Anda di halaman 1dari 4

Hemoptisis atau Batuk Darah Oleh Rizka Hanifah Definisi Hemoptisis atau batuk darah didefinisikan sebagai ekspektorasi

darah atau dahak berdarah yang berasal dari saluran napas di bawah pita suara.1 Darah yang dikeluarkan dapat berupa dahak bercampur darah atau hanya garis merah cerah di dahak, atau darah dalam jumlah banyak atau sedikit. Selain itu, dapat juga berupa bekuan darah hitam bila darah sudah terdapat dalam saluran napas berhari-hari sebelum dapat didahakkan.2 Hemoptisis merupakan situasi emergensi yang merefleksikan keseriusan penyakit yang mendasari.1 Etiologi

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Infeksi Neoplasma Trauma Kelainan cardio\pulmovaskuler Perdarahan alveolar Lain-lain (malformasi anatomi, katamenial, idiopatik)

Penyebab hemoptisis tersering, antara lain:4

Bronkiektasis Kanker paru Bronkitis Tuberkulosis

Patogenesis Arteri-arteri bronkialis adalah sumber darah utama bagi saluran napas, pleura, jaringan limfoid intra pulmonar, serta persarafan di daerah hilus. Arteri pulmonalis yang membawa darah dari vena sistemik, memperdarahi jaringan parenkim paru, termasuk bronkiolus respiratorius. Anastomosis arteri dan vena bronkopulmonar, yang merupakan hubungan antara kedua sumber perdarahan di atas, terjadi di dekat persambungan antara bronkiolus respiratorius dan terminalis. Anastomosis ini memungkinkan kedua sumber darah untuk saling mengimbangi. Apabila aliran dari salah satu sistem meningkat maka pada sistem yang lain akan menurun. Studi arteriografi menunjukkan bahwa 92% hemoptisis berasal dari arteri-arteri bronkialis. Secara umum bila perdarahan berasal dari lesi endobronkial, maka perdarahan adalah dari sirkulasi bronkialis, sedangkan bila lesi dari parenkim, maka perdarahan adalah dari sirkulasi pulmoner. Pada keadaan kronik, dimana terjadi perdarahan berulang, maka perdarahan seringkali berhubungan dengan peningkatan vaskularitas di lokasi yang terlibat.2

Pada tuberkulosis, penyebab perdarahan dapat sangat beragam seperti pecahnya aneurisma yang terdapat pada dinding kavitas, arteri bronkialis yang mengalami dilatasi dan radang menahun sepanjang arteri. Pada tuberkulosis endobronkial, hemoptisis disebabkan oleh ulserasi granulasi dari mukosa bronkus. Pada lesi parenkim akut, perdarahan dapat disebabkan oleh nekrosis percabangan arteri/vena. Patogenesis lain adalah limfonodi yang mengalami klasifikasi dan menimbulkan penekanan ke arah lumen bronkus sehingga terjadi nekrosis dan ulkus, aspergilosis yang menyebabkan iritasi kronik. Pada brokiektasis perdarahan dapat terjadi karena pecahnya arteri bronkialis yang dilatasi dan mengalami peradangan kronik atau infeksi sekunder. 2 1. 2. 3. Diagnosis1 Anamnesis Jumlah perdarahan Riwayat penyakit sebelumnya Pemeriksaan fisik Tanda insufisiensi pernafasan atau sirkulasi hipotensi, penurunan kesadaran, takikardi, takipnea, sianosis dll Pemeriksaan fisik paru, jantung, eksremitas Pemeriksaan penunjang Foto thoraks Evaluasi sputum Laboratoris Hb, Ht, WBC dll Analisis gas darah Bronkoskopi untuk mencari penyebab hemoptisis Angiografi, dll Petunjuk Diagnostik pada Hemoptysis

Diagnosis Banding

Kegawatdaruratan Tanda-tanda yang dapat membantu menentukan apakah keadaan pasien dengan batuk darah dalam keadaan gawat darurat antara lain:1
Kepala terasa ringan seperti melayang Haus Nafas cepat/takipnea Terdapat sumbatan saluran nafas sehingga darah tidak dapat dibatukkan. Keadaan ini lebih berbahaya, karena darah tidak dapat dikeluarkan dan memeperparah sumbatan saluran pernafasan.

Kriteria batuk darah1


1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5.

Batuk darah ringan bila < 25 cc/24 jam Batuk darag berat 25-250 cc/24 jam Batuk darah massif:
Batuk darah 250-600 cc/24 jam, Hb > 10 gr% namun perdarahan tidak berhenti dalam 48 jam pengamatan Batuk darah 250-600 cc/24 jam, Hb < 10 gr%, dan batuk darah berlangsung terus. Batuk darah > 600 cc/24 jam dan dalam pengamatan batuk darah tidak berhenti. Menilai Beratnya Hemoptisis1 Pemeriksaan Fisik : dianggap berat bila terdapat hipotensi sistemik, takikardi, taipnea, sianosis atau ronki difus, usaha pernafasan yang berat. Jumlah perdarahan : diukur apakah jumlah darah yang keluar masuk dalam kategori massif Foto toraks : bayangan homogen difus mencurigakan sejumlah besar darah keluar dari kapiler atau teraspirasi ke dalam alveol Analisis Gas Darah Arteri : apakah terdapat hipoksemia dan gangguan keseimbangan basa yang menyebabkan asidosis repiratorik atau asidosis metabolik, yang kemudian dapat terjadi gagal napas dan kematian Kadar hemoglobin : Untuk penilaian keperluan transfusi darah

Penatalaksanaan

Dasar-dasar pengobatan yang diberikan adalah mencegah penyumbatan saluran nafas, memperbaiki keadaan umum penderita, menghentikan perdarahan, dan mengobati penyakit yang mendasari.
1,2

Bila perdarahan

hanya sedikit atau hanya berupa bercak pada dahak, umumnya pertukaran gas tidak terganggu, dan penegakkan diagnosis penyakit yang mendasari menjadi prioritas. Namun apabila perdarahan masif, mempertahankan jalan napas dan pertukaran gas harus menjadi prioritas. Upaya mempertahankan jalan napas termasuk mencegah asfiksia atau darah masuk dan menyumbat saluran napas yang sehat. Pemberian oksigen dilakukan bila ada tanda ganguan pertukaran gas. Bila perlu resusitasi cairan dan darah harus diberikan.
2

Mengistirahatkan pasien dapat membantu mengurangi perdarahan. Memiringkan pasien ke arah sisi paru yang diduga menjadi sumber perdarahan akan membantu menjaga asfiksia sisi yang sehat. Pada hemoptisis masif, intubasi dan ventilator mekanik mungkin dibutuhkan untuk menjaga jalan napas dan pertukaran udara.
2

Pengobatan ditujukan untuk mengobati penyakit yang mendasari. Pemberian anti-tusif tidak disarankan karena dapat menghambat batuk sebagai mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan darah. Vitamin K dapat diberikan untuk mengkoreksi koagulopati.
2,4

Terapi lain yang dapat digunakan saat ini mencakup foto laser, terapi emboli, dan reseksi bedah dari paru atau lobus yang berdarah. Terapi foto laser sulit digunakan bila hemoptisi masif. Reseksi bedah dapat dilakukan pada hemoptisis yang disebabkan oleh penaykit yang berindikasi bedah seperti keganasan atau trauma dada. Komplikasi Asfiksia atau tersumbatnya saluran nafas karena bekuan darah dan kegagalan sirkulasi akiabt kehilangan banyak darah (syok hipovolemik).
1,2 2

Daftar Pustaka
1. 2. Swidarmoko B, Susant AD. Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat Napas. Jakarta: Departemen Pulmonologi FKUI. 2010. h.29-51 Pitoyo CW. Hemoptisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid I, edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2009. hal.294-296. 3. 4. National Lung Health Education Program. Hemoptysis. 2000. Diunduh darihttp://www.nlhep.org/books/pul_Pre/hemoptysis.html . PAPDI. Hemoptisis. Dalam: Rani Aziz, Sugondo Sidartawan, Nasir Anna U.Z., Wijaya Ika Prasetya, Nafrialdi, Mansyur Arif. Panduan pelayanan medik. Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. h.79-81.

Anda mungkin juga menyukai