Prim Care Respir
Med. 2017;27(1):18
18. What is bronchiectasis? American Thoracic Society. Information series. AM J Respir Crit Care Med. 2017;195:15-6

74 CDK Edisi Suplemen-2/Vol. 45 th. 2018

Anda mungkin juga menyukai