Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN POBLEM BASED LEARNING III BLOK COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENT MEDICINE III

Tutor: dr. Joko Mulyanto, MSc KELOMPOK 7 Dewi Widiningsih Rahayu Nurmalia Fauziah Dev Anand Pramakrisna Heidi Dewi Mutia Maya Alvionita Dwi Bamas Aji Rosiana Dian Pratiwi Betha Purba Praj Rahmatika Agnes Indah Nugraheni Hanifan Danu Wijaya G1A012019 G1A012020 G1A012021 G1A012061 G1A012062 G1A012063 G1A012140 G1A012141 G1A012142 G1A012108

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN PURWOKERTO TAHUN AJARAN 2013/2014

PBL KASUS 3

Info 1 ANAKKU TERSIKSA GATAL

Gading, seorang anak laki-laki usia 9 tahun datang ke Family Clinic diantar ibunya dengan keluhan gatal disertai panas. Sebelum gatal Gading mengeluh panas,nyeri kepala, dan lemas kurang lebih 2 hari, diikuti munculnya plenting2 kemerahan berbentuk sentripetal pada wajah dan menyebar ke dada. Semakin lama daerah yang terkena menyebar ke tangan, kaki dan organ genitalnya. Tampak bekas lesinya berbentuk seperti jaringan parut ( krusta) karena kebiasaannya menggaruk. Ibunya sudah berusaha memakai bedak salicyl yang dipikir dapat mengurangi kulit kering, tetapi tetap gatal. Gading merasa cemas karena lesinya bertambah banyak, dia berharap segera sembuh. Info 2 Semakin lama daerah yang terkena menyebar ke tangan, kaki dan organ genitalnya. Tampak bekas lesinya berbentuk seperti jaringan parut (krusta) karena kebiasaannya menggaruk. Ibunya sudah berusaha memakai bedak salicyl yang dipikir dapat mengurangi kulit kering, tetapi tetap gatal. Gading merasa cemas karena lesinya bertambah banyak, dia berharap segera sembuh Keluhan dirasakan mulai musim pancaroba ini. Gading tidak memiliki riwayat alergi. Sementara itu adik Gading yang berusia 4 tahun mulai menunjukkan gejala yang serupa. Gading tinggal bersama kedua orangtuanya dan satu orang adiknya. Gading adalah seorang siswa SD dan beberapa teman satu kelasnya ijin tidak masuk sekolah karena keluhan yang sama. Rumah cukup asri di daerah perumahan. Kedua orang tuanya bekerja sebagai PNS di sekitar PEMDA Kabupaten Banyumas. APGAR skore 9.

Pemeriksaan Fisik : Keadaan umum : lemah

Tekanan darah Nadi Suhu Status lokalis

: 110/70 : 80x/menit : 38 C : : teardrops vesikel, dasar eritema, krusta : teardrops vesikel

Wajah, dada, tangan kaki Mukosa mulut dan genital

1. Klarifikasi Istilah a. Family clinic (klinik keluarga) adalah sebuah klinik di mana terdapat dokter yang merupakan dokter keluarga dan paramedis lainnya yang melakukan pelayanan primer dan secara holistik (Mayo Clinic, 2011). b. Bedak salycil adalah bedak dengan komposisi asam salisilat 2 % dan talk 98% yang bekerja sebagai bakteriostatik, fungisida, keratolitik, terutama untuk pemakaian luar dengan indikasi bedak tabur untuk gatal-gatal pada kulit karena biang keringat atau gangguan kulit lain yang bukan infeksi (Schror, 2009). c. Sentripetal adalah bergerak menuju pusat atau melingkar. d. Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal seharihari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2o C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperatur 38,0o C atau oral temperatur 37,5oC atau axillary temperatur 37,2o C (Kaneshiro & Zieve, 2010). 2. Menetapkan definisi atau batasan masalah yang tepat Anamnesis

Nama Umur Jenis Kelamin KU

: Gading : 9 tahun : Laki-laki : Gatal dan demam

RPS Onset Lokasi Kuantitas Kualitas : 2 hari : wajah, dada, tangan dan kaki, organ genital : menyebar ke tangan, kaki dan organ genital : mengganggu aktivitas karena sampai membuat gading tidak masuk sekolah. Faktor memperberat Faktor memperingan Gejala penyerta Kronologi : garukan : tidak ada : nyeri kepala dan lemas :2 hari yang lalu dirasa mulai panas, nyeri

kepala, dan lemas. Setelah itu baru muncul plenting-plenting di daerah muka dan kemudian menyebar ke area dada. Saat ini sudah menyebar sampai ke tangan,kaki dan organ genital. RPD : tidak ada riwayat alergi RPK : adik gading yang berusia 4 tahun mulai menunjukan gejala yang serupa Riwayat sosial ekonomi : Gading tinggal bersama kedua orang tua dan satu orang adiknya Rumahnya cukup asri di daerah perumahan Kedua orangtuanya bekerja sebagai PNS di sekitar PEMDA kabupaten banyumas APGAR skor 9

3. Analisa masalah A. Apa saja diagnosis banding dari kasus tersebut? a) Varicella Infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh (Djuanda, 2007).

Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 17 sampai 21 hari. Gejala klinis mulai gejala predormal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malaise dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas beruapa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehinggga

menimbulkan gambaran polimorfi (Djuanda, 2007). Penyebarannya terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugasi ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran napas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional. Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal (Djuanda, 2007). Komplikasi pada anak-anak umumnya jarang timbul dan lebih sering pada orang dewasa, berupa ensefalitis, pneumonia,

glomerulonefritis, karditis, hepatitis, keratitis, konjungtivitis, otitis, arteritis, dan kelain darah (beberapa macam purpura). Infeksi yang timbul pada trimester pertama kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital, sedangkan infeksi terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan varisela kongenital pada neonatus (Djuanda, 2007). b) Impetigo bulosa Adalah suatu bentuk impetigo dengan gejala utama berupa lepuhlepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion. Penyebabnya adalah bakteri Staphylococcus Aureus, dan dapat mengenai anak-anak dan dewasa. Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan : Lepuh timbul mendadak pada kulit sehat, bervariasi mulai miliar hingga lebih dapat bertahan 2-3 hari. Berdinding tebal dan ada hipopion. Jika pecah menimbulkan krusta yang coklat datar dan tipis (Siregar, 2004)

c) Herpes Zooster Herpes zoster merupakan manifestasi oleh reaktivasi virus Variselazoster laten dari syaraf pusat dorsal atau cranial. Insidensinya meningkat sesuai dengan pertambahan uumur dan biasanya jarang mengenai anakanak. Di Amerika, herpes zoster jarang terjadi pada anak-anak, dimana lebih dari 66% mengenai usia lebih dari 50 tahun, kurang dari 10% mengenai usia dibawah 20 tahun, dan 5% mengenai usia kurang dari 15 tahhun. Walaupun herpes zoster merupakan penyakit yang sering dijumpai pada orang dewasa, namun herpes zoster dapat terjadi pada bayi baru lahir apabila ibunya menderita herpes zoster pada masa kehamilan. Dari hasil penelitian, sekitar 3% herpes zoster yang terjadi pada anak biasanya ditemukan pada anak-anak yang imuunokompromis dan menderita penyakit keganasan (Sugito, 2003). Lesi yang khas dari herpes zoster yaitu lokalisasinya biasanya unilateral dan jarang melewati garis tengah tubuh. Lokasi yang sering dijumpai yaitu pada dermatom T3 hingga L2 dan nervus ke V dan VII. Lesi awal berupa macula dan papula yang eritematosa, kemudian dalam wakt 12-24 jam akan berkembang menjadi vesikel dan akan berlanjut menjadi pustule pada hari ke 3-4 dan akhirnya pada hari ke 7-10 akan terbentuk krusta dan dapat sembuh tanpa parut kecuali ada infeksi sekunder bacterial. Herpes zoster biasanya diawali dengan gejala prodormal selama 2-4 hari, yaitu rasa gatal, sakit yang menusuk, parastesi, dan gejala-gejala terbakar serta sensitivitas muncul di sepanjang lintasan syaraf yang terkena (Lubis, 2008) d) Urtikaria Menururt (Thaha, 2008) Urtikaria ialah kelompok penyakit yang ditandai oleh pembengkakan (edema) sementara kulit, mulut, dan genitalia akibat keluarnya plasma dari pembuluh darah kecil ke dalam jaringan ikat sekitarnya. Pembengkakan dermis superfisial disebut wheal/ weal/ urtika. Urtika biasanya gatal dan bagian tengah awalnya

pucat karena edema intens, selanjutnya menjadi plakat superfisial berwarna merah jambu yang dalam beberapa jam (sampai 24 jam) akan mengalami resolusi tanpa meninggalkan bekas Biasanya pasien memiliki riwayat alergi terhadap suatu makanan. B. Apa diagnosis kerja dari kasus tersebut? Diagosis Kerja : Varicella Penegakan Diagnosis : 1. Anamnesis

Pada anamnesis, pasien akan mengalami gejala prodormal, yakni sebagai berikut : a. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal berupa demam tidak terlalu tinggi, malaise, dan nyeri kepala yang berlangsung selama 1 4 hari. (Dworkin, 2008). b. Terdapat vesikel yang nantinya akan menjadi pustul lalu menjadi krusta. Sementara saat roses itu berlangsung, timbul vesikel bare sehingga timbul gambaran polimorfi (Djuanda, 2007). c. Dysesthesias (sensasi abnormal yang tidak menyenangkan, misalnya mati rasa). Ini dapat secara retrospektif dinilai sehubungan dengan keberadaan, durasi, dan kualitas (Dworkin, 2008). d. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit (Dworkin, 2008). e. Gejala yang mempengaruhi mata antara lain adanya kemerahan, sensitif terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata, kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan sebagainya (Dworkin, 2008). Dari kasus, kita mendapatkan gejala demam, nyeri kepala, dan dengan durasi gejala selama 2 hari, yang sesuai dengan yang sudah dijelaskan di atas.

2. Pemeriksaan Fisik Gejala klinis dari penyakit ini dibagi menjadi 2 stadium, yaitu stadium prodromal dan stadium erupsi. Stadium erupsi, adalah ketika muncul lesi, pada kasus varicella ini akan muncul vesikel, pada skenario ini ditemukan teardrops vesikel. Ciri khas dari penyakit varicella ini adalah dari bentuk UKK-nya yang berbentuk vesikel berkelompok, dengan dasar eritema. Sehingga bisa dipastikan bahwa anak ini menderita varicella. Vesikel ini dapat berubah menjadi pustul lalu menjadi krusta. Pada proses tersebut, terbentuk vesikel bare sehingga dapat terbentuk gambaran polimorfik (Djuanda, 2007). 3. Pemeriksaan Penunjang Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis penyakit herpes zoster adalah (Djuanda, 2007): a. Tzanck Smear Hapusan ini berguna untuk mengidentifikasi virus herpes, tetapi ia tidak dapat membedakan herpes zoster dan herpes simplex. Hapusan Tzanck atau Tzanck smear merupakan salah satu metode laboratorium yang paling murah dan paling sederhana untuk mendiagnosa VZV dan virus herpes lainnya. Tzanck smear dilakukan dengan mendapatkan scrapping dari dasar lesi vesikular yang masih segar, kemudian dibentuk hapusan dalam slide kaca, dan dilakukan pewarnaan dengan Giemsa. Kemudian dilakukan pemeriksaan materi melalui mikroskop untuk mengetahui adanya karakteristik sel raksasa berinti banyak

(multinucleated giant cell). Tes ini memiliki sensitivitas yang terbatas, sehingga meski hasil yang ditampilkan adalah hasil negatif, namun hasil ini belum bisa menyingkirkan adanya indikasi infeksi virus herpes. b. Kultur VZV Kultur VZV dapat dibiakkan dengan baik, tetapi ia membutuhkan waktu yang lama untuk pertumbuhan virus sehingga tidak dapat digunakan pada kasus klinis akut. Cairan dari lesi yang baru pecah dapat

diambil dan dimasukkan ke dalam media virus untuk segera dianalisa di laboratorium virologi. Pertumbuhan virus varicella-zoster akan memakan waktu 3-14 hari dan uji ini memiliki tingkat sensitivitas 30-70% dengan spesifitas mencapai 100%. c. Biopsi Pemeriksaan biopsi dapat membantu menegakkan diagnosis dalam kasus lesi atipikal.

4. Menyusun urutan berbagai info atau penjelasan mengenai permasalahan Informasi 1 Gading, seorang anak laki-laki usia 9 tahun datang ke Family Clinic diantar ibunya dengan keluhan gatal disertai panas. Sebelum gatal Gading mengeluh panas,nyeri kepala, dan lemas kurang lebih 2 hari, diikuti

munculnya plenting2 kemerahan berbentuk sentripetal pada wajah dan menyebar ke dada. Semakin lama daerah yang terkena menyebar ke tangan, kaki dan organ genitalnya. Tampak bekas lesinya berbentuk seperti jaringan parut (krusta) karena kebiasaannya menggaruk. Ibunya sudah berusaha memakai bedak salicyl yang dipikir dapat mengurangi kulit kering, tetapi tetap gatal. Gading merasa cemas karena lesinya bertambah banyak, dia berharap segera sembuh Informasi 2 Keluhan dirasakan mulai musim pancaroba ini. Gading tidak memiliki riwayat alergi. Sementara itu adik Gading yang berusia 4 tahun mulai menunjukkan gejala yang serupa. Gading tinggal bersama kedua orangtuanya dan satu orang adiknya. Gading adalah seorang siswa SD dan beberapa teman satu kelasnya ijin tidak masuk sekolah karena keluhan yang sama. Rumah cukup asri di daerah perumahan. Kedua orang tuanya bekerja sebagai PNS di sekitar PEMDA Kabupaten Banyumas. APGAR skore 9.

Informasi 3 Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa : Keadaan umum Tekanan darah Nadi Suhu Status lokalis : lemah : 110/70 : 80x/menit : 38 C : : teardrops vesikel, dasar eritema, krusta : teardrops vesikel

Wajah, dada, tangan kaki Mukosa mulut dan genital

Dari ketiga info tersebut, dapat disimpulkan bahwa diagnosis kerja pada kasus ini adalah Varicella Zooster 5. Merumuskan tujuan belajar 1. APGAR Score? APGAR score merupakan suatu metode yang digunakan untuk menilai fungsi suatu kelurga yang direfleksikan oleh 5 dimensi pertanyaan pada questionare. Penilaiain ini dilakukan pada salah seorang anggota keluarga bersangkutan untuk mengetahui apakah keluarganya itu sehat atau tidak. APGAR keluarga pertama kali diperkenalkan oleh Gabriel Smilkstein pada tahun 1978 untuk menilai tingkat kepuasan sosial dengan dukungan dari keluarga (Smilkstein, 1978). Untuk mengetahui hal ini maka sebagai seorang dokter umum perlu pendekatan sederhana dan praktis. Ada beberapa metode yang digunakan dokter umum untuk menilai fungsi keluarga. Salah satunya adalah dengan APGAR score keluarga (Smilkstein, 1978). Pada metode ini dilakukan penilaian terhadap 5 fungsi pokok keluarga yang kemudian tergantung dari pelaksanaan kelima fungsi keluarga tersebut dapat diketahui tingkat kesehatan keluarga yang dinilai. Kelima fungsi keluarga dalam APGAR keluarga tersebut adalah 1978) : (Smilkstein,

10

a.

Adaptasi (Adaptation): Dapat dinilai dari tingkat kepuasan anggota

keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukan dari anggota keluarga yang lain. b. Kemitraan (Partnership): Merupakan tingkat kepuasan keluarga dalam

hal komunikasi, dalam mengambil keputusan, dan atau penyelesaian masalah dalam keluarga. c. Pertumbuhan (Growth): Merupakan tingkat kepuasan anggota

keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan. d. Kasih Sayang (Affection): Merupakan tingkat kepuasan anggota

keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga. e. Kebersamaan (Resolve): Merupakan tingkat kepuasan anggota

keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan, dan ruang antar anggota keluarga sangat memuaskan dimana waktu kumpul bersama dengan keluarga setiap hari dan minimal 12 jam untuk setiap harinya. 2. Diagnosis Holistik? Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukan dasar dan penyebab penyakit, luka, serta kegawatan yang diperoleh dari keluhan, riwayat penyakit pasien, pemeriksaan, hasil pemeriksaan penunjang dan penilaian resiko internal dan eksternal dalam kehidupan pasien dan keluarganya. Diagnosis holistik merupakan salah satu standard dalam praktek pelayanan kedokteran keluarga dimana dokter melihat pasien sebagai bagian dari komunitasnya dan memahami bahwa pasien merupakan seorang makhluk yang utuh yang terdiri dari fisik, psikis, dan jiwa. Terdapat lima aspek dalam diagnosis holistik, yaitu (Edison, 2012) : a. Aspek personal

11

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada aspek personal oleh dokter, yaitu RFE (Reason for Encounter), ideas, concerns, expectations, dan anxiety. RFE merupakan alasan kedatangan pasien, yaitu permasalahan yang menyebabkan pasien datang ke dokter. Ideas merupakan tujuan dari kedatangan pasien. Concerns adalah kekhawatiran pasien atau keluarganya terhadap dampak yang ditimbulkan dari penyakit yang tidak terkait dengan kondisi pasien. Expectations adalah hasil yang diharapkan oleh pasien atau keluarganya setelah datang ke dokter. Anxiety adalah kekhawatiran pasien atau keluarganya yang terkait dengan aspek klinis kondisi pasien. Jika diterapkan pada kasus, makan aspek personal diagnosis holistik adalah : 1. RFE 2. Ideas 3. Concerns 4. Expectations 5. Anxiety : ada keluhan gatal disertai panas pada anak : mendapatkan pengobatan : tidak dapat bersekolah : kesembuhan : penyakit semakin parah

b. Aspek klinis Aspek klinis merupakan diagnosis klinis pasien. Apabila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan, makan cukup dengan diagnosis kerja dan diagnosis banding. Dalam kasus, didapatkan diagnosis kerja varicella dengan alasan diagnosis : Keluhan Utama RPS Onset Lokasi Kuantitas Kualitas Faktor memperberat Faktor memperingan : 2 hari : wajah, dada, tangan dan kaki, organ genital : menyebar ke tangan, kaki dan organ genital : mengganggu aktivitas : garukan : tidak ada : Gatal dan demam

12

Gejala penyerta Kronologi

: nyeri kepala dan lemas :

2 hari yang lalu dirasa mulai panas, nyeri kepala, dan lemas. Setelah itu baru muncul plenting-plenting di daerah muka dan kemudian menyebar ke area dada. Saat ini sudah menyebar sampai ke tangan,kaki dan organ genital. RPD RPK : tidak ada riwayat alergi : adik gading menunjukan gejala serupa

Riwayat sosial ekonomi : 1. Gading tinggal bersama kedua orang tua dan satu orang adiknya 2. Rumahnya cukup asri di daerah perumahan 3. Kedua orangtuanya bekerja sebagai PNS di sekitar PEMDA kabupaten Banyumas 4. APGAR skor 9

Interpretasi Pemriksaan Fisik: Keadaan umum Tekanan darah Nadi Suhu Wajah, dada, tangan, kaki Mukosa mulutdan genital : lemah : 110/70 mmHg (normal) : 80x/menit (normal) 38 demam : teardrops vesikel, dasar eritema, krusta : teardrops vesikel

c. Aspek risiko internal Aspek risiko internal merupakan aspek yang berasal dari diri pasien yang menunjang terjadinya penyakit atau beratnya penyakit. Beberapa hal yang termasuk aspek risiko internal adalah usia, jenis kelamin, genetik, dan perilaku/kebiasaan. Aspek risiko internal pada kasus adalah usia Gading yang masih berusia 9 tahun lebih rentan terhadap infeksi virus dan kebiasaan menggaruk yang memungkinkan terjadinya infeksi sekunder.

13

d. Aspek risiko eksternal Aspek risiko eksternal adalah aspek yang berasal dari keluarga atau lingkungan kehidupan pasien yang menunjang terjadinya penyakit atau beratnya penyakit. Hal yang termasuk aspek risiko eksternal adalah lingkungan, cuaca, keadaan keluarga (APGAR score), dan akses pelayanan kesehatan. Dalam kasus, lingkungan masuk ke dalam aspek risiko eksternal karena terdapat teman gading yang memiliki gejala yang serupa sehingga ada kemungkinan penularan.

e. Derajat fungsional Terdapat beberapa skala derajat fungsional, yaitu : 1. 2. Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan di luar rumah 3. Mampu melakukan perawatan diri, tetapi tidak mampu melakukan pekerjaan ringan 4. Dalam keadaan tertentu masih mampu merawat diri, tepi sebagian besar aktivitasnya hanya duduk dan berbaring 5. Perawatan diri oleh orang lain Jika diterapkan dalam kasus, maka derajat fungsional pasien berada pada skala 3 karena pasien masih dapat melakukan perawatan diri seperti makan, minum, dan mandi, namun tidak dapat melakukan aktivitas biasa yaitu sekolah. 3. Penatalaksanaan Komprehensif Pelayanan yang disediakan dokter keuarga adalah pelayanan medis strata pertama untuk semua orang bersifat paripurna (Komprehensif), yaitu termaksud pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), pemulihan kesehatan (kuratif), dan rehabilitasi. Dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika

14

kedokteran

(Prasetyawati,

2010).

Pada

kasus

ini

penatalaksanaan

komprehensif bisa dilihat dari personal di penderita, keluarga dan juga lingkungans sekitarnya. 1. Personal A. Preventif a. Menjaga kebersihan b. Tidak bermain di tempat yang kotor c. Tidak kontak langsung dengan orang yang sekitarnya B. Kuratif a. Menggunakan Acyclovir dengan dosis 5 x 800 mg/hari untuk mengobati varicelanya b. Menggunakan antihistamin, yaitu CTM dengan dosis 0,35 mg/kgBB/hari untuk mengurangi gatal c. Menggunakan antipiretik untuk menurunkan suhu badan, salah satunya paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kgBB d. Menggunakan antibiotik jika terdapat infeksi sekunder e. Non medika mentosa bisa dengan mandi menggunakan sabun antiseptik agar terhindar dari infeksi sekunder, diet tinggi protein dan karbohidrat untuk meningkatkan imunitas, mengurangi kegiatan menggaruk agar lesi tidak berbekas nantinya. 2. Keluarga Pada keluarga pasien, pasien memiliki adik yang masih kecil yang sangat rentan terhadap penyakit ini. Maka dari itu, tindakan preventif tepat dalam hal ini, meliputi : a. Tidak berdekat dengan penderita agar tidak tertular b. Tidak menggunakan kasur, pakaian, dan handuk yang sama dengan penderita c. Meningkatkan imunitas dengan diet tinggi gizi 3. Lingkungan sekitar/sekolah

15

a. Dokter memberikan edukasi kepada pihak sekolah yang terkait, untuk meliburkan sejumlah siswa yang terjangkit varisella b. Peningkatan kebersihan di sekolah c. Edukasi kepada guru dan siswa-siswa sekolah mengenai penyakit varisella. 4. Local community care Penatalaksanaan komprehensif pada local community care merupakan penanganan terhadap berbagai masalah yang ada di dalam local community keluarga tersebut yang dapat

mempengaruhi kondisi sehat-sakit. Pada kasus, Local community care lebih menitik beratkan pada tempat Gading bersekolah. Pihak sekolah harus tanggap dengan meliburkan anak-anak yang terkena, dan memberikan penyuluhan kepada anak-anak yang belum terkena jika nanti mereka terkena Varicella untuk tidak bersekolah terlebih dahulu. Hal tersebut merupakan salah satu pencegahan penularan penyakit tersebut dengan menghindari kontak repirasi dari airborne droplets dan kontak langsung atau inhalasi aerosol yang berasal dari lesi kulit penderita varicella saat akut (CDC, 2007). 4. Pentalaksanaan secara Non-medikamentosa dan Medikamentosa a. Non-medikamentosa Menurut (Djuanda, 2007) 1. Meningkatkan asupan makanan yang tinggi kalori dan protein 2. Menjaga kontak dengan anggota keluarga lain. 3. Memberikan vaksinasi kepada anggota keluarga yang rentan terkena varicella. b. Medikamentosa Gejala cacar air atau varisela pada anak-anak dapat diobati sevara topikal maupun oral. Gatal bisa diobati dengan Calamine

16

lotion atau gel pramoxine; mandi outmeal bubuk atau histamin oral (Papadopoulos, 2013). Acylovir analog nukleosida (20mg/kg PO empat kali sehari selama 5 hari), meskipun terbukti menurunkan gejala dan durasi infeksi varicella primer bila diberikan dalam waktu 24 jam dari timbulnya gejala, tidak sering diresepkan untuk anak-anak yang sehat (Papadopoulos, 2013). 5. Standard Pelayanan Kedokteran Keluarga 1. Standar Pemeliharaan kesehatan di Klinik (Prasetyawati, 2012) a. Standar Pelayanan Paripurna (standard of comprehensive of care) Pelayanan yang disediakan dokter kelarga adalah pelayanan medis strata pertama untuk semua orang yang bersifat paripurana (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus (preventive and specific protection), pemulihan kesehatan

(curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan social serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran. 1) Pelayanan medis pertama untuk semua orang 2) Pemeliharaan & peningkatan kesehatan 3) Pencegahan penyakit & proteksi khusus 4) Deteksi dini 5) Kuratif medik 6) Rehabilitasi medik & sosial 7) Kemampuan sosial keluarga 8) Etik medikolegal b. Standar Pelayanan Medis (standard of medicine)

17

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis, meliputi : 1) Anamnesis Dengan pendekatan pasien (patient-centered approach) untuk memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis 2) Pemeriksaan fisik & penunjang Dilakukan secara holistic dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif, dan efisien demi kepentingan pasien 3) Penegakkan diagnosis & diagnosis banding 4) Prognosis Menyimpulkan prognosis berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence based) 5) Konseling 6) Konsultasi 7) Rujukan 8) Tindaklanjut 9) Tindakan 10) Pengobatan rasional 11) Pembinaan keluarga c. Standar pelayanan Menyeluruh (Standard of holistic care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya terdiri dari fisik, mental, social dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya. 1) 2) Pasien adalah manusia seutuhnya Pasien adalah bagian dari keluarga & lingkungannya

18

3)

Pelayanan menggunakan sumber di sekitarnya

d. Standar Pelayanan Terpadu (Standard of Continoum Care) Merupakan pelayanan yang bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif, efisin, proaktif, dan terusmenerus demi kesehatan paien. 2. Standar Perilaku dalam praktik a. Standar perilaku terhadap pasien 1) Informasi memperoleh pelayanan 2) Masa konsultasi 3) Informasi medik menyeluruh 4) Komunikasi efektif 5) Menghormati hak dan kewajiban pasien & 6) dokter b. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik 1) Hubungan profesional dalam klinik 2) Bekerja dalam tim 3) Pemimpin klinik c. Standar perilaku dengan sejawat 1) Hubungan profesional antar profesi 2) Hubungan baik dengan rekan satu klinik 3) Hubungan baik sesama dokter Perkumpulan profesi d. Standar pengembangan ilmu & ketrampilan klinik 1) Mengikuti kegiatan ilmiah 2) Program jaga mutu 3) Partisipasi dalam kegiatan pendidikan 4) Penelitian dalam praktik 5) Penulisan ilmiah e. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang kesehatan 1) Menjadi anggota perkumpulan social 2) Partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakat

19

3) Partisipasi dalam penanggulangan bencana di sekitarnya 3. Standar Pengelolaan Praktik a. Standar SDM 1) Dokter keluarga 2) Perawat 3) Bidan 4) Administrator klinik b. Standar manajemen keuangan 1) Pencatatan keuangan 2) Jenis sistem pembiayaan praktik c. Standar manajemen klinik 1) Pembagian kerja 2) Program pelatihan 3) Program kesehatan & keselamatan kerja 4) Pembahasan administrasi klinik 4. Standar Sarana dan Prasarana a. Standar fasilitas praktik 1) Fasilitas untuk praktik 2) Kerahasiaan & privasi 3) Bangunan & interior 4) Alat komunikasi 5) Papan nama b. Standar peralatan klinik 1) Peralatan medis 2) Peralatan penunjang medis 3) Peralatan non-medis c. Standar proses-proses penunjang praktik 1) Pengelolaan rekam medik 2) Pengelolaan rantai dingin 3) Pengelolaan pencegahan infeksi

20

4) Pengelolaan limbah 5) Pengelolaan air bersih 6) Pengelolaan obat

6. Pencegahan Varicella 1. Secara pasif a. Menggunakan VZIG (Varicella zoster immunoglobulin) dengan dosis 125 U/ 10 kg BB, dengan dosis minimum 125 U dan dosis maksimal 625 U secara IM. b. Pemberiannya dalam waktu 3 hari (kurang dari 96 jam) setelah terpajan VZV, pada anak imunokompeten etrbukti mencegah varicella sedangan pada anak imunokompromais pemberian VZIG dapat meringankan gejala varicella. c. VZIG dapat diberikan pada : 1) Anak-anak <15 tahun yang belum pernah mencerita varicella atau herpes zoster 2) Usia pubertas >15 tahun yang belum menderita varicella atau herpes zoster dan tidak mempunyai antibody terhadap VZV 3) Bayi baru lahir, dimana ibunya menderita varicella dalam kurun waktu 5 hari sebelum atau 48 setelah melahirkan 4) Bayi premature dan bayi usia <14 hari yang ibunya belum pernah menderita varicella atau herpes zoster. 5) Anak-anak yang menderita leukemia atau limfoma yang belum pernah menderita varicella 2. Vaksinasi secara aktif a. Vaksinasinya menggunakan vaksin varicella virus (Oka strain) dan kekebalan yang didapat bertahan hingga 10 tahun dengan daya proteksi 71-100%. b. Diberikan pada usia 12-18 bulan dan usia 4-6 tahun.

21

c. Pada anak yang >13 tahun diberikan dalam 2 dosis dengan jarak 4-8 minggu. d. Tidak boleh diberikan pada wanita hamil karena menyebabkan terjadinya congenital varicella. 3. Hindari kontak dan pajanan dari orang-orang yang terkena varicella, terutama pada 2 hari sebelum dan 5 hari sesudah muncul lesi di kulit pada penderita yang sudah terkena. 4. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menjaga asupan makanan dan mengonsumsi vitamin C.

Daftar Pustaka Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dworkin, Pau H., Wolraich, Mark L., Dennis D.Drotar, Ellen C.Perrin. 2008. Developmental-Behavioral Pediatrics: Evidence and Practice. Philadelphia: Mosby Edison. 2012. Pelayanan Kedokteran Keluarga. Available at http://repository.unand.ac.id/18422/5/MANAJEMEN%20YANDOKGA.ppt. Diakses pada 20 Desember 2013. Kaneshiro, NK., Zieve D. 2010. Fever. University of Washington. Alvailable at: http://www.nlm.nih.gov/medilineplus/ency/article/000980.htm diakses pada 20 Desember 2013. Kurniawan, M., Dessy N., Tatang M. 2011. Varicella Zoster pada Anak. Tangerang : Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Pelta Harapan Lubis R D. 2008. Varicella dan Herpes Zoster. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Mayo Clinic. 2011. Family Therapy. Available at

http://www.mayoclinic.com/health/family-therapy/MY00814 diakses tanggal 18 Desember 2013.

22

Papadopoulos, Anthony J. 2013. Chickenpox Treatment & Management. America. Alvailable at http://emedicine.medscape.com/article/1131785-

treatment#aw2aab6b6b2 diakses pada 20 Desember 2013. Prasetyawati, Arsita Eka. 2010. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Dalam Buku Kedokteran Keluarga. Fakultass kedokteran Universitas Sebelas Maret. Schror, Karsten. 2009. Acetylsalicylic Acid. Darmstadt: Wiley-Blackwell. CDC. 2007. Prevention of varicella: recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR; 56(No. RR-4):140. Smilkstein, G. (1978). The Family APGAR: A proposal for family function test and its use by physicians. Journal of Family Practice, 6(6), 1231-1239. Sugito, T.L. 2003. Infeksi Virus Varicella-Zoster pada bayi dan anak. Dalam : Boediardja S.A, editor. Infeksi Kulit Pada Bayi dan Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

23

Anda mungkin juga menyukai